commit to user
26
dalam proses seleksi, memanipulasi, dan mengombinasikan kata-kata Ratna, 2013:15.
Stilistika, ilmu gaya bahasa, juga diberi definisi yang bermacam-macam, tetapi pada prinsipnya selalu meneliti pemakaian bahasa yang khas atau istimewa, yang
merupakan ciri khas seorang penulis, aliran sastra dan lain-lain, atau pula yang menyimpang dari bahasa sehari-hari atau dari bahasa yang dianggap normal, baku
dan lain-lain Teeuw, 2013:57. Maka stilistika sebagai ilmu pengetahuan mengenai gaya bahasa di pihak lain, maka sumber penelitiannya adalah semua jenis komunikasi
yang menggunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan. Oleh karena bahasa di sini sebagai bahan bakunya Satoto, 2012:31.
Pada tataran analisis, gaya, gaya bahasa dan majas adalah objek, selain itu stilistika adalah ilmu untuk memecahkan objek tersebut Ratna, 2013:169. Namun
objek stilistika secara khusus merupakan bahasa sebagai kajian stilistika yaitu bahasa sastra yang mengandung unsur estetika yang bersifat konotatif berbeda dengan
bahasa nonsastra yang bersifat denotatif.
d. Ruang Lingkup Stilistika
Manfaat stilistika yang sepenuhnya bersifat estetis, membatasi lingkup bidang ini khusus untuk studi karya sastra dan kelompok karya yang dapat diuraikan fungsi dan
makna estetisnya Wellek dan Warren, 2014:206. Oleh karena konsep keindahan
commit to user
27
sastra yang berkaitan dengan keindahan bahasa. Maka pengarang sering memaksimalkan potensi bahasanya untuk mencapai nilai estetika.
Ruang lingkup penelitian stilistika sangat luas, dianggap sebagai tugas yang tidak mungkin untuk dilakukan, lebih-lebih apabila dikaitkan dengan pengertian gaya
bahasa secara luas, yaitu: bahasa itu sendiri, karya sastra,karya seni, dan bahasa sehari-hari, termasuk ilmu pengetahuan Hough dalam Ratna, 2013:18. Ruang
lingkup bertambah luas dengan adanya perkembangan paralel di berbagai negara sehingga terjadi tumpang tindih di antaranya. Untuk membatasinya ruang lingkup
dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a ruang lingkup dalam kaitannya dengan objek stilistika itu sendiri, dan b ruang lingkup dalam kaitannya dengan objek yang
mungkin dilakukan dalam suatu aktivitas penelitian. Selain itu, menurut Satoto 2012:35
nakan oleh seseorang untuk mengutarakan atau mengungkapkan diri gaya pribadi. Cara
pengungkapan: tersebut bisa meliputi setiap aspek kebahasaan: diksi, penggunaan bahasa kias, bahasa figutatif figurative Language. Ruang lingkup stilistika dalam
tataran ini antara lain:
1 Diksi
Penyair hendak mencurahkan perasaan dan isi pemikirannya dengan setepat- tepatnya seperti yang dialami batinnya. Selain itu, juga ia ingin mengekspresikan
dengan ekspresi yang dapat menjilmakan pengalaman jiwanya tersebut, untuk itu
commit to user
28
haruslah dipilih kata setepatnya. Pemilihan kata dalam sajak disebut diksi Pradopo, 1997:54. Pemilihan kata yang tepat dapat mewakili suara hati pengarang dengan
tepat, agar makna dan maksud pengarang dapat tercurahkan secara tepat kepada pembaca.
