commit to user
1. Manfaat Teoritis
Penelitian pengembangan model latihan beban ini dilakukan untuk memberikan model latihan yang baru atau untuk menambah perbendaharaan
model-model latihan-latihan yang sudah ada sebelumnya guna mencapai tujuan yang lebih baik dari sebelumnya. Pengembangan model latihan sangat diperlukan
untuk peningkatan kemampuan fisik pemain bolavoli. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi baru tentang model-model latihan beban
bolavoli agar dapat digunakan secara maksimal. Diharapkan juga bahwa penelitian ini dapat dijadikan panduan untuk pemberian latihan-latihan berikutnya
pada tim-tim bolavoli yang membina atlet tingkat intermediet.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi peneliti Penerapan teori dan praktek yang didapat selama menempuh kuliah. Dan
juga dapat memberikan tambahan wawasan tentang peningkatan kemampuan fisik olahraga bolavoli melalui program latihan beban sacara menyeluruh sehingga
dapat melakukan penerapan ilmu yang telah diperoleh dengan baik. 2. Bagi pelatih bolavoli
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pelatih bolavoli di Surakarta untuk menerapkan cara pelatihan peningkatan kemampuan fisik atlet
bolavoli yang efektif dan efisien sehingga latihan dapat dengan tepat mengenai sasaran.
commit to user
3. Bagi Program Studi Ilmu Keolahragaan Universitas Sebelas Maret Sebagai bahan pustaka dan tambahan referensi tentang latihan beban untuk
bolavoli.
F. Asumsi Penelitian
Asumsi penelitian adalah suatu pemikiran awal tentang penelitian yang akan disusun dan merupakan acuan untuk melaksanakan penelitian. Menurut
Winarno 2007:18 “asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan
penelitian”. Asumsi penelitian ada dua, yaitu: 1. Asumsi substantive
Asumsi yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dari masalah penelitian yang akan di ungkap perlu diberikan suatu asumsi yang terkait masalah
tersebut yang merupakan simpulan awal dari hasil atau tujuan dari penelitian yang dilakukan. Asumsi substantive ini juga akan terkait penelitian ini dilakukan di
suatu tempat tersebut. Asumsi substantive dalam penelitian ini adalah kemampuan fisik bisa ditingkatkan dengan menggunakan model latihan beban.
2. Asumsi metodologis Asumsi metodologis adalah asumsi yang berhubungan dengan metodologi
penelitian. Dari metodologi yang digunakan dalam penelitian dapat diberikan suatu rancangan metodologi awal guna membatasi atau menentukan rancangan
dari hasil penelitian yang dilakukan. Prosedur yang dilakukan dapat dijelaskan terlebih dahulu untuk mepermudah dalam melakukan analisis-analisis data.
commit to user
Asumsi metodologis dalam
penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan. Penelitian pengembangan merupakan metode yang sesuai untuk
menyelesaikan masalah kemampuan fisik pemain bolavoli tingkat intermediet di Surakarta.
commit to user
12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Kajian Teori
a. Profil Bolavoli
Permainan Bolavoli merupakan permainan beregu di atas lapangan berukuran panjang 18 m dan lebar 9 m, dibatasi oleh garis selebar 5 cm. Tengah
lapangan terdapat garis sepanjang 9 m yang membelah lapangan menjadi dua sama besar. Lurus di atasnya terdapat net, dengan tinggi untuk putra 2,43 m dan
untuk putri 2,24 m. Terdapat dua regu yang saling berhadapan dan setiap regu terdapat 6 pemain, 3 pemain sebagai penyerang dan 3 lainnya sebagai bertahan,
Viera 2000:3-4. Permainan bolavoli adalah permainan dilakukan bersama-sama karena merupakan olahraga beregu. Permainan bolavoli harus berada pada suatu
bidang lapangan yang dibagi dua dengan luas permukaan yang sama. Teknik dasar dalam bolavoli yang digunakan dalam sebuah pertandingan
diantaranya passing, serve, smash, dan block. Teknik-teknik dasar ini yang harus dikuasai oleh seorang pemain bolavoli, karena keempat teknik dasar tersebut akan
digunakan untuk menciptakan suatu permainan di dalam bolavoli dan keseluruhannya merupakan satu rangkaian pada saat tim memainkan bolavoli.
Menurut Durrwachter 1982:1-2 permainan bolavoli mempunyai segi positif, yaitu: 1 Lapangan permainan relatif kecil, perlengkapan yang
dibutuhkan sederhana, 2 sifat permainan tidak berubah apabila lapangan
commit to user
dipersempit atau jumlah pemain dikurangi, 3 gagasan permainan sederhana, 4 kekuatan regu sangat tergantung dari semangat bermain serta kemampuan semua
pemain, 5 kecepatan reaksi kelincahan kewaspadaan serta kemampuan konsentrasi dan daya loncat sangat dilatih, 6 resiko cedera sangat kecil. Agar
tercapainya suatu tujuan tertentu yang hendak dicapai, yang berarti perlunya suatu proses terlebih dahulu yang menuju kearah tersebut, maka perlu adanya suatu
prinsip yang melatar belakangi permainan bolavoli. Prinsip-prinsip bermain dalam bolavoli pada hakekatnya tidak berbeda dengan permainan yang
mengutamakan kerja sama antar individu dalam suatu regu. Menurut Roesdiyanto 1989:7 ada beberapa prinsip dalam bermain
bolavoli: a Prinsip teknis adalah untuk memvoli bola di udara hilir mudik di atas net, mempergunakan bagian tubuh pinggang ke atas, dengan syarat pantulan
bersih dan setiap pemain berusaha secepatnya menjatuhkan di lapangan lawan untuk mencari kemenangan dalam permainan. b Prinsip psikologis, merupakan
suatu prinsip kerja sama antar individu. Dengan demikian prinsip bermain bolavoli secara psikologis adalah harus berpegang pada kekompakan antar
individu dalam syatu regu, jadi dengan demikian gotong royong dalam regu setiap sikap senang dan gembira di dalam melakukan permainan bolavoli.
Permainan bolavoli terdapat beberapa unsur yang terkandung dalam permainan tersebut seperti passing, serve, block, dan smash. Keempat unsur
tersebut sangat berpengaruh dalam suatu pertandingan bolavoli karena merupakan teknik dasar permainan bolavoli. Menurut Roesdiyanto 1989:24 ”teknik dasar
permainan bolavoli adalah suatu proses dasar tubuh untuk melakukan keaktifan
commit to user
jasmani dan penguasaan keterampilan praktek sebaik-baiknya dalam permainan bolavoli dan dapat menyelesaikan permainan dengan baik”.
Olahraga bolavoli memilki karakteristik gerak yang cukup kompleks. Gerakan yang terkandung dalam olahraga bolavoli terdiri dari berbagai macam
bentuk yang terangkum menjadi satu rangkaian yang akan terbentuk sebuah keterampilan gerak. Ketrampilan gerak ini yang nantinya muncul sebagai suatu
teknik dasar dalam permainan bolavoli. Suharno 1992:21 menyatakan “Pengertian teknik ialah suatu proses pelaksanaan kegiatan fisik secara efektif dan
rasional yang memungkinkan tercapainya hasil tebaik dalam pertandingan. Gerakan dalam bolavoli atau tektik dalam bolavoli akan menjadi baik jika
didasari dengan kemampuan fisik yang baik, setiap teknik dalam bolavoli memiliki unsur-unsur fisik khusus yang harus dikembangkan untuk menunjang
performa geraknya, berikut adalah teknik dasar permainan bolavoli beserta analisis tinjauan pendukung teknik dasar sehingga akan diketahui kebutuhan fisik
untuk melakukan masing-masing teknik tersebut.
b. Analisis Kondisi Fisik Bolavoli
Kondisi Fisik dalam bolavoli bisa diketahui dari karakteristik gerak, dalam hal ini ditinjau dari teknik dasar permainan bolavoli.
1 Servis
Menurut Roesdiyanto 1989:27 “Servis dalam permainan bolavoli adalah sarana pertama untuk mengadakan serangan terhadap regu lawan.” Servis pada
zaman sekarang bukan lagi sebagai awal dari suatu permainan atau sekedar
commit to user
menyajikan bola, tetapi sebagai suatu serangan pertama bagi regu yang melakukan servis. Servis ada beberapa macam: 1 Servis atas adalah service dengan awalan
melemparkan bola ke atas seperlunya. Kemudian Server memukul bola dengan ayunan tangan dari atas. 2 Servis bawah adalah servis dengan awalan bola
berada di tangan yang tidak memukul bola. Tangan yang memukul bola bersiap dari belakang badan untuk memukul bola dengan ayunan tangan dari bawah.
Posisi kaki saat servis yaitu dengan membuka kaki selebar bahu serta salah satu kaki berada di depan, kaki yang berada di depan adalah kaki kebalikan dari
tangan pemukul bola servis, hal ini bertujuan untuk menambah keseimbangan serta saat melakukan gerak lanjutan menjadi mudah karena posisi kaki salah satu
sudah di depan. Tangan yang akan memukul bola harus lurus sewaktu menyentuh bola. Karena dalam prinsip biomekanika, Hidayat 1997:132 mengatakan bahwa
pada suatu gerak rotasi, kecepatan berbanding lurus dengan jari-jarinya. Sehingga untuk memperoleh hasil servis yang keras harus meluruskan lengan saat impact
dengan bola. Pelaksanaan servis secara umum dibagi 3 bagian, yaitu; 1. Melempar
bola ke atas, dalam hal ini dalam upaya melempar dibutuhkan kekuatan otot-otot lengan yang cukup kuat terutama deltoid sebagai pangkal lengan yang juga
didukung oleh pektoralis mayor dan lattisimus dorsi. 2. Memukul bola, fase ini merupakan fase terpenting dalam melakukan teknik servis. Kekuatan akan
berumpu pula pada otot-otot bahu, dada, triceps dan wrist. 3. Follo trough, merupakan fase tindah lanjut. Ini menunjukkan bahwa kelompok anggota gerak
atas berfungsi maksimal.
commit to user
Teknik mahir sevis dapat dilakukan dengan melompat, atau biasa disebut dengan jump serve. Teknik servis ini juga bisa dilakukan atau dilatihkan untuk
pemain pada level intermediet, Teknik yang dilakukan hanya menambah saat melompat ke udara yang tentunya melibatkann otot-otot tungkai, gluteus atau
trunk. Pelaksanaan servis membutuhkan hampir seluruh otot-otot bagian tubuh. Pelaksanaan servis dengan benar dan mematikan harus didukung kemampuan
fisik yang baik, terutama power otot lengan, power otot tungkai untuk melompat pada saat melakukan jump serve dan kekuatan otot perut sebagai pendukung dari
hasil servis yang baik.
2 Passing
Menurut Dunphy dan Wilde 2000:24 terminologi pasing adalah sentuhan pertama dari sebuah tim setelah bola melewati net yang berasal dari servis atau
serangan. Pasing merupakan salah satu teknik dasar bolavoli, pasing betujuan untuk menerima servis. Pasing dalam bolavoli ada dua macam, pasing bawah dan
pasing atas. Gerakan badan saat melakukan pasing bawah maupun pasing atas tidak berbeda. Saat posisi siap akan melakukan passing, salah satu kaki didepan
dan kedua kaki ditekuk dan tubuh agak condong ke depan .Tubuh agak membungkuk, sikap kaki seperti hendak melangkah dengan posisi kaki selebar
bahu, Durrwachter 1982:52 Sikap awal pasing bawah adalah badan agak ditekuk, dan kaki didepan
ditekuk selebar bahu, kemudian saat perkenaan bola, badan agak tegak dan kaki lurus mengikuti arah gerakan lengan. Gerak tangan menyongsong bola yaitu lutut
commit to user
ditekuk, posisi berjongkok rendah atau melangkah lebar, punggung rata, siku setinggi lutut, Durrwachter 1982:52
Gerakan ancang-ancang, rentangan tubuh cepat serta gerak mengikuti arah bola yang terpantul, jadi gerak lengan yang panjang dan diarahkan memperbesar
ketepatan dan pengoperan bola. Gerak selanjutnya adalah tubuh serta lengan diangkat menyongsong bola, gerak lengan pada persendian bahu, tubuh atas tetap
tegak, lengan lurus, karena jika lengan menekuk pada siku saat perkenaan bola, maka hasil pantulan bola tidak bagus.
Kaki dibuka selebar bahu agar supaya posisi semakin stabil, hal itu sesuai dengan hokum kesetimbangan II “stabilitas berbanding lurus dengan luas bidang
tumpuannya”. Posisi badan merendah atau tungkai di tekuk juga mempunyai tujuan menstabilkan posisi, semakin rendak titik tumpuan,maka smakin stabil
posisi kita. Imam Hidayat 1997:33 mengatakan “ makin besar jarak vertikalnya, makin kecil stabilitasnya. Sebaliknya makin kecil jarak vertikalnya, makin besar
stabilitasnya”. Menurut Durrwachter 1982:53 ada beberapa langkah-langkah gerakan
teknik dasar passing bawah dimulai posisi siap melakukan passing sampai posisi setelah melakukan passing. Posisi siap menunggu kedatangan bola, tubuh agak
membungkuk, sikap kaki seperti hendak melangkah dengan posisi kaki selebar bahu, lengan bawah diangkat sehingga mendatar. Kekuatan otot tungkai sangant
dominan dalam gerakan tersebut terutama otot-otot pada tungkai bawah, karena posisi telapak kaki yang jinjit, sehingga diperlukan kekuatan otot tungkai bawah
bagian belakang yang baik.
commit to user
Bola dipantulkan dengan lengan bawah bola mengenai kedua lengan bawah secara bersamaan dan terpantul ke atas lagi, gerak lengan lebih mirip sikap
mengangkat atau mendorong, dan bukan memukul. Otot lengan sangat berperan dalam sukses tidaknya melakukan pasing bawah. Otot bisep dan trisep sebagai
penopang lengan atas juga sangat berperan memberikan dorongan kekuatan dalam melakukan pasing, terlebih pada saat melakukan pasing atas dorongan dari lengan
sangat membantu. Pasing bawah merupakan upaya pemain dengan menggunakan sisi bagian
dalam lengan bawah untuk mengoperkan bola yang dimainkannya kepada teman seregunya untuk dimainkan di lapangan sendiri. Pasing bawah yang baik
membutuhkan kemampuan yang baik pula. Ditinjau dari karakteristik gerakanya, kemampuan fisik yang dominan untuk mendukung pelaksanaan pasing adalah
daya tahan otot tungkai, kekuatan dan daya tahan otot lengan. Menurut Roesdiyanto 1989:36 berpendapat bahwa pasing atas adalah
mengoperkan bola kepada teman sendiri dalam satu regu dengan suatu teknik tertentu, sebagai langkah awal untuk menyusun serangan kepada lawan. Set up
atau pasing atas adalah bentuk lain dari teknik dasar pasing. “Teknik dasar pasing atas merupakan teknik dasar permainan bolavoli yang berperan dalam kelancaran
suatu serangan olae suatu regu, Roesdiyanto 1989:36.” Fungsi dari pasing atas ini cenderung untuk umpan, namun bisa juga sebagai sajian bola awal kepada
pengumpan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pasing atas menurut
Dunphy dan Wilde 2000:54 adalah mengatur kaki lebih lebar dari bahu dengan
commit to user
kaki kanan ke depan, tubuh agak condong ke depan, lengan atas harus tegak lurus dengan lantai, tangan diletakkan agak di depan di atas dahi, jari tangan dibentuk
sesuai lebar ukuran bola, bahu ditarik ke belakang sehingga pada saat mendorong bola posisi tangan tepat berada di depan dahi, keseluruhan ujuang jari harus
menyentuh permukaan bola, posisi tubuh mengarah ke arah target sasaran, untuk menghasilkan follow through yang sempurna diikuti dengan tolakan tungkai,
pinggul dan lengan, diarahkan ke target sasaran. Pasing atas dilakukan dengan dukungan kemampuan fisik yang baik, terutama kekuatan otot lengan dan
kekuatan otot tungkai.
