Nurrul Riyad A121008021

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIK PEMAIN BOLAVOLI (Studi Pengembangan pada Pemain Bolavoli Putra Tingkat Intermediet

di Surakarta)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan

Oleh: Nurrul Riyad Fadhli

A 121008021

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user

ii

MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIK PEMAIN BOLAVOLI (Studi Pengembangan pada Pemain Bolavoli Putra Tingkat Intermediet

di Surakarta)

TESIS oleh

Nurrul Riyad Fadhli A 121008021

Komisi Pembimbing

Nama Tanda Tangan Tangggal

Pembimbing I Prof. Dr. Sugiyanto

NIP. 194911081976091001

……… ...……….

Pembimbing II Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr. AIFO NIP. 194805311976031001

……… ...………..

Telah dinyatakan memenuhi syarat Pada tanggal Januari 2013

Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan Program Pasca Sarjana UNS

Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd NIP. 19651128 199003 1 001


(3)

commit to user

MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIK PEMAIN BOLAVOLI (Studi Pengembangan Pada Pemain Bolavoli Putra Tingkat Intermediet

di Surakarta)

TESIS

Oleh

Nurrul Riyad Fadhli A121008021

Tim penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd NIP. 19651128 199003 1 001

... ...

Sekretaris Dr. Sapta Kunto Purnama, M.Pd NIP. 196803231993031012

... ...

Anggota Penguji

Prof. Dr. Sugiyanto

NIP. 194911081976091001 Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr. AI NIP. 194805311976031001

...

...

...

...

Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat

Pada tanggal 2013

Direktur Program Pascasarjana UNS Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. NIP. 196107171986011001

Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd NIP. 19651128 199003 1 001


(4)

commit to user

iv

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Tesis yang berjudul, “PENGEMBANGAN MODEL LATIHAN BEBAN

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIK PEMAIN

BOLAVOLI (Studi Pengembangan Pada Pemain Bolavoli Putra Tingkat Intermediet di Surakarta)” adalah benar-benar karya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No 17, tahun 2010).

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagau author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Ilmu Keolahragaan PPs-UNS berhak mempublikasikanya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Ilmu Keolahragaan PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, 8 Januari 2013

Nurrul Riyad Fadhli NIM. A 121008021


(5)

commit to user

Jangan sibukkkan diri untuk mencoba menjadi lebih baik dari teman atau para pendahulu kita, tapi mencoba untuk menjadi lebih baik dari diri kita sekarang karena dalam hidup ini tidak

ada competitor, semua adalah teman dan guru untuk belajar. (penulis)


(6)

commit to user

vi

With my sincerity and honest, this thesis is dedicated to:

My beloved Father and Mother, for their prayer, support, advice, and love that make the writer grows to be mature.

My sister Novitasari and my brother M. Khoirul Umam who always support me in finishing this thesis.

My critical friends; Taufik , Aziz, Dona, Lubis, Sandi, Nur Satya, Garry, Deaz, Miftah, Ucil and Filli who always accompany me to discuss


(7)

commit to user

Bismillahirrahmaanirrahiim,

Dengan memanjatkan Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat dan rahmatNya, sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Tesis ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan serta dukungan dari semua pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd selaku ketua program studi ilmu keolahragan sekaligus sebagai ahli bolavoli yang telah memberikan masukan dan arahan demi kesempurnaan produk hasil penelitian.

4. Prof. Dr. Sugiyanto, Selaku pembimbing I yang telah secara seksama dan dengan penuh kesabaran dalam mencurahkan pikiran, waktu, serta tenaga untuk memberikan bimbingan sampai tesis ini dapat selasai.


(8)

commit to user

viii

seksama dan dengan penuh kesabaran dalam mencurahkan pikiran, waktu, serta tenaga untuk memberikan bimbingan sampai tesis ini dapat selasai. 6. Prof. Dr. M. E. Winarno, M.Pd selaku ahli bolavoli yang telah memberikan

masukan dan arahan demi kesempurnaan produk hasil penelitian serta dukunganya hingga terselesaikanya studi ini.

7. Eriek Satya H, S.Pd dan Teja Krisna, S.Pd selaku ahli bolavoli yang telah memberikan masukan dan arahan demi kesempurnaan produk hasil penelitian. 8. Ketua dan anggota UKM bolavoli UNS dan UTP Surakarta yang telah

mengjinkan untuk melakukan penelitian.

9. Rekan-rekan program studi IOR angkatan 2010 dan 2011 yang telah membantu dalam proses penyelesaian penulisan tesis ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan baik moril atau materiil sehingga dapat terselesaikan penulisan tesis ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan yang diberikan dengan tulus dan ikhlas. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai bekal demi kesempurnaan tesis ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, 8 Januari 2013


(9)

commit to user

Halaman

HALAMAN JUDUL TESIS ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

ABSTRAK ... xvi

ABSTRACT... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8


(10)

commit to user

x

A. Tinjauan Pustaka ... 12

1. Kajian Teori ... 12

a. Profil Bolavoli ... 12

b. Analisis Kondisi Fisik Bolavoli ... 14

1) Servis ... 14

2) Pasing ... 16

3) Semes ... 19

4) Blok ... 23

c. Latihan Fisik ... 27

1) Tujuan latihan fisik ... 29

2) Prinsip latihan fisik ... 30

3) Komponen latihan fisik ... 34

d. Latihan Beban ... 40

1) Prinsip Latihan Beban ... 43

2) Intensitas Latihan Beban ... 47

3) Sistem Energi Latihan Beban ... 54

4) Adaptasi Latihan Beban ... 57

e. Model Latihan Beban untuk Bolavoli ... 58

1) Model... 58

2) Pemain Bolavoli Tingkat Intermediet ... 60

3) Latihan Daya Tahan ... 64

4) Latihan Kekuatan ... 66


(11)

commit to user

2. Penelitian Yang Relevan ... 72

B. Kerangka Berfikir ... 73

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 78

B. Jenis Penelitian ... 80

C. Sumber Data ... 91

D. Teknik Pengumpulan Data ... 93

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 94

F. Jenis Data ... 101

G. Teknik Pengolahan Data ... 102

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Hasil Penelitian... 110

B. Tahap Pendahuluan ... 111

C. Pengembangan Produk ... 112

D. Uji Efektifitas Produk Pengembangan ... 123

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 131

BAB IV KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan... 144

B. Implikasi ... 147

C. Saran ... 148

DAFTAR PUSTAKA ... 150


(12)

commit to user

xii

Tabel Halaman

2.1 Tingkat intensitas latihan kecepatan dan kekuatan ... 36

2.2 Lima daerah intensitas untuk olahraga cyclic... 36

2.3 Intensitas berdasarkan reaksi denyut jantung... 38

2.4 Bentuk latihan beban dan kelompok otot utama yang dilatih ... 42

2.5 Kategori intensitas dan tipe kontraksi ... 47

2.6 Hubungan jumlah beban dan tipe kekuatan ... 48

2.7 Bentuk kekuatan dan irama latihan ... 49

2.8 Dosis latihan beban ... 51

2.9 Karakteristik sistem energi... 56

2.10 Ruang lingkup produk pengembangan... 76

3.1 Waktu dan tempat penelitian... 78

3.2 Desain uji efektifitas produk ... 89

3.3 Persentase hasil evaluasi subyek uji coba ... 109

4.1 Gambaran umum hasil penelitian... 110

4.2 Hasil wawancara pelatih bolavoli di surakarta... 111

4.3 Data kuantitatif hasil evaluasi ahli akademisi bolavoli 1 ... 114

4.4 Data kuantitatif hasil evaluasi ahli akademisi bolavoli 2 ... 116

4.5 Data kuantitatif hasil evaluasi ahli praktisi bolavoli 1 ... 117

4.6 Data kuantitatif hasil evaluasi ahli bolavoli praktisi 2 ... 118

4.7 Kesimpulan data kuantitatif evaluasi ahli ... 119


(13)

commit to user

4.10 Persentase hasil evaluasi ... 121

4.11 Data kuantitatif hasil uji coba kelompok besar, n=24 ... 122

4.12 Persentase hasil evaluasi ... 123

4.13 Rekapitulasi data hasil tes awal kelompok eksperimen ... 124

4.14 Rekapitulasi data hasil tes awal kelompok kontrol ... 124

4.15 Rekapitulasi data hasil tes akhir kelompok eksperimen ... 125

4.16 Rekapitulasi data hasil tes akhirkelompok kontrol ... 125

4.17 Ringkasan hasil uji normalitas distribusi frekuensi ... 126

4.18 Ringkasan hasil uji homogenitas variansi populasi ... 127


(14)

commit to user

xiv

Gambar Halaman

2.1 Kelompok otot besar yang harus dilatih dalam latihan beban... 45

3.1. Bagan prosedur pengembangan, diadaptasi dari Borg & Gall ... 82

3.2. Bagan instrumen pengumpul data ... 94

3.3. Bagan bateri tes kemampuan fisik... 98

3.4. Bagan teknik pengolahan data kualitatif ... 102

3.5. Bagan pemeriksaan keabsahan data ... 105

3.6. Bagan teknik pengolahan data kuantitatif ... 106

4.1. Histogram hasil tes awal dan tes akhir kelompok eksperimen... 129

4.2. Histogram hasil tes awal dan tes akhir kelompok kontrol... 130


(15)

commit to user

Halaman

Lampiran 1 Hasil wawancara ... 153

Lampiran 2. Kisi-kisi angket ahli... 155

Lampiran 3. Kuesioner evaluasi ahli... 156

Lampiran 4. Data hasil evaluasi ahli ... 162

Lampiran 5. Kisi-kisi kuesioner uji coba produk... 168

Lampiran 6. Angket uji coba produk ... 169

Lampiran 7. Data uji coba kelompok kecil ... 173

Lampiran 8. Data uji coba kelompok besar ... 174

Lampiran 9. Penyajian data hasil tes awal dan tes akhir... 175

Lampiran 10. Uji prasarat analisis ... 177

Lampiran 11. Analisis data uji efektifitas ... 182

Lampiran 12. Produk pengembangan ... 186

Lampiran 13. Catatan lapangan dan dokkumentasi ... 331


(16)

commit to user

xvi

Fadhli, Nurrul Riyad, A 121008021.2012. Pengembangan Model Latihan Beban Untuk Meningkatkan Kemampuan Fisik Pemain Bolavoli (Studi Pengembangan Pada Pemain Bolavoli Putra Tingkat Intermediet di Surakarta). Tesis, Program Studi Ilmu Keolahragaan, Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing (1) Prof. Dr. Sugiyanto, (2) Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr, AIFO

.

Kata kunci: Bolavoli, Latihan beban, Penelitian Pengembangan.

