commit to user
pada hari istirahat. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Fox, Bower Foss 1993:296 bahwa frekuensi latihan untuk lari anaerob adalah 3 kali seminggu.
d. Latihan Beban
Latihan beban atau weight training merupakan latihan fisik dengan bantuan alat berupa besi sebagai beban, yang tujuan utamanya untuk memberikan
efek terhadap otot-otot rangka dan memberikan perubahan secara morfologis, khususnya ditujukan untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot guna
membantu kemajuan penampilan seseorang. Sesuai dengan batasan strength yaitu kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan, maka
latihan-latihan yang cocok untuk mengembangkan kekuatan adalah latihan tahanan resistance exercise dimana kita harus mengangkat, mendorong, atau
menarik suatu beban, Harsono 2001:25. Beban yang dimaksud adalah beban dari dalam yaitu beban dari aggota tubuh sendiri internal resistance dan beban yang
berasal dari luar external resistance. Menurut jenis kontraksi ototnya, latihan tahanan dapat digolongkan
dalam empat kategori Fox 1984:129, yaitu kontraksi isometrik, kontraksi isotonik, kontraksi eksentrik dan kontraksi isokinetik. Dalam kontraksi isometrik
otot-otot ditegangkan, tetapi tidak memanjang atau memendek sehingga tidak nampak suatu gerakan, atau dengan kata lain tidak ada jarak yang ditempuh.
Kontraksi isotonik dalam latihan tahanan adalah jika suatu gerakan terjadi akibat dari gerakan otot yang memanjang dan memendek sehingga dapat
terjadi perubahan dalam panjang otot. Tipe kontraksi ini disebut juga dengan dynamic contraction. Salah satu macam latihan tahanan secara isotonis adalah
commit to user
weight training atau yang biasa kita sebut dengan latihan berbeban. Kontraksi yang ketiga adalah kontraksi isokinetik, yaitu kontraksi otot secara maksimal
dengan kecepatan konstan. Kontraksi isokinetik ini biasanya terjadi selama kegiatan olahraga berlangsung. Yang terakhir adalah kontraksi eksentrik,
walaupun dalam penelitian dinyatakan bahwa otot secara maksimal menghasilkan 40 tegangan lebih baik menggunakan latihan eksentrik dari pada latihan
konsentrik dan secara teori hal ini akan menyebabkan pengembangan kekuatan lebih besar tetapi latihan dengan tipe kontraksi otot ini akan menimbulkan rasa
sakit pada otot. Kesimpulan dari uraian di atas adalah bahwa latihan beban adalah suatu
latihan yang menggunakan beban baik beban dari dalam maupun beban dari luar yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot, latihan ini termasuk jenis
latihan tahanan yang mempunyai tipe kontraksi otot isotonik. Sebagai hasil dari latihan kekuatan adalah terbentuknya beberapa tipe kekuatan otot, antara lain
seperti yang dijelaskan oleh Bompa 1990: 23 yaitu: 1 Kekuatan umum general strength: mengacu pada kekuatan dari seluruh sistem otot. Karena
kekuatan umum merupakan dasar dari seluruh program kekuatan, maka semua otot dalam tubuh harus dikembangkan, 2 Kekuatan spesifik specific strength:
mengacu pada kekuatan otot yang khusus diperlukan untuk cabang olahraga tertentu, 3 Kekuatan maksimal maximal strength: kemampuan untuk
mengangkat suatu beban 100 yang hanya bisa diangkat dalam satu kali angkatan 1 RM, di dalam latihan beban kekuatan maksimal otot ini digunakan
sebagai dasar untuk menghitung berat beban yang akan diangkat. 4 Daya tahan
commit to user
otot muscular endurance: merupakan kemampuan otot untuk bekerja terus- menerus dalam waktu yang lama, sebagai hasil dari penekanan latihan daya tahan
dan kekuatan. 5 Kekuatan absolut absolute strength: merupakan kemampuan atlet untuk menggunakan kekuatan maksimunya tanpa memperhatikan berat
badannya sendiri. 6 Kekuatan relatif relative strength: merupakan perbandingan antara kekuatan absolut dengan berat badan, kekuatan relatif ini
penting untuk cabang olahraga seperti senam gymnastics dan olahraga yang menggunakan ketentuan berat badan dalam bertanding.
