Tammaka, M. Zaelani, Menuju Jurnalisme Berperikemanusiaan Kasus Trafficking dalam Liputan Media di Jawa Tengah dan DIY, Aji Surakarta,
2003, Surakarta. Utrecht, Rangkaian Kuliah Hukum Pidana I, Pustaka Mas, 2000, Surabaya.
Yoeti, Oka A, Tours and Travel Management, Cetakan Keempat, Pradnya Paramita, 1995, Jakarta.
B. Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang- undang Hukum Pidana KUHP.
Undang-undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.
Penjelasan Atas Undang-undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.
C. Kamus
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Cetakan Ketujuh, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka, Jakarta.
D. Internet
Anonim, Banyak Kasus Perdagangan Orang Belum Dilaporkan, Gemari Edisi 89Tahun IX Juni 2008, hal 8 www.gemari.or.id..gemari8902.pdf
Anonim, Kasus Pemalsuan, 24 Juni 2010, 22:18 WIB
http:buser.liputan6.comberita2016283156Sindikat.Pembuat.Dokumen. Palsu.Ditangkap
Anonim, Trafficking in Women Sebagai Akibat Tidak Terpenuhinya Hak http:Syariah.uin.suka.ac.idfile_ilmiahtrafficking20in20Women2
0s ebagai20Akibat20Tidak20Terpenuhinya20Hak.pdf David, Fiona ed, et al, Asean and Trafficking in Person-Using Data as a Tool
To Combat Trafficking in Person, International Organization for Migration http:www.iom.or.idpublicationspdf16_MIL6010112_ASEAN_lo.pdf
Ginting, RRA, 2010 http:repository.usu.ac.idbitstream123456789181224 Chapter20I.pdf.
Universitas Sumatera Utara
Hartiningsih, Maria dan Ahmad Arif, Mewaspadai Gelombang Perdagangan Orang, 25 Maret 2009
http:www.gugustugastrafficking.orgindex.php?option=com=document=r eviewcontentview=articleid=298:mewaspadai-gelombang-perdagangan-
orangcatid=1:latest-newsItemid=50
Institut Perempuan, Raperda Pencegahan dan Pemberantasan Perdagangan Manusia Terutama Perempuan dan Anak, 23 Januari 2008
www.institutperempuan.or.idp=81http:perpus.habibiecenter.or.idindex.p hpcataloguedetailid2816
Kedeputian bidang koordinasi Pemberdayaan perempuan dan Kesejahteraan anak, Profil Perempuan dan Anak Indonesia 2007, Jakarta, Desember 2008.
http:menkokesra.go.idpdfdeputi6profil_perempuan_anak_ind.2007.pdf
K. Hidayah, Analisis Tentang Permasalahan Pokok Hukum Pidana Dalam UU No 21 Tahun 2007, 2009
http:etd.eprints.ums.ac.id51031C100050019.pdf Kiswara, Brama Yoga, KTP Palsu Berwarna Pudar, Target Sindikat Para TKW
Ilegal, 25 April 2010. http:beritajatim.comindex2.php?option=com_contenttask=viewid=13
853pop=1page=0Itemid=65
Komnas Perempuan, Laporan Pelapor Khusus PBB Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan, Perdagangan Perempuan, Migrasi Perempuan dan Kekerasan
Terhadap Perempuan: Penyebab dan Akibatnya, 29 februari 2000 http:www.komnasperempuan.or.idwp-contentuploads200812buku-
komnas-perempuan-seri-dokumen-kunci-3.pdf
Kuswaya, Endang, Kebijakan dan Program Departemen Luar Negeri Dalam Pencegahan dan Penanggulangan TPPO, Direktorat Perlindungan WNI dan
BHI, 17 Oktober 2009 http:forum.depsos.go.idimagesyanrehsosdeplu_trafiking.pdf
LPSK, Catatan Akhir Tahun: Kondisi Saksi dan Korban Sepanjang Tahun 2009, Januari 2010.
http:www.lpsk.go.idhumasimagesstoriescatahu2009lpsk.pdf
Muntoha, Ali, Dibalik pengungkapan penjualan gadis kencur korban nekat lompat dari lantai dua, 26 Oktober 2009
http:www.surya.co.id20091026dibalik-pengungkapan-penjualan-gadis- kencur-korban-nekat-lompat-dari-lantai-dua.html
Pane, Albert, Analisis Kasus Dan Proses Juridis Penanganan Dugaan Ijazah Palsu,
Harian Sinar Indonesia Baru, Medan, 10 Des 2009 http:hariansib.com?p=102420
Universitas Sumatera Utara
Patrizki, Ismar, Cilacap Marak Pemalsuan Dokumen TKW, 7 Maret 2010 http:antaranews.comberita126794542cilacap-marak-pemalsuan-
dokumendetailindex.php Protokol to Prevent Suppress and Punish Trafficking in Person Specially Women
and Children Supplementing United Nation Convention Against Transnational Organized Crime.
www.uncjin.orgDocumentsfinalconvention20traff_eng.pdf
Pujiati, Lily, Memangkas Sindikat Perdagangan Orang, 14 Februari 2009 http:peduliburuhmigran.blogspot.com200902memangkas-sindikat-
perdagangan-orang.html
Rosenberg, Ruth, Perdagangan Perempuan dan Anak, United States Agency for International Development, 2003
http:www.scribd.comdoc29432338PNACU645
Siaran Pers Kedubes Amerika Serikat, Laporan Departemen Luar Negeri AS Tentang Perdagangan Manusia Di Indonesia, 18 Juni 2009
http:jakarta.usembassy.govbhssiaran-persJune09trafindonesia.id.html
US Department of State Trafficking in Person Report For 2009. Yuwono, Soetedjo, Penghapusan Perdagangan Orang Trafficking in Persons Di
Indonesia Tahun 2004-2005, Kementerian Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2005, Jakarta
http:catalog.nla.gov.aurecord3675366
http:www.kependudukancapil.go.idindex.phpproduk-a-layanankartu-keluarga. http:www.kependudukancapil.go.idindex.phpproduk-a-layananakta-kelahiran.
http:www.stoptrafiking.or.idindex.php?option=comcontenttask=viewid=17 Itemid
http:www.ut-surabaya.nethome.php?page=info. http:www.simmandiri.comsiteket-definisi.php.
http:id.wikipedia.orgwikiKartu_Tanda_Penduduk
Universitas Sumatera Utara
BAB III PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PEMALSUAN DOKUMEN
DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG Studi Putusan No. 2960Pid.B2008PN.Mdn
A. Kasus 1. Kronologis Kasus
Bahwa semula sekitar tanggal 5 bulan April tahun 2008 saksi Ati datang ke rumah orang tua saksi korban LONA OKTAVIANI di Jalan Amaliun gang
Abadi Nomor 10 Kelurahan Kota Matsum IV Kecamatan Medan Area, dan menanyakan apakah saksi korban LONA OKTAVIANI mau dikawinkan dengan
laki-laki tua untuk dijadikan sebagai isteri kedua yang dapat mencukupi segala kebutuhan saksi korban, lalu saksi korban menjawab “mau”, atas jawaban saksi
korban tersebut lalu saksi Ati mengatakan akan menghubungi saksi Nawati als Wati berkas terpisah untuk mencarikan laki-laki warga negara Malaysia.