3 Semes
Menurut pendapat Dunpy dan Wilde 2000:68 “Smesh adalah suatu pukulan yang kuat dimana tangan kontak dengan bola secara penuh pada bagian
atas , sehingga jalannya bola terjal dengan kecepatan yang tinggi, apabila pukulan bola lebih tinggi berada diatas net , maka bola dapat dipukul tajam ke bawah.”
Menurut Roesdiyanto 1989:49 “Smesh adalah pukulan keras yang biasanya mematikan karena bola sulit diterima atau dikembalikan.” Spike adalah
merupakan bentuk serangan yang paling banyak digunakan untuk menyerang dalam upaya memperoleh nilai suatu tim dalam permainan voli . Dari beberapa
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa teknik smesh atau spike adalah cara memainkan bola dengan efisien dan efektif sesuai dengan peraturan permainan
untuk mencapai pukulan keras yang biasanya mematikan ke daerah lawan
.
Smesh merupakan bentuk serangan dalam permainan bola voli yang mempunyai ciri-ciri menukik, tajam, dan cepat. Cara melakukannya adalah ;
commit to user
Berdiri dengan salah satu kaki dibelakang sesuai dengan kebiasaan individu tergantung smesher normal atau smesher kidal. Langkahkan kaki satu langkah
kedepan pemain yang baik, dapat mengambil ancang-ancang sebanyak 2 sampai 4 langkah, kedua lengan mulai bergerak kebelakang, berat badan berangsur-
angsur merendah untuk membantu tolakan. Pada tahap tolakan ini, kaki berikutnya dilangkahkan hingga kedua telapak kaki hampir sejajar dan salah satu
kaki agak ke depan sedikit untuk mengerem gerak ke depan, dan sebagai persiapan meloncat ke arah vertikal. Kedua lengan diayun ke belakang atas
sebatas kemampuan berupa gerak rotasi bahu. Bersamaan dengan gerakan ini, kaki ditekuk sehingga lutut membentuk sudut kurang lebih 110º yang merupakan
sudut yang efektif untuk menolak karena dengan sudut tarikan otot yang besar akan menghasilkangaya besar, terlebih karena sudut ini bekerja pada sendi lutut
yang mempunyai sistem katrol anatomik pada sendi lutut yang bersifat ellipsoidea rangkap sendi bujur telur. Setelah itu badan siap untuk meloncat dengan berat
badan lebih banyak bertumpu pada kaki yang depan. Gerakan ini merupakan gerak fleksi tungkai bawah flexi genu yang melibatkan otot hamstring dan
gerak dorsoflexi yang melibatkan otot tibialis anterio untuk persiapan menolak. Tahap menolak secara kontinu dilanjutkan gerakan meloncat dengan tumit
dan jari kaki menghentak tanah. Gerakan ini merupakan gerak ekstensi tungkai bawah ekstensi genu yang melibatkan otot quadricep femoris dan gerakan
plantarflexi yang melibatkan otot gastrocnemius, sambil meloncat kedua lengan diayunkan ke depan atas yang merupakan gerak rotasi bahu ke atas anteflexi
pada sendi bahu yang bersifat globoidea sendi peluru dengan melibatkan otot
commit to user
deltoideus, otot pectoralis major, otot biceps brachii, dan otot coracobrachialis. Sesaat setelah meloncat ketika tubuh melayang di udara posisi togok membusur
ke belakang, yang merupakan gerak hiperekstensi togok kayang. Telapak kaki, pergelangan kaki, panggul, dan togok digerakkan serasi untuk memperoleh
rangkaian gerak yang sempurna agar terwujud gerakan eksplosif dan loncatan vertikal.
Melangkahkan kaki selanjutnya hingga kedua telapak kaki hampir sejajar dan salah satu kaki kedepan sedikit untuk mengerem gerak kedepan dan sebagai
persiapan meloncat kearah vertikal. Mengayunkan kedua lengan kebelakang atas sebatas kemampuan, kaki ditekuk sehingga lutut membuat sudut ±110º, badan
siap untuk meloncat dengan berat badan lebih banyak bertumpu pada kaki yang didepan. Mulai meloncat dengan tumit jari kaki menghentak lantai dan
mengayunkan kedua lengan kedepan atas saat kedua kaki mendorong naik keatas. Telapak kaki, pergelangan tangan, pinggul dan batang tubuh digerakkan serasi
merupakan rangkaian gerak yang sempurna. Gerakan dilakukan dengan eksplosif dan loncatan vertikal.
Jarak bola didepan atas sejangkauan lengan pemukul, segera lecutkan lengan kebelakang kepala dan dengan cepat lecutkan kedepan sejangkauan lengan
terpanjang dan tertinggi terhadap bola. Pukul bola secepat dan setinggi mungkin, perkenaan bola dengan telapak tangan tepat diatas tengah bola bagian atas.
Pergelangan tangan aktif menghentak kedepan dengan telapak tangan dan jari menutup bola. Perkenaan bola lengan pemukul membuat gerakan lanjutan kearah
garis tengah badan dengan diikuti gerak tubuh membungkuk. Gerak lecutan
commit to user
lengan, telapak tangan, badan, tangan yang tidak memukul dan kaki harus harmonis dan eksplosif untuk menjaga keseimbangan saat berada diudara.
Pukulan yang benar akan menghasilkan bola keras dan cepat turun kelantai. Keterampilan ini merupakan kerja koordinasi mata tangan dalam upaya
menepatkan saat yang tepat dari jangkauan lompatan yang tertinggi dengan keberadaan bola yang jatuh. Fase ini kerja otot-otot perut dan punggung sangat
dominan. Otot yang terlibat dalam melakukan smash dilihat dari analisis gerakanya adalah pergelangan tangan aktif menghentak ke depan dengan telapak
tangan dan jari menutup bola yang merupakan gerak fleksi pergelangan tangan dengan melibatkan otot flexor carpi radialis dan otot flexor pollicis longus pada
sendi pergelngan tangan yang bersifat ellipsoidea sendi bujur telur. Lengan pemukul membuat gerakan lanjutan ke arah garis tengah badan gerak retrofleksi
yang melibatkan otot deltoideus, otot pectoralis major,dan otot lactisimus dorsi, dengan diikuti gerak tubuh membungkuk gerak fleksi togok yang melibatkan
otot abdominis dan otot pectineus. Gerakn lecutan lengan, telapak tangan, togok, tangan yang tidak memukul, dan kaki harus harmonis dan eksplosif untuk
menjaga keseimbangan saat berada di udara. Pukulan yang benar akan menghasilkan jalannya bola yang keras dan cepat menurun ke tanah dengan
putaran yang cepat ke arah depan top spin. Pukulan menjadi penting juga untuk menunjukkan pukulan yang terkuat.
Dengan kuatnya pukulan memberikan peluang untuk mendapatkan poin. Saat memukul, otot yang terlibat langsung adalah kelompok bahu seperti deltoid,
travezeus dan triceps serta otot lengan bagian bawah. Mendarat dengan kedua
commit to user
kaki. Lutut lentur saat mendarat untuk meredam perkenaan kaki dengan lantai, mendarat dengan jari-jari kaki telapak kaki bagian depan dan sikap badan
condong kedepan. Otot-otot tungkai menjadi domonan pula dalam menahan berat badan. Gerakan selanjutnya setelah memukul bola di atas net adalah mendarat
dengan kedua kaki mengeper dengan menekuk lutut gerak fleksi tungkai bawah yang lentur untuk meredam perkenaan kaki dengan tanah. Pendaratan dilekukan
dengan jari-jari kaki telapak kaki bagian depan dan sikap badan condong ke depan dengan memperlambat gerakan. Perlambatan gerakan dilakukan untuk
memperkecil momentum hingga menjadi nol berhenti bergerak untuk mencegah cedera dalam bentuk kerusakan sendi.
4 Blok
Blok merupakan daya upaya di dekat jaring untuk mencoba menahanmenghalangi bola yang datang dari daerah lawan. Sikap memblok yang
benar adalah: 1 Jongkok, bersiap untuk melompat. 2 Lompat dengan kedua tangan rapat dan lurus ke atas. 3 Saat mendarat hendaknya langsung menyingkir
dan memberi kesempatan pada kawan satu regu untuk bergantian melakukan blok. Blok dapat diartikan sebagai bendungan pertama serangan dari lawan.
“Blok adalah kunci dari taktik pertahanan dalam bolavoli, seerta merupakan garis pertama pembendung serangan lawan, Dunvy dan Wilde 2000:82.” Blok dapat
menggagalkan ataupun dapat mengurangi efektifitas serangan dari lawan. Sehingga bola yang mengarah pada pertahanan dapat dibendung secara baik.
Teknik dasar blok bolavoli juga memerlukan kajian biomekanik yang sangat dalam. Rangakaian gerakan dalam teknik blok memerlukan kajian mekanis
commit to user
untuk dapat memperoleh tingkat efisiensi dari gerakannya sehingga penguasaan tekniknya maksimal. Urutan teknik blok dalam bolavoli dilaksanakan dengan
prinsip-prinsip mekanis untuk melakukan rangkaian terhadap gerakan selanjutnya. Tinjauan mekanis terhadap rangkaian gerakan blok bolavoli adalah berdiri
tegak bertumpu pada kedua kaki menghadap ke net, kedua tangan diletakkan di depan dada dan telapak tangan posisi membuka. Sikap awal untuk menentukan
efisiensi gerakan yang dilakukan. Untuk mendapatkan efisiensi gerakan dalam melakukan blok maka posisi tangan ditemptkan di depan dada sehingga dapat
memperhitungkan ketepatan dengan bola pada saat melakukan blok di depan net. Sikap awal ini menganut pengertian dari hukum kesetimbangan pertama
yaitu “Badan selalu dalam keadaan setimbang selama proyeksi dari titik berat badan tersebut jatuh dalam bidang tumpuannya, Hidayat 1997:27.” Dalam
perlakuan sikap awal ini masih menggunakan posisi berdiri dengan tumpuan kaki selebar bahu dan membuat tubuh dalam keadaan setimbang karena sebagai awal
persiapan menuju gerakan selanjutnya. Gerak abduksi pada tungkai pada saat kedua tungkai dibuka selebar bahu.
Terjadi gerak endorotasi pada lengan saat sikap awal ini karena posisi tangan bersiap untuk melakukan block. Kelompok otot yang bekerja pada saat
gerakan endorotasi tersebut antara lain subscapularis, pectoralis major, Biceps brachii, Triceps brachii, brachioradialis, Pronator teres, Flexor carpi radialis,
Palmaris Longus, dan Flexor digitorum superficialis. Tumpuan loncatan menggunakan dua kaki untuk menumpu dan ujung kaki sebagai tolakan. Power
otot tungkai sangat diperlukan dalam melakukan tolakan blok.
commit to user
Mekanisme gerakan tumpuan loncatan dibutuhkan perubahan luas permukaan tumpuan. Dengan memperkecil bidang tumpuan maka sikap atau
posisi tubuh akan semakin labil. Sesuai dengan bunyi hukum kesetimbangan kedua “Stabilitas berbanding lurus dengan luas bidang tumpuannya, Hidayat
1997:29.” Untuk melakukan gerakan loncatan diperlukan posisi tubuh yang labil sehingga badan akan lebih mudah digerakkan.
Loncatan ke atas juga akan dipengaruhi oleh posisi anatomis tubuh pada saat meloncat sehingga dapat menghasilkan loncatan maksimal. Posisi tungkai
diharapkan lurus karena untuk tetap menjaga titik berat badan berada di tengah antara tungkai dan togok sehingga memungkinkan sikap seluruh badan tetap
tegak. Posisi togok juga diharapkan tetap tegak pada saat melakukan loncatan, hal ini bertujuan untuk menghasilkan loncatan maksimal secara vertikal sehingga
jangkauan yang diperoleh tetap maksimal. Posisi togok yang lurus pada saat melakukan loncatan ke atas diharapkan untuk menjaga kestabilan serta titik berat
badan tetap pada posisinya. Posisi kedua tangan lurus dengan kedua telapak tangan dibuka selebar-
lebarnya untuk membendung serangan dari lawan. Kestabilan titik berat badan akan berubah oleh karena posisi tubuh yang berbeda-beda, Hidayat 1997:15.
Posisi kedua tangan lurus ke atas dikarenakan untuk meraih jangkauan paling tinggi pada saat membendung serangan serta mempertahankan posisi titik berat
badan sehingga posisi badan tetap stabil meskipun meloncat pada titik maksimal. Kedua telapak tangan dibuka selebar-lebarnya dikarenakan selain untuk
membendung dengan halangan paling luas juga untuk mempertahankan
commit to user
kesetimbangan bola yang datang dengan permukaan bendungan yang luas juga memaksimalkan tumbukan bola dengan tangan agar lenting sempurna.
Terjadi gerak Plantar Flexi pada otot kaki pada saat tumpuan loncatan untuk mendorong ke atas. Tungkai bawah terjadi kontraksi pada otot flexor
digitorum longus, soleus dan gastrocnemius pada saat melakukan loncatan ke atas, selanjutnya terjadi kontraksi pada otot-otot bagian hamstring dan musculus
gluteus maximus. Terjadi kontraksi pada otot-otot pada bagian abdomen mulai dari
kelompok otot rectus abdominis, seratus anterior, pectoralis mayor, dan lattisimus dorsi. Kontraksi terjadi pada saat loncatan vertical diiringi kontraksi
pada otot bagian punggung diantaranya otot punggung, musculus deltoideus, dan trapezius. Rangkaian gerakan terakhir pada saat loncatan yaitu otot-otot pada
bagian lengan terjadi gerakan elevasi saat tangan merintang di atas net, kemudian perputaran pada articulatio humeri dan articulation cubiti, serta diikuti kontraksi
pada musculus deltoideus. Pendaratan menggunakan tumpuan dua kaki dengan luas permukaan
tumpuan selebar bahu. Perubahan luas permukaan tumpuan dengan memperkecil bidang tumpuan untuk pendaratan maka sikap atau posisi tubuh akan semakin
labil. Sesuai dengan bunyi hukum kesetimbangan kedua “Stabilitas berbanding lurus dengan luas bidang tumpuannya, Hidayat 1997:29.” Melakukan gerakan
pendaratan diperlukan posisi tubuh yang labil pada saat awal mendarat dengan ujung kaki sebagai awal tumpuan sehingga badan akan lebih mudah digerakkan.
