2.2.3. Proses Hematopoiesis
Gambar 2.3: Hematopoiesis normal Rashidi, H.H. and Nguyen, J.C. 2012. Hematology Outlines, An Online Textbook Atlas of Hematology.
[Online] Available from: www.hematologyoutlines.com
Universitas Sumatera Utara
2.2.4. Eritrosit
Bentuk sel darah merah pada keadaan normal adalah dwicekung biconcave discs dengan diameter purata 7,8
μm, ketebalan 2,5μm dan volume sekitar 90-95 kubik mikrometer. Tidak mempunyai nucleus, mitokondria dan retikulum endoplasma
tetapi mempunyai enzim sitoplasma yang dapat memetabolisme glukosa dan membentuk ATP. Sel ini mempunyai masa hidup yang singkat yaitu selama rata-
rata 120 hari. Struktur sel darah merah matang yang unik ini memberikan daya lenturan yang maksimal saat melewati pembuluh darah yang sempit Guyton,
2011.
2.2.4.1. Kadar Normal Eritrosit
Eritrosit berjumlah paling banyak diantara sel-sel darah yang lain. Nilai normal eritrosit rata-rata pada pria adalah 5,4 juta µL dan untuk wanita 4,8 juta µL.
Setiap sel darah merah mengandung 29 pg hemoglobin. Oleh itu, dalam sirkulasi darah manusia dewasa secara normal mempunyai 3x10¹³ sel darah merah dan
900g hemoglobin Ganong, 2010.
2.2.4.2. Kelainan Morfologi Eritrosit
Kelainan ukuran eritrosit : 1. Mikrosit
Sel ini berasal dari fragmentasi eritrosit yang normal seperti pada anemia hemolitik, anemia megaloblastik dan dapat juga terjadi pada anemia defisiensi
besi. 2. Makrosit
Makrosit adalah eritrosit yang berukuran lebih dari 8 um dan sel ini terdapat pada anemia megaloblastik.
3. Anisositosis
Universitas Sumatera Utara
Anisositosis tidak menunjukkan kelainan hematologik yang spesifik. Keadaan ini ditandai dengan adanya eritrosit dengan ukuran yang tidak sama besar dalam
sediaan hapusan darah tepi. Anisositosis jelas terlihat pada anemia mikrositik yang ada bersamaan dengan anemia makrositik seperti pada anemia gizi Arjatmo
Tjokronegoro et al., 1996.
Kelainan bentuk eritrosit : 1. Ovalosit
Ovalosit adalah eritrosit yang berbentuk lonjong. 2. Sperosit
Eritrosit yang berbentuk lebih bulat, lebih kecil dan lebih tebal dari eritrosit normal.
3. Schitosit atau fragmentosit Sel ini merupakan pecahan eritrosit.
4. Sel target atau leptosit atau sel sasaran Eritrosit yang mempunyai masa kemerahan di bagian tengahnya disebut juga
sebagai sel sasaran. 5. Sel sabit atau sickle cell
Sel seperti ini didapatkan pada penyakit sel sabit yang homozigot SS.Untuk mendapatkan eritrosit yang berbentuk sabit, eritrosit diinkubasi terlebih dahulu
dalam keadaan anoksia dengan menggunakan zat reduktor Na2S2O5 atau Na2S2O3.Hal ini terutama dilakukan pada penyakit sel sabit heterozigot.
6. Krenasi Sel seperti ini merupakan artefak yang dapat dijumpai dalam sediaan hapusan
darah tepi yang telah disimpan 1 malam pada suhu 200 ºC atau eritrosit yang berasal dari “washed packed cell”.
7. Sel Burr Sel ini adalah eritrosit yang kecil atau fragmentosit yang mempunyai duri satu
atau lebih pada permukaan eritrosit. 8. Akantosit
Universitas Sumatera Utara
Sel ini disebabkan oleh metabolisme fosfolipid dari membran eritrosit. Pada keadaan ini tepi eritrosit mempunyai tonjolan-tonjolan berupa duri.
9. Tear drop cells Eritrosit yang mempunyai bentuk seperti tetesan air mata.
10. Poiklositosis Poiklositosis adalah istilah yang menunjukkan bentuk eritrosit yang bermacam-
macam dalam sediaan hapusan darah tepi. 11. Rouleaux atau auto aglutinasi
Rouleaux tersusun dari 3-5 eritrosit yang membentuk barisan sedangkan auto aglutinasi adalah keadaan dimana eritrosit bergumpal Arjatmo Tjokronegoro et
al., 1996.
Kelainan warna eritrosit 1. Hipokrom
Eritrosit yang tampak pucat. Hal ini disebabkan olehkadar hemoglobin dalam eritrosit berkurang.
2. Polikrom Eritrosit yang lebih besar dan lebih biru dari eritrosit normal.Polikromasi suatu
keadaan yang ditandai dengan banyak eritrosit polikrom pada preparat sediaan hapusam darah tepi. Keadaan ini berkaitan dengan retikulositosis Arjatmo
Tjokronegoro et al., 1996.
2.2.5. Leukosit