Menurut Ratna 2013:412 pilihan kata yang tepat yang dilakukan oleh pengarang untuk mengungkapkan gagasan, ide, dan pesan secara keseluruhan. Disamping
memilih kata-kata yang tepat, pengarang juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya magis dari kata-kata tersebut. Kata-kata diberi makna baru dan
yang tidak bermakna diberi makna menurut kehendak pengarang Waluyo, 2010:83- 84. Dalam pemilihan kata diksi perlu diketahui ketepatan kata-kata yang
digunakan, agar kata-kata yang dipergunakan tidak akan menganggu suasana, dan tidak akan menimbulkan ketegangan antara penulis atau pembicara dengan para
hadirin atau para pembaca. Pada karya sastra, diksi biasanya dapat menjadi ciri khas pengarang dalam menciptakan karya sastra.
2 Citraan pengimajian
Pencitraan adalah topik yang termasuk dalam bidang psikologi dan studi sastra.
bersifat indrawi dan berdasarkan persepsi tidak selalu bersifat visual Wellen dan
Warren, 2014:216. Oleh karena itu, citraan berhubungan dengan penggunaan indrawi sebagai media ekspresi bahasa untuk mencapai efek estetis. Selain itu
commit to user
29
menurut Siswantoro 2010:215 pencitraan merujuk kepada gambar angan-angan mental picture yang terbentuk sebagai akibat pemakaian kata-kata tertentu. Maka
dapat didefinisikan bahawa citraan merupakan suatu hasil penggambaran yang bersifat indrawi sebagai akibat pemakaian dan pengolahan kata-kata.
Pengimajian ditandai dengan penggunaan kata-kata konkret dan khas. Imaji yang ditimbulkan ada tiga macam, yakni imaji visual, imaji auditif, dan imaji taktil cita
rasa. Ketiganya digambarkan atas bayangan konkret apa yang dapat kita hayati secara nyata Waluyo, 2010:91. Menurut Wellek dan Warren 2014:216-217 ahli-
ahli psikologi dan estetik menyusun bebagai macam jenis citraan. Ada citraan yang berkaitan dengan cita rasa pengecapan, ada yang berkaitan dengan penciuman. Ada
pula yang
berkaitan dengan
suhu dan
tekanan kinaesthetic
haptic empathic
synaesthetic yang bisa diakibatkan keadaan jiwa pengarangnya, atau sekadar konvensi sastra biasa
memindahkan uraian satu indra ke uraian indra yang lain. pencitraan terikat berkaitan dengan indra penglihatan dan otot, dan efeknya sama bagi setiap pembaca atau tipe
pembaca. Selain itu pencitraan bebas bersifat visual dan efeknya berbeda-beda bagi setiap pembaca atau tipe pembaca. Citraan tersebut dibagi menjadi enam yaitu:
a Citraan Penglihatan Visual Imagery
Citraan penglihatan biasanya dapat memberikan rangsangan kepada indera penglihatan sehingga hal-hal yang semula terlihat akan tampak atau hadir di depan
commit to user
30
penikmat Sutejo, 2010:21. Pada karya sastra citraan penglihatan lebih banyak muncul. Pengarang menggunakan citraan penglihatan untuk mengungkapkan
pengalaman visual pengarang ke dalam bahasa figuratif pengarang.
b Citraan Pendengaran Audio Imagery
Pada citraan pendengaran merupakan bagaimana pelukisan bahasa yang merupakan perwujudan dari pengalaman pendengaran audio. Citraan pendengaran
karena itu, juga dapat memberikan rangsangan kepada indera pendengaran sehingga mengusik imajinasi pembaca untuk memahami teks sastra secara lebih utuh Sutejo,
2010:22. Citraan pendengaran bertugas untuk merangsang indera pendengaran pembaca agar pembaca mampu menikmati karya sastra yang tidak nampak dan hanya
dapat dirasakan oleh pendengaran.
c Citraan penciuman
Citraan yang cukup jarang dilakukan oleh pengarang yaitu citraan penciuman karena citraan ini cukup sulit diterapkan. Citraan penciuman ialah penggambaran
yang diperoleh melalui pengalaman indera penciuman. Selanjutnya, citraan jenis ini dapat membangkitkan emosi penciuman pembaca untuk memperoleh gambaran yang
lebih utuh atas pengalaman indera yang lain Sutejo, 2010:23.
