38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Laboratorium Biokimia Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
UNY, diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Penentuan Kadar Protein Kasein dengan Metode Lowry Modifikasi
a.
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Kasein
Penentuan panjang gelombang maksimum kasein dilakukan pada panjang gelombang antara 650 nm hingga 750 nm. Sampel yang digunakan untuk mencari
panjang gelombang maksimum adalah kasein 1 mgmL. Panjang gelombang 720 nm memiliki absorbansi tertinggi yaitu 1,094, sehingga panjang gelombang
maksimumnya adalah 720 nm. Data hasil absorbansi penentuan panjang gelombang maksimum dapat dilihat pada lampiran 10.
b.
Penentuan Kurva Standar Protein
Penentuan kurva standar protein dilakukan pada panjang gelombang maksimum yaitu 720 nm. Protein yang digunakan dalam penentuan kurva standar
protein adalah kasein dengan konsentrasi 0,1 mgmL; 0,2 mgmL; 0,3 mgmL; 0,4 mgmL; 0,5 mgmL; 0,6 mgmL; 0,7 mgmL0,8 mgmL; 0,9 mgmL dan 1,0
mgmL. Kasein diperoleh dari larutan induk 1 mgmL yang diencerkan menggunakan pelarut buffer fosfat. Data hasil absorbansi penentuan kurva standar
39
protein kasein dapat dilihat pada lampiran 11. Berdasarkan data tersebut dapat diperoleh kurva standar protein seperti pada Gambar 13.
Gambar 13. Kurva Standar Protein Berdasarkan Gambar 13 dapat ditentukan persamaan garis linier Y= aX+b.
Persamaan garis linier kurva standar protein adalah Y= 1,1025X+0,0092 dengan nilai r = 0,9958.
c.
Penetuan Kadar Protein dalam Tripsin
Penentuan kadar protein dalam enzim tripsin dilakukan pada panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh pada prosedur sebelumnya, yaitu 720
nm. Enzim tripsin yang digunakan adalah larutan enzim tripsin yang berasal dari padatan enzim tripsin yang dilarutkan dengan larutan buffer fosfat 0,1 M.
Absorbansi yang diperoleh dari larutan tripsin tersebut adalah 0,091. Apabila absorbansi enzim tripsin dimasukkan dalam persamaan kurva standar protein, yaitu
Y= 1,1025X+0,0092 maka diperoleh kadar protein dalam enzim tripsin adalah
y = 1.1025x + 0.0092 R² = 0.9958
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
ab so
rba ns
i
Konsentrasi mgml
40
0,074 mgmL. Perhitungan kadar protein enzim tripsin dapat dilihat pada lampiran 12.
2. Penentuan Kondisi Optimum Enzim Tripsin dengan Metode Anson
Modifikasi a.
Penentuan pH Optimum
Penentuan pH optimum enzim tripsin dilakukan pada suhu 35°C. waktu inkubasi 20 menit dan konsentrasi substrat kasein 10 mgmL. Enzim tripsin bekerja
pada pH basa, sehingga digunakan variasi pH pada pH 7, pH 8 dan pH 9. Penentuan pH optimum enzim tripsin dilakukan sebanyak tiga kali dengan hasil rata-rata
aktivitas enzim tripsin ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Penentuan pH Optimum Enzim Tripsin
Variasi pH Aktivitas Enzim Tripsin
mgmLmenit pada 37°C pH 7
0.00238 pH 8
0.00563 pH 9
0.00325 Berdasarkan Tabel 1, diperoleh hasil aktivitas enzim tripsin tertinggi pada
pH 8. Dengan demikian diperoleh pH optimum enzim tripsin yaitu pada pH 8. Perhitungan aktivitas enzim tripsin pada penentuan pH optimum dapat dilihat pada
lampiran 13.