Latar belakang penelitian ini adalah belum adanya model-model latihan beban secara khusus yang diberikan untuk pemain bola voli putra tingkat intermediet di Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun model latihan beban yang baik, melaksanaan uji coba produk pengembangan, dan melaksanaan uji efektifitas produk untuk mengetahui hasil uji keefektifan model latihan beban untuk peningkatan kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah “metode penelitian pengembangan, (Research and Development)”. Hasil penelitian yang pertama adalah analisis kebutuhan dengan menggunakan metode wawancara untuk mengetahui permasalahan kemampuan fisik para pemain tingkat intermediet di surakarta, dari hasil wawancara diketahui bahwa latihan kemampuan fisik tidak menggunakan metode latihan beban.

Tahap kedua adalah perancangan produk awal, dalam hal ini model latihan beban didasarkan pada kajian teoritis, sehingga dirumuskan dalam susunan sebagai berikut: (1) Teori umum bolavoli, (2) Analisis kebutuhan fisik bolavoli. (3) Teori umum latihan beban. (4) Latihan beban untuk bolavoli. (5) Program latihan beban untuk bolavoli. (6) Evaluasi kemampuan fisik dalam bolavoli.

Tahap ketiga adalah uji coba produk. Uji coba yang pertama adalah uji coba ahli dengan menggunakan empat ahli bolavoli dengan 24 butir pertanyaan dengan hasil 80.77 % dan dapat diinterpretasikan bahwa rancangan produk bisa diuji cobakan pada tahap selanjutnya. Uji coba kelompok kecil dengan jumlah subjek 12 menggunakan instrumen angket dengan jumlah pertanyaan 12. Hasil uji kelompok kecil adalah 76.67%. uji coba kelompok besar dengan 24 subjek dengan hasil 72.71%.

Tahap yang keempat adalah uji efektifitas produk dengan membandingkan dua kelompok, satu kelompok diberi perlakuan produk pengembangan dan kelompok lain diberi perlakuan secara konfensional dengan penggunakan pre test

dan post test desain. Nilai beda untuk masing-masing kelompok berdasarkan tes

adalah: Nilai beda tes 1 kelompok eksperimen 19, kelompok kontrol 8. Nilai beda tes 2 kelompok eksperimen 36, kelompok kontrol 6. Nilai beda tes 3 kelompok eksperimen 40, kelompok kontrol 8. Nilai beda tes 4 kelompok eksperimen 49, kelompok kontrol 12. Nilai beda tes 5 kelompok eksperimen 35, kelompok kontrol 12. Nilai beda tes 6 kelompok eksperimen 28, kelompok kontrol 15. Nilai beda tes 7 kelompok eksperimen 387, kelompok kontrol 100. Sebagai simpulan


(17)

(18)

commit to user

xviii

Fadhli, Nurrul Riyad, A 121008021. 2012. Developing Weight Training Exeercises Model To Improve Physic Ability Volleyball Player (Development Study for intemediate level of male volleyball player in Surakarta). Thesis, Sport Sience Program Study, Post Graduate Program of Sebelas Maret University. Thesis Adviser (1) Prof. Dr. Sugiyanto, (2) Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr, AIFO

.

Keyword: Volleyball, Weight Training, Research and Development.

The background of this study is it has not been a special weight training models for intemediate level of male volleyball player in Surakarta yet. The purpose of this research are to design a good weight training model, to try out the product, and to find out the result of the effectiveness of product to improve physic ability for intemediate level of male volleyball player in Surakarta.

The method used in this research in Research and Development. The first result of the research is the need analysis trough interviews to know the problem of physic ability of male volleyball player in the intermediate level in surakarta. From the interviews, it can be seen that the daily practice of physic ability was done without weight training.

The second step is the planning of preliminary product. In this research, the model was designed based on some related theories so it can be formulated as follows: (1) general theory of volleyball (2) need analiysis of volleyball physic (3) general theory of weight training (4) weight training for volleyball (5) weight training program for volleyball (6)evaliation of physic ability in volleyball.

The third product is the result of try out is from expert jugment by four expert with quetsion of 24 item. The result 80.77%. it can be intepreted that the product design can be trayed out next step. The try ot of small group whose subject is 12 uses quetsionary whose quetsionair whose are 12 item. The result try ot for small group is 76.67%. The result try ot for big group is 72.71%.

The fouth step is the signifince test the product by comparing betwen two group the experiment group was given treatmen of product developed by the researcher and the control group was given the conventional treatmen. The discrimination score to each group based on the test are; (1) the discrimination score for an experiment group is 19 while the control group is 8, (2) the discrimination score for two experiment groups is 36 while the control groups is 6, (3) the discrimination score for three experiment groups is 40 while the control groups is 8, (4) the discrimination score for four experiment groups is 49 while the control group is 12, (5) the discrimination score for five experiment groups is 35 while the control groups is 12, (6) the discrimination score for six experiment groups is 28 while the control groups is 15, (7) the discrimination score for seven experiment groups is 387 while the control groups is 100. In conclusion, the product of this research is effective to improve the physic ability of male volleyball player in the intermediate level in Surakarta.


(19)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bolavoli pertama kali diperkenalkan oleh William G. Morgan dari Amerika Serikat pada tahun 1855. Bolavoli masuk ke Indonesia pada tahun 1928, yang dibawa oleh bangsa Belanda. Bolavoli di Indonesia mulai dipertandingkan pada PON III tahun 1953 di Medan. Pada tanggal 22 Januari 1955, lahirlah organisasi bolavoli di Indonesia yaitu Persatuan Bolavoli Seluruh Indonesia (PBVSI), dengan ketuanya W. J. Latumeten. PBVSI di bawah anggota

International Volley Ball Federation (IVBF). IVBF sendiri terbentuk pada tahun

1948 yang beranggotakan 15 negara.

Pada masa sekarang cabang olahraga bolavoli sangat populer di kalangan pelajar ataupun mahasiswa. Berbagai daerah di Indonesia telah banyak diadakan acara pertandingan bolavoli antar pelajar dan antar mahasiswa. Pertandingan antar pelajar dan mahasiswa tersebut merupakan ajang atau tempat adu bakat yang dimiliki oleh pelajar, khususnya dalam cabang olahraga bolavoli.

Tujuan lain diadakannya pertandingan bolavoli antar pelajar dan mahasiswa, yaitu untuk memupuk rasa persaudaraan dan persatuan diantara sesama, memperoleh pengalaman yang berharga, menjauhkan pelajar dan mahasiswa dari tindakan yang tidak berguna, sehingga diharapkan dengan adanya ajang pertandingan tersebut, siswa dapat mengisi waktu luang yang ada untuk kegiatan yang bermanfaat. Untuk pembinaan yang mengarah ke pengembangan


(20)

commit to user

prestasi diarahkan kepada siswa yang berminat pada satu atau beberapa cabang olahraga tertentu dan dapat dilakukan dalam kegiatan ekstrakurikuler, UKM pada mahasiswa maupun pada klub pembinaan bolavoli tingkat intermediet.

Permainan Bolavoli merupakan permainan beregu di atas lapangan berukuran panjang 18 m dan lebar 9 m, dibatasi oleh garis selebar 5 cm. Di tengah lapangan ada garis sepanjang 9 m yang membelah lapangan menjadi 2 sama besar. Lurus di atasnya terdapat net, dengan tinggi untuk putra 2,43 m dan untuk putri 2,24 m. Terdapat dua regu yang saling berhadapan dan setiap regu terdapat 6 pemain, 3 pemain sebagai penyerang dan 3 lainnya sebagai bertahan. Viera, dkk. (2000:3-4). Permainan bolavoli maksimal berlangsung selama 5 set. Pada set I sampai dengan set IV, bagi tim yang mengumpulkan poin 25 terlebih dahulu dengan minimal selisih 2 angka dinyatakan memenangkan set tersebut. Sedangkan pada set V tim dinyatakan menang bila telah mengumpulkan poin 15 terlebih dahulu dengan minimal selisih 2 angka. Suatu regu dinyatakan memenangkan pertandingan bila telah dapat memenangkan sebanyak 3 set terlebih dahulu. Setiap regu mendapatkan poin bila mampu memenangkan reli, baik melakukan servis maupun tidak (FIVB, 2005)

Berdasarkan ide dasar dan peraturan permainan tersebut di atas, beberapa ahli berpendapat bahwa untuk mendukung penguasaan teknik, taktik dan kematangan bertanding diperlukan unsur-unsur fisik tertentu. Bertucci (1982:189) menyebutkan beberapa variabel fisik yang diperlukan dalam permainan bolavoli, yang meliputi explosive power, speed of movement, dan muscular endurance. Semua atribut fisik tersebut pada dasarnya tergantung pada kekuatan otot yang


(21)

digunakan untuk menampilkan keterampilan yang terlibat. Dengan demikian, peningkatan kekuatan harus dapat meningkatkan keseluruhan atribut fisik tersebut.

Gerak yang mendominasi dalam permainan bolavoli adalah gerak meloncat dan melompat baik pada waktu menyerang dengan melakukan smesh maupun saat bertahan dengan cara melakukan blok. Untuk itu diperlukan lompatan dan raihan yang tinggi dari pemain agar dapat memukul dan mengarahkan bola ke daerah lawan dengan baik. Dengan loncatan yang tinggi diharapkan kedua lengan dapat melampaui bagian atas net atau bahkan dapat menjulur ke daerah lawan saat melakukan blok, sehingga sudut pukulan lawan menjadi terbatas. Kemampuan tersebut mengharuskan pemain memiliki power otot tungkai yang cukup besar. Disamping itu pemain juga perlu memiliki power otot lengan yang tinggi agar mampu melakukan smesh yang keras sehingga pemain lawan akan kesulitan membendung bola yang mengarah ke daerah permainannya. Keadaan tersebut sesuai dengan pendapat Mc Gown (1994:189) yang menyatakan bahwa “Explosive strengthis a vital volleyball players. They

need it to jump their highest, hit their hardest, get to balls thst other player can’t.

sedngkan Mc Gown (1994:87), menyatakan bahwa pemain bolavoli memerlukan pengembangan kekuatan untuk meningkatkan power, stabilitas persendian, daya tahan otot, dan mencegah cedera.

Permainan bolavoli sangat membutuhkan kekuatan dan power otot, selain itu dalam permainan bolavoli juga diperlukan kecepatan dan kelincahan. Kecepatan merupakan salah satu komponen fisik yang penting dalam permainan


(22)

commit to user

bolavoli, hal ini disebabkan karena sebagian besar gerak atlet selama permainan berlangsung selalu berpindah-pindah tempat, lari, merespon rangsang yang datang, dan mengubah arah secara cepat. Meskipun kecepatan kontraksi otot atlet lebih dominan ditentukan oleh faktor genetik, akan tetapi kecepatan dapat ditingkatkan melalui latihan explosive strenght, latihan teknik gerak yang efisien dan melalui latihan kecepatan. Bompa (2000:63) menyatakan bahwa kecepatan mencakup tiga elemen, yaitu waktu reaksi, waktu gerak, dan kecepatan lari. Oleh karena itu dalam melatih kecepatan perlu memperhatikan ketiga elemen tersebut.