Bahwa setelah 1 satu minggu kemudian, saksi Ati menjumpai saksi Nawati alias Wati di rumahnya dengan maksud agar saksi Nawati alias Wati
mencarikan seorang laki-laki warga negar Malaysia untuk dikawinkan dengan saksi korban LONA OKTAVIANI, atas permintaan saksi Ati, saksi Nawati alias
Wati menyanggupinya dengan cara saksi Nawati alias Wati menyuruh saksi Ati untuk membawa saksi korban LONA OKTAVIANI ke rumah saksi Nawati alias
Wati. Bahwa selanjutnya atas permintaan saksi Nawati alias Wati agar saksi
Ati membawa saksi korban LONA OKTAVIANI ke rumah saksi Nawati alias Wati, maka sekitar tanggal 8 bulan April tahun 2008 pukul 13.00 WIB saksi Ati
Universitas Sumatera Utara
pun menjemput saksi korban LONA OKTAVIANI ke rumah saksi Nawati alias Wati bersama-sama dengan Ibu saksi korban bernama NURMAINI ALIAS MAI
berangkat ke rumah saksi Nawati alias Wati di Tembung. Setelah bertemu dengan saksi Nawati alias Wati di rumahnya, oleh saksi Nawati alias Wati menyanggupi
saksi korban LONA OKTAVIANI akan diberangkatkan ke Malaysia untuk di jodohkan dikawinkan dengan datuk-datuk dan segala kebutuhan saksi korban
LONA OKTAVIANI akan dipenuhi, karena sudah ada kesepakatan antara saksi Nawati alias Wati dengan saksi korban LONA OKTAVIANI, maka saksi Nawati
alias Wati pun memberikan sejumlah uang Rp 500.000,- lima ratus ribu rupiah kepada saksi Ati.
Bahwa kemudian pada tanggal 10 bulan April tahun 2008 pukul 17.00 WIB, saksi Ati kembali menjemput saksi korban LONA OKTAVIANI ke
rumahnya untuk bertemu dengan saksi Nawati alias Wati berkas terpisah dan selanjutnya saksi Nawati alias Wati membawa saksi korban LONA OKTAVIANI
ke simpang Mariendal untuk menjumpai terdakwa yang sebelumnya saksi Nawati alias Wati telah menghubungi terdakwa agar dapat menngurus paspor saksi
korban LONA OKTAVIANI atas permintaan saksi Nawati alias Wati tersebut terdakwa menyetujuinya dengan cara terdakwa menyuruh saksi Nawati alias Wati
datang ke Simpang Mariendal dekat Toko Maju Bersama dengan membawa saksi korban LONA OKTAVIANI dan pada saat bertemu saksi Nawati alias Wati
menyatakan kepada terdakwa bahwa KTP saksi korban LONA OKTAVIANI tidak ada dan dijawab oleh terdakwa, “Ya sudah nanti kita urus” karena terdakwa
menyanggupi pembuatan pasport saksi korban LONA OKTAVIANI maka saksi Nawati alias Wati memberikan uang sebesar Rp 1000.000 satu juta rupiah dan
Universitas Sumatera Utara
diserahkan kepada terdakwa sewaktu di Maju Bersama selanjutnya saksi korban LONA OKTAVIANI dibawa terdakwa ke rumahnya dan keesokan harinya
terdakwa membawa saksi korban LONA OKTAVIANI dan bersama-sama berangkat ke Langsa Aceh untuk mengurus paspor saksi korban LONA
OKTAVIANI tanpa membawa dokumen persyaratan pembuatan paspor saksi korban berupa KTP, Kartu Keluarga, Akte Kelahiran, dan Ijazah saksi korban,
setibanya terdakwa dan saksi korban LONA OKTAVIANI di Langsa Aceh maka terdakwa dan saksi korban LONA OKTAVIANI langsung ke Kantor Imigrasi
Langsa Aceh dan bertemu dengan Ita DPO yang bekerja sebagai calo di Kantor Imgrasi Langsa Aceh dan terdakwa memberikan uang sebesar Rp 850.000 kepada
Ita DPO untuk pembuatan paspor saksi korban. Bahwa dalam pembuatan paspor saksi korban LONA OKTAVIANI
terdakwa dan Ita telah sengaja memberikan keterangan atau memasukkan dokumen yang bukan Kartu Keluarga, KTP, Akte Kelahiran dan Ijazah saksi
korban LONA OKTAVIANI ke Pejabat Imigrasi Langsa Aceh sehingga Kantor Imigrasi Langsa Aceh menerbitkan Paspor tertanggal 11 April 2008 No. Paspor
R.698971 saksi korban LONA OKTAVIANI dengan identitas sebagai berikut: Nama : VIVI ARIANTI Tempat Tanggal Lahir : Medan 31 Desember 1985,
seharusnya terdakwa dan Ita DPO memberikan keterangan dan memasukkan dokumen ke Pejabat Imigrasi Langsa Aceh dalam pembuatan Paspor saksi korban
LONA OKTAVIANI sesuai dengan KTP, KK, Akte Kelahiran, Ijazah saksi korban LONA OKTAVIANI sehingga bila demikian maka paspor saksi korban
LONA OKTAVIANI haruslah termuat identitas saksi korban yang sebenanya
Universitas Sumatera Utara
yaitu Nama: LONA OKTAVIANI Tempat Tanggal Lahir : Medan 16 Oktober 1992.
Bahwa kemudian setelah Paspor saksi korban LONA OKTAVIANI diterima terdakwa dari Kantor Imigrasi Langsa Aceh selanjutnya terdakwa
menyerahkan Pasport saksi korban LONA OKTAVIANI kepada saksi Nawati alias Wati dan selanjutnya dengan menggunakan Paspor saksi korban LONA
OKTAVIANI yang diterbitkan oleh Kantor Imigrasi Langsa Aceh tersebut saksi Nawati dapat dengan mudah membawa saksi korban LONA OKTAVIANI ke
Malaysia melalui Tanjung Balai. Bahwa setelah sampai di Malaysia, saksi Nawati alias Wati
mempertemukan saksi korban LONA OKTAVIANI dengan 2 dua orang laki- laki untuk selanjutnya saksi korban LONA OKTAVIANI dan selanjutnya saksi
korban LONA OKTAVIANI melakukan hubungan seksual dengan laki-laki ayng dikenalkan oleh saksi Nawati als Wati tersebut,setelah selesai melakukan
hubungan seksual, saksi korban LONA OKTAVIANI diantar pulang kembali ke tempat saksi Nawati alias Wati, dan sebagai imbalan saksi Nawati alias Wati
memberikan sejumlah uang kepada saksi korban LONA OKTAVIANI sebesar 20 dua puluh Ringgit Malaysia, dan selama berada di Malaysia, saksi korban
LONA OKTAVIANI telah melakukan hubungan seksual dengan laki-laki sebanyak 20 dua puluh orang, dan setiap kali selesai melakukan hubungan
seksual dengan laki-laki di hotel, saksi korban kembali diantar pulang ke tempat saksi Nawati alias Wati, dan mengatakan bahwa uang tipsnya sudah diberikan
kepada “MAMI” alias Wati yaitu saksi Nawati als Wati.
Universitas Sumatera Utara
Bahwa terdakwa membawa saksi korban LONA OKTAVIANI dari Indonesia ke Malaysia bukan untuk dijodohkan dengan laki-laki Malaysia,
melainkan terdakwa menyuruh laki-laki untuk melakukan hubungan seksual dengan saksi korban LONA OKTAVIANI, sehingga tedakwa mendapat
keuntungan.
2. Dakwaan
Nama Lengkap : NURHAYATI NASUTION als NUR
Identitas Terdakwa
Tempat Lahir : Binjai
UmurTanggal Lahir : 36 Tahun 17 Agustus 1972
Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Tempat Tinggal : Bumi Serdang Damai Jl. Berlian I No. 10
Kec. Patumbak kab. Deli Serdang Agama
: Islam Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga Pendidikan
: Tamat SD
Jaksa Penuntut Umum mengajukan Terdakwa Nurhayati Nasution als Nur ke depan sidang Pengadilan Negeri Medan dengan dakwaan sebagai berikut:
-
Dakwaan Kesatu
Pasal 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang yaitu: setiap orang yang
melakukan
perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan,
penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan dan penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberikan bayaran atau manfaat,
Universitas Sumatera Utara
sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah negara Republik
Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 15 lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
120.000.000,- seratus dua puluh juta rupiah dan paling banyak Rp 600.000.000,- enam ratus juta rupiah, jo Pasal 55ayat 1 ke-1 KUHP, yaitu
-
Dakwaan Kedua
Pasal 19 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang yaitu: setiap orang yang
memberikan atau memasukkan keterangan palsu pada dokumen negara atau dokumen lain atau memalsukan dokumen negara atau dokumen lain, untuk
mempermudah terjadinya tindak pidana perdagangan orang, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 satu tahun dan paling lama 7 tujuh tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp 40.000.000,- empat puluh juta rupiah dan paling banyak Rp 280.000.000,- dua ratus delapan puluh juta, jo Pasal
55 Ayat 1 ke-1 KUHP. -
Dakwaan Ketiga
Pasal 19 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.
3. Fakta Hukum a. Keterangan Saksi-saksi,
di bawah sumpah di depan persidangan
menerangkan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1 Saksi Lona Oktaviani , Tempat lahir : Medan, Tanggal Lahir: 16
Oktober 1992, Umur: 16 tahun. Jenis Kelamin: Perempuan, Agama: Islam, Pendidikan: SMP, Pekerjaan: Tidak Ada, Kewarganegaraan:
Indonesia, Alamat: Jl. Amaliun Gg. Abadi No. 10 Kelurahan Kota Matsum IV Kecamatan Medan Area Kodya Medan, dibawah sumpah
pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :
- Bahwa benar saksi kenal dengan saksi Nawati alias Wati berkas
terpisah sejak bulan April 2008 yaitu karena diperkenalkan oleh saksi Ati Uwak saksi korban;
- Bahwa benar saksi korban lahir di Medan tanggal 16 Oktober 1992
jadi saksi masih berumur 16 tahun; -
Bahwa benar sekitar bulan April 2008 saksi Ati datang ke rumah saksi korban dan saksi Ati menanyakan kepada saksi korban “Mau gak
dikawinkan dengan lelaki tua di Malaysia dijadikan istri kedua” atas hal tersebut saksi korban Lona Oktaviani menyetujuinya lalu saksi Ati
menjawab “Kalau mau nanti saya hububngi teman maksudnya saksi Nawati alias Wati”;
- Bahwa benar beberapa hari kemudian sekitar pukul 13.00 Wib saksi
Ati datang kembali ke rumah saksi korban Lona Oktaviani menjemput saksi korban dan ibunya;
- Bahwa benar pada saat bertemu saksi Nawati alias Wati di rumahnya
saksi Nawati alias Wati bertanya kepada saksi korban “Apakah mau dikawinkan dengan Datuk-datuk dan kalau mau nanti di Malaysia
suaranya jangan keras dan akan dipenuhi segala kebutuhan, dikasih
Universitas Sumatera Utara
rumah sewa dan uang belanja” sehingga saksi korban menyetujuinya, setelah ada kesepakatan antara saksi Nawati alias Wati dengan saksi
korban untuk dibawa ke Malaysia sehingga saksi Nawati alias Wati memberikan uang Rp 500.000,- kepada saksi Ati dan ditanya oleh ibu
korban uang apa itu dan dijawab saksi Nawati alias Wati “Uang kiriman”;
- Bahwa benar 2 hari kemudian saksi Ati menjemput saksi korban dan
dibawa ke rumah saksi Nawati alias Wati untuk pengurusan Paspor saksi korban, selanjutnya bersama-sama dengan saksi Nawati alias
Wati pergi ke Simpang Marindal dan bertemu dengan terdakwa dan pada saat tersebut saksi Nawati alias Wati meminta kepada terdakwa
agar mengurus Paspor saksi korban Lona Oktaviani dan saksi Nawati Als Wati menyatakan kepada terdakwa bahwa data-datanya tidak ada
dan dijawab oleh terdakwa “Tidak apa-apa nanti kita urus”; -
Bahwa benar baik saksi korban Lona Oktaviani maupun ibunya tidak ada memberikan kelengkapan pembuatan Paspor berupa Kartu
Keluarga, KTP atau Akte Kelahiran saksi korban Lona Oktaviani kepada saksi Nawati alias Wati maupun kepada terdakwa;
- Bahwa benar setelah terdakwa menyanggupi pembuatan Paspor saksi
korban Lona Oktaviani maka saksi Nawati alias Wati menyerahkan uang sebesar Rp 500.000,- kepada terdakwa sebagai uang muka
pengurusan Paspor saksi korban; -
Bahwa benar setelah terdakwa menerima uang sebesar Rp 500.000,- dari saksi Nawati alias Wati selanjutnya saksi korban Lona Oktaviani
Universitas Sumatera Utara
disuruh terdakwa masuk ke dalam mobil L.300 warna putih milik terdakwa dan di dalam mobil tersebut ada 5 orang yang terdiri dari 4
orang perempuan dan 1 orang laki-laki lalu bersama-sama dan 1 orang perempuan dari Kabanjahe pulang ke rumah terdakwa dengan
menumpang mobil L.300 warna putih milik terdakwa menginap di rumah terdakwa yang kesemuanya mengurus Paspor;
- Bahwa benar keesokan harinya sekira pukul 05.00 Wib saksi korban
Lona Oktaviani dan 1 orang perempuan dari Kabanjahe diberangkatkan oleh terdakwa dari rumahnya dengan menyuruh supir
untuk mengantar saksi korban Lona Oktaviani ke Langsa Aceh yang sebelumnya terdakwa berpesan kepada saksi korban Lona Oktaviani
“Nanti di Langsa jumpa sama Ita DPO apa yang disuruh Ita nurut saja”;
- Bahwa benar tiba di Langsa Aceh saksi korban Lona Oktaviani
dijemput tukang becak dan dibawa menuju rumah Ita DPO dan ketika saksi korban bertemu dengan Ita maka Ita berkata kepada saksi
korban bahwa nama saksi korban diganti dengan nama VIVI ARIANTI tempat tanggal lahir Medan 31 Desember 1985 dan
identitas tersebut ditulis Ita dalam secarik kertas untuk dibawa saksi korban ke kantor Imigrasi Langsa Aceh dengan maksud agar saksi
korban tidak lupa dengan identitasnya yang baru; -
Bahwa benar selanjutnya saksi korban Lona Oktaviani dan 1 orang perempuan dari Kabanjahe dengan menumpang becak pergi ke kantor
Imigrasi Langsa Aceh dan tiba di kantor Imigrasi Langsa nama VIVI