Gerakan pendaratan ini selanjutnya menganut pengertian dari hukum
commit to user
kesetimbangan pertama yaitu “Badan selalu dalam keadaan setimbang selama proyeksi dari titik berat badan tersebut jatuh dalam bidang tumpuannya, Hidayat
1997:27.” Dalam gerakan pendaratan ini setelah bertumpu pada ujung kaki sebagai awal tumpuan kemudian berlanjut dengan seluruh telapak kaki untuk
merubah posisi tubuh menjadi stabil serta menggunakan posisi tumpuan kaki selebar bahu dan membuat tubuh dalam keadaan setimbang.
Poin utama pada saat pendaratan adalah anteflexi pada plantar fascitis dan plantar fascia sebagai kebalikan dari gerakan pada saat meloncat. Tingkat
kompleksitas dari gerakan blok sangat memerlukan kajian yang mendalam terhadapnya. Tinjauan secara anatomi maupun mekanika gerak sangat dibutuhkan
dalam menganalisa kemampuan fisik yang mendukung dalam melakukan blok dalan bolavoli.
c. Latihan Fisik
Annarino 1980:8 mengatakan bahwa “Latihan ditujukan untuk mempersiapkan atlet dalam suatu pertandingan atau kompetisi dalam usaha
mencapai prestasi yang optimal. Foss, Keteyian 1998:278 kata exercise diartikan sebagai 1 Aktivitas fisik yang melibatkan penggunaan kelompok otot
besar dari pada kelompok otot yang sangat khusus, secara relatif gerakan-gerakan tanpa beban dari kelompok-kelompok otot kecil. Yang termasuk di dalam exercise
adalah: menari, kalestinis, permainan dan aktivitas yang lebih formal seperti jogging, renang dan lari. 2 Beberapa bentuk gerakan yang dirancang untuk
melatih atau memperbaiki atau meningkatkan keterampilan, sehingga exercise
commit to user
dapat disimpulkan sebagai sebagai aktivitas yang dilakukan dalam satu sesi waktu. Senada dengan pendapat dua ahli di atas, Lutan dkk 1991:88
mengungkapkan bahwa latihan fisik adalah latihan yang bertujauan untuk meningkatkan kondisi fisik, yaitu faktor yang amat penting bagi setiap atlit. Tanpa
kondisi fisik yang baik, atlet tidak akan dapat mengikuti latihan-latihan, apalagi bertanding dengan sempurna. Beberapa unsur kemampuan fisik dasar yang perlu
dikembangkan antara lain kekuatan, daya tahan, kelentukan, kelincahan dan kecepatan.
Latihan didefinisikan sebagai sebuah aktivitas dengan menggunakan otot-otot yang terlibat dalam berbagai cara untuk menjaga kesegaran jasmani atau
penggunaan jasmani demi memelihara organ atau bagian tubuh dan fungsinya agar selalu dalam keadaan sehat. Latihan adalah suatu aktivitas fisik untuk
neningkatkan kinerja tubuh, kebugaran, kekuatan, daya tahan dan meningkatkan penampilan tubuh. Dari beberapa pengertian istilah tersebut di atas maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut: Latihan :
- Penekanan pada aktivitas fisik saja,
- Sebagai aktivitas yang dilakukan dalam satu sesi waktu,
- Melibatkan kelompok otot-otot besar,
- Pengembangan segala aspek yang ada pada individu untuk mencapai target-
target tertentu.
commit to user
1 Tujuan Latihan Fisik
Tujuan latihan fisik dalam bolavoli secara umum adalah untuk meningkatkan prestasi secara optimal, sedangkan tujuan yang lebih khusus adalah
untuk meningkatkan performa gerak, dalam hal ini meningkatkan performa keterampilan dalam bolavoli.
Menurut Bompa 1990:3-5 bahwa dalam rangka mencapai tujuan utama latihan yaitu puncak penampilan prestasi yang lebih, perlu kiranya memperhatikan
tujuan-tujuan latihan sebagai berikut: a Mencapai dan memperluas perkembangan fisik secara menyeluruh.
b Menjamin dan memperbaiki perkembangan fisik khusus sebagai suatu kebutuhan yang telah ditentukan di dalam praktek.
c Menanamkan kualitas kemauan melalui latihan yang mencakup serta disiplin untuk tingkah laku, ketekunan dan keinginan untuk
menanggulangi kerasnya latihan dan menjamin persiapan psikologis yang cukup.
d Mempertahankan keadaan kesehatan. e Mencegah cidera melalui pengamanan terhadap penyebabnya dan juga
meningkatkan fleksibilitas di atas tingkat tuntutan untuk melaksanakan gerakan.
f Memberikan sejumlah pengetahuan teoritis yang berkaitan dengan dasar- Dasar fisiologis dan psikologis latihan, perencanaan gizi dan regenerasi.
Selain hal diatas latihan fisik bertujuan untuk: a Meningkatkan perkembangan fisik secara umum,
commit to user
b Mengembangkan fisik secara khusus sesuai dengan tujuan olahraga tertentu,
c Menyempurnakan teknik olahraga tertentu Bompa, 1990:45. Keberhasilan dalam penampilan olahraga tidak hanya ditentukan oleh
pencapaian pada domain fisik saja, melainkan juga ditentukan oleh pencapaian pada domain psikomotor, kognitif dan afektif. Domain ini dalam kenyataannya
merupakan satu kesatuan yang saling terkait, maka dalam peningkatannya harus dikembangkan secara bersamaan atau simultan. Menurut Hare 1982:8 secara
terinci tujuan latihan adalah sebagai berikut: a Mengembangkan kepribadian.
b Kondisi dengan sasaran utama untuk meningkatkan power, kecepatan dan daya tahan.
c Meningkatkan teknik dan koordinasi gerak. d Meningkatkan taktik.
e Meningkatkan mental. Tujuan utama atlet berlatih adalah untuk mencapai puncak prestasinya,
sehingga untuk itu pembinaan atlet harus direncanakan dengan baik dan benar serta didasarkan pada konsep periodisasi dan metodeologi serta prinsip-prinsip
latihan.
2 Prinsip Latihan Fisik
Latihan olahraga merupakan suatu latihan dalam upaya untuk meningkatkan fungsi sistem organ tubuh agar mampu memenuhi kebutuhan tubuh
secara optimal ketika berolahraga. Agar latihan olahraga mencapai hasil yang
commit to user
maksimal, harus memiliki prinsip latihan. Menurut Fox, Bowers Foss 1988:288, prinsip dasar dalam program latihan adalah mengetahui sistem energi
utama yang dipakai untuk melakukan suatu aktivitas dan melalui prinsip beban berlebih overload untuk menyusun satu program latihan yang akan
mengembangkan sistem energi yang bersifat khusus pada cabang olahraga. Adapun prinsip-prinsip latihan yang secara umum diperhatikan adalah
sebagai berikut: a Prinsip Kekhususan Specificty
Latihan bertujuan untuk mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan harus bersifat khusus, yaitu khusus mengembangkan kemampuan tubuh sesuai
dengan tuntutan dalam cabang olahraga yang akan dikembangkan. Kekhususan dalam hal ini adalah spesifik terhadap sistem energi utama, spesifik terhadap
kelompok otot yang dilatih, pola gerakan, sudut sendi dan jenis kontraksi otot. Prinsip kekhususan dalam bolavoli adalah latihan kondisi fisik sesuai dengan
kebutuhan gerak dalam bolavoli Menurut Bompa 1990:34 bahwa ada dua hal yang perlu diperhatikan
dalam prinsip kekhususan yaitu: 1 melakukan latihan-latihan khusus sesuai dengan
karakteristik cabang olahraga, 2 melakukan
latihan untuk
mengembangkan kemampuan biomotorik khusus dalam olahraga. Soekarman 1987:60 mengemukakan bahwa latihan itu harus khusus untuk meningkatkan
kekuatan atau sistem energi yang digunakan dalam cabang olahraga yang bersangkutan. Latihan harus ditujukan khusus terhadap sistem energi atau serabut
otot yang digunakan, juga dikaitkan dengan peningkatan ketrampilan motorik
commit to user
khusus. Program latihan yang dilakukan harus bersifat khusus, disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam cabang olahraga.
b Prinsip Beban-Lebih The Overload Priciples Prinsip beban lebih adalah prinsip latihan yang menekankan pada
pembebanan latihan yang lebih berat daripada yang mampu dilakukan oleh atlet, Atlet harus selalu berusaha berlatih dengan beban yang lebih berat daripada yang
mampu dilakukan saat itu, artinya berlatih dengan beban yang berada diatas ambang rangsang. Kalau beban latihan terlalu ringan dibawah ambang rangsang,
walaupun latihan sampai lelah, berulang-ulang dan dengan waktu yang lama, peningkatan prestasi tidak mungkin tercapai.
Pemberian beban dimaksud agar tubuh beradaptasi dengan beban yang diberikan tersebut, jika itu sudah terjadi maka beban harus terus ditambah sedikit
demi sedikit untuk meningkatkan kemungkinan perkembangan kemampuan tubuh. Penggunaan beban secara overload akan merangsang penyesuaian
fisiologis dalam tubuh, sehingga peningkatan prestasi terus-menerus hanya dapat dicapai dengan peningkatan beban latihan, Bompa 1990:44. Untuk mendapatkan
efek latihan yang baik organ tubuh harus diberi beban melebihi beban dari aktivitas sehari-hari. Beban yang diberikan mendekati maksimal hingga
maksimal, Brook Fahey 1984:84. c Prinsip Beban Bertambah The Prinsiples of Progresive
Beban latihan adalah sejumlah intensitas, volume, durasi dan frekuensi dari suatu aktivitas yang harus dijalani oleh atlet dalam jangka waktu tertentu
commit to user
untuk meningkatkan kemampuan fungsional dari sistem organ tubuhnya agar mampu beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi sesuai dengan tujuan latihan.
Peningkatan pemberian beban hendaknya dilakukan secara progresif dan bertahap. Progresif artinya beban latihan selalu meningkat, dari awal sampai akhir
latihan. Peningkatan berat beban dilakukan tidak sekaligus, tetapi bertahap. Diawali dengan beban rendah dan dilanjutkan ke beban yang semakin tinggi,
bukan sebaliknya pada awal latihan diberikan beban berat, kemudian makin lama beban latihanya semakin ringan. Menurut Nala 1998:34 bahwa yang
dimaksudkan dengan beban latihan tidaklah selalu pengertiannya kuantitatif, tetapi mencakup kuantitatif dan kualitatif. Beban latihan yang bersifat kuantitatif
ini, beban latihannya dapat berupa berat beban yang harus diangkat, banyaknya repetisi, set, lama istirahat per set, kecepatan, frekuensi perminggu dan
sebagainya. Bagi atlet cabang olahraga yang lain tentu beban latihannya akan berbeda, sebab tujuan latihannya berbeda. Beban latihan yang bersifat kualitatif
dapat berupa presentase intensitas latihan, berapa persen beban latihan diambil pada awal latihan dan berapa persen peningkatanya.
d Prinsip Individualitas The Prinsiples of Individuality Pada prinsipnya masing-masing individu berbeda satu dengan yang lain.
Dalam latihan setiap individu juga berbeda kemampuannya, manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan tersebut direncanakan dan dilaksanakan
berdasarkan karakteristik dan kondisi individu atlet. Oleh karena itu faktor-faktor karakteristik individu atlet harus dipertimbangkan untuk menyusun program
latihan. Berkaitan dengan hal ini Harsono 1988:112-113 mengemukakan bahwa:
commit to user
faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, bentuk tubuh, kedewasaan, latar belakang pendidikan, lamanya berlatih, tingkat kesegaran jasmaninya, ciri-ciri
psikologisnya, semua itu harus ikut dipertimbangkan dalam menyusun program latihan. Latihan yang dilakukan harus direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan
karakteristik dan kondisi individu atlet. Program latihan yang disusun dan pembebanan yang diberikan dalam latihan harus sesuai dengan kondisi tiap-tiap
individu. e Prinsip Reversibelitas The Prinsiples of Reversibility
Kemampuan fisik yang dimiliki seseorang tidak menetap, tetapi dapat berubah sesuai dengan aktivitas yang dilakukan. Keaktifan seseorang melakukan
latihan atau kegiatan fisik dapat meningkatkan kemampuan fisik, sebaliknya ketidakaktifan atau tanpa latihan akan menimbulkan kemunduran kemampuan
fisik. Menurut Soekarman 1987:60 bahwa, setiap hasil latihan kalau tidak dipelihara akan kembali keadaan semula. Berdasarkan prinsip ini, latihan fisik
harus secara teratur dan kontinyu. Prinsip ini harus dipegang oleh pelatih maupun atlet. Latihan yang teratur
dan kontinyu akan membawa tubuh untuk dapat segera menyesuaikan diri pada situasi latihan. Adaptasi tubuh terhadap situasi latihan ini, maka kemampuan
tubuh dapat meningkat sesuai dengan rangsangan yang diberikan.
3 Komponen Latihan Fisik
Setiap kegiatan fisik yang dilakukan atlet, akan mengarah kepada sejumlah perubahan yang bersifat anatomis dan fisiologis, biokimia dan kejiwaannya.
Bompa 1990:75 mengatakan bahwa, efisiensi dari suatu latihan merupakan
commit to user
akibat dari; waktu yang dipakai, jarak yang ditempuh dan jumlah pengulangan volume; beban dan kecepatannya intensitas; serta frekuensi penampilannya
densitas. Seorang pelatih harus mempertimbangkan semua aspek yang yang menjadi komponen latihan tersebut diatas.
a. Intensitas Latihan Menentukan volume dan densitas suatu latihan, faktor intensitas ini harus
ditetapkan terlebih dahulu. Berapa persen akan diberikan takaran pada unsur volume dan densitas agar latihan mencapai hasil seperti yang direncanakan.
Menurut Bompa 1990:77 bahwa, intensitas merupakan salah satu komponen yang sangat penting untuk dikaitkan dengan komponen kualitatif kerja yang
dilakukan dalam kurun waktu yang diberikan. Lebih banyak kerja yang dilakukan dalam satuan waktu akan lebih tinggi pula intensitasnya. Intensitas adalah fungsi
dari kekuatan rangsangan syaraf yang dilakukan dalam latihan; dan kekuatan atau rangsangan tergantung dari beban kecepatan gerakannya variasi interval atau
istirahat diantara tiap ulangannya. Tingkat intensitas dapat diukur sesuai dengan jenis latihannya. Untuk
latihan yang melibatkan kecepatan diukur dalam meter per detik mdt tentang rata-rata gerakan yang dilakukan untuk setiap menitnya. Intensitas latihan berbeda
satu sama lain tergantung dari cabang olahraga. Ada beberapa cara untuk mengukur besarnya rangsangan terhadap intensitas. Sebagai contoh bentuk latihan
yang akan mengembangkan kecepatannya, yaitu melalui persentase dari intensitas maksimalnya, dimana 100 merupakan prestasi tertinggi. Kualitas suatu
commit to user
intensitas yang menyangkut kecepatan dari suatu latihan ditentukan oleh besar kecilnya persentase dari kemampuan maksimalnya.
