23
Absorbansi tabung kontrol dan tabung sampel dihitung dari terbentuknya kompleks warna biru antara asam amino dan reagen Folin-Ciocalteau. Asam amino
membentuk kompleks Biuret dengan Cu
2+
dalam reagen Folin-Ciocalteau. Kompleks CuII-asam amino ini akan mengalami reduksi menjadi Cu
+
karena berada pada lingkungan basa. Ion Cu
+
dan gugus fenol asam amino misalkan pada tirosin bereaksi dengan mereduksi asam fosfotungstat dan asam fosfomolibdat
menjadi tungsten dan molybdenum biru. Banyaknya kompleks warna yang terbentuk sebanding dengan jumlah produk asam amino yang dihidrolisis oleh
enzim tripsin. Nilai absorbansi yang diperoleh digunakan untuk menghitung aktivitas
enzim tripsin. Menurut Togu Gultom dan Eddy Sulistyowati 2011 aktivitas enzim tripsin dapat diperoleh dari perhitungan menggunakan rumus berikut:
� = � − �
�
� Keterangan:
V = aktivitas enzim tripsin � = Absorbansi tabung sampel
�
�
= Absorbansi tabung kontrol tabung yang enzimnya telah dinonaktifkan t = waktu inkubasi menit
J. Penelitian yang Relevan
Menurut Arie Sandie 2011 kondisi optimum enzim tripsin dengan substrat umbi-umbian diperoleh pada pH optimum 8, suhu optimum 35
o
C serta waktu inkubasi 20 menit. Aktivitas enzim tripsin terbesar pada umbi jalar sebesar 0,0060
24
mgmL.SmgmL.Egrammenit. Penelitian ini menggunakan metode Anson untuk penentuan aktivitas enzim tripsin dan metode Lowry untuk menentukan
kadar protein. Penelitian Chamber et al. 1974 mengenai kristalografi perak-tripsin
menunjukkan ion perak mampu menghambat protease serin. Ion perak mampu mendesak nitrogen Histidin 57 tripsin yang berada di dekat sisi aktif dari enzim
tripsin. Konstanta inhibitor dari ion perak adalah 4x10
-5
M. Michael Green dan Hans Neurath 1953 melakukan penelitian efek
divalent kation terhadap enzim tripsin. Dalam penelitian ini, menggunakan ion logam Ag
+
dalam bentuk senyawa AgNO
3
dengan konsentrasi 0,001 M dan 0,01 M dengan menggunakan metode titrasi potensiometri. Ion logam Ag
+
menghambat aktivitas enzim tripsin dengan substrat benzoil-n-arginin etil ester BAEE,
benzoil-n-argininamide BAA, dan asetil-L-tirosin etil ester ATEE.
K. Kerangka Berfikir
Ion logam Ag
+
merupakan ion logam berat yang apabila masuk dalam tubuh dapat menyebabkan efek toksisitas terhadap tubuh. Ion logam tersebut dapat
menggangu kinerja enzim dalam tubuh. Enzim merupakan senyawa biokatalis dan sangat berperan dalam reaksi tubuh manusia. Enzim tripsin merupakan enzim yang
dapat menghidrolisis semua jenis protein, namun demikian kerja enzim spesifik pada pemecahan ikatan peptida pada posisi karboksil dari asam amino lisin atau
arginin. Aktivitas katalitik dari enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti waktu inkubasi, suhu, pH, konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, pengaruh ion
tambahan aktivator dan inhibitor. Dalam penelitian ini akan dipelajari aktivitas
25
enzim tripsin pada kondisi optimum dan pengaruh tambahan ion logam Ag
+
dalam bentuk senyawa AgNO
3.
26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah enzim tripsin. 2.
Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah aktivitas enzim tripsin dengan dan tanpa penambahan ion logam Ag
+
dalam bentuk senyawa AgNO
3
konsentrasi 0,001 M; 0,003 M; 0,005 M; dan 0,007 M pada kondisi optimum.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi senyawa AgNO
3
.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas enzim tripsin dengan dan tanpa penambahan ion logam Ag
+
dalam bentuk senyawa AgNO
3
konsentrasi 0,001 M; 0,003 M; 0,005 M; dan 0,007 M.
3. Variabel Terkendali
Variabel terkendali dari penelitian ini adalah kondisi optimum dari enzim tripsin.
C. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat-Alat Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan alat-alat sebagai berikut: