12
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan kondisi perekonomian yang semakin pesat dan adanya persaingan yang semakin tajam dalam pasar global merupakan suatu tantangan
dan peluang bagi perusahaan untuk melakukan perkembangan usahanya. Sebagai upaya untuk mengembangkan tersebut, maka perusahaan memerlukan adanya
suatu kebijakan pendanaan yang tepat untuk memenuhi kegiatan operasional perusahaan. Keputusan pendanaan perusahaan merupakan keputusan yang penting
mengingat keputusan tersebut berkaitan dengan kelangsungan hidup perusahaan nanti. Secara umum terdapat dua bentuk sumber pendanaan pada perusahaan yaitu
sumber pendanaan internal dan eksternal. Sumber pendanaan internal yaitu suatu dana yang berasal dari dalam
perusahaan yaitu modal sendiri, laba ditahan. Modal sendiri berasal dari modal saham, laba ditahan berasal dari sumber dana yang diperoleh dari usaha
perusahaan dalam kegiatan operasi perusahaan, akan tetapi seiring dengan perkembangan ekonomi serta adanya tuntutan perkembangan usaha, dana yang
berasal dari dari dalam perusahaan saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan. Oleh karena itu, manajemen perusahaan dituntut untuk berusaha
mencari lagi tambahan dana yang berasal dari sumber pendanaan eksternal yaitu suatu dana yang diperoleh dari luar perusahaan dengan cara meminjam kepada
pihak ketiga atau berutang.
13
Kebijakan utang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen keuangan dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan dari pihak ketiga untuk
membiayai kegiatan operasional perusahaan. Kebijakan utang adalah salah satu keputusan penting yang dihadapi oleh manajer adalah menyangkut keputusan
pendanaan, karena keputusan ini akan mempengaruhi nilai perusahaan sehingga berdampak pada kemakmuran pemegang saham.
Tujuan utama perusahaan dari sudut pandang manajemen keuangan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham stockholder melalui keputusan
investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan dividen, yang tercermin dalam harga saham di pasar modal. Untuk mencapai tujuan tersebut banyak pemegang
saham atau sering disebut principal yang menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada para profesional manajer atau sering disebut agen untuk
bertanggungjawab mengelola perusahaan. Para manajer yang diangkat diharapkan dapat melakukan tindakan yang terbaik bagi perusahaan dengan cara
memaksimumkan nilai perusahaan sehingga kemakmuran dapat tercapai. Menurut Sundjaja dan Barlian 2002: 61 secara teoritis, banyak manajer keuangan setuju
dengan memaksimalkan kekayaan pemegang saham, namun pada prakteknya manajer juga memperhatikan harta miliknya, keamanan pekerjaanya, gaya hidup
dan manfaat lainya yang diperoleh dari perusahaan. Adanya perbedaan tujuan ini, sehingga timbul konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham.
Teori keagenan, menerangkan bahwa adanya pemisahan fungsi kepemilikan dan fungsi pengolaan pihak manajemen dalam suatu perusahaan akan rentan dengan
konflik keagenan. Hal ini terjadi karena manajer cenderung berusaha
14
mengutamakan kepentingan pribadinya dan mengorbankan kepentingan para pemegang saham. Pemegang saham biasanya tidak menyukai kepentingan
manajer, karena hal tersebut akan menambah biaya cost bagi perusahaan sehingga akan menurunkan keuntungan dan dividen yang diterima oleh pemegang
saham. Penyebab adanya konflik keagenan antara pemegang saham dengan manajer salah satunya adalah berkaitan dengan pembuatan keputusan sumber
pendanaan. Saham yang dijual perusahaan dapat dimiliki oleh pihak manajemen ataupun
pihak diluar manajemen. Kepemilikan saham oleh pihak luar seperti investor institusi disebut dengan kepemilikan institusional. Kepemilikan institusional
menyebabkan kinerja manajemen diawasi secara optimal dan akan meminimalisir perilaku opurtunistik. Penelitian Manan 2004:16 dan Kurniati 2007:54
menunjukkan hasil bahwa kepemilikan institusional secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan utang, namun Damayanti 2006:77
menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang.
Ukuran perusahaan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu besarnya tingkat penjualan pada suatu periode dan besarnya nilai aset yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut. Dalam kaitannya dengan ukuran perusahaan, semakin besarnya perusahaan dan luasan usahanya, secara logika, kebutuhan dana untuk
menjalankan operasinya pasti akan semakin besar. Kebutuhan dana ini bisa dipenuhi dengan dua alternatif kebijakan, bisa dengan menjual saham sebagai
tambahan modal, dan juga dengan melakukan kebijakan utang. Menurut Pecking
15
Order Theory yang dikutip oleh Pithaloka 2009:39 menyatakan bahwa semakin besar perusahaan maka kecenderungan menggunakan pendanaan eksternal juga
semakin kecil, artinya perusahaan yang besar cenderung sedikit menggunakan utang, namun hasil penelitian Manan 2004:17 dan Pithaloka 2009:121 justru
menunjukkan hal yang berlainan. Hasil kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap
kebijakan utang suatu perusahaan. Artinya, semakin besar ukuran suatu perusahaan maka perusahaan tersebut akan berutang semakin banyak.
Variabel lain yang juga diperkirakan mempengaruhi kebijakan utang perusahaan adalah struktur aset. Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk
dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak Utang Houston, 2001:39. Semakin banyak struktur aset suatu perusahaan semakin
banyak suatu perusahaan tersebut menggunakan utangnya. Penelitian tentang struktur aset dilakukan oleh Manan 2004:17 dimana hasil penelitian menemukan
struktur aset berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan utang. Sementara hasil penelitian kurniati 2007:55 struktur aset berpengaruh negatif signifikan
terhadap kebijakan utang. Motivasi peneliti dalam penelitian ini adalah ingin melihat bagaimana
pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, struktur aset, dividen terhadap kebijakan utang pada periode dimana terjadinya suatu krisis keuangan
yang akan berdampak terhadap pada pembuatan keputusan pendanaan. Berdasarkan fenomena diatas serta adanya ketidakkonsistenan hasil
penelitian, membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
16
“Pengaruh kepemilikan institusional, struktur aset, ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap kebijakan utang pada perusahaan makanan dan minuman
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
1.2 Perumusan Masalah