Universitas Sumatera Utara
ARIANTI langsung dipanggil oleh petugas Imigrasi Langsa dan saksi korban Lona Oktaviani langsung masuk kesalah satu ruangan di
kantor Imigrasi Langsa dan langsung dilakukan foto dan cap jari serta tanda tangan setelah selesai tanpa membawa Dokumen apa-apa saksi
korban Lona Oktaviani dan 1 orang perempuan dari Kabanjahe kembali ke rumah Ita dan saksi korban berkata kepada Ita “Bu kami
sudah selesai” dan dijawab Ita “ya sudah pulang aja” dan saksi korban pulang ke Medan dengan menumpang mobil L.300 warna putih milik
terdakwa; -
Bahwa benar 3 hari kemudian saksi korban Lona Oktaviani pergi ke rumah saksi Nawati alias Wati dengan maksud menanyakan kapan
berangkat ke Malaysia dan tiba di rumah saksi Nawati alias Wati menyatakan kepada saksi korban Lona Oktaviani bahwa Paspor saksi
korban Lona Oktaviani sudah siap dan apa pada saksi Nawati alias Wati;
- Bahwa benar 2 hari kemudian setelah selesai Paspor saksi korban
Lona Oktaviani bersama ibu dan bapaknya berangkat ke Tanjung Balai dengan menumpang mobil Sartika dan menginap 1 malam di
Mess Tanjung Balai dan besok pagi jam 11.00 Wib saksi korban, saksi Nawati alias Wati dan cucunya serta 1 orang perempuan dari
Kabanjahe berangkat ke Malaysia dengan menumpang kapal Ferry; -
Bahwa benar saksi korban dan saksi Nawati alias Wati tiba di Kelang Malaysia jam 8 malam dijemput oleh Amir, Elly, Helmy, Sisca
Universitas Sumatera Utara
dengan pacarnya dan dibawa ke rumah saksi Nawati alias Wati di Kelang Malaysia;
- Bahwa benar di rumah saksi Nawati alias Wati di Kelang Malaysia
ada 4 kamar 1 kamar untuk saksi Nawati alias Wati, 1 kamar saksi korban Lona Oktaviani dengan Helmy 1 kamar untuk Bu Inah dan 1
kamar kosong; -
Bahwa benar esok pagi saksi Nawati alias Wati membawa saksi korban Lona Oktaviani dan Helmy ke Kualalumpur dengan
menumpang Taxi menjumpai Cikgo teman terdakwa dan ketika bertemu dengan Cikgo saksi Nawati alias Wati berbicara dengan
Cikgo “Tambahinlah” dan ucapan saksi Nawati alias Wati ditimpali oleh Helmy “Tambahin jugalah Pak untuk makan dan beli baju” dan
dijawab Cikgo “Iyalah” dan pembicaraan ini dilakukan dalam mobil milik Cikgo;
- Bahwa benar setelah saksi Nawati alias Wati selesai berbicara dengan
Cikgo selanjutnya dengan menumpang mobil milik Cikgo bersama saksi Nawati alias Wati, saksi korban Lona Oktaviani, Helmy pergi ke
restoran tidak lama kemudian datang 2 orang laki-laki lalu saksi Nawati alias Wati dan Cikgo berbicara dengan dengan kedua orang
laki-laki tersebut setelah itu saksi Nawati alias Wati dan Cikgo pergi sedangkan saksi korban Lona Oktaviani, Helmy dan 2 orang laki-laki
tersebut tinggal; -
Bahwa benar lalu kedua orang laki-laki tersebut membawa saksi korban Lona Oktaviani dan Helmy kesebuah villa dengan memesan 2
Universitas Sumatera Utara
kamar yaitu 1 kamar untuk saksi korban Lona Oktaviani dan 1 orang laki-laki dan 1 kamar untuk Helmy dan 1 orang laki-laki dan selama di
dalam kamar di villa tersebut saksi korban Lona Oktaviani melayanimelakukan hubungan sexual bersama laki-laki sebanyak 2
kali; -
Bahwa benar setelah saksi korban Lona Oktaviani selesai melakukan hubungan sexual dengan laki-laki lalu saksi korban Lona Oktaviani
diberi tips oleh laki-laki tersebut sebesar 20 RM untuk sarapan pagi sedangkan Helmy mendapat 100 RM atas pemberian tips tersebut
Helmy berkata kepada saksi korban Lona Oktaviani kenapa tidak minta lebih, sehingga setelah itu saksi korban Lona Oktaviani dan
Helmy pulang menuju restoran menjumpai saksi Nawati alias Wati dan Cikgo yang telah menunggu dan ketika berjumpa dengan saksi
Nawati alias Wati, Helmy berkata kepada saksi Nawati alias Wati “Bu Lona gak minta uang sama laki-laki tamu” saksi Nawati alias Wati
menjawab “Ya udah nanti Ibu minta”; -
Bahwa benar sepulang dari restoran saksi Nawati alias Wati mengajak saksi korban Lona Oktaviani dan Helmy singgah ke Apotik
untuk membeli obat Anti Hamil yang ketika itu saksi Nawati alias Wati berkata kepada saksi korban Lona Oktaviani “Setiap selesai
melakukan hubungan sexual dengan laki-laki agar obat Anti Hamil dimakan oleh saksi korban Lona Oktaviani”;
- Bahwa benar selain di villa saksi korban Lona Oktaviani sering
melayanimelakukan hubungan sexual dengan laki-laki di rumah saksi
Universitas Sumatera Utara
Nawati alias Wati atas persetujuan saksi Nawati alias Wati dengan cara jika datang laki-laki ke rumah saksi Nawati alias Wati dan
berbicara dengan saksi Nawati alias Wati lalu memanggil saksi korban Lona Oktaviani dan berkata “Ini laki-laki mau liat kamu” dan
menyuruh saksi korban Lona Oktaviani masuk ke dalam kamar setelah itu laki-lakitamu masuk ke dalam kamar menjumpai saksi
korban Lona Oktaviani di dalam kamar; -
Bahwa benar saksi korban Lona Oktaviani melayanimelakukan hubungan sexual dengan laki-laki yang datang ke tempat saksi Nawati
alias Wati setelah selesai melakukan hubungan sexual dengan saksi korban lalu saksi Nawati alias Wati bertanya kepada laki-lakitamu
yang datang “Bagaimana enak?” dan dijawab oleh laki-laki “Mantap” dan saksi korban Lona Oktaviani melihat setiap saksi korban selesai
melayani laki-laki maka laki-laki tersebut memberi uang sebesar 100 RM kepada saksi Nawati alias Wati dan saksi korban Lona Oktaviani
diberi oleh saksi Nawati alias Wati 50 RM dan kadang saksi korban Lona Oktaviani mendapat tips dari tamu kadang 10 RM atau 20 RM;
- Bahwa benar saksi korban Lona Oktaviani berada di Malaysia lebih
dari 2 minggu dan selama berada di Malaysia saksi korban Lona Oktaviani sudah melayanimelakukan hubungan sexual dengan laki-
laki sebanyak 20 orang kadang dalam 1 hari saksi korban Lona Oktaviani melayanimelakukan hubungan sexual dengan laki-laki
sampai 5 orang laki-laki dan setiap kali saksi korban Lona Oktaviani
Universitas Sumatera Utara
melakukan hubungan sexual dengan laki-laki atas persetujuan dari saksi Nawati alias Wati;
- Bahwa benar setelah beberapa hari saksi korban berada di Malaysia
saksi Nawati alias Wati menyatakan kepada saksi korban Lona Oktaviani “Kita kasih Ibumu TV dan Uang agar kelihatan kamu sudah
kawin” dan juga saksi Nawati alias Wati berjanji akan menjodohkan saksi korban Lona Oktaviani dengan orang Malaysia akan tetapi
ternyata saksi korban Lona Oktaviani disuruh saksi Nawati alias Wati melayanimelakukan hubungan sexual dengan laki-laki dengan