commit to user
31
d Citraan perabaan Tactil Imagery
Citraan selanjutnya yang digunakan oleh pengarang yaitu citraan peraba. Citraan perabaan menggambarkan peristiwa dalam cerita melalui peran indera peraba. Citraan
Pada beberapa teks sastra, citraan tersebut sering dikolaborasikan dengan beberapa majas untuk
membangkitkan daya imajinasi pembaca sehingga lebih kuat.
e Citraan Gerak Movement Imagery
Citraan ini menggambarkan sesuatu yang sesungguhnya tidak bergerak, tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak, adapun gambaran gerak pada umumnya Sutejo,
2010:24. Citraan ini digambarkan melalui gerak tubuh sehingga pembaca dapat merasakan gerakan yang lebih intensif.
3 Bahasa Figuratif
Menurut Al- figurative berasal dari bahasa Latin figura,
yang berarti form, shape. Figura berasal dari kata fingere dengan arti to fashion. Berbeda
yang diungkapkan
Al- mengungkapkan 2009:277, gaya bahasa dalam stilistika yaitu suatu bentuk
ungkapan kebahasaan seperti yang diketahui dalam karya sastra merupakan suatu kinerja kebahasaan seorang pengarang. Gaya bahasa, esensinya merupakan sebuah
commit to user
32
teknik pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili suatu yang akan diungkapkan.
Selain itu, menurut Sutejo 2010:26 gaya bahasa merupakan sarana strategis yang seringkali dipilih pengarang untuk mengungkapkan pengalaman kejiwaannya ke
dalam karya fiksi. Kemampuan untuk mengolah bahasa ini merupakan usaha untuk membungkus idegagasanpengalaman dengan cara estetika sehingga dapat menjadi
daya tarik pembaca dan membangkitkan imajinasi pembaca atau pendengarnya. Menurut Satoto 2012:153 gaya bahasa adalah cara mengungkapkan bahasa secara
khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Jadi, gaya bahasa adalah suatu bentuk kinerja kebahasaan seorang pengarang untuk mengungkapkan
pengalaman kejiwaan pengarang yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis dengan cara esetetika dalam menciptakan karya fiksi.
Bahasa figuratif sering dikatakan sebagai bahasa kiasan atau gaya bahasa. Bahasa ini digunakan oleh pengarang untuk mengungkapkan suatu makna secara tersirat.
Sebagaimana dijelaskan oleh Waluyo 2010:96, penyair menggunakan bahasa yang bersusun-susun atau berpigura sehingga disebut bahasa figuratif. Bahasa figuratif
menyebabkan puisi menjadi pragmatis artinya memancarkan banyak makna. Maka, bahasa kiasan ini mengiaskan atau mempersamakan sesuatu hal dengan hal lain
supaya gambaran menjadi jelas, lebih menarik, dan hidup Pradopo, 1990:62. Maka pengarang memaksimalkan potensi kebahasaannya untuk menghasilkan karya yang
imajinatif dan ekspresif agar karya sastra menjadi menarik. Bahasa figuratif di sebut
commit to user
33
juga dengan gaya bahasa dalam hal ini dibagi menjadi dua aspek yaitu 1 permajasan; dan 2 simbol, dan lambang.
a Permajasan
Majas fiture of speech adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau pembicara dalam angka memperoleh aspek keindahan. Pada umumnya
majas dibedakan menjadi empat macam, yaitu: a majas penegasan, b perbandingan, c pertentangan, dan d majas sindiran Ratna, 2013:164.