Bompa (2000:197), menyatakan bahwa dalam menyusun program latihan jangka panjang untuk atlet usia 16-18 tahun, unsur-unsur fisik yang perlu dilatih yaitu kordinasi yang bersifat kompleks, fleksibilitas khusus, kecepatan memutar dan mengubah arah, kecepatan reaksi, daya tahan otot, power, daya tahan aerobik, dan daya tahan anaerobik. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka komponen-komponen fisik dalam permainan bolavoli yang diteliti dalam penelian ini mencakup kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan, daya tahan otot lengan, daya tahan otot tungkai, daya tahan otot perut, power otot tungkai dan power otot lengan.

Bolavoli di Jawa Tengah sangat berkembang dengan pesat, terbukti dengan salah satu finalis ProLiga berasal dari Jawa Tengah, tetapi hal ini belum mengimbas kepada Surakarta, terbukti dari hasil PORPROV Jateng untuk cabang bolavoli, prestasi Kota Surakarta belum maksimal, hal ini disebabkan karena pembinaan prestasi bolavoli hanya menitik beratkan pada latihan teknik dan taktik, kemampuan fisik yang menjadi faktor utama untk berprestasi belum


(23)

menjadi pusat perhatian yang utama. Pernyataan di atas diperkuat dari hasil wawancara dengan beberapa pelatih bolavoli di Surakarta bahwa proses latihan bolavoli kurang berjalan secara maksimal karena terkendala oleh beberapa hal, terutama latihan kemampuan fisik pemain dengan menggunakan latihan beban belum terlaksana dengan baik. Dari permasalahan tersebut peneliti akan mengangkat judul. Pengembangan Model Latihan Beban Untuk Meningkatkan Kemampuan Fisik Pemain Bolavoli(Studi Pengembangan Pada Pemain Bolavoli Putra Tingkat Intermediet Di Surakarta)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Prestasi bolavoli di Surakarta yang belum maksimal.

2. Kemampuan fisik pemain bolavoli intermediet di Surakarta kurang baik. 3. Belum adanya model latihan beban untuk pemain bolavoli tingkat intermediet

di Surakarta .

4. Pelaksanaan latihan untuk pemain bolavoli tingkat intermediet yang belum maksimal.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana model latihan beban yang baik


(24)

commit to user

untuk meningkatkan kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta secara efektif dan efisien?

1. Bagaimanakah pelaksanaan dan hasil studi pendahuluan yang dilakukan untuk mengidentifikasi masalah kemampuan fisik pemain bolavoli tingkat intermediet di Surakarta?

2. Produk model latihan beban seperti apa yang baik untuk meningkatkan kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta secara efektif dan efisien?

a. Produk model latihan beban seperti apa yang diduga dapat meningkatkan kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta? b. Bagaimana hasil pelaksanaan evaluasi ahli dari penerapan produk

pengembangan model latihan beban untuk pemain bolavoli tingkat intermediet di Surakarta?

c. Bagaimana hasil pelaksanaan uji coba kelompok kecil dan uji coba kelompok besar dari pengembangan model latihan beban untuk pemain bolavoli tingkat intermediet di Surakarta?

3. Bagaimanakah pelaksanaan dan hasil uji keefektifan model latihan beban untuk meningkatkan kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta?

a. Bagaimanakah signifikasi perbedaan kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet yang mengikuti latihan beban dengan kemampuan fisik pemain bolavoli putra yang melakukan latihan peningkatan kemampuan fisik secara konvensional?


(25)

b. Bagaimanakah perbandingan kemampuan fisik pemain bolavoli tingkat intermediet berdasarkan perbedaan skor tes akhir dan tes awal kelompok latihan dengan beban dan kelompok latihan peningkatan kemampuan fisik secara konvensional?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mengembangkan model latihan beban yang baik untuk meningkatkan kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta secara efektif dan efisien.

1. Melaksanaan dan mengetahui hasil studi pendahuluan yang dilakukan untuk mengidentifikasi masalah kemampuan fisik pemain bolavoli tingkat intermediet di Surakarta.

2. Mengetahui model latihan beban yang baik untuk meningkatkan kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta secara efektif dan efisien.

a. Membuat model latihan beban yang diduga dapat meningkatkan kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta. b. Melaksanakan dan mengetahui hasil pelaksanaan evaluasi ahli dari

penerapan produk pengembangan model latihan beban untuk pemain bolavoli tingkat intermediet di Surakarta.

c. Melaksanakan dan mengetahui hasil pelaksanaan uji coba kelompok kecil dan uji coba kelompok besar dari pengembangan model latihan beban untuk pemain bolavoli tingkat intermediet di Surakarta.


(26)

commit to user

3. Melaksanakan dan mengetahui hasil uji keefektifan model latihan beban untuk meningkatkan kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta.

a. Mengetahui signifikasi perbedaan kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet yang mengikuti latihan beban dengan kemampuan fisik pemain bolavoli putra yang melakukan latihan peningkatan kemampuan fisik secara konvensional.

b. Mengetahui perbandingan kemampuan fisik pemain bolavoli tingkat intermediet berdasarkan perbedaan skor tes akhir dan tes awal kelompok latihan dengan beban dan kelompok latihan peningkatan kemampuan fisik secara konvensional.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian Pengembangan ini dilakukan oleh peneliti setelah melakukan pengamatan, serta studi pendahuluan dan peneliti mengetahui belum adanya model-model latihan beban yang dalam hal ini merupakan salah satu hal yang fundamental dalam olahraga bolavoli karena merupakan unsur pokok dalam berprestasi, sehingga untuk meningkatkan kemampuan fisik pemain bolavoli dibutuhkan pengembangan model latihan beban yang nantinya diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk meningkatkan kemampuan fisik pemain bolavoli. Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:


(27)

1. Manfaat Teoritis

Penelitian pengembangan model latihan beban ini dilakukan untuk memberikan model latihan yang baru atau untuk menambah perbendaharaan model-model latihan-latihan yang sudah ada sebelumnya guna mencapai tujuan yang lebih baik dari sebelumnya. Pengembangan model latihan sangat diperlukan untuk peningkatan kemampuan fisik pemain bolavoli. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi baru tentang model-model latihan beban bolavoli agar dapat digunakan secara maksimal. Diharapkan juga bahwa penelitian ini dapat dijadikan panduan untuk pemberian latihan-latihan berikutnya pada tim-tim bolavoli yang membina atlet tingkat intermediet.

2. Manfaat Praktis 1. Bagi peneliti

Penerapan teori dan praktek yang didapat selama menempuh kuliah. Dan juga dapat memberikan tambahan wawasan tentang peningkatan kemampuan fisik olahraga bolavoli melalui program latihan beban sacara menyeluruh sehingga dapat melakukan penerapan ilmu yang telah diperoleh dengan baik.

2. Bagi pelatih bolavoli

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pelatih bolavoli di Surakarta untuk menerapkan cara pelatihan peningkatan kemampuan fisik atlet bolavoli yang efektif dan efisien sehingga latihan dapat dengan tepat mengenai sasaran.


(28)

commit to user

3. Bagi Program Studi Ilmu Keolahragaan Universitas Sebelas Maret

Sebagai bahan pustaka dan tambahan referensi tentang latihan beban untuk bolavoli.

F. Asumsi Penelitian

Asumsi penelitian adalah suatu pemikiran awal tentang penelitian yang akan disusun dan merupakan acuan untuk melaksanakan penelitian. Menurut Winarno (2007:18) “asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian”. Asumsi penelitian ada dua, yaitu:

1. Asumsi substantive

Asumsi yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dari masalah penelitian yang akan di ungkap perlu diberikan suatu asumsi yang terkait masalah tersebut yang merupakan simpulan awal dari hasil atau tujuan dari penelitian yang dilakukan. Asumsi substantive ini juga akan terkait penelitian ini dilakukan di suatu tempat tersebut. Asumsi substantivedalam penelitian ini adalah kemampuan fisik bisa ditingkatkan dengan menggunakan model latihan beban.

2. Asumsi metodologis

Asumsi metodologis adalah asumsi yang berhubungan dengan metodologi penelitian. Dari metodologi yang digunakan dalam penelitian dapat diberikan suatu rancangan metodologi awal guna membatasi atau menentukan rancangan dari hasil penelitian yang dilakukan. Prosedur yang dilakukan dapat dijelaskan terlebih dahulu untuk mepermudah dalam melakukan analisis-analisis data.


(29)

Asumsi metodologis dalam penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan. Penelitian pengembangan merupakan metode yang sesuai untuk menyelesaikan masalah kemampuan fisik pemain bolavoli tingkat intermediet di Surakarta.


(30)

commit to user

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Kajian Teori

a. Profil Bolavoli

Permainan Bolavoli merupakan permainan beregu di atas lapangan berukuran panjang 18 m dan lebar 9 m, dibatasi oleh garis selebar 5 cm. Tengah lapangan terdapat garis sepanjang 9 m yang membelah lapangan menjadi dua sama besar. Lurus di atasnya terdapat net, dengan tinggi untuk putra 2,43 m dan untuk putri 2,24 m. Terdapat dua regu yang saling berhadapan dan setiap regu terdapat 6 pemain, 3 pemain sebagai penyerang dan 3 lainnya sebagai bertahan, Viera (2000:3-4). Permainan bolavoli adalah permainan dilakukan bersama-sama karena merupakan olahraga beregu. Permainan bolavoli harus berada pada suatu bidang lapangan yang dibagi dua dengan luas permukaan yang sama.

Teknik dasar dalam bolavoli yang digunakan dalam sebuah pertandingan diantaranya passing, serve, smash, dan block. Teknik-teknik dasar ini yang harus dikuasai oleh seorang pemain bolavoli, karena keempat teknik dasar tersebut akan digunakan untuk menciptakan suatu permainan di dalam bolavoli dan keseluruhannya merupakan satu rangkaian pada saat tim memainkan bolavoli.