mendapat imbalan; -
Bahwa benar supaya saksi korban Lona Oktaviani dianggap sudah kawin maka saksi Nawati alias Wati menyuruh Amir menelpon Ibu
saksi korban Lona Oktaviani di Medan seolah-olah Amir adalah suami saksi korban Lona Oktaviani;
- Bahwa benar selama saksi korban Lona Oktaviani berada di Malaysia
saksi korban Lona Oktaviani mengalami sakit pada kelamin dan hal ini diketahui oleh saksi Nawati alias Wati dan diberi obat, karena sakit
saksi korban Lona Oktaviani ingin pulang ke Medan tetapi tidak bisa karena Paspor saksi korban Lona Oktaviani dipegang oleh saksi
Nawati alias Wati sehngga ketika anak-anak saksi Nawati alias Wati kawin di Medan maka saksi korban Lona Oktaviani bersama saksi
Nawati Als Wati pulang ke Medan;
Universitas Sumatera Utara
- Bahwa saksi Elly pernah tinggal di Kelang Malaysia dan tempat
tinggalrumah saksi Elly tidak jauh dari tempat tinggal saksi Nawati alias Wati jaraknya beda 2 rumah dari rumah saksi Nawati alias Wati;
- Bahwa benar saksi Elly ikut juga melayanimelakukan hubungan
sexual dengan laki-laki yang datang ke rumah saksi Nawati alias Wati dilakukan di kamar No. 2 setelah saksi Elly selesai
melayanimelakukan hubungan sexual dengan laki-laki selanjutnya saksi korban Lona Oktaviani melayanimelakukan hubungan sexual
dengan laki-laki yang di rumah saksi Nawati alias Wati dilakukan di kamar No. 2;
- Bahwa benar saksi Elly lebih dulu pulang ke Medan dari pada saksi
korban Lona Oktaviani; -
Bahwa selama saksi korban Lona Oktaviani berada di Malaysia saksi korban Lona Oktaviani; ada mengumpulkan uang sebanyak 200 RM
dan dengan uang tersebut dipakai saksi korban ongkos pulang ke Medan bukan saksi Nawati alias Wati yang membiayai ongkos pulang
saksi korban; -
Bahwa benar saksi korban Lona Oktaviani pulang ke Medan dengan naik kapal Ferry tiba di Tanjung Balai lalu dengan menumpang taxi
pulang ke Medan dan di dalam taxi saksi Nawati alias Wati berkata kepada saksi korban Lona Oktaviani “Lona kau sering-sering aja ke
rumah untuk nyari duitpelanggan untuk melunasi hutang saksi korban Lona Oktaviani” dan dijawab saksi korban “Nantiah Bu”;
Universitas Sumatera Utara
- Bahwa benar setelah pulang dari Malaysia saksi korban Lona
Oktaviani mengalami sakit kelamin lalu saksi korban Lona Oktaviani dibawa oleh Dewi dari PESADA dan kesimpulan dokter menyatakan
bahwa saksi korban Lona Oktaviani mengalami infeksi, bengkak pada kelamin dan dokter menyarankan untuk dioperasi tetapi operasi tidak
dilakukan saksi korban diberi obat dan disuntik sebanyak 2 kali satu hari selama 3 hari dan belum sembuh sehngga akhirnya saksi korban
memakai obat kampung dan hingga sekarang telah sembuh. Atas keterangan saksi tersebut diatas, terdakwa membenarkan.
2 Nurmaini als Mai Tempat lahir : Padang, Tanggal Lahir: 03 Maret
1967, Umur: 41 tahun, Jenis Kelamin: Perempuan, Agama: Islam, Pendidikan: SMP Kls II, Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga,
Kewarganegaraan: Indonesia, Alamat: Jl. Amaliun Gg. Abadi No. 10 Kelurahan Medan Area, dibawah sumpah pada pokoknya
menerangkan sebagai berikut :
- Bahwa benar saksi kenal dengan saksi Nawati Als Wati berkas terpisah karena kenalkan oleh saksi Ati Uwak saksi korban Lona
Oktaviani; - Bahwa benar beberapa hari kemudian sekitar bulan April 2008 sekira
pukul 13.00 Wib saksi Ati datang ke rumah saksi dan menawarkan kepada anak saksi saksi korban Lona Oktaviani dicarikan jodoh
orang Malaysia karena anak saksi sudah tidak sekolah lagi maka saksi pun menyetujuinya;
Universitas Sumatera Utara
- Bahwa benar beberapa hari kemudian saksi Ati datang lagi ke rumah saksi dan bersama anak saksi pergi ke rumah saksi Nawati alias Wati
dan diperkenalkan dengan saksi Nawati alias Wati setelah melihat anak saksi maka saksi Nawati Als Wati menjawab “Oke” sambil
berkata kepada anak saksi “Nanti kalau ketemu orang Malaysia suaranya jangan keras-keras dan saksi korban akan dikasih uang
belanja, rumah sewa dan dijadikan istri kedua” dan atas tawaran tersebut disetujui oleh saksi”;
- Bahwa benar setelah ada persetujuan dari saksi dan anaknya maka saksi Nawati alias Wati langsung menyerahkan uang sebesar Rp
500.000,- kepada saksi Ati, yang ketika itu saksi bertanya kepada saksi Nawati Als Wati “Itu uang apa?” dijawab”Elly yang kirim uang
susu untuk anaknya”; - Bahwa benar 2 hari kemudian saksi Ati datang ke rumah menjemput
saksi korban Lona Oktaviani dengan tujuan untuk pembuatan Paspor saksi korban Lona Oktaviani, sehingga saksi Ati membawa saksi
korban Lona Oktaviani bertemu dengan saksi Nawati alias Wati selanjutnya saksi Nawati Als Wati membawa saksi korban untuk
berjumpa dengan terdakwa di Simpang Marindal dekat Toko Maju Bersama untuk pembuatan Paspor saksi korban;
- Bahwa benar saksi ikut mengantar saksi korban Lona Oktaviani ke Tanjung Balai dan menginap 1 malam di mess;
- Bahwa benar saksi korban Lona Oktaviani berangkat ke Malaysia bersama saksi Nawati alias Wati dan cucunya dan 1 orang perempuan
Universitas Sumatera Utara
dari Kabanjahe setelah beberapa hari saksi korban Lona Oktaviani di Malaysia saksi mendapat kiriman uang sebesar Rp 1.000.000,- dari
saksi Nawati alias Wati dan 1 unit TV 29 inci dan TV tersebut saksi ambil di rumah saksi Nawati Als Wati dan ketika TV diambil saksi
Nawati Als Wati berkata kepada saksi “TV ini oleh-oleh dari Lona suami Lona yang belikan”;
- Bahwa benar setelah saksi menerima TV dari saksi Nawati Als Wati beberapa hari kemudian saksi ditelepon Amir dari Malaysia mengaku
suami Lona dan berkata “Ini saya Amir suami Lona, kami sudah menikah” dan dijawab saksi “Ya sudah senang hati ibu mendengarnya
kalau ada waktu datang ke Medan” dan dijawab Amir “Iyalah bu kalau ada waktu akan datang”;
- Bahwa benar lebih kurang dari 2 minggu anak saksi berada di Malaysia kemudian anak saksi bersama saksi Nawati alias Wati
pulang ke Medan dan ketika saksi korban Lona Oktaviani sudah berada di Medan anak saksi bercerita bahwa saksi korban Lona
Oktaviani berada di malaysia bukan dijodohkan dengan laki-laki orang Malaysia tetapi dusuruh saksi Nawati alias
Wati melayanimelakukan hubungan sexual dengan laki-laki yang datang
ke rumah saksi Nawati alias Wati; - Bahwa benar setelah saksi korban Lona Oktaviani berada di Medan
saksi Nawati Als Wati datang ke rumah saksi dan meminta agar saksi korban Lona Oktaviani pergi lagi ke Malaysia tetapi saksi dan saksi