Di dalam latihan beban, rangkaian latihan harus disusun sesuai dengan tujuannya, disamping itu juga harus memperhatikan pengaruh kelelahan yang
terjadi pada otot. Maka dari itu tidak boleh melakukan latihan beban dengan kelompok otot yang sama dalam jangka waktu dua hari, karena otot memerlukan
waktu untuk menguatkan diri kembali dan mendapatkan kekuatan lagi diantara sesi atau periode latihan beban Rice M 2007. Berikut adalah tabel bentuk latihan
beban dan kelompok otot yang dapat dilatih dalam latihan beban agar lebih bervariatif dalam memilih bentuk latihan beban, Harsono 2001: 31 memberikan
contoh 22 macam bentuk latihan lain yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 2.4 Bentuk Latihan Beban dan Kelompok Otot Utama yang Dilatih Bentuk latihan
Otot utama yang dilatih
Press Bahu, deltoid, trisep
Sit up Perut
Leg press Paha depan
Heel raise Betis
Leg curl Paha belakang, betis
Rowing Punggung
Ektensi tubuh Punggung
Lateral pull down Punggung latisimus dorsi
commit to user
Bentuk latihan Otot utama yang dilatih
Wrist curl Lengan bawah, pergelangan tangan
Curl Bisep
Pull over Dada
Bench press Dada, trisep, deltoid
Triceps stretch Trisep
Triceps extension Trisep
Leg extension Paha depan
Lunge Paha depan
High pull Bahu, rhomboid, trapesius
Upright rowing Bahu, trapesius, deltoid
Squat jump Tungkai quadrisep
Good morning exercise Punggung
Shoulders shrug Bahu, pundak, trapesius
Snatch Tungkai, punggung, bahu, deltoid
Sumber: Harsono, 2001: 31
1 Prinsip Latihan Beban
Secara umum dianjurkan bahwa di dalam melakukan aktivitas fisik harus menerapkan prinsip-prinsip olahraga yang tepat agar tujuan dari latihan aktivitas
fisik tersebut dapat tercapai dengan baik. Menurut Fox 1984:124-127 menyatakan bahwa latihan beban harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut: a Prinsip Overload
Dengan menerapkan prinsip overload maka kelompok otot akan berkembang kekuatannya secara efektif. Penggunaan beban secara overload akan
merangsang penyesuaian fisiologis dalam tubuh yang mendorong meningkatnya kekuatan otot. Westcott 1982: 38 mengemukakan ”tambahan beban baru
hendaknya tidak lebih dari 5 dari berat beban sebelumnya, hal ini didasarkan pada penelitiannya yang menunjukkan bahwa kenaikan kekuatan antara 2 - 6.