1 Majas Penegasan
Majas penegasan merupakan majas yang berisi tegasan atau tekanan mengenai sesuatu. Majas penegasan terdiri atas: 1 Aferesis yaitu majas penegasan dengan
menghilangkan huruf atau suku kata awal; 2 Aforisme yaitu pernyataan sebagai kebenaran umum atau kata-kata arif; 3 Alonim yaitu majas dengan menggunakan
varian nama; 5 Anagram yaitu majas dengan pertukaran huruf dalam kata sehingga menimbulkan makna baru; 6 Antiklimaks yaitu pernyataan menurun secara
berturut-turut; 7 ApofasisPreterisio yaitu majas yang seolah-olah mengingkari apa yang sudah dijelaskan; 8 Aposiopesis yaitu majas yang digambarkan dengan
penghentian di tengah-tengah kalimat; 9 Arkhaisme yaitu majas yang menggunakan kata-kata yang sudah usang; 10 Bombastis yaitu majas yang penggunaan
keterangan secara berlebihan.
commit to user
34
Majas 11 Elipsis yaitu majas yang kalimat tidak lengkap; 12 EnumerasioAkumulasio yaitu majas yang beberapa peristiwa saling berhubungan,
disebut satu demi satu; 13 Esklamasio yaitu majas yang menggunakan kata seru: wah, aduh,amboi, astaga, awas, dan sebagainya; 14 Interupsi yaitu majas yang
menyisipkan kelompok kata tertentu; 15 InversiAnastrof yaitu majas yang susunan kalimat terbalik; 16 Invokasi yaitu majas yang penggunaan kata seru untuk
memohon kepada adi kodrati; 17 Klimaks yaitu majas yang menyatakan urutan pernyataan menuju puncak; 18 Kolokasi yaitu majas yang mengasosiasikan secara
permanen satu kata dengan kata yang lain; 19 KoreksioEpanortosis yaitu majas yang memperbaiki pernyataan sebelumnya yang dianggap salah; 20 Paralelisme
yaitu majas yang mensejajarakan kata-kata atau frasa, dengan fungsi yang sama; 21 Pararima yaitu perulangan konsonan awal dan akhir dalam kata-kata tertentu; 22
Pleonasme yaitu majas yang memberikan keterangan secara berlebihan; 23 Praterio yaitu majas yang menyembunyikan maksud yang sesungguhnya;
Majas 24 adalah Repetisi, majas repetisi yaitu majas yang mengulang kata atau kelompok kata. Repetisi dibagi menjadi beberapa bentuk antara lain: a Aliterasi
yaitu majas yang mengulang konsonan awal, b AnadiplosisEpanadiplosisEpa- nastofAnastrof yaitu kata atau kelompok kata terakhir diulang pada kalimat berikut,
seperti pantun berkait, c Anafora yaitu kata atau kelompok kata pertama diulang pada baris berikut, d Antanaklasis yaitu perulangan dengan makna berlainan, e
Asonansi yaitu perulangan bunyi vokal, f Epanalepsis yaitu majas yang kata
commit to user
35
pertamanya diulang pada akhir kalimat, g EpiforaEpistrofa yaitu majas yang diungkapkan sebagai pengulangan akhir kalimat secara berurutan, h Epizeuksis
yaitu majas yang diungkapkan sebagai perulangan langsung, i Katafora yaitu majas yang diungkapkan sebagai perulangan melalui pronominal disusul oleh anteseden, j
Kiasmus yaitu majas yang diungkapkan sebagai perulangan dengan skema a-b-b-a, k Mesodiplosis yaitu majas yang diungkapkan sebagai perulangan di tengah baris,
l Simploke yaitu majas yang diungkapkan sebagai perulangan pada awal dan akhir baris, dalam beberapa baris, m Tautotes yaitu majas yang diungkapkan sebagai
perulangan dalam sebuah konstruksi; Selanjutnya majas 25 RetorisErotesis yaitu majas yang diungkapkan sebagai
kalimat tanya tanpa memerlukan jawaban; 26 Sigmatisme yaitu majas yang
Silepsis yaitu majas yang penggunaan satu kata dengan banyak makna dalam konstruksi sintaksis yang berbeda; 28 Sindeton yaitu majas yang penjelasan kata-
kata setara secara berturut-turut. Sindeton dibagi menjadi dua jenis antara lain: a Asindeton yaitu majas yang tanpa menggunakan kata penghubung, b Polisindeton
yaitu majas yang dengan menggunakan kata penghubung; 29 SinkopeKontraksi yaitu majas yang menghilangkan suatu suku kata di tengah kata; 30 Tautologi yaitu
majas yang perulangan kata, kelompok kata atau sinonimnya, yang kadang-kadang tidak perlu; 31 Zeugma yaitu majas yang seolah-olah tidak logis dan tidak
gramatikal, rancu.
