commit to user
yang dikenali dengan tendon organ. Meningkatnya ketebalan jaringan penghubung memberikan kontribusi pada seluruh pertumbuhan atau hipertropi
otot. Kedua adalah yang berkaitan dengan system syaraf, adaptasi yang ditimbulkan oleh latihan beban pada system syaraf adalah meningkatnya
kemampuan untuk menggerakkan otot penggerak utama, mengikat otot-otot yang disebabkan oleh angkatan beban dan memperbaiki koordinasi dari otot agonis dan
antagonis, Bompa
1994:43. Ketiga
adalah perubahan
terhadap cardiorespiratory, adaptasi yang ditimbulkan adalah penebalan dinding jantung
sebelah kiri, sementara bilik sebelah kiri ukurannya tetap sebagai akibat pembebanan, hal ini dibutuhkan agar secara berulang-ulang dapat mengatasi
tekanan.
e. Model Latihan Beban Untuk Pemain Bolavoli Tingkat Intermediet 1
Model
Model sebagai noun dapat diartikan sebagai representasi atas struktur yang dicoba untuk diproyeksikan. Sebagai adjective model mengandung pemahaman
sebagai kesempurnaan atau idealisasi atas suatu gagasan, sementara sebagai adverbia model mengacu pada pengertian ‘memperagakan’ atau menunjukkan
serta menampilkan apa yang dipresentasikan. Bell dalam Basuki 2011. Berdasarkan hal tersebut model dalam konteks ilmiah mengacu pada konotasi
sebuah acuan atau polatiruan dari suatu yang akan dibuat, dan merupakan kesempurnaan atau idealisasi atas suatu gagasan, yang dimaksudkan untuk
‘memperagakan’ atau menunjukan serta menampilkan apa yang dipresentasikan.
commit to user
Sementara itu, menurut Mills dalam Sudrajat dalam Basuki, 2011. Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan
seseorang atau sekelompok orang mencoba berdasarkan model itu. Berdasarkan strukturnya, model juga memiliki tiga tipe, yaitu: 1 tipe ikonik yang berupaya
mendeskripsikan ciri fisik yang digambarkan. 2 tipe analog, yaitu tipe model yang berupaya memberikan perbandingan yang menyerupai benda yang
dibandingkan. 3 tipe simbolik berupaya menggambarkan fakta faktual melalui sistem simbol Hourton dalam basuki, 2011:24. Lebih lanjut Hourton juga
membedakan model atas tipe static dan tipe dinamik. Model static adalah tipe model yang mengabaikan pengaruh variable waktu, sedangkan model dinamis
adalah tipe model yang mempertimbangkan pengaruh variable waktu, hourton dalam basuki, 2011.
Menurut Janali dalam Waluyo dalam Basuki, 2011 ada tiga tipe pengembangan model yaitu model teoritik, model konseptual, model prosedural.
Model teoritik adalah model yang menggambarkan kerangka berpikir yang didasarkan pada teori-teori yang relefan dan didukung data empirik. Model
konseptual bersifat analitis yang menyebutkan komponen-komponen produk dan menunjukan hubungan antar komponen. Sedangkan model procedural adalah
model yang bersifat deskriptif, berupa langkah-langkah yang diikuti untuk mencapai hasil.
Penelitian pengembangan ini menghasilkan produk secara teoritik- konseptual, prosedural-metodologis, maupun praktik-empirik. Hal ini sesuai
dengan pendapat Bompa bahwa model adalah suatu tiruan, suatu tiruan dari yang
commit to user
aslinya, mengatur bagian khusus suatu fenomena yang diamati atau diselidiki. Tujuan suatu model adalah untuk memperoleh suatu yang ideal, dan meskipun
keadaan abstrak ideal diatas adalah kenyataan yang kongkrit, itu juga menggambarkan sesuatu yang diusahakan untuk dicapai, suatu peristiwa yang
akan dapat diperoleh. Suatu model mempunyai kekhususan untuk setiap perorangan atau tim.
Suatu model latihan akan memperhatikan beberapa faktor lain, potensi dan fisiologis atlet, fasilitas, dan lingkungan sosial. Dari pendapat tersebut diatas
dapat disimpulkan bahwa model adalah suatu bentuk tiruan dari aslinya dengan tujuan memperoleh sesuatu yang ideal dengan memperhatikan faktor potensi
fisiologis, fasilitas, dan lingkungan sosial.