Tabel 2.1 Tingkat Intensitas Latihan Kecepatan dan Kekuatan
Harre, 1982 dalam Bompa, 1990:78 Intensity
Number Percentage of the
Maximum Perfomance Intensity
1 2
3 4
5 6
30-50 50-70
70-80 80-90
90-100 100-105
Low Intermediate
Medium Submaximum
Maximum Supermaximum
Alternatif lain untuk menentukan intensitas adalah berdasarkan atas sistem energi yang dipakai dalam latihan. Menurut Bompa 1990:78 klasifikasi ini lebih
tepat untuk cabang olahraga yang cyclic.
Tabel 2.2 Lima Daerah Intensitas Untuk Olahraga Cyclic Bompa, 1990:78
Zone No.
Duration of Work
Levef of Intensity
System producing the
energy for work
Ergogenesis Anaerobic
Aerobic
1 2
3 4
5 1-15 sec
15-60 sec 1-6 min
6-30 min Over 30
min Up to maximum
limits Maximum
Sub-maximum Medium
Low ATP-PC
ATP-PC and LA
LA+aerobic Aerobic
Aerobic 100-90
90-80 70-40-30
40-30-10 5
0-5 10-20
30-60-70 60-70-90
95 Sumber : Bompa 1990:78
Zona intensitas pertama merupakan tuntutan yang kuat terhadap atlet untuk mencapai batas yang lebih tinggi, yang terdiri dari suatu kegiatan atau
latihan dalam waktu yang pendek sampai 15 detik dan dilakukan sangat dinamik
commit to user
dengan menunjukkan adanya suatu frekuensi gerak yang sangat tinggi dan mobilitas syaraf yang tinggi. Latihan pada jarak waktu yang pendek, tidak
memberikan kesempatan kepada sistem syaraf autonomic untuk menyesuaikan diri dengan latihan tersebut. Tuntutan fisik pada cabang yang khusus dalam zona
ini adalah lari cepat 100 meter, membutuhkan aliran oksigen O
2
yang tinggi, yang tidak dapat disediakan oleh tubuh manusia. Berdasarkan Gandelsman dan
Smirnov dalam Bompa 1990:79, bahwa selama melakukan lari cepat 100 meter, tuntutan O
2
adalah 66-80 liter per menit, dan selama cadangan O
2
pada jaringan tidak mampu memenuhi kebutuhan tadi, mungkin atlet tersebut akan
menghendaki hutang oksigen sebesar atau sampai 80-90 dari kebutuhan O
2
yang dipakai pada pacuan yang cepat. Hutang O
2
ini akan dibayar kembali melalui pemakaian tambahan O
2
setelah latihan dilakukan, yang akan memberikan kesempatan pula untuk mengganti cadangan ATP-PC kembali selama pacuan
tersebut. Akibatnya, kita harus mengambil satu kesimpulan bahwa kelanjutan terhadap tuntutan suatu latihan akan dibatasi oleh pengiriman O
2
dalam organisme serta ATP-PC yang disimpan dalam otot, seperti kemampuan seseorang dalam
mempertahankan hutang O
2
yang tinggi. Selama berlatih atlet dipaksa untuk merasakan berbagai tingkatan
intensitas, organisme menyesuaikan dirinya terhadap tingkatan intensitas dengan cara meningkatkan fungsi fisiologinya untuk memenuhi tuntutan latihan.
Berdasarkan atas perubahan fisiologi ini khususnya denyut jantung HR, pelatih harus mendeteksi serta memantau intensitas program latihannya. Klasifikasi akhir
commit to user
dari intensitas berdasarkan atas denyut jantung, berikut ini tabel intensitas berdasarkan reaksi denyut jantung terhadap beban latihan:
Tabel 2.3 Intensitas Berdasarkan Reaksi Denyut Jantung Terhadap Beban Latihan
Nikiforov, 1974 dalam Bompa, 1990:81 Zone
Tipe of Intensity Heart RateMin
1 2
3 4
Low Medium
High Maximum
120-150 150-170
170-185 185
Sumber : Bompa, 1990:81 b. Volume Latihan
Volume merupakan komponen latihan yang paling penting dalam setiap latihan. Volume latihan merupakan jumlah seluruh aktivitas yang dilakukan
selama latihan. Sering tidak tepat, volume latihan ini disamakan dengan durasi atau lama latihan. Pada hal durasi ini merupakan bagian dari volume latihan. Pada
umumnya volume latihan ini terdiri atas: 1 Durasi atau lama waktu latihan dalam detik, menit, jam, hari, minggu atau
bulan. 2 Jarak tempuh meter, berat beban kilogram, jumlah angkatan dalam satuan
waktu berapa kilogram dapat diangkat dalam waktu satu menit. 3 Jumlah repetisi, set atau penampilan unsur teknik dalam satu kesatuan waktu
berapa kali ulangan dapat dilakukan dalam waktu satu menit. Penggunaan repetisi dan set ini amat penting dalam meningkatkan kemampuan komponen
biomotorik seperti kecepatan, Bompa 1990:75-77.
commit to user
Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakan bahwa, volume latihan adalah jumlah kerja secara keseluruhan yang dinyatakan dengan satuan jarak,
waktu, berat dan jumlah pengulangan bentuk latihan yang dilakukan selama satu kali latihan atau selama fase latihan.
c. Densitas Latihan Densitas merupakan ukuran yang menunjukkan kepadatan atau
kekerapatan frekuensi dari suatu seri rangsangan per satuan waktu yang terjadi pada atlet ketika sedang berlatih. Bompa 1990:89 menyatakan bahwa densitas
merupakan suatu frekuensi dimana atlet dihadapkan pada sejumlah rangsang per satuan waktu. Densitas berkaitan erat dengan frekuensi dan waktu latihan. Rasio
antara ferkuensi latihan dan interval istirahat menunjukkan densitas dari latihan. Densitas latihan tinggi jika rasio menujukkan frekuensi banyak sedangkan waktu
durasi latihannya pendek. Densitas
yang mencakupi
dapat menjamin
efesiensi latihan,
menghindarkan atlet dari jangkauan kelelahan yang kritis atau bahkan sangat melelahkan. Suatu densitas latihan yang seimbang akan mengarah kepada
pencapaian rasio optimal antara rangsangan latihan dan pemulihan. Dalam pelaksanaan latihan dianjurkan istirahat antara dua session latihan sedikitnya 48
jam dan sebaiknya tidak lebih dari 96 jam. Harsono 1988:194 yang menyatakan bahwa: Istirahat antara dua session latihan sedikitnya 48 jam, dan sebaiknya tidak
lebih dari 96 jam. Demikian sebaiknya latihan dilakukan 3 kali seminggu dan diselinggi dengan satu hari istirahat hari senin, rabu dan jumat untuk
memberikan kesempatan bagi otot untuk berkembang dan mengadaptasikan diri
commit to user
pada hari istirahat. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Fox, Bower Foss 1993:296 bahwa frekuensi latihan untuk lari anaerob adalah 3 kali seminggu.
d. Latihan Beban
Latihan beban atau weight training merupakan latihan fisik dengan bantuan alat berupa besi sebagai beban, yang tujuan utamanya untuk memberikan
efek terhadap otot-otot rangka dan memberikan perubahan secara morfologis, khususnya ditujukan untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot guna
membantu kemajuan penampilan seseorang. Sesuai dengan batasan strength yaitu kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan, maka
latihan-latihan yang cocok untuk mengembangkan kekuatan adalah latihan tahanan resistance exercise dimana kita harus mengangkat, mendorong, atau
menarik suatu beban, Harsono 2001:25. Beban yang dimaksud adalah beban dari dalam yaitu beban dari aggota tubuh sendiri internal resistance dan beban yang
berasal dari luar external resistance. Menurut jenis kontraksi ototnya, latihan tahanan dapat digolongkan
dalam empat kategori Fox 1984:129, yaitu kontraksi isometrik, kontraksi isotonik, kontraksi eksentrik dan kontraksi isokinetik. Dalam kontraksi isometrik
otot-otot ditegangkan, tetapi tidak memanjang atau memendek sehingga tidak nampak suatu gerakan, atau dengan kata lain tidak ada jarak yang ditempuh.
Kontraksi isotonik dalam latihan tahanan adalah jika suatu gerakan terjadi akibat dari gerakan otot yang memanjang dan memendek sehingga dapat
terjadi perubahan dalam panjang otot. Tipe kontraksi ini disebut juga dengan dynamic contraction. Salah satu macam latihan tahanan secara isotonis adalah
commit to user
weight training atau yang biasa kita sebut dengan latihan berbeban. Kontraksi yang ketiga adalah kontraksi isokinetik, yaitu kontraksi otot secara maksimal
dengan kecepatan konstan. Kontraksi isokinetik ini biasanya terjadi selama kegiatan olahraga berlangsung. Yang terakhir adalah kontraksi eksentrik,
walaupun dalam penelitian dinyatakan bahwa otot secara maksimal menghasilkan 40 tegangan lebih baik menggunakan latihan eksentrik dari pada latihan
konsentrik dan secara teori hal ini akan menyebabkan pengembangan kekuatan lebih besar tetapi latihan dengan tipe kontraksi otot ini akan menimbulkan rasa
sakit pada otot. Kesimpulan dari uraian di atas adalah bahwa latihan beban adalah suatu
latihan yang menggunakan beban baik beban dari dalam maupun beban dari luar yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot, latihan ini termasuk jenis
latihan tahanan yang mempunyai tipe kontraksi otot isotonik. Sebagai hasil dari latihan kekuatan adalah terbentuknya beberapa tipe kekuatan otot, antara lain
seperti yang dijelaskan oleh Bompa 1990: 23 yaitu: 1 Kekuatan umum general strength: mengacu pada kekuatan dari seluruh sistem otot. Karena
kekuatan umum merupakan dasar dari seluruh program kekuatan, maka semua otot dalam tubuh harus dikembangkan, 2 Kekuatan spesifik specific strength:
mengacu pada kekuatan otot yang khusus diperlukan untuk cabang olahraga tertentu, 3 Kekuatan maksimal maximal strength: kemampuan untuk
mengangkat suatu beban 100 yang hanya bisa diangkat dalam satu kali angkatan 1 RM, di dalam latihan beban kekuatan maksimal otot ini digunakan
sebagai dasar untuk menghitung berat beban yang akan diangkat. 4 Daya tahan
commit to user
otot muscular endurance: merupakan kemampuan otot untuk bekerja terus- menerus dalam waktu yang lama, sebagai hasil dari penekanan latihan daya tahan
dan kekuatan. 5 Kekuatan absolut absolute strength: merupakan kemampuan atlet untuk menggunakan kekuatan maksimunya tanpa memperhatikan berat
badannya sendiri. 6 Kekuatan relatif relative strength: merupakan perbandingan antara kekuatan absolut dengan berat badan, kekuatan relatif ini
penting untuk cabang olahraga seperti senam gymnastics dan olahraga yang menggunakan ketentuan berat badan dalam bertanding.
Di dalam latihan beban, rangkaian latihan harus disusun sesuai dengan tujuannya, disamping itu juga harus memperhatikan pengaruh kelelahan yang
terjadi pada otot. Maka dari itu tidak boleh melakukan latihan beban dengan kelompok otot yang sama dalam jangka waktu dua hari, karena otot memerlukan
waktu untuk menguatkan diri kembali dan mendapatkan kekuatan lagi diantara sesi atau periode latihan beban Rice M 2007. Berikut adalah tabel bentuk latihan
beban dan kelompok otot yang dapat dilatih dalam latihan beban agar lebih bervariatif dalam memilih bentuk latihan beban, Harsono 2001: 31 memberikan
contoh 22 macam bentuk latihan lain yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 2.4 Bentuk Latihan Beban dan Kelompok Otot Utama yang Dilatih Bentuk latihan
Otot utama yang dilatih
Press Bahu, deltoid, trisep
Sit up Perut
Leg press Paha depan
Heel raise Betis
Leg curl Paha belakang, betis
Rowing Punggung
Ektensi tubuh Punggung
Lateral pull down Punggung latisimus dorsi
commit to user
Bentuk latihan Otot utama yang dilatih
Wrist curl Lengan bawah, pergelangan tangan
Curl Bisep
Pull over Dada
Bench press Dada, trisep, deltoid
Triceps stretch Trisep
Triceps extension Trisep
Leg extension Paha depan
Lunge Paha depan
High pull Bahu, rhomboid, trapesius
Upright rowing Bahu, trapesius, deltoid
Squat jump Tungkai quadrisep
Good morning exercise Punggung
Shoulders shrug Bahu, pundak, trapesius
Snatch Tungkai, punggung, bahu, deltoid
Sumber: Harsono, 2001: 31
1 Prinsip Latihan Beban
Secara umum dianjurkan bahwa di dalam melakukan aktivitas fisik harus menerapkan prinsip-prinsip olahraga yang tepat agar tujuan dari latihan aktivitas
fisik tersebut dapat tercapai dengan baik. Menurut Fox 1984:124-127 menyatakan bahwa latihan beban harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut: a Prinsip Overload
Dengan menerapkan prinsip overload maka kelompok otot akan berkembang kekuatannya secara efektif. Penggunaan beban secara overload akan
merangsang penyesuaian fisiologis dalam tubuh yang mendorong meningkatnya kekuatan otot. Westcott 1982: 38 mengemukakan ”tambahan beban baru
hendaknya tidak lebih dari 5 dari berat beban sebelumnya, hal ini didasarkan pada penelitiannya yang menunjukkan bahwa kenaikan kekuatan antara 2 - 6.