commit to user
36
2 Majas Perbandingan
Majas perbandingan merupakan majas yang membandingkan antara satu hal dengan hal lainnya yang memiliki kemiripan. Majas perbandingan terdiri atas: 1
Alegori yaitu majas perbandingan dengan alam secara utuh; 2 Alusio yaitu majas dengan ungkapan, peribahasa, atau sampiran pantun; 3 Antonomasia yaitu majas
dengan sebutan untuk menggantikan nama orang; 4 Disfemisme yaitu majas yang menonjolkan kekurangan tokoh; 5 Epitet yaitu majas sebagai acuan untuk
menunjukkan sifat khusus seseorang atau hal lain; 6 Eponim yaitu majas dengan nama yang menunjukkan ciri-ciri tertentu; 7 Eufemisme yaitu majas yang
menghaluskan hati; 8 HipalaseEnalase yaitu majas yang keterangan seolah-olah ditempatkan pada tempat yang salah; 9 Hiperbola yaitu majas yang melebihi sifat
dan kenyataan yang sesungguhnya; 10 Litotes yaitu majas dengan cara merendahkan diri; 11 Metafora yaitu majas yang membandingkan suatu benda
dengan benda lainnya. Majas 12 Metonimia yaitu majas yang menggunakan suatu nama tetapi yang
dimaksud benda lain; 13 Onomatope yaitu majas dengan menggunakan tiruan bunyi; 14 Paronomasia yaitu majas yang penggunaan kata sama tetapi menampilkan
makna yang berbeda; 15 Periphrasis yaitu majas yang suatu kata diperluas dengan ungkapan; 16 Personifikasi yaitu majas yang penggunaan benda mati dianggap
benda hidup; 17 Simbolik yaitu majas yang membandingkan dengan simbol; 18 Simile yaitu majas yang menggunakan kata-kata perbandingan: seperti, laksana,
commit to user
37
umpama; 19 Sinekdoke yaitu majas yang sebagian untuk keseluruhan dan sebaliknya. Sinekdoke dibagi menjadi dua jenis antara lain: a Pars Prototo yaitu
majas yang menggunakan kata bermakna sebagian untuk menyatakan makna seluruhnya, b Totem Proparte yaitu majas yang menggunakan kata bermakna
keseluruhan untuk menyatakan makna sebagian; 20 Sinestesia yaitu majas yang menggunakan beberapa indera; 21 Tropen yaitu istilah lain dengan makna sejajar.
3 Majas Pertentangan
Majas pertentangan merupakan majas yang mengungkapkan hal yang bersifat bertentangan. Majas pertentangan terdiri atas: 1 Anakronisme yaitu majas yang
tidak sesuai dengan peristiwa; 2 Antithesis yaitu majas yang berlawanan; 3 Kontradiksio yaitu majas yang berlawanan secara situasional; 4 Oksimoro yaitu
majas yang berlawanan dalam kelompok kata yang sama; 5 Okupasi yaitu majas yang bertentangan dengan penjelasan; 6 Paradoks yaitu majas yang bertentangan
tetapi benar; 7 ProlepsisAntipasi yaitu majas yang kata-kata seolah-olah mendahului peristiwannya.