2 Pemain bolavoli tingkat intermediet
Masa adolesensi merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak- anak menjadi dewasa. Menurut Sugiyanto 1998:9 “masa adolesensi untuk
perempuan yaitu usia 10 sampai 18 tahun, laki-laki usia 12 samapi 20 tahun”. Usia latihan berdasarkan teori perkembangan dan pertumbuhan tersebut, sama
halnya yang disebutkan oleh Harsono 1988:111, “tahap spesialisasi dimulai pada umur 11-13 tahun dan tahap prestasi top dimulai pada usia 18-24 tahun”.
Masa adolesensi merupakan masa pertumbuhan yang pesat, yang ditandai dengan perkembangan biologis yang kompleks, yang meliputi percepatan
pertumbuhan, perubahan proporsi bentuk tubuh, perubahan dalam komposisi tubuh, kematangan cirri-ciri seks primer dan sekunder, perkembangan pada sistem
pernafasan dan kerja jantung, dan perkembangan sistem saraf dan endokrin yang
commit to user
memprakarsai dan mengkoordinasikan perubahan-perubahan tubuh, seksual dan fisiologis.
Ukuran dan proporsi tubuh pada anak laki-laki adolesensi meningkat ke arah berotot terutama pada anggota badan, peningkatan tersebut untuk anak laki-
laki berlangsung dengan cepat terutama menjelang dewasa. Pada masa adolesensi sistem reproduksi mencapai taraf kematangan. Sugiyanto 1998:177, menyatakan
“di daerah panas khatulistiwa cenderung lebih cepat terjadinya kematangan reproduksi pertama dibanding dengan daerah dingin utara atau selatan”.
Esppenchade 1960, menyatakan “Iklim merupakan salah satu faktor lingkuangan jangka panjang yang menyumbang terjadinya perbedaan rasial. Usia rata-rata
menarse pubertas awal Afro-Amerika pada usia 12,5 tahun, Eropa pada usia 12,8 tahun. Asia cenderung tempo pertumbuhan sama dengan Afrika terutama
pada anak besar. Tempo pertumbuhan lebih cepat untuk Afrika disbanding Eropa dalam kematangan skeletal dan perkembangan gerak”.
Dalam perkembangan fisik yang berhubungan dengan kematangan seksual mencapai puncaknya pada periode adolesensi. Kemudian Sugiyanto 1998:178,
menyatakan “pada anak laki-laki antara usia 13 samapai 15,5 tahun dengan pertambahan tinggi rata-rata 4 inchi 10,6 cm setiap tahun. Urutan pencapaian
puncak untuk anak laki-laki dimulai denagan panjang tungkai, kenudian panjang togok dan disusul dengan pelebaran panggul dan dada, pelebaran pundak bahu
dan akhirnya pada penebalan dada. Pertumbuhan puncak panjang tungkai dengan panjang togok kira-kira berselang satu tahun.
commit to user
Perubahan pertumbuhan jaringan tubuh yang terjadi pada masa adolesensi terjadi secara proporsional yaitu terjadi pada tulang otot dan jaringan lemak.
Pertumbuhan tulang dan otot sejalan dengan peningkatan tinggi dan berat badan dan pada masa adolesensi terjadi penurunan volume lemak. Perubahan secara
fisiologi, pada masa adolesensi penurunan denyut nadi pada anak laki-laki lebih cepat dibandingkan dengan anak perempuan. Sesuai dengan perubahan yang
terjadi pada denyut nadi, maka terjadi pula perubahan dalam temperatur tubuh basal. Tekanan darah sistolik naik secara ajeg sejak masa kanak-kanak kemudian
meningkat lebih cepat selama masa adolesensi, sehingga menyebabkan volume darah pada anak adolesensi semakin besar. Hal ini ditandai dengan bertambah
besarnya sel darah merah. Peningkatan jumlah darah merah pada anak laki-laki adolesensi berarti meningkat pula hemoglobin dalam darah. Peningkatan sel-sel
darah merah dan hemoglobin dalam darah menambah masuknya oksigen dalam darah yang dapat digunakan secara efektif dalam tubuh. Sugiyanto 1998:180,
menyatakan “ Selama adolesensi terjadi peningkatan yang besar dalam hal volume pernafasan, kapasitas vital, dan kapasitas pernafasan maksimum.