b Prinsip penggunaan beban secara progresif
commit to user
Sejak otot diberikan beban yang melebihi kemampuannya maka otot akan mengalami adaptasi fisiologis dimana akan terjadi proses peningkatan kekuatan
otot. Bila proses adaptasi ini telah dicapai, maka kerja otot yang tadinya melebihi beban kemampuannya akan tidak lagi overload. Ketika otot menerima beban yang
lebih overload, kekuatannya menjadi bertambah. Jika kekuatan otot sudah bertambah program latihan berikutnya harus ditingkatkan lagi yaitu dengan
menambahkan beban pada setiap sesi latihan agar hasilnya semakin maju. Penambahan beban dilakukan bila otot yang sedang dilatih belum merasakan letih
pada suatu set dengan repetisi yang ditentukan. c Prinsip pengaturan latihan
Di dalam melakukan latihan beban, kelompok otot yang dilatih harus kelompok otot yang besar terlebih dahulu sebelum kelompok otot yang kecil,
karena sesuai dengan pola gerak manusia, bahwa otot-otot kecil lebih cepat mengalami kelelahan daripada otot besar. Sehingga pemberian latihan beban
harus dimulai dari otot besar dan diikuti otot-otot kecil. Di samping itu program latihan harus diatur agar tidak terjadi dua kelompok otot pada tubuh yang sama
mendapat dua kali latihan secara berurutan. Berikut adalah gambar kelompok otot besar yang harus dilatih terlebih dahulu:
commit to user
Gambar 2.1 Kelompok Otot Besar yang Harus Dilatih dalam Latihan Beban. Sumber: Sajoto, M 1995: 32
Keterangan: 1. Tungkai bagian atas dan pinggul
2. Dada dan lengan atas 3. Punggung dan bagian posterior tungkai
4. Tungkai bagian bawah dan pergelangan kaki 5. Bahu dan bagian posterior lengan atas
6. Otot perut 7. Bagian anterior lengan atas
d Prinsip kekhususan program latihan Pengembangan kekuatan dalam latihan beban adalah khusus bukan hanya
bagi kelompok tertentu yang dilatih, tetapi juga terhadap pola gerakan yang dihasilkan. Dengan kata lain, latihan peningkatan kekuatan hendaknya melibatkan
gerakan yang langsung menuju nomor-nomor gerakan cabang olahraga yang bersangkutan.
commit to user
Dalam latihan beban hendaknya memperhatikan penerapan prinsip lain yang berkaitan dengan dosis latihan yaitu prinsip FITT. Penerapan prinsip FITT
oleh Bompa, 1990:79 dijelaskan sebagai berikut: a Frekuensi
Frekuensi untuk latihan beban hendaknya dilakukan 2-4 hari dalam satu minggu per kelompok otot.
b Intensitas Penerapan intensitas dalam latihan merupakan kunci utama dalam
mencapai tujuan dari program pelatihan. Intensitas merupakan komponen kualitatif dari penampilan kerja dalam satu periode pada satu waktu, jadi
penampilan kerja yang lebih per satuan waktu disebut intensitas tinggi Bompa, 1990:79. Intensitas adalah fungsi kekuatan yang mendorong syaraf bekerja
dalam proses pelatihan dan kekuatan pendorong yang bergantung dari suatu beban latihan, kecepatan penampilan dari pergerakan, variasi dari interval, atau waktu
istirahat antara repetisi latihan. Unsur penting dalam intensitas adalah ketegangan secara fisiologikal yang menyertai suatu latihan. Jadi intensitas bukan hanya usaha
dari otot saja tetapi juga dipengaruhi oleh syaraf yang mengeluarkan energi selama latihan atau pada saat berlomba.
c Time Lama latihan Lama latihan didefinisikan sebagai jumlah satuan waktu menit atau jam
setiap kali latihan dilaksanakan dan diartikan berapa minggu atau berapa bulan suatu program latihan berlangsung.
commit to user
d Type Jenis latihan Type adalah jenis latihan khusus yang akan ditampilkan, antara lain
macam-macam latihan, jenis peralatan, dan jenis gerakan digunakan untuk latihan beban, dan perbedaan antara jarak suatu cara latihan dari sedikit menjadi lebih
banyak. Perbedaan tersebut meliputi besarnya kekuatan, waktu menghasilkan kekuatan, kecepatan kontraksi, stabilitas otot yang digunakan, ROM range of
motion, dan lain-lain.
2 Intensitas Latihan Beban
Intensitas dalam latihan beban harus diperhatikan karena merupakan dasar dalam menentukan jumlah repetisi maksimum RM yang akan ditampilkan.
1 RM adalah jumlah beban maksimum yang hanya dapat diangkat satu kali. Beban yang dimaksud dalam latihan ini adalah sebagai pernyataan dari intensitas
yaitu massa atau berat yang akan diangkat dalam latihan. Intensitas dalam latihan beban dapat dibedakan menjadi 5 kategori yaitu supermaximum, maximum, heavy,
medium dan low, Bompa 1994: 59. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.5 Kategori Intensitas dan Tipe Kontraksi Intensity Value
Load of 1 RM
Type of Contraction
1 Supermaximum 100
Eccentric Isometric 2
Maximum 90 – 100
Concentric 3
Heavy 80 – 90
- “ - 4
Medium 50 – 80
- “ - 5
Low 30 – 50
- “ - Sumber: Bompa. 1994: 59
Pembagian intensitas dalam lima kategori tersebut akan lebih mempermudah untuk memilih seberapa besar beban yang akan digunakan dalam
commit to user
memulai latihan beban. Untuk itu pengaturan intensitas latihan sangat penting dilakukan oleh para pelatih atau instruktur fitness yang ada di klub-klub
kebugaran, karena dengan mengatur intensitas latihan akan terbentuk tipe kekuatan otot yang akan dikembangkan, selain itu tujuan dari latihan baik untuk
prestasi, kebugaran ataupun memperbaiki penampilan akan tercapai dengan baik. Tabel berikut akan memperjelas hubungan jumlah beban dan tipe kekuatan yang
akan dikembangkan, Bompa 1994: 60.
Tabel 2.6 Hubungan Jumlah Beban dan Tipe Kekuatan
Sumber: Bompa. 1994: 60 Dengan mengacu pada tabel tersebut, program latihan kekuatan lebih
mudah untuk dibuat. Di dalam penelitian ini akan menggunakan latihan beban dengan intensitas rendah dan latihan dengan intensitas sedang, sehingga tipe
kekuatan otot yang dihasilkan adalah daya tahan otot Muscular Endurance lebih spesifiknya adalah M – E short dan M – E medium.
Selain unsur kualitatif yaitu intensitas, di dalam latihan beban juga harus memperhatikan volume latihan yang merupakan unsur kuantitatif dari program
commit to user
pelatihan Bompa, 1990: 77. Volume latihan adalah banyaknya penampilan kerja latihan. Bompa 1990: 77 dan 1994: 57 menjelaskan bahwa volume latihan
merupakan penggabungan yang bulat dari: a. Waktu atau durasi pelatihan
b. Jumlah beban yang diangkat per sesi atau tahap pelatihan c. Jumlah latihan selama pelatihan
d. Jumlah set dan repetisi per sesi latihan atau pelatihan Variasi dalam pembuatan volume latihan, akan menentukan tipe dari
latihan beban yang akan ditampilkan. Bompa 1994: 63 menjelaskan hubungan antara repetisi latihan dengan tipe latihan kekuatan sebagai berikut: untuk
mengembangkan kekuatan maksimal 85-105 jumlah repetisinya adalah sangat rendah 1-7, power 50-80 dari maksimal jumlah repetisinya adalah sedang 5-
10 dan gerakan dilakukan dengan dinamis, untuk M – E short jumlah repetisinya adalah 10-30, M-E medium repetisi latihannya adalah 30-60 harus terus-menerus
tidak boleh berhenti, M-E long repetisi latihan yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak terkadang sampai mencapai batas limit yang ditentukan yaitu sekitar
100-150. Selain menggunakan pedoman jumlah repetisi dalam menentukan tipe latihan beban, Bompa 1994: 65 menjelaskan bahwa irama gerakan harus
disesuaikan dengan tujuan dari latihan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.7 Bentuk Kekuatan dan Irama Latihan Strength training for:
The athlete intends to perform it:
How to athlete perform it:
Hypertrophy Medium
Slow – Medium Maximum strength
Fast Slow
commit to user
Strength training for: The athlete intends to
perform it: How to athlete
perform it:
Power Fast
Fast M – E
Medium – Slow Medium – Slow
Sumber: Bompa. 1994: 65 Latihan beban juga harus memperhatikan jumlah set yang akan
ditampilkan. Set dapat diartikan sebagai jumlah repetisi per latihan yang diikuti oleh jeda istirahat, Bompa 1990: 65. Untuk menentukan jumlah set dalam
latihan tidak terlepas dari jumlah repetisi latihan yang telah ditentukan, artinya jika repetisi latihan tinggi maka jumlah setnya harus lebih sedikit karena pelaku
latihan tidak akan mempunyai cukup energi untuk menampilkan kerja yang potensial dalam melakukan bermacam-macam latihan yang diprogramkan.
Dengan kata lain, penentuan jumlah set disesuaikan dengan tujuan dan jumlah repetisi latihan yang diikuti dengan jeda istirahat.
Penentuan jeda istirahat antar set bertujuan untuk mengembalikan energi yang terbuang pada saat penampilan set yang sebelumnya. Dalam merencanakan
waktu istirahat hendaknya lebih hati-hati, karena rest interval jeda istirahat merupakan suatu hal yang kritis untuk menghindari pengaruh dan tekanan
fisiologikal yang tidak ada gunanya selama latihan. Durasi jeda istirahat bergantung pada beberapa hal, antara lain: kombinasi kekuatan yang akan
diusahakan untuk dikembangkan, besarnya beban yang dikerjakan, irama ritme latihan yang ditampilkan, jumlah otot yang dilibatkan dan tentunya level dari
pelatihan yang dilakukan, Bompa 1994: 66. Jeda istirahat antara set adalah suatu beban yang dikerjakan dalam pelatihan, tipe kekuatan yang akan
commit to user
dikembangkan dan penampilan kekuatan eksplosif yang ditugaskan. Tabel berikut menjelaskan tentang hubungan dari penjelasan di atas:
Tabel 2.8 Dosis Latihan Beban menurut Bompa. 1990: 67 LOAD
Rhythm of Performance
Rest Interval minutes
Applicability
105 Slow
4 – 57 Improve maximum strength
and muscle tone 80 – 100
Slow to medium 3 – 57
Improve maximum strength and muscle tone
60 – 80 Slow to medium
2 Improve muscle
hypertrophy 50 – 80
Fast 4 -5
Improve power 30 - 50
Slow to medium 1 - 2
Improve M – E Latihan beban juga harus memperhatikan jeda istirahat antara pelatihan
yang dilakukan atau dengan kata lain menentukan frekuensi pelatihan. Penentuan jeda istirahat antar sesi pelatihan ini sangat penting untuk pemulihan kembali yang
digunakan selama masa latihan. Untuk latihan beban sistem energi dan bahan bakar yang digunakan selama latihan adalah glikogen, maka jeda istirahat setiap
sesi pelatihan adalah 48 jam hal ini dikarenakan penyediaan kembali untuk bahan bakarnya sudah kembali sempurna, Bompa 1994: 69.
Latihan beban intensitas merupakan dasar dalam menentukan jumlah repetisi maksimal yang akan ditampilkan. Yang dimaksud dengan latihan beban
intensitas rendah adalah bahwa beban yang dapat diangkat berkisar antara 30-50 dari berat beban maksimal, hal ini berarti ukuran beratnya beban latihan yang
harus dilaksanakan dalam latihan sebesar 30-50 dari 1 repetisi maksimal RM. Jumlah total pengulangan dalam latihan dapat tercermin dari jumlah set dan
repetisi, penentuan jumlah repetisi dan set dalam latihan beban harus tepat, agar
commit to user
hasil dari latihan dapat terwujud sesuai dengan yang diharapkan. Banyaknya repetisi dan set dalam latihan beban tergantung pada faktor intensitas dan potensi
kemampuan latihan. Tipe kontraksi otot pada latihan beban intensitas rendah adalah isotonik
yang bertujuan untuk meningkatkan muscular endurance, khususnya M-E medium dengan irama slow-medium secara terus menerus dan jumlah repetisinya
adalah 30-60, Bompa 1994: 67, sehingga tipe otot yang terbentuk adalah tipe I dan Tipe II. Latihan beban yang dilakukan dengan beban rendah, irama lambat
sampai sedang dan repetisi yang cukup banyak mengakibatkan waktu latihan yang terjadi lebih panjang, dengan demikian akan dapat meningkatkan daya tahan otot.
Sehingga penerapan sistem energi yang berlaku adalah oxidative system sehingga lemak akan lebih terproses. Hal ini terjadi karena pada otot tipe I mengangkat
oksidasi dan metabolisme aerob, misalnya kemampuan untuk menggunakan oksigen dalam periode yang cukup lama guna menyatukan dan menggunakan
ATP. Mereka banyak memiliki enzim metokondria yang dapat membakar karbohidrat dan lemak.
Latihan beban dengan intensitas rendah yang dilakukan pada penelitian ini yaitu latihan beban dengan beban 30-36 dari 1 repetisi maksimal, beban
tersebut dijadikan ukuran beban yang dilakukan selama pelatihan karena penambahan beban dilakukan dengan selalu menambah jumlah repetisi tiap
minggunya yaitu sebesar 1. Latihan dilakukan 2 set per pertemuan, hal ini dilakukan dengan alasan terbatasnya waktu. Istirahat antar latihan yang diterapkan
adalah 120 detik, sedangkan istirahat antar sirkuit adalah 2 menit. Penerapan
commit to user
waktu istirahat pada batas maksimal ini dilakukan karena semua siswa yang ikut latihan adalah pemula, artinya pada saat penelitian ini pertama kalinya mereka
mengikuti latihan beban. Latihan beban intensitas sedang adalah bahwa beban yang dapat
diangkat berkisar antara 50-80 dari berat beban maksimal, hal ini berarti ukuran beratnya beban latihan yang harus dilaksanakan dalam latihan sebesar 50-80
dari 1 repetisi maksimal RM. Tujuan dan tipe kontraksi pada latihan beban intensitas sedang pada dasarnya sama dengan latihan beban intensitas rendah,
yaitu kontraksi isotonik yang bertujuan untuk meningkatkan muscular endurance, tetapi pada intensitas sedang daya tahan otot yang ditingkatkan adalah M-E short
duration dengan irama slow-medium secara terus menerus dan jumlah repetisinya adalah 10-30 Bompa, 1994: 67 sehingga durasi latihan yang terjadi lebih pendek
yaitu 20-30 detik. Pada latihan beban intensitas sedang sistem energi yang berlaku adalah glikolisis anaerobik sehingga terjadi pemecahan glikogen pada sel otot.
Latihan beban dengan intensitas sedang cukup untuk mengembangkan dan memelihara kebugaran otot dan berat badan ideal.