Menurut Durrwachter (1982:1-2) permainan bolavoli mempunyai segi positif, yaitu: (1) Lapangan permainan relatif kecil, perlengkapan yang dibutuhkan sederhana, (2) sifat permainan tidak berubah apabila lapangan


(31)

dipersempit atau jumlah pemain dikurangi, (3) gagasan permainan sederhana, (4) kekuatan regu sangat tergantung dari semangat bermain serta kemampuan semua pemain, (5) kecepatan reaksi kelincahan kewaspadaan serta kemampuan konsentrasi dan daya loncat sangat dilatih, (6) resiko cedera sangat kecil. Agar tercapainya suatu tujuan tertentu yang hendak dicapai, yang berarti perlunya suatu proses terlebih dahulu yang menuju kearah tersebut, maka perlu adanya suatu prinsip yang melatar belakangi permainan bolavoli. Prinsip-prinsip bermain dalam bolavoli pada hakekatnya tidak berbeda dengan permainan yang mengutamakan kerja sama antar individu dalam suatu regu.

Menurut Roesdiyanto (1989:7) ada beberapa prinsip dalam bermain bolavoli: (a) Prinsip teknis adalah untuk memvoli bola di udara hilir mudik di atas net, mempergunakan bagian tubuh pinggang ke atas, dengan syarat pantulan bersih dan setiap pemain berusaha secepatnya menjatuhkan di lapangan lawan untuk mencari kemenangan dalam permainan. (b) Prinsip psikologis, merupakan suatu prinsip kerja sama antar individu. Dengan demikian prinsip bermain bolavoli secara psikologis adalah harus berpegang pada kekompakan antar individu dalam syatu regu, jadi dengan demikian gotong royong dalam regu setiap sikap senang dan gembira di dalam melakukan permainan bolavoli.

Permainan bolavoli terdapat beberapa unsur yang terkandung dalam permainan tersebut seperti passing, serve, block, dan smash. Keempat unsur tersebut sangat berpengaruh dalam suatu pertandingan bolavoli karena merupakan teknik dasar permainan bolavoli. Menurut Roesdiyanto (1989:24) ”teknik dasar permainan bolavoli adalah suatu proses dasar tubuh untuk melakukan keaktifan


(32)

commit to user

jasmani dan penguasaan keterampilan praktek sebaik-baiknya dalam permainan bolavoli dan dapat menyelesaikan permainan dengan baik”.

Olahraga bolavoli memilki karakteristik gerak yang cukup kompleks. Gerakan yang terkandung dalam olahraga bolavoli terdiri dari berbagai macam bentuk yang terangkum menjadi satu rangkaian yang akan terbentuk sebuah keterampilan gerak. Ketrampilan gerak ini yang nantinya muncul sebagai suatu teknik dasar dalam permainan bolavoli. Suharno (1992:21) menyatakan “Pengertian teknik ialah suatu proses pelaksanaan kegiatan fisik secara efektif dan rasional yang memungkinkan tercapainya hasil tebaik dalam pertandingan.

Gerakan dalam bolavoli atau tektik dalam bolavoli akan menjadi baik jika didasari dengan kemampuan fisik yang baik, setiap teknik dalam bolavoli memiliki unsur-unsur fisik khusus yang harus dikembangkan untuk menunjang performa geraknya, berikut adalah teknik dasar permainan bolavoli beserta analisis tinjauan pendukung teknik dasar sehingga akan diketahui kebutuhan fisik untuk melakukan masing-masing teknik tersebut.

b. Analisis Kondisi Fisik Bolavoli

Kondisi Fisik dalam bolavoli bisa diketahui dari karakteristik gerak, dalam hal ini ditinjau dari teknik dasar permainan bolavoli.

1) Servis

Menurut Roesdiyanto (1989:27) “Servis dalam permainan bolavoli adalah sarana pertama untuk mengadakan serangan terhadap regu lawan.” Servis pada zaman sekarang bukan lagi sebagai awal dari suatu permainan atau sekedar


(33)

menyajikan bola, tetapi sebagai suatu serangan pertama bagi regu yang melakukan servis. Servis ada beberapa macam: (1) Servis atas adalah service dengan awalan melemparkan bola ke atas seperlunya. Kemudian Server memukul bola dengan ayunan tangan dari atas. (2) Servis bawah adalah servis dengan awalan bola berada di tangan yang tidak memukul bola. Tangan yang memukul bola bersiap dari belakang badan untuk memukul bola dengan ayunan tangan dari bawah.

Posisi kaki saat servis yaitu dengan membuka kaki selebar bahu serta salah satu kaki berada di depan, kaki yang berada di depan adalah kaki kebalikan dari tangan pemukul bola servis, hal ini bertujuan untuk menambah keseimbangan serta saat melakukan gerak lanjutan menjadi mudah karena posisi kaki salah satu sudah di depan. Tangan yang akan memukul bola harus lurus sewaktu menyentuh bola. Karena dalam prinsip biomekanika, Hidayat (1997:132) mengatakan bahwa pada suatu gerak rotasi, kecepatan berbanding lurus dengan jari-jarinya. Sehingga untuk memperoleh hasil servis yang keras harus meluruskan lengan saat impact

dengan bola.

Pelaksanaan servis secara umum dibagi 3 bagian, yaitu; (1). Melempar bola ke atas, dalam hal ini dalam upaya melempar dibutuhkan kekuatan otot-otot lengan yang cukup kuat terutama deltoid sebagai pangkal lengan yang juga didukung oleh pektoralis mayor dan lattisimus dorsi. (2). Memukul bola, fase ini merupakan fase terpenting dalam melakukan teknik servis. Kekuatan akan berumpu pula pada otot-otot bahu, dada, triceps dan wrist. (3). Follo trough, merupakan fase tindah lanjut. Ini menunjukkan bahwa kelompok anggota gerak atas berfungsi maksimal.


(34)

commit to user

Teknik mahir sevis dapat dilakukan dengan melompat, atau biasa disebut dengan jump serve. Teknik servis ini juga bisa dilakukan atau dilatihkan untuk pemain pada level intermediet, Teknik yang dilakukan hanya menambah saat melompat ke udara yang tentunya melibatkann otot-otot tungkai, gluteus atau trunk. Pelaksanaan servis membutuhkan hampir seluruh otot-otot bagian tubuh. Pelaksanaan servis dengan benar dan mematikan harus didukung kemampuan fisik yang baik, terutama power otot lengan, power otot tungkai untuk melompat pada saat melakukan jump servedan kekuatan otot perut sebagai pendukung dari hasil servis yang baik.

2) Passing

Menurut Dunphy dan Wilde (2000:24) terminologi pasing adalah sentuhan pertama dari sebuah tim setelah bola melewati net yang berasal dari servis atau serangan. Pasing merupakan salah satu teknik dasar bolavoli, pasing betujuan untuk menerima servis. Pasing dalam bolavoli ada dua macam, pasing bawah dan pasing atas. Gerakan badan saat melakukan pasing bawah maupun pasing atas tidak berbeda. Saat posisi siap akan melakukan passing, salah satu kaki didepan dan kedua kaki ditekuk dan tubuh agak condong ke depan .Tubuh agak membungkuk, sikap kaki seperti hendak melangkah dengan posisi kaki selebar bahu, Durrwachter (1982:52)

Sikap awal pasing bawah adalah badan agak ditekuk, dan kaki didepan ditekuk selebar bahu, kemudian saat perkenaan bola, badan agak tegak dan kaki lurus mengikuti arah gerakan lengan. Gerak tangan menyongsong bola yaitu lutut


(35)

ditekuk, posisi berjongkok rendah atau melangkah lebar, punggung rata, siku setinggi lutut, Durrwachter (1982:52)

Gerakan ancang-ancang, rentangan tubuh cepat serta gerak mengikuti arah bola yang terpantul, jadi gerak lengan yang panjang dan diarahkan memperbesar ketepatan dan pengoperan bola. Gerak selanjutnya adalah tubuh serta lengan diangkat menyongsong bola, gerak lengan pada persendian bahu, tubuh atas tetap tegak, lengan lurus, karena jika lengan menekuk pada siku saat perkenaan bola, maka hasil pantulan bola tidak bagus.

Kaki dibuka selebar bahu agar supaya posisi semakin stabil, hal itu sesuai dengan hokum kesetimbangan II “stabilitas berbanding lurus dengan luas bidang tumpuannya”. Posisi badan merendah atau tungkai di tekuk juga mempunyai tujuan menstabilkan posisi, semakin rendak titik tumpuan,maka smakin stabil posisi kita. Imam Hidayat (1997:33) mengatakan “ makin besar jarak vertikalnya, makin kecil stabilitasnya. Sebaliknya makin kecil jarak vertikalnya, makin besar stabilitasnya”.

Menurut Durrwachter (1982:53) ada beberapa langkah-langkah gerakan teknik dasar passingbawah dimulai posisi siap melakukan passingsampai posisi setelah melakukan passing. Posisi siap menunggu kedatangan bola, tubuh agak membungkuk, sikap kaki seperti hendak melangkah dengan posisi kaki selebar bahu, lengan bawah diangkat sehingga mendatar. Kekuatan otot tungkai sangant dominan dalam gerakan tersebut terutama otot-otot pada tungkai bawah, karena posisi telapak kaki yang jinjit, sehingga diperlukan kekuatan otot tungkai bawah bagian belakang yang baik.


(36)

commit to user

Bola dipantulkan dengan lengan bawah bola mengenai kedua lengan bawah secara bersamaan dan terpantul ke atas lagi, gerak lengan lebih mirip sikap mengangkat atau mendorong, dan bukan memukul. Otot lengan sangat berperan dalam sukses tidaknya melakukan pasing bawah. Otot bisep dan trisep sebagai penopang lengan atas juga sangat berperan memberikan dorongan kekuatan dalam melakukan pasing, terlebih pada saat melakukan pasing atas dorongan dari lengan sangat membantu.

Pasing bawah merupakan upaya pemain dengan menggunakan sisi bagian dalam lengan bawah untuk mengoperkan bola yang dimainkannya kepada teman seregunya untuk dimainkan di lapangan sendiri. Pasing bawah yang baik membutuhkan kemampuan yang baik pula. Ditinjau dari karakteristik gerakanya, kemampuan fisik yang dominan untuk mendukung pelaksanaan pasing adalah daya tahan otot tungkai, kekuatan dan daya tahan otot lengan.