Peningkatan-peningkatan fisiologis yang terjadi pada anak laki-laki sejalan dengan peningkatan ukuran badannya, misalnya laki-laki yang mempunyai
kapasitas vital lebih besar dibandingkan dengan perempuan pada masa puber, hal ini sesuai dengan terjadinya pelebaran rongga dada dan pundak yang diikuti
dengan pertumbuhan yang lebih cepat otot-otot dan paru-paru laki-laki”. Terjadinya perubahan-perubahan tersebut maka terjadi peningkatan
kekuatan pada anak laki-laki masa adolesensi. Perubahan-perubahan yang terjadi
commit to user
secara biologis dan fungsi fisiologis maka terjadi perkembangan gerak yang semakin meningkat pada anak laki-laki adolesensi. Peningkatan penampilan gerak
ini sejalan dengan bertambahnya kematangan skeletal. Peningkatan koordinasi gerak pada anak laki-laki adolesensi terus berlangsung sejalan dengan
bertambahnya umur kronologis. Oleh karena itu agar prestasi yang baik dapat tercapai dikemudian hari, latihan harus dimulai pada saat organisme dalam
pertumbuhan. Adolensensi merupakan waktu yang tepat untuk meningkatkan kemampuan untuk menyempurnakan gerakan dan memperluas keterampilan
berbagai macam olahraga khususnya dalam mengusai permainan bolavoli. Dalam hal ini pemberian kondisi fisik dalam peningkatan belajar gerak
adalah untuk membentuk keterampilan gerak. Pengembangan kondisi fisik sebelum latihan suatu keterampilan adalah sangat ideal, namun sering dilakukan
latihan kondisi fisik bersaamaan dengan latihan keterampilan itu sendiri. Dari gambaran tersebut diketahui bahwa untuk menjadi pemain bolavoli yang
berprestasi diperlukan kondisi fisik yang baik. Pengkhususan latihan dan pemfokusan latihan sudah dapat dilakukan termasuk dalam meningkatkan kondisi
fisik atlet. Prinsip-prinsip latihan telah dapat diterapkan pada usia atlet spesialisasi untuk meningkatkan segala komponen komponen latihan, baik teknik, taktik,fisik
dan mental. Dalam usaha pencapaian prestasi tinggi dalam permainan bolavoli peningkatan kondisi fisik perlu dilakukan secara terus menerus.
Penguasaan keterampilan pada tahap ini sudah setingkat lebih baik dari tahap pemula. Nossek dalam Furqon 1995:129-130 menyimpulkan: 1
Melanjutkan pengkondisian umum, tetapi lebih diarahkan pada pengkondisian
commit to user
khusus untuk event tertentu, 2 perbaikan kemampuan koordinasi, contohnya koordinasi halus dari gerakan-gerakan yang berkaitan dengan keterampilan gerak
yang lebih sulit dan perbedaanperbedaannya, 3 Taktik dan juga pengembangan komponen kognitif yang lebih penting yang harus ditransfer ke dalam latihan dan
kompetisi. Penekanan utamanya diarakan pada pengembangan yang diarahkan pada
tujuan. Kegiatan-kegiatan latihannya mengarah pada pengkondisian terhadap penguasaan keterampilan. Gerakan-gerakan yang diberikan sudah lebih halus
dibandingkan dengan tingkatan pemula. Penguatan tingkat koordinasi lebih diutamakan terkait dengan gerakan-gerakan yang diberikan. Pemberian materi
latihan masih mengarah pada teknik dan fisik, namun taktik juga dapat diberikan tetapi hanya pada pengkondisian pengembangan komponen kognitif.
3 Latihan daya tahan otot
Daya tahan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kerja dalam waktu yang lama, Lutan dkk 1991:112. Daya tahan ada dua macam, daya tahan
cardiovascular dan daya tahan otot, dalam penelitian ini daya tahan otot yang akan ditingkatkan dengan pengembangan produk model latihan beban. Ketahanan otot
merupakan kemampuan otot atau kelompok otot melakukan pekerjaan berulang- ulang dengan ketahanan yang moderat. Pendapat tersebut senada dengan Sajoto,
1988:58 bahwa daya tahan otot adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan suatu kelompok ototnya, untuk kontraksi terus menerus dalam
waktu relatif cukup lama dengan beban tertentu. Ketahanan otot ini sama dengan
commit to user
kekuatan otot dalam hal aktivitas yang dilakukan, hanya penekanannya saja yang berbeda.
Aktivitas pembentukan kekuatan membutuhkan pembebanan otot yang sangat berat pada tingkat tertentu jika dibandingkan dengan aktivitas ketahanan.