b Prinsip penggunaan beban secara progresif
commit to user
Sejak otot diberikan beban yang melebihi kemampuannya maka otot akan mengalami adaptasi fisiologis dimana akan terjadi proses peningkatan kekuatan
otot. Bila proses adaptasi ini telah dicapai, maka kerja otot yang tadinya melebihi beban kemampuannya akan tidak lagi overload. Ketika otot menerima beban yang
lebih overload, kekuatannya menjadi bertambah. Jika kekuatan otot sudah bertambah program latihan berikutnya harus ditingkatkan lagi yaitu dengan
menambahkan beban pada setiap sesi latihan agar hasilnya semakin maju. Penambahan beban dilakukan bila otot yang sedang dilatih belum merasakan letih
pada suatu set dengan repetisi yang ditentukan. c Prinsip pengaturan latihan
Di dalam melakukan latihan beban, kelompok otot yang dilatih harus kelompok otot yang besar terlebih dahulu sebelum kelompok otot yang kecil,
karena sesuai dengan pola gerak manusia, bahwa otot-otot kecil lebih cepat mengalami kelelahan daripada otot besar. Sehingga pemberian latihan beban
harus dimulai dari otot besar dan diikuti otot-otot kecil. Di samping itu program latihan harus diatur agar tidak terjadi dua kelompok otot pada tubuh yang sama
mendapat dua kali latihan secara berurutan. Berikut adalah gambar kelompok otot besar yang harus dilatih terlebih dahulu:
commit to user
Gambar 2.1 Kelompok Otot Besar yang Harus Dilatih dalam Latihan Beban. Sumber: Sajoto, M 1995: 32
Keterangan: 1. Tungkai bagian atas dan pinggul
2. Dada dan lengan atas 3. Punggung dan bagian posterior tungkai
4. Tungkai bagian bawah dan pergelangan kaki 5. Bahu dan bagian posterior lengan atas
6. Otot perut 7. Bagian anterior lengan atas
d Prinsip kekhususan program latihan Pengembangan kekuatan dalam latihan beban adalah khusus bukan hanya
bagi kelompok tertentu yang dilatih, tetapi juga terhadap pola gerakan yang dihasilkan. Dengan kata lain, latihan peningkatan kekuatan hendaknya melibatkan
gerakan yang langsung menuju nomor-nomor gerakan cabang olahraga yang bersangkutan.
commit to user
Dalam latihan beban hendaknya memperhatikan penerapan prinsip lain yang berkaitan dengan dosis latihan yaitu prinsip FITT. Penerapan prinsip FITT
oleh Bompa, 1990:79 dijelaskan sebagai berikut: a Frekuensi
Frekuensi untuk latihan beban hendaknya dilakukan 2-4 hari dalam satu minggu per kelompok otot.
b Intensitas Penerapan intensitas dalam latihan merupakan kunci utama dalam
mencapai tujuan dari program pelatihan. Intensitas merupakan komponen kualitatif dari penampilan kerja dalam satu periode pada satu waktu, jadi
penampilan kerja yang lebih per satuan waktu disebut intensitas tinggi Bompa, 1990:79. Intensitas adalah fungsi kekuatan yang mendorong syaraf bekerja
dalam proses pelatihan dan kekuatan pendorong yang bergantung dari suatu beban latihan, kecepatan penampilan dari pergerakan, variasi dari interval, atau waktu
istirahat antara repetisi latihan. Unsur penting dalam intensitas adalah ketegangan secara fisiologikal yang menyertai suatu latihan. Jadi intensitas bukan hanya usaha
dari otot saja tetapi juga dipengaruhi oleh syaraf yang mengeluarkan energi selama latihan atau pada saat berlomba.
c Time Lama latihan Lama latihan didefinisikan sebagai jumlah satuan waktu menit atau jam
setiap kali latihan dilaksanakan dan diartikan berapa minggu atau berapa bulan suatu program latihan berlangsung.
commit to user
d Type Jenis latihan Type adalah jenis latihan khusus yang akan ditampilkan, antara lain
macam-macam latihan, jenis peralatan, dan jenis gerakan digunakan untuk latihan beban, dan perbedaan antara jarak suatu cara latihan dari sedikit menjadi lebih
banyak. Perbedaan tersebut meliputi besarnya kekuatan, waktu menghasilkan kekuatan, kecepatan kontraksi, stabilitas otot yang digunakan, ROM range of
motion, dan lain-lain.
2 Intensitas Latihan Beban
Intensitas dalam latihan beban harus diperhatikan karena merupakan dasar dalam menentukan jumlah repetisi maksimum RM yang akan ditampilkan.