Menurut Roesdiyanto (1989:36) berpendapat bahwa pasing atas adalah mengoperkan bola kepada teman sendiri dalam satu regu dengan suatu teknik tertentu, sebagai langkah awal untuk menyusun serangan kepada lawan. Set up

atau pasing atas adalah bentuk lain dari teknik dasar pasing. “Teknik dasar pasing atas merupakan teknik dasar permainan bolavoli yang berperan dalam kelancaran suatu serangan olae suatu regu, Roesdiyanto (1989:36).” Fungsi dari pasing atas ini cenderung untuk umpan, namun bisa juga sebagai sajian bola awal kepada pengumpan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pasing atas menurut Dunphy dan Wilde (2000:54) adalah mengatur kaki lebih lebar dari bahu dengan


(37)

kaki kanan ke depan, tubuh agak condong ke depan, lengan atas harus tegak lurus dengan lantai, tangan diletakkan agak di depan di atas dahi, jari tangan dibentuk sesuai lebar ukuran bola, bahu ditarik ke belakang sehingga pada saat mendorong bola posisi tangan tepat berada di depan dahi, keseluruhan ujuang jari harus menyentuh permukaan bola, posisi tubuh mengarah ke arah target sasaran, untuk menghasilkan follow through yang sempurna diikuti dengan tolakan tungkai, pinggul dan lengan, diarahkan ke target sasaran. Pasing atas dilakukan dengan dukungan kemampuan fisik yang baik, terutama kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai.

3) Semes

Menurut pendapat Dunpy dan Wilde (2000:68) “Smesh adalah suatu pukulan yang kuat dimana tangan kontak dengan bola secara penuh pada bagian atas , sehingga jalannya bola terjal dengan kecepatan yang tinggi, apabila pukulan bola lebih tinggi berada diatas net , maka bola dapat dipukul tajam ke bawah.” Menurut Roesdiyanto (1989:49) “Smesh adalah pukulan keras yang biasanya mematikan karena bola sulit diterima atau dikembalikan.” Spike adalah merupakan bentuk serangan yang paling banyak digunakan untuk menyerang dalam upaya memperoleh nilai suatu tim dalam permainan voli . Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa teknik smesh atau spike adalah cara memainkan bola dengan efisien dan efektif sesuai dengan peraturan permainan untuk mencapai pukulan keras yang biasanya mematikan ke daerah lawan.

Smesh merupakan bentuk serangan dalam permainan bola voli yang mempunyai ciri-ciri menukik, tajam, dan cepat. Cara melakukannya adalah ;


(38)

commit to user

Berdiri dengan salah satu kaki dibelakang sesuai dengan kebiasaan individu (tergantung smesher normal atau smesher kidal). Langkahkan kaki satu langkah kedepan (pemain yang baik, dapat mengambil ancang-ancang sebanyak 2 sampai 4 langkah), kedua lengan mulai bergerak kebelakang, berat badan berangsur-angsur merendah untuk membantu tolakan. Pada tahap tolakan ini, kaki berikutnya dilangkahkan hingga kedua telapak kaki hampir sejajar dan salah satu kaki agak ke depan sedikit untuk mengerem gerak ke depan, dan sebagai persiapan meloncat ke arah vertikal. Kedua lengan diayun ke belakang atas sebatas kemampuan berupa gerak rotasi bahu. Bersamaan dengan gerakan ini, kaki ditekuk sehingga lutut membentuk sudut kurang lebih 110º yang merupakan sudut yang efektif untuk menolak karena dengan sudut tarikan otot yang besar akan menghasilkangaya besar, terlebih karena sudut ini bekerja pada sendi lutut yang mempunyai sistem katrol anatomik pada sendi lutut yang bersifat ellipsoidea rangkap (sendi bujur telur). Setelah itu badan siap untuk meloncat dengan berat badan lebih banyak bertumpu pada kaki yang depan. Gerakan ini merupakan gerak fleksi tungkai bawah (flexi genu) yang melibatkan otot hamstring dan gerak dorsoflexiyang melibatkan otot tibialis anteriountuk persiapan menolak.

Tahap menolak secara kontinu dilanjutkan gerakan meloncat dengan tumit dan jari kaki menghentak tanah. Gerakan ini merupakan gerak ekstensi tungkai bawah (ekstensi genu) yang melibatkan otot quadricep femoris dan gerakan

plantarflexi yang melibatkan otot gastrocnemius, sambil meloncat kedua lengan

diayunkan ke depan atas yang merupakan gerak rotasi bahu ke atas (anteflexi) pada sendi bahu yang bersifat globoidea(sendi peluru) dengan melibatkan otot


(39)

deltoideus, otot pectoralis major, otot biceps brachii, dan otot coracobrachialis. Sesaat setelah meloncat ketika tubuh melayang di udara posisi togok membusur ke belakang, yang merupakan gerak hiperekstensi togok (kayang). Telapak kaki, pergelangan kaki, panggul, dan togok digerakkan serasi untuk memperoleh rangkaian gerak yang sempurna agar terwujud gerakan eksplosif dan loncatan vertikal.

Melangkahkan kaki selanjutnya hingga kedua telapak kaki hampir sejajar dan salah satu kaki kedepan sedikit untuk mengerem gerak kedepan dan sebagai persiapan meloncat kearah vertikal. Mengayunkan kedua lengan kebelakang atas sebatas kemampuan, kaki ditekuk sehingga lutut membuat sudut ±110º, badan siap untuk meloncat dengan berat badan lebih banyak bertumpu pada kaki yang didepan. Mulai meloncat dengan tumit & jari kaki menghentak lantai dan mengayunkan kedua lengan kedepan atas saat kedua kaki mendorong naik keatas. Telapak kaki, pergelangan tangan, pinggul dan batang tubuh digerakkan serasi merupakan rangkaian gerak yang sempurna. Gerakan dilakukan dengan eksplosif dan loncatan vertikal.

Jarak bola didepan atas sejangkauan lengan pemukul, segera lecutkan lengan kebelakang kepala dan dengan cepat lecutkan kedepan sejangkauan lengan terpanjang dan tertinggi terhadap bola. Pukul bola secepat dan setinggi mungkin, perkenaan bola dengan telapak tangan tepat diatas tengah bola bagian atas. Pergelangan tangan aktif menghentak kedepan dengan telapak tangan dan jari menutup bola. Perkenaan bola lengan pemukul membuat gerakan lanjutan kearah garis tengah badan dengan diikuti gerak tubuh membungkuk. Gerak lecutan


(40)

commit to user

lengan, telapak tangan, badan, tangan yang tidak memukul dan kaki harus harmonis dan eksplosif untuk menjaga keseimbangan saat berada diudara. Pukulan yang benar akan menghasilkan bola keras dan cepat turun kelantai.

Keterampilan ini merupakan kerja koordinasi mata tangan dalam upaya menepatkan saat yang tepat dari jangkauan lompatan yang tertinggi dengan keberadaan bola yang jatuh. Fase ini kerja otot-otot perut dan punggung sangat dominan. Otot yang terlibat dalam melakukan smash dilihat dari analisis gerakanya adalah pergelangan tangan aktif menghentak ke depan dengan telapak tangan dan jari menutup bola yang merupakan gerak fleksi pergelangan tangan dengan melibatkan otot flexor carpi radialis dan otot flexor pollicis longus pada sendi pergelngan tangan yang bersifat ellipsoidea (sendi bujur telur). Lengan pemukul membuat gerakan lanjutan ke arah garis tengah badan (gerak retrofleksi) yang melibatkan otot deltoideus, otot pectoralis major,dan otot lactisimus dorsi, dengan diikuti gerak tubuh membungkuk (gerak fleksi togok) yang melibatkan otot abdominis dan otot pectineus. Gerakn lecutan lengan, telapak tangan, togok, tangan yang tidak memukul, dan kaki harus harmonis dan eksplosif untuk menjaga keseimbangan saat berada di udara. Pukulan yang benar akan menghasilkan jalannya bola yang keras dan cepat menurun ke tanah dengan putaran yang cepat ke arah depan (top spin).

Pukulan menjadi penting juga untuk menunjukkan pukulan yang terkuat. Dengan kuatnya pukulan memberikan peluang untuk mendapatkan poin. Saat memukul, otot yang terlibat langsung adalah kelompok bahu seperti deltoid, travezeus dan triceps serta otot lengan bagian bawah. Mendarat dengan kedua


(41)

kaki. Lutut lentur saat mendarat untuk meredam perkenaan kaki dengan lantai, mendarat dengan jari-jari kaki (telapak kaki bagian depan) dan sikap badan condong kedepan. Otot-otot tungkai menjadi domonan pula dalam menahan berat badan. Gerakan selanjutnya setelah memukul bola di atas net adalah mendarat dengan kedua kaki mengeper dengan menekuk lutut (gerak fleksi tungkai bawah) yang lentur untuk meredam perkenaan kaki dengan tanah. Pendaratan dilekukan dengan jari-jari kaki (telapak kaki bagian depan) dan sikap badan condong ke depan dengan memperlambat gerakan. Perlambatan gerakan dilakukan untuk memperkecil momentum hingga menjadi nol (berhenti bergerak) untuk mencegah cedera dalam bentuk kerusakan sendi.

4) Blok

Blok merupakan daya upaya di dekat jaring untuk mencoba menahan/menghalangi bola yang datang dari daerah lawan. Sikap memblok yang benar adalah: (1) Jongkok, bersiap untuk melompat. (2) Lompat dengan kedua tangan rapat dan lurus ke atas. (3) Saat mendarat hendaknya langsung menyingkir dan memberi kesempatan pada kawan satu regu untuk bergantian melakukan blok.

Blok dapat diartikan sebagai bendungan pertama serangan dari lawan. “Blok adalah kunci dari taktik pertahanan dalam bolavoli, seerta merupakan garis pertama pembendung serangan lawan, Dunvy dan Wilde (2000:82).” Blok dapat menggagalkan ataupun dapat mengurangi efektifitas serangan dari lawan. Sehingga bola yang mengarah pada pertahanan dapat dibendung secara baik.

Teknik dasar blok bolavoli juga memerlukan kajian biomekanik yang sangat dalam. Rangakaian gerakan dalam teknik blok memerlukan kajian mekanis


(42)

commit to user

untuk dapat memperoleh tingkat efisiensi dari gerakannya sehingga penguasaan tekniknya maksimal. Urutan teknik blok dalam bolavoli dilaksanakan dengan prinsip-prinsip mekanis untuk melakukan rangkaian terhadap gerakan selanjutnya. Tinjauan mekanis terhadap rangkaian gerakan blok bolavoli adalah berdiri tegak bertumpu pada kedua kaki menghadap ke net, kedua tangan diletakkan di depan dada dan telapak tangan posisi membuka. Sikap awal untuk menentukan efisiensi gerakan yang dilakukan. Untuk mendapatkan efisiensi gerakan dalam melakukan blok maka posisi tangan ditemptkan di depan dada sehingga dapat memperhitungkan ketepatan dengan bola pada saat melakukan blok di depan net.

Sikap awal ini menganut pengertian dari hukum kesetimbangan pertama yaitu “Badan selalu dalam keadaan setimbang selama proyeksi dari titik berat badan tersebut jatuh dalam bidang tumpuannya, Hidayat (1997:27).” Dalam perlakuan sikap awal ini masih menggunakan posisi berdiri dengan tumpuan kaki selebar bahu dan membuat tubuh dalam keadaan setimbang karena sebagai awal persiapan menuju gerakan selanjutnya. Gerak abduksi pada tungkai pada saat kedua tungkai dibuka selebar bahu.