Aktivitas pembentukan ketahanan membutuhkan beban yang lebih sedikit tetapi dengan pengulangan yang bertambah. Untuk itu, ketahanan bisa dianggap sebagai
kemampuan untuk melajutkan pada performa kekuatan. Melakukan sit-up, push- up, dan pull-up sebenarnya melakukan aktivitas ketahanan, meskipun pada setiap
gerakan membutuhkan kekuatan. Ketiga aktivitas ini merupakan beberapa hal yang paling sering digunakan untuk mengukur ketahanan otot, dan menurut
montoye 1970, mereka merupakan bagian dari tes yang paling bagus. Tetapi ada masalah berhubungan denga pull-up dikarenakan berat badan. Seluruh berat tubuh
harus diangkat, dan banyak atlet yang tidak mampu melakukan hal ini. Karena itu, tes pull-up yang telah dimodifikasi lebih sering digunakan.
Daya tahan akan selalu ada sepanjang kita melakukan aktifitas dengan tahapan yang teratur. Memenuhi tuntutan aktifitas degan dengan daya tahan otot
secara periodik akan mengakibatkan kelelahan baik secara kekuatan maupun secara perhatian dalam upaya mencapai suatu ketrampilan. Daya tahan otot dalam
olahraga bolavoli diperlukan sepanjang pertandingan, mulai dari pasing, smash, blok dan servis. Pertandingan bolavoli yang bisa mencapai lima set sangat
membutuhkan daya tahan otot yang baik. Beban latihan yang harus dilaksanakan dalam latihan sebesar 30-50 dari
1 repetisi maksimal RM. M – E short jumlah repetisinya adalah 10-30, M-E
commit to user
medium repetisi latihannya adalah 30-60 harus terus-menerus tidak boleh berhenti, M-E long repetisi latihan yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak terkadang
sampai mencapai batas limit yang ditentukan yaitu sekitar 100-150. Program daya tahan umum dapat dilakukan selama kurang lebih 45 menit. Furqon 1996:10.
Latiahan beban yang baik serta untuk hasil optimal, latihan dilakukan tiga kali tiap minggu. Furqon 1996:10.
4 Latihan kekuatan
Menurut Bompa 1994: 93 kekuatan didefinisiskan sebagai kemampuan untuk menggunkaan tenaga untuk mengatasi tahanan. Kekuatan otot adalah
kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap tahanan. Oleh karena itu latihan-latihan yang cocok untuk mengembangkan kekuatan adalah latihan-
latihan tahanan, dimana kita harus mengangkat, mendorong, atau menarik suatu benda. Beban bisa beban anggota tubuh sendiri atau beban dari luar. Ada prinsip-
prinsip yang harus dipegang teguh dalam melatih kekuatan otot yaitu prinsip 3 in 1 three in one principle, yang terdiri dari prinsip pembebanan loading,
peregangan stretching, dan pemanfaatan sesuai dengan fungsinya utility. Latihan kekuatan menghasilkan hipertropi serabut otot. Tipe latihan ini
memerlukan suatu otot untuk mengatasi tahanan atau beban maksimal atau hampir maksimal. Dalam bolavoli, hipertropi otot yang berlebihan dapat mengurangi
ruang gerak persendian, sehingga program kekuatan otot disesuaikan dengan kebutuhan olahraga bolavoli, yaitu dengan menggunakan beban sub maksimal.
Kekuatan otot adalah keampuan tubuh untuk mengeluarkan kekuatan. Mudahnya, ini adalah kemampuan untuk mengerahkan usaha maksimal
commit to user
seseorang. Kekuatan bisa diklasifikasikan sebagai isotonic, isometric, atau isokinetic. Kekuatan isometric adalah pengerahan usaha terhadap benda tidak
bergerak. Ada kontraksi otot, tetapi hanya ada sedikit perubahan jarak. Kekuatan isotonic merujuk pada kemampuan otot untuk melakukan gerakan dengan jarak
maksimal. Otot yang diperlukan mengalami kontraksi, dan ada gerakan memajangkan dan memendekkan otot saat melakukan gerakan. Gerakan
mengangkat barbel dan bench press merupakan contoh dari kekuatan isotonic. Kekuatan isokinetic adalah kemampuan untuk melakukan kontraksi otot dan
menjaga kontraksi itu pada satu gerakan utuh. Kekuatan isokinetic diukur menggunakan mesin khusus yang mengakomodir penolakan pada tingkat tertentu
saat otot bekerja. Tidak ada yang meragukan bahwa kekuatan adalah menjadi dasar dari
semua kemampuan gerak. Dalam sebuah rasa, kekuatan adalah suatu kemampuan otot yang digunakan untuk membalas suatu takanan dalam satu periode waktu
tertentu. Adalah suatu kelemahan jika : setiap bagian tubuh mempunyai koordinasi terbatas dalam merespon menanggapi suatu rangsang bentuk latihan
tertentu. Jadi secara singkat dan sederhana kekuatan adalah unsur yang sangat
diperlukan dalam upaya pencapaian ketrampilan olahraga. Berbagai model percobaan telah dilakukan untuk membuktikan peran kekuatan dalam pencapaian
ketrampilan, hal tersebut diperkuat dengan pendapat Lutan dkk 1991:118 yang menyatakan bahwa, “unsur terpenting dalam program latihan kondisi fisik adalah
kekuatan, alasanya karena kekuatan merupakan daya penggerak sekaligus
commit to user
pencegah cedera. Di samping itu kekuatan merupakan faktor utama untuk menciptakan prestasi yang optimal.”