1 RM adalah jumlah beban maksimum yang hanya dapat diangkat satu kali. Beban yang dimaksud dalam latihan ini adalah sebagai pernyataan dari intensitas
yaitu massa atau berat yang akan diangkat dalam latihan. Intensitas dalam latihan beban dapat dibedakan menjadi 5 kategori yaitu supermaximum, maximum, heavy,
medium dan low, Bompa 1994: 59. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.5 Kategori Intensitas dan Tipe Kontraksi Intensity Value
Load of 1 RM
Type of Contraction
1 Supermaximum 100
Eccentric Isometric 2
Maximum 90 – 100
Concentric 3
Heavy 80 – 90
- “ - 4
Medium 50 – 80
- “ - 5
Low 30 – 50
- “ - Sumber: Bompa. 1994: 59
Pembagian intensitas dalam lima kategori tersebut akan lebih mempermudah untuk memilih seberapa besar beban yang akan digunakan dalam
commit to user
memulai latihan beban. Untuk itu pengaturan intensitas latihan sangat penting dilakukan oleh para pelatih atau instruktur fitness yang ada di klub-klub
kebugaran, karena dengan mengatur intensitas latihan akan terbentuk tipe kekuatan otot yang akan dikembangkan, selain itu tujuan dari latihan baik untuk
prestasi, kebugaran ataupun memperbaiki penampilan akan tercapai dengan baik. Tabel berikut akan memperjelas hubungan jumlah beban dan tipe kekuatan yang
akan dikembangkan, Bompa 1994: 60.
Tabel 2.6 Hubungan Jumlah Beban dan Tipe Kekuatan
Sumber: Bompa. 1994: 60 Dengan mengacu pada tabel tersebut, program latihan kekuatan lebih
mudah untuk dibuat. Di dalam penelitian ini akan menggunakan latihan beban dengan intensitas rendah dan latihan dengan intensitas sedang, sehingga tipe
kekuatan otot yang dihasilkan adalah daya tahan otot Muscular Endurance lebih spesifiknya adalah M – E short dan M – E medium.
Selain unsur kualitatif yaitu intensitas, di dalam latihan beban juga harus memperhatikan volume latihan yang merupakan unsur kuantitatif dari program
commit to user
pelatihan Bompa, 1990: 77. Volume latihan adalah banyaknya penampilan kerja latihan. Bompa 1990: 77 dan 1994: 57 menjelaskan bahwa volume latihan
merupakan penggabungan yang bulat dari: a. Waktu atau durasi pelatihan
b. Jumlah beban yang diangkat per sesi atau tahap pelatihan c. Jumlah latihan selama pelatihan
d. Jumlah set dan repetisi per sesi latihan atau pelatihan Variasi dalam pembuatan volume latihan, akan menentukan tipe dari
latihan beban yang akan ditampilkan. Bompa 1994: 63 menjelaskan hubungan antara repetisi latihan dengan tipe latihan kekuatan sebagai berikut: untuk
mengembangkan kekuatan maksimal 85-105 jumlah repetisinya adalah sangat rendah 1-7, power 50-80 dari maksimal jumlah repetisinya adalah sedang 5-
10 dan gerakan dilakukan dengan dinamis, untuk M – E short jumlah repetisinya adalah 10-30, M-E medium repetisi latihannya adalah 30-60 harus terus-menerus
tidak boleh berhenti, M-E long repetisi latihan yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak terkadang sampai mencapai batas limit yang ditentukan yaitu sekitar
100-150. Selain menggunakan pedoman jumlah repetisi dalam menentukan tipe latihan beban, Bompa 1994: 65 menjelaskan bahwa irama gerakan harus
disesuaikan dengan tujuan dari latihan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.7 Bentuk Kekuatan dan Irama Latihan Strength training for:
The athlete intends to perform it:
How to athlete perform it:
Hypertrophy Medium
Slow – Medium Maximum strength
Fast Slow
commit to user
Strength training for: The athlete intends to
perform it: How to athlete
perform it:
Power Fast
Fast M – E
Medium – Slow Medium – Slow
Sumber: Bompa. 1994: 65 Latihan beban juga harus memperhatikan jumlah set yang akan
ditampilkan. Set dapat diartikan sebagai jumlah repetisi per latihan yang diikuti oleh jeda istirahat, Bompa 1990: 65. Untuk menentukan jumlah set dalam
latihan tidak terlepas dari jumlah repetisi latihan yang telah ditentukan, artinya jika repetisi latihan tinggi maka jumlah setnya harus lebih sedikit karena pelaku
latihan tidak akan mempunyai cukup energi untuk menampilkan kerja yang potensial dalam melakukan bermacam-macam latihan yang diprogramkan.
