18
yang diharapkan. Contoh inhibitor tidak bersaing adalah ion-ion logam seperti Cu
2+
, Hg
2+
, dan Ag
+
Anna, 2006: 167-169. c.
Inhibitor unkompetitif Inhibitor unkompetitif yaitu inhibitor yang berikatan pada kompleks enzim
substrat membentuk kompleks enzim substrat-inhibitor yang tidak aktif. Inhibitor unkompetitif ini biasanya terjadi pada enzim multireaktan, enzim yang memiliki
lebih dari satu sisi aktif. Apabila sisi aktif pertama sudah diikat oleh substrat, sehingga membentuk komples enzim-substrat, kemudian inhibitor akan mengikat
sisi aktif enzim yang lainnya, maka akan terjadi kompleks substrat-enzim-inhibitor yang tidak aktif Togu, 2011: 102.
2. Penghambat Irreversibel
Penghambat irreversibel merupakan jenis penghambatan oleh inhibitor enzim yang tidak dapat balik. Penghambatan ini bersifat merusak suatu gugus
fungsioonal pada molekul enzim. Penghambatan oleh inhibitor irreversibel ini dilakukan dengan cara inhibitor mengadakan ikatan kovalen dengan residu asam
amino sisi aktif enzim Togu, 2011: 86. Reaksi antara inhibitor dengan sisi tertentu dari enzim mengakibatkan perubahan bentuk enzim. Perubahan ini menyebabkan
pengurangan aktivitas katalitik enzim Anna, 2006: 170.
G. Senyawa AgNO
3
Dalam persenyawaan perak sederhana bukan kompleks, logam perak memiliki tingkat oksidasi +1. Ion Ag
+
merupakan ion perak yang paling stabil dalam air. Senyawa perak yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari
adalah senyawa perak nitrat AgNO
3
. Perak nitrat merupakan senyawa perak
19
mudah larut dalam air dan tidak berwarna. Perak nitrat banyak digunakan dalam menguji adanya ion klorida, bromida dan iodida, sedangkan pada industri, perak
nitrat banyak digunakan sebagai bahan untuk membuat senyawa perak lain Kristian dkk., 2010: 311
– 312. Perak nitrat merupakan salah satu jenis perak yang dapat digunakan dalam
bidang kesehatan yaitu untuk pengobatan antiinfeksi topikal. Paparan yang berlebihan dari senyawa perak dapat menimbulkan keracunan dengan tanda
timbulnya warna biru-keabu-abuan pada mata, sekat rongga hidung, tenggorokan dan kulit, iritasi pada kulit, borok dan gangguan pencernaan. Sedangkan paparan
logam perak yang berkepanjangan dapat menimbulkan penyakit argyria, yaitu timbulnya warna biru keabu-abuan pada kulit. Selain itu perak nitrat dapat
menyebabkan iritasi dan rasa seperti terbakar pada kulit dan mukosa membran, rasa sakit di mulut, diare, muntah, koma dan kejang-kejang dan bahan dapat
menyebabkan gastroenteritis Hari, dkk, 2003: 47.
Gambar 9. Struktur Perak Nitrat Penggunaan ion logam Ag
+
dibatasi karena dampak yang membahayakan makhluk hidup. Selain itu, perak merupakan logam yang tidak bisa dihilangkan
hanya dengan dievaporasi. Logam perak terus ada, hanya saja dapat berpindah karena lingkungan. Logam perak dapat mencemari lingkungan seperti pada tanah,
air dan udara. Pada Mei 1989, The Environmental Protection Agency EPA
20
Amerika Serikat mengumumkan pembatasan kadar perak dalam air minum tidak lebih dari 1,142 mgL U.S. Public Health Service, 1990. Selain itu berdasarkan
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No.45 tahun 2006, baku mutu perak terhadap uji konsentrasi parameter limbah lumpur
pencemar adalah 5 mgL. Hal ini berarti logam perak tidak boleh mencemari lingkungan melebihi 5 mgL.
Senyawa AgNO
3
mudah larut dalam air, sehingga ion-ion dalam senyawa AgNO
3
mudah menjadi ion Ag
+
dan NO
3 -
. Muatan positif yang ada pada kation perak akan mengikat pusat aktif enzim tripsin yang berada antara gugus karboksil
Asp 10β dan δ-nitrogen dari His 57. Cincin imidazole dari His 57 berubah posisi 1,8
Å ke dalam untuk menampung ion Ag
+
. Perubahan posisi ini mencegah interaksi normal antara cincin imidazole His 57 dan gugus hidroksil dari Ser 195. Hal ini
berakibat His 57 tidak dapat membantu transfer proton secara langsung pada reaksi katalis oleh enzim tripsin Chambers, et al., 1974: 70.
H. Penentuan Kadar Protein