Intensitas untuk melatih kekuatan dapat ditinjau dari repetisi yang antara lain; repetisi sedikit dengan beban berat akan menghasilkan adaptasi terhadap
kekuatan, artinya akan membentuk kekuatan otot, sedangkan repetisi banyak dengan beban ringan akan menghasilkan perkembangan dalam daya tahan otot,
Harsono 1988: 191. Menurut Nosek, latihan dengan tujuan peningkatan kekuatan tetapi masih mempertimbangkan peningkatan kecepatan maka
intensitasnya adalah 50-75, dengan ulangan 6-10 dan dilakukan sebanyak 4-6 set, terkait irama latihan harus dilakukan dengan cepat dan teratur. Hal ini sesuai
dengan tujuan latihan bolavoli yang tidak menghendaki terjadinya hipertropi berlebihan, karena akan mengurangi luas gerak sendi.
Untuk setiap otot atau kelompok otot yang terlibat memerlukan waktu yang sangat pendek, karena latihan ini dilakukan dengan intensitas yang tinggi.
Untuk mencapai perubahan kekuatan dalam kelompok otot utama biasanya waktu latihan kurang lebih 45 menit. Untuk mencapai hasil maksimal, frekuensi latihan
dilakukan tiga sampai empat kali tiap minggu.
5 Latihan power
Power menurut Sajoto, 1988:58 adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum, dengan usahanya yang dikerahkan dalam waktu
sependek-pendeknya. Power adalah kemampuan untuk melakukan usaha maksimum dalam periode yang sesingkat mungkin. Kekuatan seringkali disebut
sebagai eksplosive strength dan perwujudan dari hasil usaha dibagi waktu force
commit to user
dibagi time. Kombinasi dari kekuatan dan kecepatan ditunjukkan pada aktivitas yang membutuhkan melompat, memukul, melempar yang jauh dan usaha
maksimal lainnya. Tergabung di dalamnya, kontraksi dari kecepatan otot, selain itu juga kekuatan dan koordinasi dari pemakaian otot-otot ini, menentukan
tingginya kekuatan dari individu. Karena kekuatan meliputi kombinasi dari kemampuan motorik, ini akan susah, jika tidak mungkin untuk mendapatkan
pengukuran murni dari komponen-komponen ini. Yang paling sering digunakan, pengukuran melempar dan melompat hanya memberikan hasil kekuatan yang
tidak langsung karena ketrampilan-ketrampilan ini membutuhkan kedua-duanya. Kemampuan daya ledak otot atau yang sering kita sebut power, ini sangat
dipengaruhi oleh dua unsur komponen fisik lainnya yaitu kekutan otot dan kecepatan. Kedua komponen fisik ini tidak dapat dipisahkan karena pada prinsip
kerjanya kedua komponen fisik ini bekerja bersamaan untuk menghasilkan kemampuan daya ledak otot power, dan dasar dari pembentukan power ini
adalah kekuatan, maka sebelum melatih kondisi fisik power haruslah terlebih dahulu dilatih kekuatan. Harsono 1988 : 200 menjelaskan bahwa : “Strenght
tetap merupakan dasar basis untuk menentukan power. Oleh karena itu, sebelum latihan untuk power, orang harus sudah memiliki suatu tingkatan kekuatan otot
yang baik”. Pengertian power itu sendiri Harsono 1988 : 200 menjelaskan : “Power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekutan maksimal dalam
waktu yang sangat cepat. Pada olahraga bolavoli power ini diperlukan untuk melakukan gerakan-gerakan yang kuat dan cepat seperti gerakan meloncat pada
saat melakukan spike, dan block serta pada saat memukul bola.
commit to user
Dalam bolavoli, power sangan dibutuhkan, terutama power otot tungkai yang diperlukan pada saat melompat untuk melakukan smesh dan melakukan
blok, serta power otot lengan pada saat melakukan pukulan smesh. Latihan power bisa dilakukan dengan menggunakan metode latihan beban.