Latihan beban dengan intensitas sedang yang dilakukan pada penelitian ini yaitu latihan beban dengan beban 50 dari 1 repetisi maksimal, beban tersebut
dijadikan ukuran beban yang dilakukan selama pelatihan karena penambahan beban dilakukan dengan selalu menambah jumlah repetisi tiap minggunya yaitu
sebesar 2. Latihan dilakukan 3 set per pertemuan, istirahat antar latihan yang diterapkan adalah 4 menit, sedangkan istirahat antar sirkuit adalah 2 menit.
commit to user
3 Sistem Energi Latihan Beban
Aktivitas yang terjadi di dalam latihan beban adalah proses menggerakkan mengkontraksikan bagian otot-otot tertentu pada tubuh. Misalnya
gerakan biceps curl, latihan ini hanya bertujuan untuk melatih otot bisep saja tetapi tidak menutup kemungkinan otot lain juga dapat bergerak sebagai
penggerak pasif. Kontraksi otot ini membutuhkan energi yang didapat dari perubahan makanan yang berada pada sel otot melalui energi tinggi yang bisasa
disebut dengan adenosine triphosphate atau yang disingkat dengan ATP yang tersimpan di dalam sel otot. Penyediaan ATP didapatkan dengan 3 cara yaitu: 1
sistem ATP-PC, 2 sistem lactic acid dan 3 sistem oksigen O2, Bompa 1994: 26. Sistem ATP-PC dan lactic acid disebut sebagai sistem anaerobik, karena
dalam proses penyediaan ATP tanpa menggunakan O2, sedangkan sistem yang ke tiga disebut sebagai sistem aerobik dikarenakan proses pemecahan ATPnya
dengan menggunakan O2. a Sistem Anaerobik
Terdapat dua macam proses pemecahan ATP pada sistem anaerobik. Yang pertama adalah sistem ATP-PC anaerobic alactacid atau phosphagen
system. Karena hanya sedikit jumlah ATP yang disimpan di dalam sel, maka pengurangan energi terjadi sangat cepat ketika pada awal aktivitas fisik yang berat
dilakukan. Energi yang dapat disediakan kira-kira hanya sekitar 8-10 detik saja. Sistem energi ini biasanya digunakan pada cabang olahraga yang memerlukan
gerakan cepat dan eksplosif power seperti diving, weight lifting, jumping dan nomor-nomor lempar pada cabang atletik. Pada latihan kekuatan yang waktu
commit to user
kerjanya pendek seperti pada latihan kekuatan maksimum dan power, juga menggunakan system energi ini. Setelah otot melakukan aktivitas yang
menggunakan system energi ini, maka akan mengalami pemulihan energi kembali yang disebut dengan Restoration of Phosphagen. Proses ini terjadi sangat cepat
Fox et al dalam Bompa 1994: 27 menyatakan pemulihan kembali phosphagen pada 30 detik pertama mencapai 70 dan pada 3-5 menit akan mengalami
pemulihan yang sempurna. Yang kedua adalah lactic acid system glikolisis anaerobik. Pada even olahraga yang sedikit memerlukan waktu yang agak lama
40 detik, energi yang digunakan masih ATP-PC dan setelah 10-20 detik dilanjutkan lactic acid system asam laktad. Proses ini masih terjadi di dalam sel
otot, karena tidak menggunakan O2 selama pemecahan glikogen maka sebagai hasil yang ditampilkan adalah Lactic Acid LA. Jika aktivitas dengan intensitas
tinggi dilanjutkan untuk waktu yang lama, jumlah LA di dalam otot menjadi bertambah banyak dan akan menyebabkan kelelahan. Di dalam latihan beban
sistem LA ini juga digunakan, yaitu ketika akan mengembangkan M-E of short duration. Seperti pada system ATP-PC yang mengalami restorasi pospagen, maka
pada sistem glikolisis anaerobik ini juga mengalami restorasi glikogen. Restorasi glikogen yang sempurna agak memerlukan waktu yang cukup panjang bahkan
sampai berhari-hari. Sebagai contoh latihan beban yang menggunakan perbandingan kerja adalah 40 detik dan istirahat adalah 3 menit, pada 2 jam
pertama restorasi hanya mencapai 40, setelah 5 jam naik menjadi 55 dan pada 24 jam akan mengalami restorasi yang sempurna. Selama melakukan latihan
beban, jumlah LA dalam darah akan semakin bertambah yang akan
commit to user
mengakibatkan kelelahan. Sebelum dikembalikan menjadi seimbang setelah tahap istirahat, LA telah dikeluarkan dari sistem ini. Fox et al dalam Bompa 1994: 27
menjelaskan bahwa pada 10 menit terjadi pengeluaran mencapai 25, 25 menit mengalami pengeluaran 50 dan pada watu 1 jam 15 menit akan mengalami
pengeluaran 95. b Sistem Aerobik
Sistem aerobik memerlukan waktu 60-80 detik dalam memproduksi energi untuk meresintesis ATP. Proses ini terjadi dimana asam piruvat memasuki
asam sitrat yang mengandung cukup oksigen dan mengalami metabolisme melalui siklus ini dan dinamakan jalur enzim pernafasan menjadi CO2 dan H2O.
Karakteristik pada sistem aerobik adalah: 1 Menggunakan glikogen, lemak dan protein sebagai bahan bakar
2 Membutuhkan oksigen 3 Terjadi di mitokondria
4 Sistem ini digunakan setelah beberapa menit latihan, antara 2 menit dan 2-3 jam.
Berikut adalah tabel yang menunjukkan perbedaan waktu kerja antara sistem aerobik dan anaerobik:
Tabel 2.9 Karakteristik Sistem Energi Energy Systems and Characteristics
Characteristics Stored ATP
and PC Anaerobic
Glycolysis Aerobic
Duration
0-10 second 1-3 minutes
16 menutes
Exercise-to-rest ratio
1:12 to 1:20 1:3 to 1:5
1:1 to 1:3
Intensity
High Moderately high
Low to moderate
commit to user
Energy Systems and Characteristics Characteristics
Stored ATP and PC
Anaerobic Glycolysis
Aerobic Muscle fiber type
Type IIIb Type IIa
Type I Sumber: Wildman dan Miller. 2004: 389
4 Adaptasi Latihan Beban
Latihan dengan menggunakan prinsip overload menghasilkan adaptasi dalam otot sesuai dengan jenis latihan. Adaptasi dari latihan beban mencakup
penambahan ukuran otot hipertropi otot, hal ini dikarenakan meningkatnya jumlah total myosin, aktin dan protein myofibril lainnya, meningkatnya protein
yang berkontraksi aktin dan myosin dan jaringan penghubung yang lebih kuat, serta peningkatan jaringan peredaran darah dalam serabut otot. Bompa 1994: 39.
Adaptasi khusus pada latihan daya tahan otot mencakup terjadinya peningkatan sistem enzim aerobik, mitokondria yang lebih besar dan lebih banyak
meningkatnya densitas mitokondria dan pembuluh kapiler yang lebih. Semua perubahan ini meningkatkan penyaluran dan pemanfaatan oksigen dalam serat
otot, sehingga meningkatkan daya tahan. Kelelahan yang berulang-ulang akan mendorong serat otot untuk lebih beradaptasi dalam menggunakan oksigen dan
enzim aerobik untuk menghasilkan energi ATP dalam melakukan kontraksi. Jika pengulangan dilakukan lebih banyak akan dapat menggunakan lemak sebagai
sumber energi dengan lebih baik. Adaptasi lain yang dapat terjadi jika melakukan latihan beban yaitu,
pertama yang berkaitan dengan jaringan ikat penghubung. Jaringan penghubung dan tendon akan semakin kuat jika ditempatkan di bawah tekanan, tendon yang
semakin kuat dapat membantu menghentikan pengaruh hambatan reseptor otot
commit to user
yang dikenali dengan tendon organ. Meningkatnya ketebalan jaringan penghubung memberikan kontribusi pada seluruh pertumbuhan atau hipertropi
otot. Kedua adalah yang berkaitan dengan system syaraf, adaptasi yang ditimbulkan oleh latihan beban pada system syaraf adalah meningkatnya
kemampuan untuk menggerakkan otot penggerak utama, mengikat otot-otot yang disebabkan oleh angkatan beban dan memperbaiki koordinasi dari otot agonis dan
antagonis, Bompa
1994:43. Ketiga
adalah perubahan
terhadap cardiorespiratory, adaptasi yang ditimbulkan adalah penebalan dinding jantung
sebelah kiri, sementara bilik sebelah kiri ukurannya tetap sebagai akibat pembebanan, hal ini dibutuhkan agar secara berulang-ulang dapat mengatasi
tekanan.
e. Model Latihan Beban Untuk Pemain Bolavoli Tingkat Intermediet 1
Model
Model sebagai noun dapat diartikan sebagai representasi atas struktur yang dicoba untuk diproyeksikan. Sebagai adjective model mengandung pemahaman
sebagai kesempurnaan atau idealisasi atas suatu gagasan, sementara sebagai adverbia model mengacu pada pengertian ‘memperagakan’ atau menunjukkan
serta menampilkan apa yang dipresentasikan. Bell dalam Basuki 2011. Berdasarkan hal tersebut model dalam konteks ilmiah mengacu pada konotasi
sebuah acuan atau polatiruan dari suatu yang akan dibuat, dan merupakan kesempurnaan atau idealisasi atas suatu gagasan, yang dimaksudkan untuk
‘memperagakan’ atau menunjukan serta menampilkan apa yang dipresentasikan.
commit to user
Sementara itu, menurut Mills dalam Sudrajat dalam Basuki, 2011. Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan
seseorang atau sekelompok orang mencoba berdasarkan model itu. Berdasarkan strukturnya, model juga memiliki tiga tipe, yaitu: 1 tipe ikonik yang berupaya
mendeskripsikan ciri fisik yang digambarkan. 2 tipe analog, yaitu tipe model yang berupaya memberikan perbandingan yang menyerupai benda yang
dibandingkan. 3 tipe simbolik berupaya menggambarkan fakta faktual melalui sistem simbol Hourton dalam basuki, 2011:24. Lebih lanjut Hourton juga
membedakan model atas tipe static dan tipe dinamik. Model static adalah tipe model yang mengabaikan pengaruh variable waktu, sedangkan model dinamis
adalah tipe model yang mempertimbangkan pengaruh variable waktu, hourton dalam basuki, 2011.
Menurut Janali dalam Waluyo dalam Basuki, 2011 ada tiga tipe pengembangan model yaitu model teoritik, model konseptual, model prosedural.
Model teoritik adalah model yang menggambarkan kerangka berpikir yang didasarkan pada teori-teori yang relefan dan didukung data empirik. Model
konseptual bersifat analitis yang menyebutkan komponen-komponen produk dan menunjukan hubungan antar komponen. Sedangkan model procedural adalah
model yang bersifat deskriptif, berupa langkah-langkah yang diikuti untuk mencapai hasil.
Penelitian pengembangan ini menghasilkan produk secara teoritik- konseptual, prosedural-metodologis, maupun praktik-empirik. Hal ini sesuai
dengan pendapat Bompa bahwa model adalah suatu tiruan, suatu tiruan dari yang
commit to user
aslinya, mengatur bagian khusus suatu fenomena yang diamati atau diselidiki. Tujuan suatu model adalah untuk memperoleh suatu yang ideal, dan meskipun
keadaan abstrak ideal diatas adalah kenyataan yang kongkrit, itu juga menggambarkan sesuatu yang diusahakan untuk dicapai, suatu peristiwa yang
akan dapat diperoleh. Suatu model mempunyai kekhususan untuk setiap perorangan atau tim.
Suatu model latihan akan memperhatikan beberapa faktor lain, potensi dan fisiologis atlet, fasilitas, dan lingkungan sosial. Dari pendapat tersebut diatas
dapat disimpulkan bahwa model adalah suatu bentuk tiruan dari aslinya dengan tujuan memperoleh sesuatu yang ideal dengan memperhatikan faktor potensi
fisiologis, fasilitas, dan lingkungan sosial.
2 Pemain bolavoli tingkat intermediet
Masa adolesensi merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak- anak menjadi dewasa. Menurut Sugiyanto 1998:9 “masa adolesensi untuk
perempuan yaitu usia 10 sampai 18 tahun, laki-laki usia 12 samapi 20 tahun”. Usia latihan berdasarkan teori perkembangan dan pertumbuhan tersebut, sama
halnya yang disebutkan oleh Harsono 1988:111, “tahap spesialisasi dimulai pada umur 11-13 tahun dan tahap prestasi top dimulai pada usia 18-24 tahun”.
Masa adolesensi merupakan masa pertumbuhan yang pesat, yang ditandai dengan perkembangan biologis yang kompleks, yang meliputi percepatan
pertumbuhan, perubahan proporsi bentuk tubuh, perubahan dalam komposisi tubuh, kematangan cirri-ciri seks primer dan sekunder, perkembangan pada sistem
pernafasan dan kerja jantung, dan perkembangan sistem saraf dan endokrin yang
commit to user
memprakarsai dan mengkoordinasikan perubahan-perubahan tubuh, seksual dan fisiologis.
Ukuran dan proporsi tubuh pada anak laki-laki adolesensi meningkat ke arah berotot terutama pada anggota badan, peningkatan tersebut untuk anak laki-
laki berlangsung dengan cepat terutama menjelang dewasa. Pada masa adolesensi sistem reproduksi mencapai taraf kematangan. Sugiyanto 1998:177, menyatakan
“di daerah panas khatulistiwa cenderung lebih cepat terjadinya kematangan reproduksi pertama dibanding dengan daerah dingin utara atau selatan”.
Esppenchade 1960, menyatakan “Iklim merupakan salah satu faktor lingkuangan jangka panjang yang menyumbang terjadinya perbedaan rasial. Usia rata-rata
menarse pubertas awal Afro-Amerika pada usia 12,5 tahun, Eropa pada usia 12,8 tahun. Asia cenderung tempo pertumbuhan sama dengan Afrika terutama
pada anak besar. Tempo pertumbuhan lebih cepat untuk Afrika disbanding Eropa dalam kematangan skeletal dan perkembangan gerak”.
Dalam perkembangan fisik yang berhubungan dengan kematangan seksual mencapai puncaknya pada periode adolesensi. Kemudian Sugiyanto 1998:178,
menyatakan “pada anak laki-laki antara usia 13 samapai 15,5 tahun dengan pertambahan tinggi rata-rata 4 inchi 10,6 cm setiap tahun. Urutan pencapaian
puncak untuk anak laki-laki dimulai denagan panjang tungkai, kenudian panjang togok dan disusul dengan pelebaran panggul dan dada, pelebaran pundak bahu
dan akhirnya pada penebalan dada. Pertumbuhan puncak panjang tungkai dengan panjang togok kira-kira berselang satu tahun.
commit to user
Perubahan pertumbuhan jaringan tubuh yang terjadi pada masa adolesensi terjadi secara proporsional yaitu terjadi pada tulang otot dan jaringan lemak.
Pertumbuhan tulang dan otot sejalan dengan peningkatan tinggi dan berat badan dan pada masa adolesensi terjadi penurunan volume lemak. Perubahan secara
fisiologi, pada masa adolesensi penurunan denyut nadi pada anak laki-laki lebih cepat dibandingkan dengan anak perempuan. Sesuai dengan perubahan yang
terjadi pada denyut nadi, maka terjadi pula perubahan dalam temperatur tubuh basal. Tekanan darah sistolik naik secara ajeg sejak masa kanak-kanak kemudian
meningkat lebih cepat selama masa adolesensi, sehingga menyebabkan volume darah pada anak adolesensi semakin besar. Hal ini ditandai dengan bertambah
besarnya sel darah merah. Peningkatan jumlah darah merah pada anak laki-laki adolesensi berarti meningkat pula hemoglobin dalam darah. Peningkatan sel-sel
darah merah dan hemoglobin dalam darah menambah masuknya oksigen dalam darah yang dapat digunakan secara efektif dalam tubuh. Sugiyanto 1998:180,
menyatakan “ Selama adolesensi terjadi peningkatan yang besar dalam hal volume pernafasan, kapasitas vital, dan kapasitas pernafasan maksimum.