b. Penentuan Suhu Optimum
Penentuan suhu optimum enzim tripsin dilakukan pada pH optimum enzim tripsin yaitu pH 8, waktu inkubasi selama 20 menit dan konsentrasi substrat 10
mgmL. Variasi suhu yang digunakan untuk menentukan suhu optimum enzim
41
tripsin yaitu pada suhu 31°C, 33°C, 35°C, 37°C, dan 39°C. Penentuan suhu optimum enzim tripsin dilakukan sebanyak tiga kali dengan hasil rata-rata aktivitas
enzim tripsin ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Penentuan Suhu Optimum Enzim Tripsin
Variasi Suhu °C
Aktivitas Enzim Tripsin mgmLmenit pada 37°C
31 0.00140
33 0,00393
35 0,00505
37 0.00520
39 0.00411
Berdasarkan Tabel 2, diperoleh hasil aktivitas enzim tripsin tertinggi pada suhu 37°C, sehingga suhu optimum enzim tripsin pada suhu 37°C. Perhitungan
aktivitas enzim tripsin pada penentuan suhu optimum dapat dilihat pada lampiran 14.
c. Penentuan Waktu Inkubasi Optimum
Penentuan waktu inkubasi optimum enzim tripsin dilakukan pada pH dan suhu optimum enzim tripsin yang telah diperoleh pada prosedur sebelumnya dan
dengan konsentrasi substrat 10 mgmL. pH dan suhu optimum enzim tripsin yang telah diperoleh yaitu, pH 8 dan suhu 37°C. Variasi waktu inkubasi optimum yang
digunakan untuk penentuan waktu inkubasi optimum enzim tripsin yaitu 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit dan 30 menit. Waktu inkubasi enzim tripsin dihitung
dari penambahan larutan enzim tripsin pada larutan substrat kasein hingga penambahan larutan TCA 10. Penentuan waktu inkubasi optimum enzim tripsin
dilakukan sebanyak tiga kali dengan hasil rata-rata ditunjukkan pada Tabel 3.
42
Tabel 3. Hasil Penentuan Waktu Inkubasi Optimum Enzim Tripsin Variasi Waktu Inkubasi
menit Aktivitas Enzim Tripsin
mgmLmenit pada 37°C 10
0.00113 15
0.00226 20
0.00423 25
0.00270 30
0.00190 Berdasarkan Tabel 3, diperoleh hasil aktivitas enzim tripsin tertinggi pada
waktu inkubasi selama 20 menit, sehingga waktu inkubasi optimum dari enzim tripsin selama 20 menit. Perhitungan aktivitas enzim tripsin pada penentuan waktu
inkubasi optimum dapat dilihat pada lampiran 15.
d. Penentuan Konsentrasi Substrat Optimum
Penentuan konsentrasi substrat kasein optimum terhadap aktivitas enzim tripsin dilakukan pada pH, suhu inkubasi dan waktu inkubasi optimum yang telah
diperoleh pada prosedur sebelumnya. pH, suhu inkubasi dan waktu inkubasi optimum yang diperoleh pada prosedur sebelumnya yaitu, pH 8, suhu inkubasi
37°C dan waktu inkubasi selama 20 menit. Variasi konsentrasi substrat yang digunakan adalah 2 mgmL; 4 mgmL; 6 mgmL; 8 mgmL dan 10 mgmL. Variasi
konsentrasi yang digunakan ini berasal dari hasil pengenceran larutan induk kasein 10 mgmL. Prosedur penentuan konsentrasi substrat optimum enzim tripsin
dilakukan sama dengan prosedur sebelumnya. Penentuan konsentrasi substrat maksimum dilakukan sebanyak tiga kali dengan hasil terbaik dapat dilihat pada
Tabel 4.
43
Tabel 4. Hasil Penentuan Konsentrasi Substrat Optimum Enzim Tripsin Variasi Konsentrasi Substrat
mgmL Aktivitas Enzim Tripsin
mgmLmenit pada 37°C 2
0.00073 4
0.00143 6
0.00221 8
0.00300 10
0.00305 Berdasarkan Tabel 4, maka diperoleh hasil bahwa aktivitas enzim tripsin
telah konstan pada substrat kasein dengan konsentrasi 10 mgmL, sehingga konsentrasi substrat optimum pada konsentrasi 10 mgmL. Perhitungan aktivitas
enzim tripsin pada penentuan konsentrasi substrat optimum dapat dilihat pada lampiran 16.
.