Ketentuan latihan power dalam Sajoto 1988:166 yaitu, jumlah set =3-5 kali, kecuali dalam latihan dengan pyramid sistem. Jumlah repetisi adalah 1-10
kali. Frekuensi adalah 1-3 kali dalam seminggu. Beban adalah 75-100 dari beban maksimal.
6 Metode latihan beban untuk bolavoli
Untuk menampilkan rangkaian latihan beban terdapat bermacam-macam metode yang dapat digunakan, tetapi dalam penelitian ini hanya akan
menggunakan satu metode yaitu Latihan Sirkuit Circuit Training. Latihan sirkuit merupakan bentuk latihan yang terdiri dari beberapa stasiun atau pos yang di
susun berurutan dan bertujuan untuk meningkatkan kesegaran umum. Menurut Davis et al 1989 “Latihan sirkuit adalah suatu bentuk latihan yang terdiri dari
rangkaian latihan yang berurutan dan di rancang untuk mengembangkan kesegaran fisik umum dan keterampilan yang berhubungan dengan olahraga
tertentu.” Penggunaan latihan sirkuit untuk meningkatkan kualitas kesegaran umum mempunyai beberapa keuntungan yaitu:
1 Melibatkan tiga variable latihan, intensitas, durasi dan repetisi. 2 Memungkinkan sejumlah peserta untuk berlatih bersama, sehingga
menghemat waktu. 3 Mampu mentoleransi perbedaan individu.
commit to user
4 Dapat di rancang untuk beberapa kebutuhan. 5 Memungkinkan keterlibatan motifasi.
6 Dapat di gunakan untuk mengetes diri sendiri. Secara umum di kenal dua tipe utama latihan sirkuit, yakni:
a Sirkuit dengan beban yang ditentukan fixed load circuits Pada latihan sirkuit tipe ini, pelaku mulai pada sirkuit pertama dan
mencoba dengan lengkap tiga putaran dengan waktu tertentu. Bila waktu yang di tentukan ini dapat di kerjakan berturut-turut dalam suatu sesi latihan, pelaku
mencoba sirkuit kedua dan seterusnya. b Sirkuit dengan beban individu individual load circuit
Pada latihan sikuit tipe ini beban latihan di tentukan berdasarkan kemampuan individu. Setiap individu mencoba tiap latihan untuk di ketahui
jumlah ulangan maksimumnya dalam satu menit. Jumlah ini kemudian di bagi untuk menentukan jumlah ulangan yang harus di lakukan dalam setiap putaran
latihan. Meningkatkan beban latihan sirkuit dapat di capai dengan
memperpendek target waktu, meningkatkan kesulitan latihan dan menambah ulangan. Dalam melakukan latihan sirkuit, mengikuti prinsip latihan
anaerobic. Prinsip-prinsip tersebut adalah: 1 Intensitas
Intensitas untuk program latihan anaerobic adalah antara submaksimal sampai supermaksimal. Bila di lihat dari kecepatan denyut nadi Fox et al:
1998 memberi pedoman “130 per menit atau lebih besar.” Atau dalam arti
commit to user
waktu penampilan untuk menyelesaikan satu sirkuit adalah berkisar antara 40- 55 detik.
2 Frekuensi Frekuensi adalah sejumlah ulangan yang dapat di kerjakan seseorang
dalam setiap setnya. Bompa 1994 menyarankan intensitas maksimal diulangi 5-6 kali per latihan, 2-4 kali per minggu selama fase kompetisi.
3 Pulih asal Untuk program latihan anaerobic interval istirahat antar ulangan 1-2
menit, atau menurut Chu 1992 dengan perbandingan antara kerja dan istirahat, 1:5-1:10, sedangkan waktu pulih asal antar set menurut Bompa
1994 adalah 4-5 menit. 4 Ritme dan durasi
Ritme dan durasi rangsangan, seperti halnya pada komponen latihan yang lain harus dioptimalkan. Durasi latihan yang di perlukan untuk
mengetahui pengaruh latihan anaerobic menurut Fox dalam Bompa: 1994 adalah 8-10 minggu.
2. Penelitian Yang Relevan