4 Majas Sindiran
Majas sindiran merupakan majas yang mengandung sindiran. Majas sindiran terdiri atas: 1 Anifrasis yaitu majas yang menyatakan sindiran dengan makna
berlawanan; 2 Innuendo yaitu majas yang mengecilkan keadaan yang sesungguhnya; 3 Ironi yaitu majas yang menyatakan sindiran halus; 4 Permainan
commit to user
38
kata yaitu majas yang menyatakan sindiran disertai humor dengan cara merubah urutan kata; 5 Sarkasme yaitu majas yang menyatakan sindiran kasar; 6 Sinisme
yaitu majas yang menyatakan sindiran agak kasar.
b Simbol, dan Lambang
Simbol symballein,
Yunani berarti
memasukkan, mencampurkan,
membandingkan secara bersama-sama, sehingga terjadi analogi antara benda dengan objeknya Ratna, 2013:171. Artinya, simbol merupakan perbandingan secara
langsung mengenai suatu hal dengan hal lain yang memiliki kemiripan analogi. Menurut Wellek dan Warren 2014:219 kata simbol sebenarnya ada dua unsur kerja
bahasa Yunani yang berarti mencampurkan, membandingkan, dan membuat analogi antara tanda dan objek yang diacu. Menurut teori sastra, simbol sebaliknya dipakai
dalam pengertian sebagai berikut: sebagai objek yang mengacu pada objek lain, tetapi juga menuntut perhatian pada dirinya sendiri sebagai suatu perwujudan. Persoalan
yang dapat dipecahkan adalah memahami sekaligus menyimpulkan bahwa simbol sangat luas dan beragam, dimanfaatkan secara berbeda-beda dalam kehidupan
manusia. Sistem simbol mempermudah keterpahaman antara-manusia, atau sebaliknya mempersulitnya sebab proses pemahaman justru diperpanjang, dimediasi,
sehingga pemahaman menjadi tidak langsung, bahkan tersembunyi. Fungsi-fungsi simbol, diantaranya: a simbol, khususnya simbol bahasa memungkinkan untuk
memahami lebih banyak, b simbol meningkatkan kemampuan manusia untuk memahami kehidupan, c meningkatkan kemampuan untuk berpikir dan
commit to user
39
menyelesaikan masalah, d memungkinkan untuk mendahului ruang dan waktu, bahkan diri sendiri, e simbol memungkinkan untuk membayangkan realitas
metafisika, seperti neraka dan surga Ratna, 2013:173. Lambang adalah suatu maksud melalui visualisasi Ratna, 2011:177. Lambang secara langsung berkaitan
dengan wujud bendanya, seperti Garuda Pancasila sebagai lambang Negara Indonesia, tunas kelapa sebagai lambang Pramuka, salib untuk umat Nasrani,
timbangan untuk pengadilan, dan sebagainya.
4 Proses Kreatif Pengarang dan Karakteristik Pengarang.
Proses kreatif pengarang dalam meuliskan sebuah karya memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan karakter suatu karya. Untuk itu, setiap karya sastra yang
memiliki ciri khas tersendiri dalam kaitannya dengan bahasa pengarang. Oleh karena itu, bahasa pengarang menunjukkan pemikiran, sikap dan karakter pengarang.