Terjadi gerak endorotasi pada lengan saat sikap awal ini karena posisi tangan bersiap untuk melakukan block. Kelompok otot yang bekerja pada saat gerakan endorotasi tersebut antara lain subscapularis, pectoralis major, Biceps brachii, Triceps brachii, brachioradialis, Pronator teres, Flexor carpi radialis,

Palmaris Longus, dan Flexor digitorum superficialis. Tumpuan loncatan

menggunakan dua kaki untuk menumpu dan ujung kaki sebagai tolakan. Power otot tungkai sangat diperlukan dalam melakukan tolakan blok.


(43)

Mekanisme gerakan tumpuan loncatan dibutuhkan perubahan luas permukaan tumpuan. Dengan memperkecil bidang tumpuan maka sikap atau posisi tubuh akan semakin labil. Sesuai dengan bunyi hukum kesetimbangan kedua “Stabilitas berbanding lurus dengan luas bidang tumpuannya, Hidayat (1997:29).” Untuk melakukan gerakan loncatan diperlukan posisi tubuh yang labil sehingga badan akan lebih mudah digerakkan.

Loncatan ke atas juga akan dipengaruhi oleh posisi anatomis tubuh pada saat meloncat sehingga dapat menghasilkan loncatan maksimal. Posisi tungkai diharapkan lurus karena untuk tetap menjaga titik berat badan berada di tengah antara tungkai dan togok sehingga memungkinkan sikap seluruh badan tetap tegak. Posisi togok juga diharapkan tetap tegak pada saat melakukan loncatan, hal ini bertujuan untuk menghasilkan loncatan maksimal secara vertikal sehingga jangkauan yang diperoleh tetap maksimal. Posisi togok yang lurus pada saat melakukan loncatan ke atas diharapkan untuk menjaga kestabilan serta titik berat badan tetap pada posisinya.

Posisi kedua tangan lurus dengan kedua telapak tangan dibuka selebar-lebarnya untuk membendung serangan dari lawan. Kestabilan titik berat badan akan berubah oleh karena posisi tubuh yang berbeda-beda, Hidayat (1997:15). Posisi kedua tangan lurus ke atas dikarenakan untuk meraih jangkauan paling tinggi pada saat membendung serangan serta mempertahankan posisi titik berat badan sehingga posisi badan tetap stabil meskipun meloncat pada titik maksimal. Kedua telapak tangan dibuka selebar-lebarnya dikarenakan selain untuk membendung dengan halangan paling luas juga untuk mempertahankan


(44)

commit to user

kesetimbangan bola yang datang dengan permukaan bendungan yang luas juga memaksimalkan tumbukan bola dengan tangan agar lenting sempurna.

Terjadi gerak Plantar Flexi pada otot kaki pada saat tumpuan loncatan untuk mendorong ke atas. Tungkai bawah terjadi kontraksi pada otot flexor

digitorum longus, soleus dan gastrocnemius pada saat melakukan loncatan ke

atas, selanjutnya terjadi kontraksi pada otot-otot bagian hamstring dan musculus gluteus maximus.

Terjadi kontraksi pada otot-otot pada bagian abdomen mulai dari kelompok otot rectus abdominis, seratus anterior, pectoralis mayor, dan

lattisimus dorsi. Kontraksi terjadi pada saat loncatan vertical diiringi kontraksi

pada otot bagian punggung diantaranya otot punggung, musculus deltoideus, dan

trapezius. Rangkaian gerakan terakhir pada saat loncatan yaitu otot-otot pada

bagian lengan terjadi gerakan elevasi saat tangan merintang di atas net, kemudian perputaran pada articulatio humeri dan articulation cubiti, serta diikuti kontraksi pada musculus deltoideus.

Pendaratan menggunakan tumpuan dua kaki dengan luas permukaan tumpuan selebar bahu. Perubahan luas permukaan tumpuan dengan memperkecil bidang tumpuan untuk pendaratan maka sikap atau posisi tubuh akan semakin labil. Sesuai dengan bunyi hukum kesetimbangan kedua “Stabilitas berbanding lurus dengan luas bidang tumpuannya, Hidayat (1997:29).” Melakukan gerakan pendaratan diperlukan posisi tubuh yang labil pada saat awal mendarat dengan ujung kaki sebagai awal tumpuan sehingga badan akan lebih mudah digerakkan. Gerakan pendaratan ini selanjutnya menganut pengertian dari hukum


(45)

kesetimbangan pertama yaitu “Badan selalu dalam keadaan setimbang selama proyeksi dari titik berat badan tersebut jatuh dalam bidang tumpuannya, Hidayat (1997:27).” Dalam gerakan pendaratan ini setelah bertumpu pada ujung kaki sebagai awal tumpuan kemudian berlanjut dengan seluruh telapak kaki untuk merubah posisi tubuh menjadi stabil serta menggunakan posisi tumpuan kaki selebar bahu dan membuat tubuh dalam keadaan setimbang.

Poin utama pada saat pendaratan adalah anteflexi pada plantar fascitis dan

plantar fascia sebagai kebalikan dari gerakan pada saat meloncat. Tingkat

kompleksitas dari gerakan blok sangat memerlukan kajian yang mendalam terhadapnya. Tinjauan secara anatomi maupun mekanika gerak sangat dibutuhkan dalam menganalisa kemampuan fisik yang mendukung dalam melakukan blok dalan bolavoli.

c. Latihan Fisik

Annarino (1980:8) mengatakan bahwa “Latihan ditujukan untuk mempersiapkan atlet dalam suatu pertandingan atau kompetisi dalam usaha mencapai prestasi yang optimal. Foss, Keteyian (1998:278) kata exercise

diartikan sebagai (1) Aktivitas fisik yang melibatkan penggunaan kelompok otot besar dari pada kelompok otot yang sangat khusus, secara relatif gerakan-gerakan tanpa beban dari kelompok-kelompok otot kecil. Yang termasuk di dalam exercise

adalah: menari, kalestinis, permainan dan aktivitas yang lebih formal seperti

jogging, renang dan lari. (2) Beberapa bentuk gerakan yang dirancang untuk


(46)

commit to user

dapat disimpulkan sebagai sebagai aktivitas yang dilakukan dalam satu sesi waktu. Senada dengan pendapat dua ahli di atas, Lutan dkk (1991:88) mengungkapkan bahwa latihan fisik adalah latihan yang bertujauan untuk meningkatkan kondisi fisik, yaitu faktor yang amat penting bagi setiap atlit. Tanpa kondisi fisik yang baik, atlet tidak akan dapat mengikuti latihan-latihan, apalagi bertanding dengan sempurna. Beberapa unsur kemampuan fisik dasar yang perlu dikembangkan antara lain kekuatan, daya tahan, kelentukan, kelincahan dan kecepatan.

Latihan didefinisikan sebagai sebuah aktivitas dengan menggunakan otot-otot yang terlibat dalam berbagai cara untuk menjaga kesegaran jasmani atau penggunaan jasmani demi memelihara organ atau bagian tubuh dan fungsinya agar selalu dalam keadaan sehat. Latihan adalah suatu aktivitas fisik untuk neningkatkan kinerja tubuh, kebugaran, kekuatan, daya tahan dan meningkatkan penampilan tubuh. Dari beberapa pengertian istilah tersebut di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Latihan :

- Penekanan pada aktivitas fisik saja,

- Sebagai aktivitas yang dilakukan dalam satu sesi waktu, - Melibatkan kelompok otot-otot besar,

- Pengembangan segala aspek yang ada pada individu untuk mencapai target-target tertentu.


(47)

1) Tujuan Latihan Fisik

Tujuan latihan fisik dalam bolavoli secara umum adalah untuk meningkatkan prestasi secara optimal, sedangkan tujuan yang lebih khusus adalah untuk meningkatkan performa gerak, dalam hal ini meningkatkan performa keterampilan dalam bolavoli.

Menurut Bompa (1990:3-5) bahwa dalam rangka mencapai tujuan utama latihan yaitu puncak penampilan prestasi yang lebih, perlu kiranya memperhatikan tujuan-tujuan latihan sebagai berikut:

a) Mencapai dan memperluas perkembangan fisik secara menyeluruh.

b) Menjamin dan memperbaiki perkembangan fisik khusus sebagai suatu kebutuhan yang telah ditentukan di dalam praktek.

c) Menanamkan kualitas kemauan melalui latihan yang mencakup serta disiplin untuk tingkah laku, ketekunan dan keinginan untuk menanggulangi kerasnya latihan dan menjamin persiapan psikologis yang cukup.

d) Mempertahankan keadaan kesehatan.

e) Mencegah cidera melalui pengamanan terhadap penyebabnya dan juga meningkatkan fleksibilitas di atas tingkat tuntutan untuk melaksanakan gerakan.

f) Memberikan sejumlah pengetahuan teoritis yang berkaitan dengan dasar-Dasar fisiologis dan psikologis latihan, perencanaan gizi dan regenerasi. Selain hal diatas latihan fisik bertujuan untuk:


(48)

commit to user

b) Mengembangkan fisik secara khusus sesuai dengan tujuan olahraga tertentu,

c) Menyempurnakan teknik olahraga tertentu (Bompa, 1990:45).

Keberhasilan dalam penampilan olahraga tidak hanya ditentukan oleh pencapaian pada domain fisik saja, melainkan juga ditentukan oleh pencapaian pada domain psikomotor, kognitif dan afektif. Domain ini dalam kenyataannya merupakan satu kesatuan yang saling terkait, maka dalam peningkatannya harus dikembangkan secara bersamaan atau simultan. Menurut Hare (1982:8) secara terinci tujuan latihan adalah sebagai berikut:

a) Mengembangkan kepribadian.

b) Kondisi dengan sasaran utama untuk meningkatkan power, kecepatan dan daya tahan.

c) Meningkatkan teknik dan koordinasi gerak. d) Meningkatkan taktik.

e) Meningkatkan mental.

Tujuan utama atlet berlatih adalah untuk mencapai puncak prestasinya, sehingga untuk itu pembinaan atlet harus direncanakan dengan baik dan benar serta didasarkan pada konsep periodisasi dan metodeologi serta prinsip-prinsip latihan.

2) Prinsip Latihan Fisik

Latihan olahraga merupakan suatu latihan dalam upaya untuk meningkatkan fungsi sistem organ tubuh agar mampu memenuhi kebutuhan tubuh secara optimal ketika berolahraga. Agar latihan olahraga mencapai hasil yang


(49)

maksimal, harus memiliki prinsip latihan. Menurut Fox, Bowers & Foss (1988:288), prinsip dasar dalam program latihan adalah mengetahui sistem energi utama yang dipakai untuk melakukan suatu aktivitas dan melalui prinsip beban berlebih (overload) untuk menyusun satu program latihan yang akan mengembangkan sistem energi yang bersifat khusus pada cabang olahraga.

