commit to user
82
memperkokoh keberadaan
organisasi, juga
untuk memperlancar berbagai usaha.
Dari pemaparan diatas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa budaya organisasi memiliki indikator-indikator
sebagai berikut: a
Tatanan Lembaga b
Norma sekolah dan nilai-nilai yang dianut sekolah c
Peraturan sekolah d
Iklim sekolah
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dari Putut Wisnu Kurniawan, Pendidikan Karakter Pola Tamansiswa dan Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. Dari
penelitian ini dijelaskan pola penerapan pendidikan karakter, persepsi pengajar serta siswa terhadap pendidikan karakter dan aktualisasi nilai karakter pada siswa.
Penelitian yang relevan lainnya dari Kuswono, Pendidikan karakter di Sekolah Islam: studi kasus SMA Muhammadiyah I dan MA Muallimin
Yogyakarta. Dari penelitian ini dijelaskan perihal pemahaman guru mengenai pendidikan karakter, sumber-sumber pendidikan karakter di sekolah Islam,
penerapan dan pengamalan aktualisasi nilai-nilai pembentuk karakter. Dari dua penelitian tersebut penulis akan membahas pendidikan karakter yang diberikan di
Sekolah Dasar Islam Terpadu SDIT Al Hasna Klaten. Dari mulai perencanaan, proses, penilaian dan hambatan yang dialami pendidik dalam menanamkan
commit to user
83
karakter. Tidak ketinggalan budaya sekolah yang terdapat di SDIT Al Hasna sebagai pendukung proses internalisasi nilai-nilai karakter.
C. Kerangka Berfikir
Pendidikan karakter menjadi salah satu solusi alternatif bagi upaya pemecahan masalah dekadensi moral generasi muda bangsa. Pendidikan karakter
menjadi suatu keharusan karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik menjadi cerdas, juga mempunyai budi pekerti, sopan santun, sehingga
keberadaannya sebagai anggota masyarakat menjadi bermakna baik bagi dirinya maupun orang lain. Pembinaan karakter yang paling mudah dilakukan adalah
ketika anak-anak masih duduk di bangku SD. Itulah sebabnya pemerintah memprioritaskan pendidikan karakter di SD.
Budaya sekolah adalah susasana kehidupan sekolah tempat peserta didik berinterakasi dengan sesamanya. Interaksi yang terikat dengan berbagai aturan,
norma, etika dan moral yang berlaku di suatu sekolah. Pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang
dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi dengan peserta didik dan menggunakan fasilitas sekolah. Budaya sekolah memegang peranan
penting dalam proses penanaman karakter kepada peserta didik. Pendidikan karakter dilakukan secara terintegrasi ke dalam semua mata
pelajaran. Integrasi yang dimaksud meliputi pemuatan nilai-nilai ke dalam substansi pada semua mata pelajaran dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran
yang memfasilitasi dipraktikkannya nilai-nilai dalam setiap kegiatan di dalam dan
commit to user
84
di luar kelas untuk semua mata pelajaran. Integrasi pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran di sekolah dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, hingga penilaian pembelajaran pada semua mata pelajaran. Dalam rangkaian proses penanaman karakter pendidik akan menjumpai berbagai macam
hambatan. Hambatan tersebut beragam bisa berasal dari dalam internal dan luar eksternal. Berbagai hambatan tersebut perlu dicarikan solusinya supaya tidak
mengganggu proses penanaman karakter. Harapannya semua proses penanaman karakter yang dilakukan pendidik ustadzustadzah tersebut sesuai dengan
gra nd design
pendidikan karakter bangsa yang dibuat pemerintah dan selaras dengan tujuan pendidikan nasional.
commit to user
85
commit to user
86
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDIT Al Hasna. SDIT Al Hasna beramalat
di Jalan Klaten-Jogja km 3,5, Pilangsari, Gondang, Kebonarum, Klaten. 2.
Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam waktu 6 bulan yaitu dari persiapan penelitian, bulan Mei 2012 sampai dengan penyusunan laporan penelitian
bulan November 2012.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, yang lebih menekankan pada masalah proses dan makna persepsi dan partisipasi, maka
jenis penelitian dengan strateginya yang terbaik adalah penelitian kualitatif deskriptif H.B. Sutopo, 2006: 40. Bentuk ini akan mampu menangkap berbagai
informasi kualitatif dengan deskripsi yang teliti dan penuh nuansa yang lebih berharga daripada sekedar pernyataan jumlah atau frekuensi dalam bentuk angka-
angka. Penelitian deskripsi ini bukan saja memberikan gambaran terhadap
gejala tetapi juga menerangkan hubungan dan mendapatkan makna serta keterkaitan dari suatu masalah yang ingin dipecahkan. Menurut Bogdan dan
Taylor yang dikutip H.B. Sutopo 2006: 139 memberi batasan metodologi