Dengan kata lain, penentuan jumlah set disesuaikan dengan tujuan dan jumlah repetisi latihan yang diikuti dengan jeda istirahat.
Penentuan jeda istirahat antar set bertujuan untuk mengembalikan energi yang terbuang pada saat penampilan set yang sebelumnya. Dalam merencanakan
waktu istirahat hendaknya lebih hati-hati, karena rest interval jeda istirahat merupakan suatu hal yang kritis untuk menghindari pengaruh dan tekanan
fisiologikal yang tidak ada gunanya selama latihan. Durasi jeda istirahat bergantung pada beberapa hal, antara lain: kombinasi kekuatan yang akan
diusahakan untuk dikembangkan, besarnya beban yang dikerjakan, irama ritme latihan yang ditampilkan, jumlah otot yang dilibatkan dan tentunya level dari
pelatihan yang dilakukan, Bompa 1994: 66. Jeda istirahat antara set adalah suatu beban yang dikerjakan dalam pelatihan, tipe kekuatan yang akan
commit to user
dikembangkan dan penampilan kekuatan eksplosif yang ditugaskan. Tabel berikut menjelaskan tentang hubungan dari penjelasan di atas:
Tabel 2.8 Dosis Latihan Beban menurut Bompa. 1990: 67 LOAD
Rhythm of Performance
Rest Interval minutes
Applicability
105 Slow
4 – 57 Improve maximum strength
and muscle tone 80 – 100
Slow to medium 3 – 57
Improve maximum strength and muscle tone
60 – 80 Slow to medium
2 Improve muscle
hypertrophy 50 – 80
Fast 4 -5
Improve power 30 - 50
Slow to medium 1 - 2
Improve M – E Latihan beban juga harus memperhatikan jeda istirahat antara pelatihan
yang dilakukan atau dengan kata lain menentukan frekuensi pelatihan. Penentuan jeda istirahat antar sesi pelatihan ini sangat penting untuk pemulihan kembali yang
digunakan selama masa latihan. Untuk latihan beban sistem energi dan bahan bakar yang digunakan selama latihan adalah glikogen, maka jeda istirahat setiap
sesi pelatihan adalah 48 jam hal ini dikarenakan penyediaan kembali untuk bahan bakarnya sudah kembali sempurna, Bompa 1994: 69.
Latihan beban intensitas merupakan dasar dalam menentukan jumlah repetisi maksimal yang akan ditampilkan. Yang dimaksud dengan latihan beban
intensitas rendah adalah bahwa beban yang dapat diangkat berkisar antara 30-50 dari berat beban maksimal, hal ini berarti ukuran beratnya beban latihan yang
harus dilaksanakan dalam latihan sebesar 30-50 dari 1 repetisi maksimal RM. Jumlah total pengulangan dalam latihan dapat tercermin dari jumlah set dan
repetisi, penentuan jumlah repetisi dan set dalam latihan beban harus tepat, agar
commit to user
hasil dari latihan dapat terwujud sesuai dengan yang diharapkan. Banyaknya repetisi dan set dalam latihan beban tergantung pada faktor intensitas dan potensi
kemampuan latihan. Tipe kontraksi otot pada latihan beban intensitas rendah adalah isotonik
yang bertujuan untuk meningkatkan muscular endurance, khususnya M-E medium dengan irama slow-medium secara terus menerus dan jumlah repetisinya
adalah 30-60, Bompa 1994: 67, sehingga tipe otot yang terbentuk adalah tipe I dan Tipe II. Latihan beban yang dilakukan dengan beban rendah, irama lambat
sampai sedang dan repetisi yang cukup banyak mengakibatkan waktu latihan yang terjadi lebih panjang, dengan demikian akan dapat meningkatkan daya tahan otot.