korban menolaknya sehingga saksi Nawati Als Wati menyatakan
Universitas Sumatera Utara
kalau saksi korban tidak ke Malaysia maka saksi harus mengembalikan uang sebesar Rp 1.000.000,- dan TV kepada saksi
Nawati Als Wati tetapi kalau saksi korban jadi pergi ke Malaysia maka TV dan uang tetap menjadi milik saksi;
- Bahwa benar sewaktu saksi Nawati alias Wati meminta TV dan uang ke rumah saksi, saksi Nawati alias Wati datang beramai-ramai dan
datang marah-marah sampai melempat TV dengan batu;
3 Saksi Nawati Als Wati , Tempat lahir : Tebing Tinggi, Tanggal Lahir:
18 Agustus 1962, Umur: 46 tahun. Jenis Kelamin: Perempuan, Agama: Islam, Pendidikan: SD Tamat, Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga,
Kewarganegaraan: Indonesia, Alamat: Tembung Pasar V Gg. Rezeki No. 22 Tembung, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan
sebagai berikut : -
Bahwa benar saksi pernah diperiksa oleh penyidik POLDA SUMUT dan terhadap keterangan saksi di BAP adalah benar;
- Bahwa benar saksi kenal dengan saksi korban Lona Oktaviani karena
kenalkan oleh saksi Ati yang mana saksi korban minta dicarikan jodoh orang Malaysia;
- Bahwa benar saksi ada kasih uang kepada saksi Ati sebesar Rp
200.000,- dan uang tersebut adalah kiriman dari anak saksi Ati yang bernama ELLI di Malaysia;
- Bahwa benar saksi minta tolong kepada terdakwa untuk mengurus
Paspor saksi korban Lona Oktaviani, sehingga terdakwa menyuruh saksi agar berjumpa di Simpang Marendal dekat Toko Maju Bersama,
Universitas Sumatera Utara
lalu saksi bersama saksi korban bertemu dengan terdakwa dekat Toko Maju Bersama;
- Bahwa benar ketika saksi berjumpa dengan terdakwa, maka terdakwa
menyanggupi pembuatan Paspor saksi korban Lona Oktaviani dengan biaya sebesar Rp 1.100.000,- sehingga saksi menyerahkan sebesar Rp
500.000,- kepada terdakwa sedangkan sisanya sebesar Rp 600.000,- diberikan apabila Paspor sudah siap;
- Bahwa benar dalam pembuatan Paspor saksi korban Lona Oktaviani,
saksi tidak ada menyerahkan data-data kelengkapan pembuatan Paspor kepada terdakwa;
- Bahwa benar seminggu kemudian setelah Paspor saksi korban Lona
Oktaviani sudah selesai maka saksi bersama cucunya dan saksi korban Lona Oktaviani berangkat dari Tanjung Balai ke Malaysia dengan
menumpang kapal Ferry dan tiba di Malaysia dijemput oleh menantu saksi dan Amir Herman tiba jam 9 malam;
- Bahwa benar rumah saksi di Malaysia memiliki 4 kamar dan saksi
tidur 1 kamar dengan saksi korban Lona Oktaviani, yang tinggal di rumah saksi adalah Herman dan Tukinah;
- Bahwa benar saksi tidak pernah membawa saksi korban Lona
Oktaviani ke Kuala Lumpur dan saksi tidak pernah menjual saksi korban Lona Oktaviani kepada siapa pun.
4 Saksi ATI , Tempat lahir : Banban, Tanggal Lahir: 01 Maret 1962,
Umur: 46 tahun. Jenis Kelamin: Perempuan, Agama: Islam, Pendidikan: -, Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga, Kewarganegaraan:
Universitas Sumatera Utara
Indonesia, Tempat tinggal: Jl. Sukarame Gg. Jati No. 46 Medan, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :
- Bahwa benar saksi kenal dengan saksi Nawati alias Wati dan terhadap
saksi korban Lona Oktaviani adalah keponakan saksi karena suami saksi dan bapak saksi korban bersaudara;
- Bahwa benar saksi pernah diperiksa oleh penyidik POLDA SUMUT dan
terhadap keterangan saksi di BAP adalah benar; -
Bahwa benar saksi datang ke rumah saksi korban yang ketika itu ibu saksi korban meminta kepada saksi agar dicarikan laki-laki untuk
dijadikan suami saksi korban dan dijawab saksi “Orang Malaysia sudah tua, mau?”, dan kata saksi korban Lona Oktaviani “Gak apa”;
- Bahwa benar beberapa hari kemudian saksi kembali ke rumah saksi, lalu
bersama saksi dan saksi korban serta ibunya pergi ke rumah saksi Nawati alias Wati dan ketika tiba di rumah saksi Nawati alias Wati langsung
saksi Nawati alias Wati berkata kepada korban “Nanti kalau ketemu orang Malaysia suaranya jangan keras-keras, dikasih uang belanja, rumah
sewa dan ketika itu saksi ada menerima uang sebesar Rp 200.000,- dari saksi Nawati alias Wati, uang tersebut adalah uang kiriman dari anak
saksi yang berada di Malaysia bernama ELLY untuk beli susu cucu saksi Anak elly;
- Bahwa benar ada saksi yang bernama Elly bekerja dengan saksi Nawati
alias Wati, adapun yang bernama HELMY juga berada di Malaysia, Helmy adalah saudara saksi yaitu anak adik saksi;
Universitas Sumatera Utara
- Bahwa benar saksi ketahui, saksi korban Lona Oktaviani pergi ke
Malaysia bersama saksi Nawati alias Wati dan saksi ketahui bahwa saksi korban sudah pulang ke Medan dan berapa umurnya saksi tidak tahu,
setahu saksi bahwa saksi korban Lona Oktaviani sudah tidak perawan lagi.
5 Saksi I Made Suwitra, Sip , Tempat lahir :Denpasar, Tanggal Lahir: 05
Agustus 1958, Umur: 50 tahun, Jenis Kelamin: laki-laki, Agama: Kristen, Pendidikan: Sarjana, Pekerjaan: PNS, Kewarganegaraan: Indonesia,
Tempat tinggal: Jl. STM Suka Pura No. 83-C Medan Johor Kodya Medan, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :
- Bahwa benar saksi bekerja di Kantor Imigrasi Polonia Medan Jabatan
sebagai Kasubsi Informasi; -
Bahwa benar dalam pembuatan Paspor syarat-syarat yang harus dilengkapi adalah KTP, Kartu Keluarga, Ijazah foto copy dan asli
dilampirkan dengan Akte Kelahiran atau Surat Kawin oleh Identitas yang tertera di dalam Paspor harus sesuai dengan surat-surat yang diajukan
oleh si pemohon; -
Bahwa benar dalam pembuatan Paspor semua WNI bisa mengajukan Paspor diseluruh Indonesia di Kantor Imigrasi tetapi harus dilengkapi
dengan identitas diri yang lengkap dan apabila orang yang bersangkutan membuat Paspor yang berdomisili di Medan bisa mengurus Paspor diluar
wilayah domisili yang bersangkutan; -
Bahwa biaya pengurusan Paspor yang resmi sebesar Rp 270.000,- dua ratus tujuh puluh ribu rupiah masa berlakunya adalah 5 lima tahun dan
Universitas Sumatera Utara
jenis Paspor ada 2 dua macam yaitu Paspor Umum terdiri dari 48 empah puluh delapan halaman dan Paspor untuk TKI terdiri dari 24
dua puluh empat halaman.
b. Keterangan Terdakwa
NURHAYATI NASUTION Als NUR, Tempat lahir: Binjai, Tanggal Lahir: 17 Agustus 1972, Umur: 36 tahun, Jenis Kelamin: Perempuan,
Agama: Islam, Pendidikan: SD tamat, Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga, Kewarganegaraan: Indonesia, Tempat tinggal: Bumi Serdang Damai Jln.