Peningkatan-peningkatan fisiologis yang terjadi pada anak laki-laki sejalan dengan peningkatan ukuran badannya, misalnya laki-laki yang mempunyai
kapasitas vital lebih besar dibandingkan dengan perempuan pada masa puber, hal ini sesuai dengan terjadinya pelebaran rongga dada dan pundak yang diikuti
dengan pertumbuhan yang lebih cepat otot-otot dan paru-paru laki-laki”. Terjadinya perubahan-perubahan tersebut maka terjadi peningkatan
kekuatan pada anak laki-laki masa adolesensi. Perubahan-perubahan yang terjadi
commit to user
secara biologis dan fungsi fisiologis maka terjadi perkembangan gerak yang semakin meningkat pada anak laki-laki adolesensi. Peningkatan penampilan gerak
ini sejalan dengan bertambahnya kematangan skeletal. Peningkatan koordinasi gerak pada anak laki-laki adolesensi terus berlangsung sejalan dengan
bertambahnya umur kronologis. Oleh karena itu agar prestasi yang baik dapat tercapai dikemudian hari, latihan harus dimulai pada saat organisme dalam
pertumbuhan. Adolensensi merupakan waktu yang tepat untuk meningkatkan kemampuan untuk menyempurnakan gerakan dan memperluas keterampilan
berbagai macam olahraga khususnya dalam mengusai permainan bolavoli. Dalam hal ini pemberian kondisi fisik dalam peningkatan belajar gerak
adalah untuk membentuk keterampilan gerak. Pengembangan kondisi fisik sebelum latihan suatu keterampilan adalah sangat ideal, namun sering dilakukan
latihan kondisi fisik bersaamaan dengan latihan keterampilan itu sendiri. Dari gambaran tersebut diketahui bahwa untuk menjadi pemain bolavoli yang
berprestasi diperlukan kondisi fisik yang baik. Pengkhususan latihan dan pemfokusan latihan sudah dapat dilakukan termasuk dalam meningkatkan kondisi
fisik atlet. Prinsip-prinsip latihan telah dapat diterapkan pada usia atlet spesialisasi untuk meningkatkan segala komponen komponen latihan, baik teknik, taktik,fisik
dan mental. Dalam usaha pencapaian prestasi tinggi dalam permainan bolavoli peningkatan kondisi fisik perlu dilakukan secara terus menerus.
Penguasaan keterampilan pada tahap ini sudah setingkat lebih baik dari tahap pemula. Nossek dalam Furqon 1995:129-130 menyimpulkan: 1
Melanjutkan pengkondisian umum, tetapi lebih diarahkan pada pengkondisian
commit to user
khusus untuk event tertentu, 2 perbaikan kemampuan koordinasi, contohnya koordinasi halus dari gerakan-gerakan yang berkaitan dengan keterampilan gerak
yang lebih sulit dan perbedaanperbedaannya, 3 Taktik dan juga pengembangan komponen kognitif yang lebih penting yang harus ditransfer ke dalam latihan dan
kompetisi. Penekanan utamanya diarakan pada pengembangan yang diarahkan pada
tujuan. Kegiatan-kegiatan latihannya mengarah pada pengkondisian terhadap penguasaan keterampilan. Gerakan-gerakan yang diberikan sudah lebih halus
dibandingkan dengan tingkatan pemula. Penguatan tingkat koordinasi lebih diutamakan terkait dengan gerakan-gerakan yang diberikan. Pemberian materi
latihan masih mengarah pada teknik dan fisik, namun taktik juga dapat diberikan tetapi hanya pada pengkondisian pengembangan komponen kognitif.
3 Latihan daya tahan otot
Daya tahan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kerja dalam waktu yang lama, Lutan dkk 1991:112. Daya tahan ada dua macam, daya tahan
cardiovascular dan daya tahan otot, dalam penelitian ini daya tahan otot yang akan ditingkatkan dengan pengembangan produk model latihan beban. Ketahanan otot
merupakan kemampuan otot atau kelompok otot melakukan pekerjaan berulang- ulang dengan ketahanan yang moderat. Pendapat tersebut senada dengan Sajoto,
1988:58 bahwa daya tahan otot adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan suatu kelompok ototnya, untuk kontraksi terus menerus dalam
waktu relatif cukup lama dengan beban tertentu. Ketahanan otot ini sama dengan
commit to user
kekuatan otot dalam hal aktivitas yang dilakukan, hanya penekanannya saja yang berbeda.
Aktivitas pembentukan kekuatan membutuhkan pembebanan otot yang sangat berat pada tingkat tertentu jika dibandingkan dengan aktivitas ketahanan.
Aktivitas pembentukan ketahanan membutuhkan beban yang lebih sedikit tetapi dengan pengulangan yang bertambah. Untuk itu, ketahanan bisa dianggap sebagai
kemampuan untuk melajutkan pada performa kekuatan. Melakukan sit-up, push- up, dan pull-up sebenarnya melakukan aktivitas ketahanan, meskipun pada setiap
gerakan membutuhkan kekuatan. Ketiga aktivitas ini merupakan beberapa hal yang paling sering digunakan untuk mengukur ketahanan otot, dan menurut
montoye 1970, mereka merupakan bagian dari tes yang paling bagus. Tetapi ada masalah berhubungan denga pull-up dikarenakan berat badan. Seluruh berat tubuh
harus diangkat, dan banyak atlet yang tidak mampu melakukan hal ini. Karena itu, tes pull-up yang telah dimodifikasi lebih sering digunakan.
Daya tahan akan selalu ada sepanjang kita melakukan aktifitas dengan tahapan yang teratur. Memenuhi tuntutan aktifitas degan dengan daya tahan otot
secara periodik akan mengakibatkan kelelahan baik secara kekuatan maupun secara perhatian dalam upaya mencapai suatu ketrampilan. Daya tahan otot dalam
olahraga bolavoli diperlukan sepanjang pertandingan, mulai dari pasing, smash, blok dan servis. Pertandingan bolavoli yang bisa mencapai lima set sangat
membutuhkan daya tahan otot yang baik. Beban latihan yang harus dilaksanakan dalam latihan sebesar 30-50 dari
1 repetisi maksimal RM. M – E short jumlah repetisinya adalah 10-30, M-E
commit to user
medium repetisi latihannya adalah 30-60 harus terus-menerus tidak boleh berhenti, M-E long repetisi latihan yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak terkadang
sampai mencapai batas limit yang ditentukan yaitu sekitar 100-150. Program daya tahan umum dapat dilakukan selama kurang lebih 45 menit. Furqon 1996:10.
Latiahan beban yang baik serta untuk hasil optimal, latihan dilakukan tiga kali tiap minggu. Furqon 1996:10.
4 Latihan kekuatan
Menurut Bompa 1994: 93 kekuatan didefinisiskan sebagai kemampuan untuk menggunkaan tenaga untuk mengatasi tahanan. Kekuatan otot adalah
kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap tahanan. Oleh karena itu latihan-latihan yang cocok untuk mengembangkan kekuatan adalah latihan-
latihan tahanan, dimana kita harus mengangkat, mendorong, atau menarik suatu benda. Beban bisa beban anggota tubuh sendiri atau beban dari luar. Ada prinsip-
prinsip yang harus dipegang teguh dalam melatih kekuatan otot yaitu prinsip 3 in 1 three in one principle, yang terdiri dari prinsip pembebanan loading,
peregangan stretching, dan pemanfaatan sesuai dengan fungsinya utility. Latihan kekuatan menghasilkan hipertropi serabut otot. Tipe latihan ini
memerlukan suatu otot untuk mengatasi tahanan atau beban maksimal atau hampir maksimal. Dalam bolavoli, hipertropi otot yang berlebihan dapat mengurangi
ruang gerak persendian, sehingga program kekuatan otot disesuaikan dengan kebutuhan olahraga bolavoli, yaitu dengan menggunakan beban sub maksimal.
Kekuatan otot adalah keampuan tubuh untuk mengeluarkan kekuatan. Mudahnya, ini adalah kemampuan untuk mengerahkan usaha maksimal
commit to user
seseorang. Kekuatan bisa diklasifikasikan sebagai isotonic, isometric, atau isokinetic. Kekuatan isometric adalah pengerahan usaha terhadap benda tidak
bergerak. Ada kontraksi otot, tetapi hanya ada sedikit perubahan jarak. Kekuatan isotonic merujuk pada kemampuan otot untuk melakukan gerakan dengan jarak
maksimal. Otot yang diperlukan mengalami kontraksi, dan ada gerakan memajangkan dan memendekkan otot saat melakukan gerakan. Gerakan
mengangkat barbel dan bench press merupakan contoh dari kekuatan isotonic. Kekuatan isokinetic adalah kemampuan untuk melakukan kontraksi otot dan
menjaga kontraksi itu pada satu gerakan utuh. Kekuatan isokinetic diukur menggunakan mesin khusus yang mengakomodir penolakan pada tingkat tertentu
saat otot bekerja. Tidak ada yang meragukan bahwa kekuatan adalah menjadi dasar dari
semua kemampuan gerak. Dalam sebuah rasa, kekuatan adalah suatu kemampuan otot yang digunakan untuk membalas suatu takanan dalam satu periode waktu
tertentu. Adalah suatu kelemahan jika : setiap bagian tubuh mempunyai koordinasi terbatas dalam merespon menanggapi suatu rangsang bentuk latihan
tertentu. Jadi secara singkat dan sederhana kekuatan adalah unsur yang sangat
diperlukan dalam upaya pencapaian ketrampilan olahraga. Berbagai model percobaan telah dilakukan untuk membuktikan peran kekuatan dalam pencapaian
ketrampilan, hal tersebut diperkuat dengan pendapat Lutan dkk 1991:118 yang menyatakan bahwa, “unsur terpenting dalam program latihan kondisi fisik adalah
kekuatan, alasanya karena kekuatan merupakan daya penggerak sekaligus
commit to user
pencegah cedera. Di samping itu kekuatan merupakan faktor utama untuk menciptakan prestasi yang optimal.”
Intensitas untuk melatih kekuatan dapat ditinjau dari repetisi yang antara lain; repetisi sedikit dengan beban berat akan menghasilkan adaptasi terhadap
kekuatan, artinya akan membentuk kekuatan otot, sedangkan repetisi banyak dengan beban ringan akan menghasilkan perkembangan dalam daya tahan otot,
Harsono 1988: 191. Menurut Nosek, latihan dengan tujuan peningkatan kekuatan tetapi masih mempertimbangkan peningkatan kecepatan maka
intensitasnya adalah 50-75, dengan ulangan 6-10 dan dilakukan sebanyak 4-6 set, terkait irama latihan harus dilakukan dengan cepat dan teratur. Hal ini sesuai
dengan tujuan latihan bolavoli yang tidak menghendaki terjadinya hipertropi berlebihan, karena akan mengurangi luas gerak sendi.
Untuk setiap otot atau kelompok otot yang terlibat memerlukan waktu yang sangat pendek, karena latihan ini dilakukan dengan intensitas yang tinggi.
Untuk mencapai perubahan kekuatan dalam kelompok otot utama biasanya waktu latihan kurang lebih 45 menit. Untuk mencapai hasil maksimal, frekuensi latihan
dilakukan tiga sampai empat kali tiap minggu.
5 Latihan power
Power menurut Sajoto, 1988:58 adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum, dengan usahanya yang dikerahkan dalam waktu
sependek-pendeknya. Power adalah kemampuan untuk melakukan usaha maksimum dalam periode yang sesingkat mungkin. Kekuatan seringkali disebut
sebagai eksplosive strength dan perwujudan dari hasil usaha dibagi waktu force
commit to user
dibagi time. Kombinasi dari kekuatan dan kecepatan ditunjukkan pada aktivitas yang membutuhkan melompat, memukul, melempar yang jauh dan usaha
maksimal lainnya. Tergabung di dalamnya, kontraksi dari kecepatan otot, selain itu juga kekuatan dan koordinasi dari pemakaian otot-otot ini, menentukan
tingginya kekuatan dari individu. Karena kekuatan meliputi kombinasi dari kemampuan motorik, ini akan susah, jika tidak mungkin untuk mendapatkan
pengukuran murni dari komponen-komponen ini. Yang paling sering digunakan, pengukuran melempar dan melompat hanya memberikan hasil kekuatan yang
tidak langsung karena ketrampilan-ketrampilan ini membutuhkan kedua-duanya. Kemampuan daya ledak otot atau yang sering kita sebut power, ini sangat
dipengaruhi oleh dua unsur komponen fisik lainnya yaitu kekutan otot dan kecepatan. Kedua komponen fisik ini tidak dapat dipisahkan karena pada prinsip
kerjanya kedua komponen fisik ini bekerja bersamaan untuk menghasilkan kemampuan daya ledak otot power, dan dasar dari pembentukan power ini
adalah kekuatan, maka sebelum melatih kondisi fisik power haruslah terlebih dahulu dilatih kekuatan. Harsono 1988 : 200 menjelaskan bahwa : “Strenght
tetap merupakan dasar basis untuk menentukan power. Oleh karena itu, sebelum latihan untuk power, orang harus sudah memiliki suatu tingkatan kekuatan otot
yang baik”. Pengertian power itu sendiri Harsono 1988 : 200 menjelaskan : “Power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekutan maksimal dalam
waktu yang sangat cepat. Pada olahraga bolavoli power ini diperlukan untuk melakukan gerakan-gerakan yang kuat dan cepat seperti gerakan meloncat pada
saat melakukan spike, dan block serta pada saat memukul bola.
commit to user
Dalam bolavoli, power sangan dibutuhkan, terutama power otot tungkai yang diperlukan pada saat melompat untuk melakukan smesh dan melakukan
blok, serta power otot lengan pada saat melakukan pukulan smesh. Latihan power bisa dilakukan dengan menggunakan metode latihan beban.
Ketentuan latihan power dalam Sajoto 1988:166 yaitu, jumlah set =3-5 kali, kecuali dalam latihan dengan pyramid sistem. Jumlah repetisi adalah 1-10
kali. Frekuensi adalah 1-3 kali dalam seminggu. Beban adalah 75-100 dari beban maksimal.