Sehingga penerapan sistem energi yang berlaku adalah oxidative system sehingga lemak akan lebih terproses. Hal ini terjadi karena pada otot tipe I mengangkat
oksidasi dan metabolisme aerob, misalnya kemampuan untuk menggunakan oksigen dalam periode yang cukup lama guna menyatukan dan menggunakan
ATP. Mereka banyak memiliki enzim metokondria yang dapat membakar karbohidrat dan lemak.
Latihan beban dengan intensitas rendah yang dilakukan pada penelitian ini yaitu latihan beban dengan beban 30-36 dari 1 repetisi maksimal, beban
tersebut dijadikan ukuran beban yang dilakukan selama pelatihan karena penambahan beban dilakukan dengan selalu menambah jumlah repetisi tiap
minggunya yaitu sebesar 1. Latihan dilakukan 2 set per pertemuan, hal ini dilakukan dengan alasan terbatasnya waktu. Istirahat antar latihan yang diterapkan
adalah 120 detik, sedangkan istirahat antar sirkuit adalah 2 menit. Penerapan
commit to user
waktu istirahat pada batas maksimal ini dilakukan karena semua siswa yang ikut latihan adalah pemula, artinya pada saat penelitian ini pertama kalinya mereka
mengikuti latihan beban. Latihan beban intensitas sedang adalah bahwa beban yang dapat
diangkat berkisar antara 50-80 dari berat beban maksimal, hal ini berarti ukuran beratnya beban latihan yang harus dilaksanakan dalam latihan sebesar 50-80
dari 1 repetisi maksimal RM. Tujuan dan tipe kontraksi pada latihan beban intensitas sedang pada dasarnya sama dengan latihan beban intensitas rendah,
yaitu kontraksi isotonik yang bertujuan untuk meningkatkan muscular endurance, tetapi pada intensitas sedang daya tahan otot yang ditingkatkan adalah M-E short
duration dengan irama slow-medium secara terus menerus dan jumlah repetisinya adalah 10-30 Bompa, 1994: 67 sehingga durasi latihan yang terjadi lebih pendek
yaitu 20-30 detik. Pada latihan beban intensitas sedang sistem energi yang berlaku adalah glikolisis anaerobik sehingga terjadi pemecahan glikogen pada sel otot.
Latihan beban dengan intensitas sedang cukup untuk mengembangkan dan memelihara kebugaran otot dan berat badan ideal.
Latihan beban dengan intensitas sedang yang dilakukan pada penelitian ini yaitu latihan beban dengan beban 50 dari 1 repetisi maksimal, beban tersebut
dijadikan ukuran beban yang dilakukan selama pelatihan karena penambahan beban dilakukan dengan selalu menambah jumlah repetisi tiap minggunya yaitu
sebesar 2. Latihan dilakukan 3 set per pertemuan, istirahat antar latihan yang diterapkan adalah 4 menit, sedangkan istirahat antar sirkuit adalah 2 menit.