3. Penentuan Aktivitas Enzim pada Kondisi Optimum dengan Metode
Anson Modifikasi
Aktivitas optimum dari enzim tripsin adalah kondisi dimana enzim tripsin berada pada kondisi optimum untuk mengkatalis reaksi hidrolisis protein, sehingga
produk yang dihasilkan semakin besar. Kondisi optimum enzim tripsin yang digunakan diperoleh dari penentuan pH optimum enzim tripsin, suhu inkubasi
optimum enzim tripsin, waktu inkubasi optimum enzim tripsin, dan konsentrasi substrat kasein optimum pada prosedur sebelumnya. Kondisi optimum enzim
tripsin yang digunakan, yaitu pada pH 8, suhu inkubasi 37°C, waktu inkubasi selama 20 menit dan konsentrasi substrat kasein sebesar 10 mgmL. Penentuan
aktivitas enzim tripsin pada kondisi optimum dilakukan sebanyak lima kali dengan hasil ditunjukkan pada Tabel 5.
44
Tabel 5. Aktivitas Enzim Tripsin pada Kondisi Optimum Sampel
Aktivitas Enzim Tripsin mgmLmenit pada 37°C
1 0.00320
2 0.00335
3 0.00320
4 0.00325
5 0.00295
Berdasarkan Tabel 5, dapat dihitung rata-rata aktivitas enzim tripsin pada
kondisi optimum yaitu, 0,00319 mgmLmenit pada 37°C. Perhitungan aktivitas enzim tripsin pada kondisi optimum dapat dilihat pada lampiran 17.
4. Penentuan Aktivitas Enzim Tripsin terhadap Penambahan Ion Logam
Ag
+
dalam Bentuk Senyawa AgNO
3
dengan Metode Anson Modifikasi
Penentuan aktivitas enzim tripsin dengan penambahan ion logam Ag
+
dalam bentuk senyawa AgNO
3
dilakukan pada kondisi optimum enzim tripsin, yaitu pada pH 8, suhu 37°C, waktu inkubasi selama 20 menit dan dengan konsentrasi substrat
10 mgmL. Penambahan senyawa AgNO
3
dilakukan dengan variasi konsentrasi. Konsentrasi senyawa AgNO
3
yang digunakan yaitu 0,001 M; 0,003 M; 0,005 M; dan 0,007 M. Senyawa AgNO
3
berbagai konsentrasi yang digunakan dalam penentuan aktivitas enzim tripsin dengan penambahan senyawa AgNO
3
berasal dari kristal perak nitrat yang dilarutkan dalam akuades hingga menjadi larutan
induk AgNO
3
0,1 M. Larutan ini kemudian diencerkan menjadi berbagai konsentrasi. Penambahan senyawa AgNO
3
dilakukan dengan menambahkannya setelah menambahkan enzim tripsin kedalam larutan substrat. Penentuan aktivitas
enzim tripsin dengan penambahan senyawa AgNO
3
dilakukan sebanyak tiga kali dengan hasil rata-rata ditunjukkan pada Tabel 6.
45
Tabel 6. Aktivitas Enzim Tripsin dengan Penambahan Ion Logam Ag
+
dalam Bentuk Senyawa AgNO
3
Konsentrasi Senyawa AgNO
3
Aktivitas Enzim Tripsin mgmLmenit pada suhu 37°C
0.001 M 0.00163
0.003 M 0.00030
0.005 M 0.00023
0.007 M 0.00010
Berdasarkan Tabel 6, aktivitas enzim tripsin dengan penambahan ion logam Ag
+
dalam bentuk senyawa AgNO
3
konsentrasi 0,001 M; 0,003 M; 0,005 M dan 0,007 M
lebih rendah dibandingkan dengan aktivitas enzim tripsin pada kondisi optimum
.
Hal ini menunjukkan bahwa ion logam Ag
+
dalam bentuk senyawa AgNO
3
menghambat aktivitas enzim tripsin. Logam Ag
+
dalam bentuk senyawa AgNO
3
bersifat inhibitor terhadap aktivitas enzim tripsin dengan substrat kasein. Perhitungan aktivitas enzim tripsin dengan penambahan ion logam Ag
+
dalam bentuk senyawa AgNO
3
dapat dilihat pada lampiran 18.
B. Pembahasan