Berlian I No. 10 Kec. Patumbak, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :
- Bahwa benar terdakwa kenal dengan saksi Nawati Als Wati melalui HP
sebelum pembuatan Paspor saksi korban Lona Oktaviani, dalam percakapan saksi Nawati alias Wati minta tolong pada terdakwa untuk
dibuatkan Paspor atas nama saksi korban Lona Oktaviani dan atas permintaan tersebut terdakwa berjanji pada saksi Nawati alias Wati
bertemu di Simpang Marendal dekat Toko Maju Bersama; -
Bahwa benar terdakwa bertemu dengan saksi Nawati alias Wati, saksi korban Lona Oktaviani di dekat Toko Maju Bersama sekira pukul 10.00
Wib yang mana saksi Nawati alias Wati minta agar terdakwa mengurus Paspor saksi korban dan terdakwa menyetujui dengan harga yang
disepakati dengan harga Rp 1.100.000,- kemudian saksi Nawati alias Wati menyerahkan uang panjar sebesar Rp 500.000,- sisanya akan diberikan
apabila Paspor telah selesai;
Universitas Sumatera Utara
- Bahwa benar terdakwa membawa saksi korban Lona Oktaviani ke
rumahnya menginap di rumah terdakwa, dan esok pagi sekira pukul 05.00 Wib saksi korban Lona Oktaviani dengan menumpang mobil carteran
L.300 warna putih berangkat ke Langsa Aceh dan sebelum berangkat terdakwa berpesan kepada saksi korban “Nanti di Langsa jumpa dengan
ITA DPO, apa yang disuruh ITA nurut saja”; -
Bahwa benar sebelum saksi korban Lona Oktaviani berangkat ke Langsa Aceh, terdakwa menghubungi Ita melalui telepon mengatakan “Bahwa
saksi korban Lona Oktaviani dan supir telah berangkat, minta tolong dijemput tukang becak, dan Lona ngurus Paspor data-data tidak ada” dan
dijawab Ita “Gak apa-apa Kak, saya yang ngatur”; -
Bahwa benar dalam pembuatan Paspor saksi korban Lona Oktaviani, terdakwa tidak ada menerima data-data kelengkapan pembuatan Paspor
baik dari saksi Nawati alias Wati maupun dari saksi korban; -
Bahwa benar setelah saksi korban Lona Oktaviani pergi ke Langsa Aceh, 3 hari kemudian terdakwa dihubungi oleh Ita yang menyatakan “Kak Nur,
Paspor sudah siap dikirim melalui L.300”, sehingga terdakwa mengambil Paspor ke Pinang Baris lalu Paspor tersebut terdakwa serahkan kepada
saksi Nawati alias Wati dan saksi Nawati alias Wati menyerahkan sisanya sebesar Rp 600.000,- kepada terdakwa;
- Bahwa benar biaya pembuatan paspor saksi korban Lona Oktaviani di
Kantor Imigrasi Langsa Aceh sebesar Rp 850.000,- delapan ratus lima puluh ribu rupiah dan biaya tersebut dikirim melalui Bank ke Nomor
Rekening Ita;
Universitas Sumatera Utara
- Bahwa benar identitas saksi korban di dalam paspor yang diterbitkan oleh
Imigrasi Langsa Aceh adalah VIVI ARIANTI, tempattanggal lahir: Medan, 31 Desember 1985 dan terdakwa ketahui bahwa nama saksi
korban Lona Oktaviani.
c. Petunjuk :
Petunjuk adalah suatu alat bukti yang sah berdasarkan Pasal 184 KUHAP dimana yang dimaksud dengan alat bukti Petunjuk adalah adanya
persesuaian antara keterangan saksi yang satu dengan yang lainnya dikaitkandihubungkan dengan keterangan terdakwa sendiri.
- Bahwa dalam perkara a.n. Terdakwa Nurhayati Nasution alias Nur
dipersidangan telah pula didengar keterangan dari beberapa orang saksi yang duajukan oleh Jaksa Penuntut Umum;
- Bahwa adapun persesuaian keterangan saksi-saksi yang satu dengan yang
lain adalah saksi Lona Oktaviani Als Lona, Nurmaini alias Mai, Ati, saksi Nawati alias Wati dan saksi ahli dari Kantor Imigrasi Polonia Medan yaitu
saksi I Made Suwitra Sip; -
Adalah bahwa sekitar bulan April 2008 saksi Ati memperkenalkan Lona Oktaviani alias Lona kepada saksi Nawati Als Wati dengan maksud agar
Lona Oktaviani dikawinkandijodohkan dengan laki-laki orang Malaysia karena saksi korban setuju dijodohkan dengan laki-laki orang Malaysia
sehingga saksi Nawati Als Wati memberikan uang sebesar Rp 500.000,- kepada saksi Ati lalu saksi Nawati alias Wati berupaya mengurus Paspor
saksi korban dengan cara saksi Nawati alias Wati menyuruh terdakwa
Universitas Sumatera Utara
untuk mengurus Paspor saksi korban dengan biaya pengurusan paspor sebesar Rp 1.100.000,-;
- Bahwa setelah terdakwa setuju mengurus Paspor saksi korban selanjutnya
terdakwa membawa saksi korban, 1 orang perempuan dari Kabanjahe dan masih ada 5 orang terdiri dari 4 orang perempuan dan 1 orang laki-laki
dibawa ke rumah terdakwa dan menginap yang kesemuanya tujuannya mengurus Paspor;
- Bahwa tanpa ada dokumen-dokumen persyaratan dalam penerbitan Paspor
saksi korban seperti KTP, Kartu Keluarga dan Akte Kelahiran maka terdakwa memberangkatkan saksi korban bersama supir dengan
menggunakan mobil L.300 warna putih ke Langsa Aceh dan terdakwa berpesan kepada saksi korban “Nanti di Langsa jumpa sama Ita DPO,
apa yang disuruh ITA nurut saja” dannya terdakwa telah menghubungi Ita dan mengatakan “Bahwa saksi korban dan supir telah berangkat ke
Langsa Aceh agar dijemput tukang becak dan Lona ngurus Paspor data- data tidak ada” dan dijawab Ita “Gak apa-apa Kak, saya yang ngatur”;
- Bahwa dalam pembuatan Paspor syarat-syarat yang harus dilengkapi
adalah KTP, Kartu Keluarga, Ijazah foto copy dan asli dilampirkan dengan Akte Kelahiran atau Surat Kawin dan Identitas yang tertera
didalam Paspor harus sesuai dengan surat-surat yang dijaukan oleh sipemohon;
- Bahwa biaya pengurusan Paspor yang resmi sebesar Rp 270.000,- dua
ratus tujuh puluh ribu rupiah masa berlakunya adalah 5 lima tahun dan jenis Paspor ada 2 dua macam yaitu Paspor Umum terdiri dari 48 empah
Universitas Sumatera Utara
puluh delapan halaman dan Paspor untuk TKI terdiri dari 24 dua puluh empat halaman;
- Bahwa sesampainya saksi korban di Langsa Aceh langsung dijemput
tukang becak dibaw ake rumah Ita ketika bertemu dengan Ita berkata
kepada saksi korban “Bahwa identitas korban diganti dengan nama VIVI
ARIANTI tempat tanggal lahir Medan 31 Desember 1985 dan identitas tersebut ditulis Ita dalam secarik kertas untuk dibawa saksi korban ke
kantor Imigrasi Langsa Aceh dengan maksud agar saksi korban tidak lupa dengan identitasnya yang baru, bahwa Paspor saksi korban yang
diterbitkan oleh kantor Imigrasi Langsa Aceh adalah sesuai dengan identitas saksi korban yang ditulis oleh Ita dalm secarik kertas.