commit to user
3 Sistem Energi Latihan Beban
Aktivitas yang terjadi di dalam latihan beban adalah proses menggerakkan mengkontraksikan bagian otot-otot tertentu pada tubuh. Misalnya
gerakan biceps curl, latihan ini hanya bertujuan untuk melatih otot bisep saja tetapi tidak menutup kemungkinan otot lain juga dapat bergerak sebagai
penggerak pasif. Kontraksi otot ini membutuhkan energi yang didapat dari perubahan makanan yang berada pada sel otot melalui energi tinggi yang bisasa
disebut dengan adenosine triphosphate atau yang disingkat dengan ATP yang tersimpan di dalam sel otot. Penyediaan ATP didapatkan dengan 3 cara yaitu: 1
sistem ATP-PC, 2 sistem lactic acid dan 3 sistem oksigen O2, Bompa 1994: 26. Sistem ATP-PC dan lactic acid disebut sebagai sistem anaerobik, karena
dalam proses penyediaan ATP tanpa menggunakan O2, sedangkan sistem yang ke tiga disebut sebagai sistem aerobik dikarenakan proses pemecahan ATPnya
dengan menggunakan O2. a Sistem Anaerobik
Terdapat dua macam proses pemecahan ATP pada sistem anaerobik. Yang pertama adalah sistem ATP-PC anaerobic alactacid atau phosphagen
system. Karena hanya sedikit jumlah ATP yang disimpan di dalam sel, maka pengurangan energi terjadi sangat cepat ketika pada awal aktivitas fisik yang berat
dilakukan. Energi yang dapat disediakan kira-kira hanya sekitar 8-10 detik saja. Sistem energi ini biasanya digunakan pada cabang olahraga yang memerlukan
gerakan cepat dan eksplosif power seperti diving, weight lifting, jumping dan nomor-nomor lempar pada cabang atletik. Pada latihan kekuatan yang waktu
commit to user
kerjanya pendek seperti pada latihan kekuatan maksimum dan power, juga menggunakan system energi ini. Setelah otot melakukan aktivitas yang
menggunakan system energi ini, maka akan mengalami pemulihan energi kembali yang disebut dengan Restoration of Phosphagen. Proses ini terjadi sangat cepat
Fox et al dalam Bompa 1994: 27 menyatakan pemulihan kembali phosphagen pada 30 detik pertama mencapai 70 dan pada 3-5 menit akan mengalami
pemulihan yang sempurna. Yang kedua adalah lactic acid system glikolisis anaerobik. Pada even olahraga yang sedikit memerlukan waktu yang agak lama
40 detik, energi yang digunakan masih ATP-PC dan setelah 10-20 detik dilanjutkan lactic acid system asam laktad. Proses ini masih terjadi di dalam sel
otot, karena tidak menggunakan O2 selama pemecahan glikogen maka sebagai hasil yang ditampilkan adalah Lactic Acid LA. Jika aktivitas dengan intensitas
tinggi dilanjutkan untuk waktu yang lama, jumlah LA di dalam otot menjadi bertambah banyak dan akan menyebabkan kelelahan. Di dalam latihan beban
sistem LA ini juga digunakan, yaitu ketika akan mengembangkan M-E of short duration. Seperti pada system ATP-PC yang mengalami restorasi pospagen, maka
pada sistem glikolisis anaerobik ini juga mengalami restorasi glikogen. Restorasi glikogen yang sempurna agak memerlukan waktu yang cukup panjang bahkan
sampai berhari-hari. Sebagai contoh latihan beban yang menggunakan perbandingan kerja adalah 40 detik dan istirahat adalah 3 menit, pada 2 jam
pertama restorasi hanya mencapai 40, setelah 5 jam naik menjadi 55 dan pada 24 jam akan mengalami restorasi yang sempurna. Selama melakukan latihan
beban, jumlah LA dalam darah akan semakin bertambah yang akan
commit to user
mengakibatkan kelelahan. Sebelum dikembalikan menjadi seimbang setelah tahap istirahat, LA telah dikeluarkan dari sistem ini. Fox et al dalam Bompa 1994: 27
menjelaskan bahwa pada 10 menit terjadi pengeluaran mencapai 25, 25 menit mengalami pengeluaran 50 dan pada watu 1 jam 15 menit akan mengalami
pengeluaran 95. b Sistem Aerobik
Sistem aerobik memerlukan waktu 60-80 detik dalam memproduksi energi untuk meresintesis ATP. Proses ini terjadi dimana asam piruvat memasuki
asam sitrat yang mengandung cukup oksigen dan mengalami metabolisme melalui siklus ini dan dinamakan jalur enzim pernafasan menjadi CO2 dan H2O.