Sehubungan dengan hal tersebut, menurut Keraf 2010:104 kata-kata bukan saja menunjukkan barang-barang atau sikap orang, tetapi merefleksikan juga tingkah laku
sosial dari orang-orang yang mempergunakannya. Bahasa yang digunakan pengarang biasanya dipengaruhi oleh faktor sosiokultural
dan sosiohistoris pengarang. Karya sastra lahir dalam konteks sejarah dan sosial- budaya suatu bangsa yang di dalamnya sastrawan penulisnya merupakan salah
seorang anggota masyarakat bangsanya. Oleh karena itu, sastrawan tidak terhindar dari konvensi sastra yang ada sebelumnya dan tidak terlepas dari latar sosial budaya
commit to user
40
masyarakatnya. Semuanya itu tercermin atau terpancar dalam karya sastranya Pradopo, 2013:107-108. Faktor sejarah dan sosial-budaya sosiokultural
masyarakat dan pengarang menjadi faktor penting terciptanya suatu karya yang melatarbelakangi kekhasan pengarang dalam hal pengungkapan ide-idenya ke dalam
karyanya. Banyak kritikus melakukan penelitian melalui biografi, sejarah sastra, periode tertentu, ideologi masyarakat tertentu, dan sebagainya. Oleh karena terdapat
adagium Stilus virum arguit yaitu gaya mencerminkan orangnya. Maka lewat pemilihan dan penggunaan gayanya, dapatlah didefinisikan tingkat pendidikannya,
kelompok sosial, maupun lingkungan sosial budaya pengarang Sutejo, 2010:10. Senada dengan beberapa asumsi di atas, Menurut Ratna 2013:96 paling sedikit
ada lima faktor utama proses kreatif, yaitu: a faktor psikologis, b didaktis, c sosiologis, d ekonomis, dan e estetis. Faktor yang berhubungan dengan
sosiokultural dan ideologi pengarang ditunjukkan oleh faktor sosiologis dan faktor ekonomis. Faktor tersebut dipengaruhi oleh globalisasi masyarakat kontemporer yang
mempengaruhi kreatifitas pengarang dalam membuat karya sastra. Selain itu faktor yang mempengaruhi karakteristik pengarang mengacu pada faktor psikologis,
didaktis dan estetis. Faktor psikologis mengenai daya pikir pengarang dalam mengungkapkan gagasannya sehingga melahirkan karya yang berkualitas. Faktor
didaktis sebagaimana karya sastra dapat digunakan untuk mendidik, mengajar dan mempengaruhi. Selain itu faktor estetis merupakan cara dalam membungkus ide
tersebut menjadi suatu karya yang mengandung nilai estetis.
commit to user
41
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Semi 1993:49 bahwa gaya bahasa yang digunakan oleh sastrawan, meskipun tidaklah terlalu luar biasa, adalah unik, karena
selain dekat dengan watak dan jiwa penyair; juga membuat bahasa yang digunakannya berbeda dalam makna dan kemesraannya. Jadi, gaya lebih merupakan
pembawaan diri. Melalui bahasa, pengarang mampu menyentuh dan mempengaruhi perasaan pembaca untuk terhanyut dalam alur cerita. Semi 1993:49 menambahkan
bahwa karena gaya bahasa itu berasal dari dalam batin seorang pengarang; maka gaya bahasa yang digunakan oleh seorang pengarang dalam karyanya secara tidak
langsung menggambarkan sikap atau karakteristik pengarang tersebut. Senada dengan ungkapan tersebut, Keraf 2010:113 mengatakan bahwa gaya
bahasa memungkinkan dapat menilai pribadi, watak dan kemampuan seseorang yang mempergunakan bahasa tersebut Hal tersebut menentukan karakteristik seorang
pengarang yang memiliki ciri khas tersendiri dalam mengungkapkan gagasan atau idenya dalam karya sastra. Hal tersebut untuk dapat membedakan dan memberikan
keanekaragaman karya-karya antara masing-masing pengarang. Kekhasan pengarang diungkapkan melalui gaya berbahasa, misalnya sebagai intelektual, Alisjahbana
cenderung menampilkan gaya keilmuan. Sebagai dramawan Putu Wijaya cenderung menampilkan gaya dialogis, Mangunwijaya religius, selain itu Pramoedya cenderung
bergaya Marxis. Sebaliknya, karya-karya ilmiah Umar Kayam dan Sapardi Djoko Damono cenderung puitis. Novel Ayu Utami cenderung menampilkan gaya jurnalis
Ratna, 2013:69.
commit to user
42
3. Pendidikan Karakter