xxiv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. TALASEMIA 1. Definisi
Talasemia merupakan penyakit anemia hemolitik heriditer yang diturunkan dari kedua orang tua kepada anaknya secara resesif. Karakteristik penyakit ini
terjadi penurunan atau pengurangan produksi rantai globin. Penurunan rantai β
globin dikenal sebagai talasemia β, penurunan rantai α globin dikenal sebagai
talasemia α. Berdasarkan tingkat keparahan klinis talasemia dibagi menjadi 3
yaitu: 1. Talasemia mayor secara klinis berat, membutuhkan transfusi
2. Talasemia intermedia lebih ringan, onset lebih lambat, tidak atau hanya membutuhkan sedikit transfusi
3. Talasemia minor tidak memberikan gejala klinis, karier heterozigot Weatherall, 1998; Nathan, 2003; Lichtman, 2003.
2. Epidemiologi
Penyakit ini dijelaskan pertama kali oleh Cooley 1925, semula ditemukan di sekitar Laut Tengah, menyebar sampai mediteran, Afrika, Timur Tengah, India,
Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2003 tidak kurang dari 300.000 bayi dengan kelainan berat penyakit ini dilahirkan setiap tahun di dunia,
sedangkan jumlah penderita heterosigotnya tidak kurang dari 250 juta orang Wahidiyat, 2003. Diperkirakan saat ini talasemia mayor di Indonesia sekitar 8
juta orang. Di Pusat Talasemia Jakarta pada akhir bulan Maret 2007 tercatat 1264
xxv pasien dengan 80-100 pasien baru setiap tahun. Prevalensi gangguan jantung di
RSCM sebesar 29 Subroto, 2003. Di seluruh dunia lebih dari 70 pasien talasemia mayor meninggal karena gagal jantung akibat timbunan besi ini
Penaell, 2006.
3. Patofisiologi
Pada masa embrio terdapat Hb Gower-1 ε 2 ζ 2, Hb Gower-2 α 2 ζ 2, Hb
Portland ε 2 γ2. Pada janin Hb Barts γ 4, Hb F α 2 γ 2. Anakdewasa Hb A
α 2 β 2, Hb A2 α 2 δ 2. Pada talasemia terjadi gangguan kuantitatif hemoglobinopati. Sifat hemoglobin dengan rantai tetramer tidak stabil, mudah
berpresipitasi, sehingga membran eritrositnya sangat rapuh. Derajat kerapuhan berkaitan dengan jenis rantai polipeptida yaitu dengan urutan tetramer
α α 4 γ 4
β 4 Marengo-Rowe, 2007; Permono, 2005. Pada anakdewasa normal jumlah
α dan β hampir sama jumlahnya, hingga rasio β α lebih kurang sama dengan satu. Rasio ini menjadi 0,5-0,7 pada heterozygote β
talasemia dan menjadi sangat rendah antara 0,1-0,3 pada homozygote Weatherall,
1998; Honig , 2004
xxvi Tabel 1. Aspek klinik
β talasemia Weatherall, 1998; Honig, 2004 Jenis talasemia genotip Macam Hb Berat ringan penyakit
Homozygote
βo- talasemia α.α. βo βo 0Hb A, ↑ Hb F, Cooley’s anemia
variable Hb A2
β+ talasemia α.α β+ β+ ↓ Hb A, residual Hb F, Cooley’s anemia variable Hb A2
δβo talasemia α.αδβoδβo 0 Hb A, 100 Hb F, Talasemia intermedia 0 Hb A2
Hb Lepore α.α βLepβLep 0 Hb A, 75 Hb F, Cooley’s anemia
0 Hb A2, 25 Hb Lep
Heterozygote
βo- talasemia α.α. β βo ↑ HbA2, sedikit ↑ HbF Talasemia minor β+ talasemia α.α β β+ ↑ HbA2, sedikit ↑ HbF Talasemia minor
δ β talasemia α.α β δ β 5-20 Hb F Talasemia minor Hb Lepore
α.α β βLep ↓ HbA2, ↑ HbF 5-10 Hb Lepore
Pada talasemia
α terjadi delesi gen α, sedangkan pada talasemia β terjadi
kekurangan mRNA untuk rantai β akibat kesalahan pada waktu atau sesudah
transkripsi mRNA dari gen. Kesalahan ini akan mengakibatkan anemia hemolitik
kongenital heriditer yang disebabkan :
xxvii - Pembuatan rantai
β kurang, sebagai kompensasinya rantai γ dan δ meningkat Hb F
↑ atau Hb A2 ↑ tetapi kecepatan pembuatan rantai γ dan δ jauh lebih rendah, sehingga pembuatan Hb tetap akan menurun.
- Rantai α tidak berikatan dengan rantai β mengakibatkan terjadinya
denaturasi dan presipitasi dalam sel yang dikenal dengan Heinz bodies inclusion bodies yang menyebabkan kerusakan membran sel dan menjadi
lebih permeabel. - Kelebihan rantai
α dalam eritrosit menyebabkan stabilitas hem berkurang dan menyebabkan timbulnya O2 yang aktif yang mengakibatkan oksidasi Hb
dan sel membran sehingga terjadi hemolisis Weatherall, 1998; Honig, 2004.
4. Diagnosis