Karakteristik pada sistem aerobik adalah: 1 Menggunakan glikogen, lemak dan protein sebagai bahan bakar
2 Membutuhkan oksigen 3 Terjadi di mitokondria
4 Sistem ini digunakan setelah beberapa menit latihan, antara 2 menit dan 2-3 jam.
Berikut adalah tabel yang menunjukkan perbedaan waktu kerja antara sistem aerobik dan anaerobik:
Tabel 2.9 Karakteristik Sistem Energi Energy Systems and Characteristics
Characteristics Stored ATP
and PC Anaerobic
Glycolysis Aerobic
Duration
0-10 second 1-3 minutes
16 menutes
Exercise-to-rest ratio
1:12 to 1:20 1:3 to 1:5
1:1 to 1:3
Intensity
High Moderately high
Low to moderate
commit to user
Energy Systems and Characteristics Characteristics
Stored ATP and PC
Anaerobic Glycolysis
Aerobic Muscle fiber type
Type IIIb Type IIa
Type I Sumber: Wildman dan Miller. 2004: 389
4 Adaptasi Latihan Beban
Latihan dengan menggunakan prinsip overload menghasilkan adaptasi dalam otot sesuai dengan jenis latihan. Adaptasi dari latihan beban mencakup
penambahan ukuran otot hipertropi otot, hal ini dikarenakan meningkatnya jumlah total myosin, aktin dan protein myofibril lainnya, meningkatnya protein
yang berkontraksi aktin dan myosin dan jaringan penghubung yang lebih kuat, serta peningkatan jaringan peredaran darah dalam serabut otot. Bompa 1994: 39.
Adaptasi khusus pada latihan daya tahan otot mencakup terjadinya peningkatan sistem enzim aerobik, mitokondria yang lebih besar dan lebih banyak
meningkatnya densitas mitokondria dan pembuluh kapiler yang lebih. Semua perubahan ini meningkatkan penyaluran dan pemanfaatan oksigen dalam serat
otot, sehingga meningkatkan daya tahan. Kelelahan yang berulang-ulang akan mendorong serat otot untuk lebih beradaptasi dalam menggunakan oksigen dan
enzim aerobik untuk menghasilkan energi ATP dalam melakukan kontraksi. Jika pengulangan dilakukan lebih banyak akan dapat menggunakan lemak sebagai
sumber energi dengan lebih baik. Adaptasi lain yang dapat terjadi jika melakukan latihan beban yaitu,
pertama yang berkaitan dengan jaringan ikat penghubung. Jaringan penghubung dan tendon akan semakin kuat jika ditempatkan di bawah tekanan, tendon yang
semakin kuat dapat membantu menghentikan pengaruh hambatan reseptor otot
commit to user
yang dikenali dengan tendon organ. Meningkatnya ketebalan jaringan penghubung memberikan kontribusi pada seluruh pertumbuhan atau hipertropi
otot. Kedua adalah yang berkaitan dengan system syaraf, adaptasi yang ditimbulkan oleh latihan beban pada system syaraf adalah meningkatnya
kemampuan untuk menggerakkan otot penggerak utama, mengikat otot-otot yang disebabkan oleh angkatan beban dan memperbaiki koordinasi dari otot agonis dan
antagonis, Bompa
1994:43. Ketiga
adalah perubahan
terhadap cardiorespiratory, adaptasi yang ditimbulkan adalah penebalan dinding jantung
sebelah kiri, sementara bilik sebelah kiri ukurannya tetap sebagai akibat pembebanan, hal ini dibutuhkan agar secara berulang-ulang dapat mengatasi
tekanan.
e. Model Latihan Beban Untuk Pemain Bolavoli Tingkat Intermediet 1