Adapun prinsip-prinsip latihan yang secara umum diperhatikan adalah sebagai berikut:

a) Prinsip Kekhususan (Specificty)

Latihan bertujuan untuk mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan harus bersifat khusus, yaitu khusus mengembangkan kemampuan tubuh sesuai dengan tuntutan dalam cabang olahraga yang akan dikembangkan. Kekhususan dalam hal ini adalah spesifik terhadap sistem energi utama, spesifik terhadap kelompok otot yang dilatih, pola gerakan, sudut sendi dan jenis kontraksi otot. Prinsip kekhususan dalam bolavoli adalah latihan kondisi fisik sesuai dengan kebutuhan gerak dalam bolavoli

Menurut Bompa (1990:34) bahwa ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip kekhususan yaitu: (1) melakukan latihan-latihan khusus sesuai dengan karakteristik cabang olahraga, (2) melakukan latihan untuk mengembangkan kemampuan biomotorik khusus dalam olahraga. Soekarman (1987:60) mengemukakan bahwa latihan itu harus khusus untuk meningkatkan kekuatan atau sistem energi yang digunakan dalam cabang olahraga yang bersangkutan. Latihan harus ditujukan khusus terhadap sistem energi atau serabut otot yang digunakan, juga dikaitkan dengan peningkatan ketrampilan motorik


(50)

commit to user

khusus. Program latihan yang dilakukan harus bersifat khusus, disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam cabang olahraga.

b) Prinsip Beban-Lebih (The Overload Priciples)

Prinsip beban lebih adalah prinsip latihan yang menekankan pada pembebanan latihan yang lebih berat daripada yang mampu dilakukan oleh atlet, Atlet harus selalu berusaha berlatih dengan beban yang lebih berat daripada yang mampu dilakukan saat itu, artinya berlatih dengan beban yang berada diatas ambang rangsang. Kalau beban latihan terlalu ringan (dibawah ambang rangsang), walaupun latihan sampai lelah, berulang-ulang dan dengan waktu yang lama, peningkatan prestasi tidak mungkin tercapai.

Pemberian beban dimaksud agar tubuh beradaptasi dengan beban yang diberikan tersebut, jika itu sudah terjadi maka beban harus terus ditambah sedikit demi sedikit untuk meningkatkan kemungkinan perkembangan kemampuan tubuh. Penggunaan beban secara overload akan merangsang penyesuaian fisiologis dalam tubuh, sehingga peningkatan prestasi terus-menerus hanya dapat dicapai dengan peningkatan beban latihan, Bompa (1990:44). Untuk mendapatkan efek latihan yang baik organ tubuh harus diberi beban melebihi beban dari aktivitas sehari-hari. Beban yang diberikan mendekati maksimal hingga maksimal, Brook & Fahey (1984:84).

c) Prinsip Beban Bertambah (The Prinsiples of Progresive)

Beban latihan adalah sejumlah intensitas, volume, durasi dan frekuensi dari suatu aktivitas yang harus dijalani oleh atlet dalam jangka waktu tertentu


(51)

untuk meningkatkan kemampuan fungsional dari sistem organ tubuhnya agar mampu beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi sesuai dengan tujuan latihan.

Peningkatan pemberian beban hendaknya dilakukan secara progresif dan bertahap. Progresif artinya beban latihan selalu meningkat, dari awal sampai akhir latihan. Peningkatan berat beban dilakukan tidak sekaligus, tetapi bertahap. Diawali dengan beban rendah dan dilanjutkan ke beban yang semakin tinggi, bukan sebaliknya pada awal latihan diberikan beban berat, kemudian makin lama beban latihanya semakin ringan. Menurut Nala (1998:34) bahwa yang dimaksudkan dengan beban latihan tidaklah selalu pengertiannya kuantitatif, tetapi mencakup kuantitatif dan kualitatif. Beban latihan yang bersifat kuantitatif ini, beban latihannya dapat berupa berat beban yang harus diangkat, banyaknya repetisi, set, lama istirahat per set, kecepatan, frekuensi perminggu dan sebagainya. Bagi atlet cabang olahraga yang lain tentu beban latihannya akan berbeda, sebab tujuan latihannya berbeda. Beban latihan yang bersifat kualitatif dapat berupa presentase intensitas latihan, berapa persen beban latihan diambil pada awal latihan dan berapa persen peningkatanya.

d) Prinsip Individualitas (The Prinsiples of Individuality)

Pada prinsipnya masing-masing individu berbeda satu dengan yang lain. Dalam latihan setiap individu juga berbeda kemampuannya, manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan tersebut direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi individu atlet. Oleh karena itu faktor-faktor karakteristik individu atlet harus dipertimbangkan untuk menyusun program latihan. Berkaitan dengan hal ini Harsono (1988:112-113) mengemukakan bahwa:


(52)

commit to user

faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, bentuk tubuh, kedewasaan, latar belakang pendidikan, lamanya berlatih, tingkat kesegaran jasmaninya, ciri-ciri psikologisnya, semua itu harus ikut dipertimbangkan dalam menyusun program latihan. Latihan yang dilakukan harus direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi individu atlet. Program latihan yang disusun dan pembebanan yang diberikan dalam latihan harus sesuai dengan kondisi tiap-tiap individu.

e) Prinsip Reversibelitas (The Prinsiples of Reversibility)

Kemampuan fisik yang dimiliki seseorang tidak menetap, tetapi dapat berubah sesuai dengan aktivitas yang dilakukan. Keaktifan seseorang melakukan latihan atau kegiatan fisik dapat meningkatkan kemampuan fisik, sebaliknya ketidakaktifan atau tanpa latihan akan menimbulkan kemunduran kemampuan fisik. Menurut Soekarman (1987:60) bahwa, setiap hasil latihan kalau tidak dipelihara akan kembali keadaan semula. Berdasarkan prinsip ini, latihan fisik harus secara teratur dan kontinyu.

Prinsip ini harus dipegang oleh pelatih maupun atlet. Latihan yang teratur dan kontinyu akan membawa tubuh untuk dapat segera menyesuaikan diri pada situasi latihan. Adaptasi tubuh terhadap situasi latihan ini, maka kemampuan tubuh dapat meningkat sesuai dengan rangsangan yang diberikan.

3) Komponen Latihan Fisik

Setiap kegiatan fisik yang dilakukan atlet, akan mengarah kepada sejumlah perubahan yang bersifat anatomis dan fisiologis, biokimia dan kejiwaannya. Bompa (1990:75) mengatakan bahwa, efisiensi dari suatu latihan merupakan


(53)

akibat dari; waktu yang dipakai, jarak yang ditempuh dan jumlah pengulangan (volume); beban dan kecepatannya (intensitas); serta frekuensi penampilannya (densitas). Seorang pelatih harus mempertimbangkan semua aspek yang yang menjadi komponen latihan tersebut diatas.

a. Intensitas Latihan

Menentukan volume dan densitas suatu latihan, faktor intensitas ini harus ditetapkan terlebih dahulu. Berapa persen akan diberikan takaran pada unsur volume dan densitas agar latihan mencapai hasil seperti yang direncanakan. Menurut Bompa (1990:77) bahwa, intensitas merupakan salah satu komponen yang sangat penting untuk dikaitkan dengan komponen kualitatif kerja yang dilakukan dalam kurun waktu yang diberikan. Lebih banyak kerja yang dilakukan dalam satuan waktu akan lebih tinggi pula intensitasnya. Intensitas adalah fungsi dari kekuatan rangsangan syaraf yang dilakukan dalam latihan; dan kekuatan atau rangsangan tergantung dari beban kecepatan gerakannya variasi interval atau istirahat diantara tiap ulangannya.

Tingkat intensitas dapat diukur sesuai dengan jenis latihannya. Untuk latihan yang melibatkan kecepatan diukur dalam meter per detik (m/dt) tentang rata-rata gerakan yang dilakukan untuk setiap menitnya. Intensitas latihan berbeda satu sama lain tergantung dari cabang olahraga. Ada beberapa cara untuk mengukur besarnya rangsangan terhadap intensitas. Sebagai contoh bentuk latihan yang akan mengembangkan kecepatannya, yaitu melalui persentase dari intensitas maksimalnya, dimana 100% merupakan prestasi tertinggi. Kualitas suatu


(54)

commit to user

intensitas yang menyangkut kecepatan dari suatu latihan ditentukan oleh besar kecilnya persentase dari kemampuan maksimalnya.

Tabel 2.1

Tingkat Intensitas Latihan Kecepatan dan Kekuatan (Harre, 1982 dalam Bompa, 1990:78)

Intensity Number

Percentage of the Maximum Perfomance Intensity 1 2 3 4 5 6 30-50 % 50-70 % 70-80 % 80-90 % 90-100 % 100-105 % Low Intermediate Medium Submaximum Maximum Supermaximum

Alternatif lain untuk menentukan intensitas adalah berdasarkan atas sistem energi yang dipakai dalam latihan. Menurut Bompa (1990:78) klasifikasi ini lebih tepat untuk cabang olahraga yang cyclic.

Tabel 2.2

Lima Daerah Intensitas Untuk Olahraga Cyclic (Bompa, 1990:78)

Zone No. Duration of Work Levef of Intensity System producing the energy for work Ergogenesis % Anaerobic Aerobic 1 2 3 4 5 1-15 sec 15-60 sec 1-6 min 6-30 min Over 30 min

Up to maximum limits Maximum Sub-maximum Medium Low ATP-PC ATP-PC and LA LA+aerobic Aerobic Aerobic 100-90 90-80 70-(40-30) (40-30)-10 5 0-5 10-20 30-(60-70) (60-70)-90 95

Sumber : Bompa (1990:78)

Zona intensitas pertama merupakan tuntutan yang kuat terhadap atlet untuk mencapai batas yang lebih tinggi, yang terdiri dari suatu kegiatan atau latihan dalam waktu yang pendek sampai 15 detik dan dilakukan sangat dinamik


(55)

dengan menunjukkan adanya suatu frekuensi gerak yang sangat tinggi dan mobilitas syaraf yang tinggi. Latihan pada jarak waktu yang pendek, tidak memberikan kesempatan kepada sistem syaraf autonomic untuk menyesuaikan diri dengan latihan tersebut. Tuntutan fisik pada cabang yang khusus dalam zona ini adalah lari cepat 100 meter, membutuhkan aliran oksigen (O2) yang tinggi, yang tidak dapat disediakan oleh tubuh manusia. Berdasarkan Gandelsman dan Smirnov dalam Bompa (1990:79), bahwa selama melakukan lari cepat 100 meter, tuntutan O2 adalah 66-80 liter per menit, dan selama cadangan O2 pada jaringan tidak mampu memenuhi kebutuhan tadi, mungkin atlet tersebut akan menghendaki hutang oksigen sebesar atau sampai 80-90 % dari kebutuhan O2 yang dipakai pada pacuan yang cepat. Hutang O2ini akan dibayar kembali melalui pemakaian tambahan O2 setelah latihan dilakukan, yang akan memberikan kesempatan pula untuk mengganti cadangan ATP-PC kembali selama pacuan tersebut. Akibatnya, kita harus mengambil satu kesimpulan bahwa kelanjutan terhadap tuntutan suatu latihan akan dibatasi oleh pengiriman O2dalam organisme serta ATP-PC yang disimpan dalam otot, seperti kemampuan seseorang dalam mempertahankan hutang O2yang tinggi.