6 Metode latihan beban untuk bolavoli
Untuk menampilkan rangkaian latihan beban terdapat bermacam-macam metode yang dapat digunakan, tetapi dalam penelitian ini hanya akan
menggunakan satu metode yaitu Latihan Sirkuit Circuit Training. Latihan sirkuit merupakan bentuk latihan yang terdiri dari beberapa stasiun atau pos yang di
susun berurutan dan bertujuan untuk meningkatkan kesegaran umum. Menurut Davis et al 1989 “Latihan sirkuit adalah suatu bentuk latihan yang terdiri dari
rangkaian latihan yang berurutan dan di rancang untuk mengembangkan kesegaran fisik umum dan keterampilan yang berhubungan dengan olahraga
tertentu.” Penggunaan latihan sirkuit untuk meningkatkan kualitas kesegaran umum mempunyai beberapa keuntungan yaitu:
1 Melibatkan tiga variable latihan, intensitas, durasi dan repetisi. 2 Memungkinkan sejumlah peserta untuk berlatih bersama, sehingga
menghemat waktu. 3 Mampu mentoleransi perbedaan individu.
commit to user
4 Dapat di rancang untuk beberapa kebutuhan. 5 Memungkinkan keterlibatan motifasi.
6 Dapat di gunakan untuk mengetes diri sendiri. Secara umum di kenal dua tipe utama latihan sirkuit, yakni:
a Sirkuit dengan beban yang ditentukan fixed load circuits Pada latihan sirkuit tipe ini, pelaku mulai pada sirkuit pertama dan
mencoba dengan lengkap tiga putaran dengan waktu tertentu. Bila waktu yang di tentukan ini dapat di kerjakan berturut-turut dalam suatu sesi latihan, pelaku
mencoba sirkuit kedua dan seterusnya. b Sirkuit dengan beban individu individual load circuit
Pada latihan sikuit tipe ini beban latihan di tentukan berdasarkan kemampuan individu. Setiap individu mencoba tiap latihan untuk di ketahui
jumlah ulangan maksimumnya dalam satu menit. Jumlah ini kemudian di bagi untuk menentukan jumlah ulangan yang harus di lakukan dalam setiap putaran
latihan. Meningkatkan beban latihan sirkuit dapat di capai dengan
memperpendek target waktu, meningkatkan kesulitan latihan dan menambah ulangan. Dalam melakukan latihan sirkuit, mengikuti prinsip latihan
anaerobic. Prinsip-prinsip tersebut adalah: 1 Intensitas
Intensitas untuk program latihan anaerobic adalah antara submaksimal sampai supermaksimal. Bila di lihat dari kecepatan denyut nadi Fox et al:
1998 memberi pedoman “130 per menit atau lebih besar.” Atau dalam arti
commit to user
waktu penampilan untuk menyelesaikan satu sirkuit adalah berkisar antara 40- 55 detik.
2 Frekuensi Frekuensi adalah sejumlah ulangan yang dapat di kerjakan seseorang
dalam setiap setnya. Bompa 1994 menyarankan intensitas maksimal diulangi 5-6 kali per latihan, 2-4 kali per minggu selama fase kompetisi.
3 Pulih asal Untuk program latihan anaerobic interval istirahat antar ulangan 1-2
menit, atau menurut Chu 1992 dengan perbandingan antara kerja dan istirahat, 1:5-1:10, sedangkan waktu pulih asal antar set menurut Bompa
1994 adalah 4-5 menit. 4 Ritme dan durasi
Ritme dan durasi rangsangan, seperti halnya pada komponen latihan yang lain harus dioptimalkan. Durasi latihan yang di perlukan untuk
mengetahui pengaruh latihan anaerobic menurut Fox dalam Bompa: 1994 adalah 8-10 minggu.
2. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang dikemukakan. Sampai saat ini telah banyak penelitian ilmiah yang dilakukan
khususnya yang terkait dengan pengembangan latihan beban untuk pemain bolavoli. Penelitian oleh Putut Marhaento 2004 dengan judul “ Pengembangan
commit to user
Model Latihan Beban Bervariasi dan Pola Spesialisasi Untuk Meningkatkan Kualitas Fisik Pemain Bolavoli Putri Yunior Nasional Indonesia” menunjukkan
adanya peningkatan setelah latihan beban. Penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Slamet Riyadi 2008 dengan judul “Pengaruh Metode Latihan dan kekuatan
Terhadap Power Otot Tungkai” menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara latihan berbeban dan latihan pliometrik terhadap power otot tungkai.
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan argumentasi teoritik terhadap hipotesis yang diajukan dan langkah-langkah metodologis yang akan dijalankan dalam
penelitian. Latar belakang penelitian ini adalah Prestasi bolavoli di Surakarta yang belum maksimal, kemampuan fisik pemain bolavoli intermediet di Surakarta
kurang baik serta belum adanya model latihan beban untuk pemain bolavoli tingkat intermediet di Surakarta.
Ditinjau dari masalah di atas maka pengembangan model latihan beban sangat sesuai untuk meningkatkan kemampuan fisik atlet bolavoli yang
merupakan pokok masalah, dalam mengembangkan suatu produk, maka metode penelitian pengembangan merupakan metode yang sesuai untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Pengembangan model latihan beban harus sesuai dengan teori agar produk yang dihasilkan sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini, sehingga
perlu pemahaman tentang foktor yang menentukan tercapainya tujuan dari penelitian ini, yaitu pengembangan model latihan beban dan langkah-langkah
metodologis yang sesuai untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini.
commit to user
Kegiatan penelitian ini dimulai dari adanya suatu kebutuhan yang kemudian dipecahkan dengan pembuatan produk akhir penelitian. Penelitian-
penelitian di bidang pendidikan, umumnya tidak diarahkan pada pengembangan suatu produk, tetapi ditujukan untuk menemukan pengetahuan baru berkenaan
dengan fenomena-fenomena fundamental, serta praktik-praktik pendidikan. Penelitian dan pengembangan dilakukan dengan kaidah ilmiah, setiap tahap
penelitian harus dilakukan secara cermat, dengan demikian diharapkan dapat menghasilkan suatu produk yang baik dan benar-benar dibutuhkan dalam bidang
olahraga. Pada penelitian pengembangan ini, akan mengembangkan sebuah produk berupa model latihan beban bervariasi pada atlet bolavoli putra tingkat
intermediet di Surakarta. Dengan demikian penelitian pengembangan merupakan penelitian yang
menelaah suatu teori, konsep atau model untuk membuat suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada yang dimulai dari adanya suatu
kebutuhan dari suatu masalah yang dapat dipecahkan dengan produk tersebut. Dalam penelitian ini akan membuat tentang model latihan beban
bervariasi, dimana model latihan tersebut akan memuat tentng fenomena yang akan diselidiki. Diharapkan dari model latihan beban bervariasi tersebut akan
memperoleh bentuk latihan yang ideal untuk peningkatan kondisi fisik, yang nantinya dapat diterapkan ke dalam kondisi yang nyata yang dalam hal ini adalah
situasi pertandingan. Rancangan produk dalam pengembangan model latihan beban ini berisi
tentang:
commit to user
Bab 1: Pendahuluan Bab 2: Kajian Teori. aTeori umum bolavoli, bAnalisis kebutuhan fisik
bolavoli, c Teori umum latihan beban. Bab 3: Model latihan beban untuk bolavoli. a Jenis-jenis latihan beban untuk
bolavoli, b Program latihan beban untuk bolavoli, c Evaluasi kemampuan fisik.
Bab 4: Penutup. Dalam kegiatan pengembangan ini, peneliti akan mengembangkan model
latihan beban bervariasi dengan memperhatikan tahapan pelaksanaan latihan, yang dilakukan dari yang ringan menuju yang berat. Kemudian akan menjelaskan yaitu
pertama tentang macam-macam latihan beban yang sesuai dengan kebutuhan kondisi fisik dalam bolavoli yang terdiri dari latihan kelompok otot legs, arm,
back, front dan abdominal. Dalam penyusunan model latihan beban bervariasi ini subyek penelitian
adalah atlet bolavoli yang berada pada tingkat intermediet, dimana penekanan utamanya diarakan pada peningkatan kondisi fisik. Kegiatan-kegiatan latihannya
mengarah pada pengkondisian terhadap penguasaan keterampilan melakukan latihan beban. Dari segi tinjauan usia secara umum subyek penelitian berada
dalam fase pertumbuhan dan perkembangan, yaitu pada masa adolesensi akhir. Dalam masa ini pemberian kondisi fisik dalam peningkatan belajar gerak adalah
untuk membentuk keterampilan gerak. Dari gambaran tersebut diketahui bahwa untuk menjadi pemain bolavoli yang berprestasi diperlukan kondisi fisik yang
baik. Pengkhususan latihan dan pemfokusan latihan sudah dapat dilakukan
commit to user
termasuk dalam meningkatkan kondisi fisik atlet. Prinsip-prinsip latihan telah dapat diterapkan pada usia atlet spesialisasi untuk meningkatkan segala komponen
komponen latihan, baik teknik, taktik,fisik dan mental. Berdasarkan pada karakteristik yang dimunculkan pada kategori dari subyek
penelitian, maka penyusunan model-model latihannya berlandaskan pada karakteristik tersebut. Model latihan yang dihasilkan akan lebih dominan pada
aspek pembinaan kondisi fisik sebagai pendukung utama dari prestasi bolavoli. Adapun spesifikasi produk latihan beban adalah sebagai berikut:
Tabel 2.10 Ruang lingkup produk pengembangan.
Konsep Variabel
Sub Variabel Indikator
Bolavoli Model latihan
beban untuk bolavoli
Teori bolavoli Teori umum bolavoli
Analisis kebutuhan fisik
bolavoli 1. Analisis kebutuhan fisik servis
2. Analisis kebutuhan fisik pasing 3. Analisis kebutuhan fisik blok
4. Analisis kebutuhan fisik smash
Teori umum latihan beban
1. Prinsip latihan beban 2. Intensitas latihan beban
3. Sistem energi latihan beban 4. Adaptasi latihan beban
5. Metode latihan beban untuk
bolavoli Latihan beban
untuk bolavoli 1.Latihan daya tahan otot
2.Latihan kekuatan 3.Latihan power
4.Latihan fleksibilitas
Program latihan beban untuk
bolavoli 1.Program latihan bulanan
2.Program latihan mingguan 3.Program latihan harian
Evaluasi kemampuan
fisik bolavoli 1.Tes daya tahan otot tungkai
2.Tes daya tahan otot lengan 3.Tes daya tahan otot perut
4.Tes kekuatan otot lengan 5.Tes kekuatan otot tungkai
6.Tes power otot lengan 7.Tes power otot tungkai
commit to user
Model latihan selanjutnya dievaluasi oleh ahli bolavoli, masukan dari ahli bolavoli dijadikan acuan untuk memperbaiki produk pengembangan sebelum di
uji cobakan. Prosedur selanjutnya adalah pelaksanaan ujicoba kelompok kecil dan kelompok besar, hal ini bertujuan untuk mengetahui keberterimaan produk
pengembangan. Prosedur terahir dalam penelitian ini adalah uji efektifitas produk, yaitu
dengan eksperimenkan produk hasil pengembangan dibandingkan dengan produk yang lain. Dari hasil eksperimen tersebut diharapkan produk pengembangan bisa
meningkatkan kemampuan fisik pemain bolavoli tingkat intermediet.
commit to user
78
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini akan di mulai dari awal sampai akhir, yaitu mulai analisis kebutuhan dengan melakukan wawancara sampai dengan tahap
akhir yaitu tes akhir kemampuan fisik. Berikut akan dijabarkan mengenai waktu dan tempat pelaksanaan penelitian yang dilakukan.
Tabel 3.1 Waktu dan Tempat penelitian No
Kegiatan Penelitian Tempat
Waktu
1
Tahap Pertama Wawancara dengan pelatih
bolavoli di Surakarta UNS dan UTP,
Surakarta September 2011
2 Tahap kedua
a. Pembuatan Produk awal Surakarta
Oktober 11- Maret 12 b.Evaluasi ahli bolavoli:
1 Prof. Dr. M.E.Winarno, M.Pd 2 Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd
3 Eriek Satya H, S.Pd 4 Teja Krisna, S.Pd
Malang Surakarta
Surakarta Surakarta
April-Mei 2012
c.Uji Kelompok Kecil Fitnes Center
UTP Surakarta Juni 2012
d.Uji Kelompok Besar Fitnes Center
UTP Surakarta Juni 2012
3 Tahap Ketiga
Eksperimen Produk Fitnes Center
UTP Surakarta September-oktober
2012
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
commit to user
1. Tempat Penelitian
Pemilihan tempat dan pelaksanaan penelitian mempertimbangkan beberapa aspek, baik dari segi akses maupun lokasi, yang mendukung
terlaksananya penelitian dengan baik. Dengan memperhatikan hal tersebut maka penelitian ini dilaksanakan di dua tempat. Analisis kebutuhan wawancara dengan
pelatih bolavoli dilakukan di UNS dan UTP Surakarta, Evaluasi ahli dilakukan di Malang dan Surakarta, uji coba produk dan uji efektivitas produk dilaksanakan di
Surakarta dan mengambil tempat di Fitnes Center UTP Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan berlangsung dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah analisis kebutuhan, dalam hal ini adalah wawancara dengan pelatih bolavoli untuk
mengetahui masalah kemampuan fisik pemain bolavoli tingkat intermediet. Tahap yang kedua adalah pembuatan produk, pelaksanaan uji coba produk yang
dilaksanakan mulai bulan April-Juni 2012. Pelaksanaan uji coba berlangsung selama tiga bulan dikarenakan untuk penyedian waktu uji coba dan revisi dari
produk yang setelah di uji coba. Setelah pelaksanaan uji coba dan revisi produk selesai maka akan dilanjutkan dengan tahap ketiga.
Tahap ketiga dari pelaksaan penelitian ini adalah uji efektifitas produk yang telah dihasilkan. Pelaksanaan eksperimen ini berlangsung selama dua bulan,
mulai bulan September 2012 sampai bulan Oktober 2012. Pelaksanaan perlakukan selama 8 minggu dengan frekuensi latihan 3 kali dalam seminggu. Hal ini
didasarkan pada prinsip pemberian waktu latihan yang baik sehingga akan mencapai tujuan yang diinginkan.
commit to user
Fox, Bower Foss 1993:296 menyatakan untuk latihan interval anaerob durasi latihan 8-10 minggu, dengan frekuensi 3 kali seminggu. Penentuan waktu
latihan dengan frekuensi 3 kali per minggu sesuai dengan pendapat Brooks Fahey 1984:405 menyatakan bahwa latihan dengan frekuensi 3 kali seminggu
akan terjadi peningkatan kualitas latihan, karena dengan latihan 3 kali seminggu akan memberikan kesempatan bagi tubuh untuk beradaptasi terhadap beban
pelatihan yang diterima. Latihan dilakukan pada sore hari mulai pukul 15.00 WIB sampai dengan pukul 17.30 WIB. Secara keseluruhan latihan dilakukan selama 8
minggu dengan 24 kali pertemuan, ditambah pelaksanaan tes awal dan tes akhir sebanyak dua pertemuan.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan, karena sesuai dengan masalah yang ditemukan dalam studi pendahuluan serta untuk
memecahkan kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang terjadi.
1. Model Pengembangan