Selama berlatih atlet dipaksa untuk merasakan berbagai tingkatan intensitas, organisme menyesuaikan dirinya terhadap tingkatan intensitas dengan cara meningkatkan fungsi fisiologinya untuk memenuhi tuntutan latihan. Berdasarkan atas perubahan fisiologi ini khususnya denyut jantung (HR), pelatih harus mendeteksi serta memantau intensitas program latihannya. Klasifikasi akhir


(56)

commit to user

dari intensitas berdasarkan atas denyut jantung, berikut ini tabel intensitas berdasarkan reaksi denyut jantung terhadap beban latihan:

Tabel 2.3

Intensitas Berdasarkan Reaksi Denyut Jantung Terhadap Beban Latihan (Nikiforov, 1974 dalam Bompa, 1990:81)

Zone Tipe of Intensity Heart Rate/Min

1 2 3 4

Low Medium

High Maximum

120-150 150-170 170-185 >185 Sumber : Bompa, 1990:81

b. Volume Latihan

Volume merupakan komponen latihan yang paling penting dalam setiap latihan. Volume latihan merupakan jumlah seluruh aktivitas yang dilakukan selama latihan. Sering tidak tepat, volume latihan ini disamakan dengan durasi atau lama latihan. Pada hal durasi ini merupakan bagian dari volume latihan. Pada umumnya volume latihan ini terdiri atas:

(1) Durasi atau lama waktu latihan (dalam detik, menit, jam, hari, minggu atau bulan).

(2) Jarak tempuh (meter), berat beban (kilogram), jumlah angkatan dalam satuan waktu (berapa kilogram dapat diangkat dalam waktu satu menit).

(3) Jumlah repetisi, set atau penampilan unsur teknik dalam satu kesatuan waktu (berapa kali ulangan dapat dilakukan dalam waktu satu menit). Penggunaan repetisi dan set ini amat penting dalam meningkatkan kemampuan komponen biomotorik seperti kecepatan, Bompa (1990:75-77).


(1)

commit to user

kelompok kecil dilaksanakan pada 16 Juni 2012 di Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.

Informasi yang berupa pendapat atlet dalam uji kelompok kecil ini diperoleh dengan menggunakan instrumen angket tertutup, sehingga data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif. Hasil persentase dari uji kelompok kecil sebesar 76.67%, sehingga bisa diinterpretasikan bahwa produk pengembangan model latihan beban diterima oleh atlet bolavoli dan siap diuji coba pada kelompok yang lebih luas.

3) Uji Coba Kelompok Besar

Tahap uji coba kelompok besar merupakan tahap untuk mengetahui pendapat atlit bolavoli terkait dengan produk model latihan beban yang dikembangkan dengan subjek lebih banyak dari uji coba kelompok kecil. Uji coba kelompok besar dalam penelitian ini menggunakan 24 subjek uji coba yang berasal dari dua klub bolavoli di Surakarta. Uji coba kelompok besar dilaksanakan pada 23 Juni 2012 di Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.

Informasi yang berupa pendapat atlet dalam uji kelompok kecil ini diperoleh dengan menggunakan instrumen angket tertutup, sehingga data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif. Hasil persentase dari uji kelompok besar sebesar 72.71%, sehingga bisa diinterpretasikan bahwa produk pengembangan model latihan beban diterima oleh atlet bolavoli dan siap untuk dilakukan uji efektifitas.


(2)

4) Revisi produk

Setelah pelaksanaan uji coba meluas, maka dilakukan revisi dari hasil uji coba yang dilakukan sebagai perbaikan produk yang telah diuji cobakan berdasarkan tanggapan dan masukan dari para subyek. Revisi produk dilakukan untuk memperoleh hasil pengembangan yang bisa diterima. Revisi produk dilakukan secara terus menerus mulai dari setelah pengembangan produk awal sampai sebelum pelaksanaan uji efektifitas produk. Hasil revisi menunjukkan bahwa produk pengembangan model latihan beban untuk pemain bolavoli putra tingkat intermediet dapat diuji tingkat efektifitasnya.

d. Uji Efektifitas Produk Pengembangan Model Latihan Beban

Uji efektifitas produk ini dilakukan pada pemain bolavoli UNS dan pemain bolavoli UTP Surakarta, dengan tujuan mengetahui tingkat efektifitas produk pengembangan untuk dirumuskan menjadi hasil produk akhir serta pemanfaatan lebih lanjut untuk penerapan latihan di masa mendatang. Untuk rancangan desain eksperimen menggunakan rancangan desain tes awal dan akhir dengan pemilihan kelompok secara acak (Two Group Randomize Pretest and Post Test), atau dengan kata lain rancangan desain eksperimen ini menggunakan rancangan eksperimen dengan satu macam perlakuan. Arikunto (2009) menyimpulkan, “rancangan ekperimen dengan satu macam perlakuan (pretest-posttest control group design) dilakukan dengan cara kedua kelompok diberi tes awal untuk mengukur kondisi awal, kemudian pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan sedangkan pada kelompok pembaning tidak diberi.” Dapat diartikan


(3)

commit to user

juga bahwa kelompok pembanding menggunakan tipe konvensional yang telah diterapkan sebelumnya.

Berdasarkan perbandingan persentase tersebut peningkatan hasil tes untuk kelompok sampel lebih menunjukkan kenaiikan yang cukup signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Tes akhir ini didapatkan setelah dilakukan penerapan program latihan pada masing-masing kelompok. Program latihan pada masing-masing kelompok ini berbeda dari sisi materi latihan yang dilakukan. Untuk kelompok sampel menggunakan program latihan yang di dalamnya berisi produk model latihan yang dikembangkan oleh peneliti, sedangkan kelompok control menggunakan program latihan secara konvensional. Untuk hasil akhir dapat disimpulkan bahwa produk model latihan dapat meningkatkan hasil kemampuan fisik pemain bolavoli tingkat intermediet di Surakarta.


(4)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan,

penelitian pengembangan ini menghasilkan produk secara teoritik-konseptual,

procedural-metodologis, maupun praktik-empirik yang dapat dipertanggung

jawabkan secara ilmiah dan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut;

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan dengan wawancara terhadap pelatih bolavoli di

Surakarta dan disimpulkan bahwa belum adanya program latihan fisik secara khusus

untuk para pemain bolavoli putra tingkat intermediet. Program latihan fisik hanya

diperuntukkan untuk atlet tingkat lanjut, serta sebatas dengan pendekatan plaiometrik

saja. Program latihan fisik dengan menggunakan beban belum ada, sehingga

kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet belum maksimal

2. Pengembangan Produk

a. Penyusunan Produk Awal

Model pengembangan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa item, yaitu:

(1). Kajian teoritis sebagai dasar penyusunan bebtuk-bentuk latihan dan penyusunan

program latihan beban. (2). Bentuk-bentuk latihan beban yang sesuai dengan

karakteristik kebutuhan fisik dalam bolavoli. (3). Program latihan beban yang terdiri

dari program bulanan, dan program harian. (4).Evaluasi latihan beban.


(5)

commit to user

b. Uji Coba Produk

1)

Evaluasi Ahli Bolavoli

Hasil dari evaluasi bolavoli dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan

data kuantitatif, hal ini karena dalam evaluasi ahli digunakan angket campuran. Hasil

evaluasi ahli bolavoli untuk data kuantitatif berupa hasil persentase yaitu 80.77 %,

dari hasil tersebut bisa diinterpretasikan bahwa produk pengembangan model latihan

beban untuk bolavoli bisa dilanjutkan ke tahap selanjutnya dengan memperhatikan

saran dari ahli.

2) Uji Coba Kelompok Kecil

Uji coba kelompok kecil dilaksanakan pada 16 Juni 2012 di Universitas Tunas

Pembangunan Surakarta. Informasi yang berupa pendapat atlet dalam uji kelompok

kecil ini diperoleh dengan menggunakan instrumen angket tertutup, sehingga data

yang dikumpulkan berupa data kuantitatif. Hasil persentase dari uji kelompok kecil

sebesar 76.67%, sehingga bisa diinterpretasikan bahwa produk pengembangan model

latihan beban diterima oleh atlet bolavoli dan siap diuji coba pada kelompok yang

lebih luas.

3) Uji Coba Kelompok Besar

Uji coba kelompok kecil dilaksanakan pada 23 Juni 2012 di Universitas Tunas

Pembangunan Surakarta. Informasi yang berupa pendapat atlet dalam uji kelompok

kecil ini diperoleh dengan menggunakan instrumen angket tertutup, sehingga data

yang dikumpulkan berupa data kuantitatif. Hasil persentase dari uji kelompok besar


(6)

sebesar 72.71%, sehingga bisa diinterpretasikan bahwa produk pengembangan model

latihan beban diterima oleh atlet bolavoli dan siap untuk dilakukan uji efektifitas.

3. Uji Efektifitas Produk

Dari hasil perlakuan program latihan terhadap subyek penelitian diperoleh

hasil skor peningkatan lebih baik dalam peningkatan kemampuan fisik atlet tingkat

intermediet dari kelompok eksperimen (Kelompok progrm latihan) dibandingkan

dengan kelompok kontrol (Kelompok Konvensional) yang ditinjau dari beberapa

aspek antara lain:

1. Daya tahan otot tungkai.

2. Daya tahan otot lengan

3. Daya tahan otot perut.

4. Kekuatan otot tungkai.

5. Kekuatan otot lengan.

6. Power otot tungkai.

7. Power otot lengan.

Dapat disimpulkan bahwa produk model latihan beban yang dikembangkan

oleh peneliti dapat meningkatkan kemampuan fisik dari pemain putra tingkat

intermediet di Kota Surakarta secara efektif dan efisien.