- Bahwa setelah Paspor saksi korban selesai lalu Ita menghubungi terdakwa
“Kak Nur paspor sudah siap dikirim melalui mobil L.300” atas pemberitahuan Ita tersebut lalu terdakwa mengambil Paspor saksi korban
ke Stasiun Pinang Baris kemudian terdakwa menjumpai saksi Nawati alias Wati dan menyerahkan Paspor saksi korban dan saksi Nawati alias Wati
membayar sisa pengurusan Paspor kepada terdakwa sebesar Rp 600.000, -
Bahwa karena Paspor saksi korban sudah diterima oleh terdakwa selanjutnya terdakwa mengirim biaya pembuatan Paspor saksi korban
sebesar Rp 850.000,- melalui Bank ke nomor rekening Ita di Langsa Aceh; -
Bahwa setelah Paspor saksi korban terbit maka saksi Nawati alias Wati bersama saksi korban dan cucunya berangkat ke Malaysia melalui tanjung
Balai dengan menggunakan kapal Ferry dan tiba di Kelang Malaysia dijemput oleh Amir, Helmy, Elly dan Sisca dengan pacarnya dibawa ke
Universitas Sumatera Utara
rumah saksi Nawati alias Wati dan saksi korban menginap di rumah saksi Nawati alias Wati di Kelang Malaysia;
- Bahwa esok pagi saksi korban dan Helmy dibawa saksi Nawati alias Wati
ke Kuala Lumpur menjumpai teman saksi Nawati alias Wati yang bernama Cikgo ketika berjumpa saksi Nawati alias Wati berbicara dengan Cikgo
“Tambahinlah” ditimpali oleh Helmy “Tambahin jugalah Pak untuk makan dan beli baju” dan Cikgo menjawab “Iyalah” kemudian dengan
menggunakan mobil Cikgo maka saksi Nawati alias Wati bersama-sama saksi korban Helmy dan Cikgo pergi ke sebuah restoran tidak lama
kemudian datang 2 orang laki-laki lalu saksi Nawati alias Wati dan Cikgo berbicara dengan kedua orang laki-laki setelah selesai berbicara dengan
kedua orang laki-laki setelah selesai saksi Nawati alias Wati dan Cikgo pergi meninggalkan saksi korban, Helmy dan 2 orang laki-laki;
- Bahwa kemudian 2 orang laki-laki membawa saksi korban dan Helmy ke
sebuah villa dengan memesan 2 kamar yaitu 1 kamar untuk saksi korban Lona Oktaviani dan 1 orang laki-laki dan 1 kamar untuk Helmy dan 1
orang laki-laki dan selama di dalam kamar di villa tersebut saksi korban Lona Oktaviani melayanimelakukan hubungan sexual bersama laki-laki
sebanyak 2 kali dan melakukan hubungan sexual dengan laki-laki lalu saksi korban Lona Oktaviani diberi tips oleh laki-laki tersebut sebesar 20
RM untuk sarapan pagi sedangkan Helmy mendapat 100 RM lalu saksi korban dan Helmy pulang kembali ke restoran yang mana saksi Nawati
alias Wati sudah menunggu di restoran selanjutnya saksi Nawati alias Wati dan saksi korban pulang ke rumah namun singgah di Apotek membeli obat
Universitas Sumatera Utara
anti hamil dan saksi Nawati alias Wati berkata kepada saksi korban “Apabila selesai melakukan hubungan sexual dengan laki-laki maka saksi
korban minum obat anti hamil”; -
Bahwa selain di villa saksi korban Lona Oktaviani sering melayanimelakukan hubungan sexual dengan laki-laki di rumah saksi
Nawati alias Wati atas persetujuan saksi Nawati alias Wati dengan cara jika datang laki-laki ke rumah saksi Nawati alias Wati dan berbicara
dengan saksi Nawati alias Wati lalu memanggil saksi korban Lona Oktaviani dan berkata “Ini laki-laki mau liat kamu” dan menyuruh saksi
korban masuk ke dalam kamar yang diikuti oleh laki-laki sehingga masuk ke dalam kamar menjumpai saksi korban Lona Oktaviani didalam kamar
di dalam kamar tersebut saksi korban melayanimelakukan hubungan sexual dengan laki-laki dan hal ini diketahui oleh saksi Nawati alias Wati;
- Bahwa saksi korban Lona Oktaviani melayanimelakukan hubungan
sexual dengan laki-laki yang datang ke tempat saksi Nawati alias Wati lalu laki-laki tersebut memberi uang sebesar 100 RM kepada saksi Nawati alias
Wati dan saksi korban Lona Oktaviani diberi oleh saksi Nawati alias Wati 50 RM dan kadang saksi korban Lona Oktaviani mendapat tips dari tamu
kadang 10 RM atau 20 RM dan selama saksi korban berada di Malaysia saksi korban sudah melayanimelakukan hubungan sexual dengan laki-laki
sampai 5 orang laki-laki dan hal ini atas persetujuan dari saksi Nawati Als Wati;
- Bahwa setelah beberapa hari saksi korban berada di Malaysia saksi Nawati
alias Wati menyatakan kepada saksi korban Lona Oktaviani “Kita kasih
Universitas Sumatera Utara
Ibumu TV dan Uang agar kelihatan kamu sudah kawin” dan juga saksi Nawati alias Wati menyuruh Amir menelpon Ibu saksi korban dan
mengaku sebagai suami saksi korban dan Amir berkata bahwa Amir dan saksi korban Lona Oktaviani sudah menikah;
- Bahwa ibu saksi korban mendapat kiriman uang dan TV 29 inci dari saksi
Nawati alias Wati yang ketika itu saksi Nawati Als Wati berkata kepada ibu saksi korban “Bahwa TV oleh-oleh dari Lona, suami Lona yang
belikan”; -
Bahwa selama saksi korban Lona Oktaviani berada di Malaysia saksi korban Lona Oktaviani; ada mengumpulkan uang sebanyak 200 RM dan
uang tersebut dipakai saksi korban ongkos pulang ke Medan bukan saksi Nawati alias Wati yang membiayai ongkos sehingga sewaktu anak saksi
Nawati alias Wati kawin di Medan saksi korban pulang bersama saksi Nawati alias Wati ke Medan dengan naik kapal Ferry tiba di Tanjung Balai
naik Taxi menuju Medan di dalam Taxi saksi Nawati alias Wati berkata kepada saksi korban Lona Oktaviani “Lona kau sering-sering aja ke rumah
untuk nyari duitpelanggan untuk melunasi hutang saksi korban Lona Oktaviani” dan dijawab saksi korban “Nantiah Bu”;
- Bahwa setelah saksi korban pulang ke Medan saksi Nawati Als Wati
bersama beberapa orang mendatangi saksi korban di rumahnya sambil marah-marah dan mengatakan “Kalau saksi korban kembali ke Malaysia
maka saksi ibu saksi korban harus mengembalikan TV dan uang kepada saksi Nawati alias Wati dan hal ini diketahui oleh saksi Martini;
Universitas Sumatera Utara
- Bahwa setelah saksi korban pulang ke Medan ibu saksi korban mengetahui
dan keterangan saksi korban ternyata saksi korban tidak pernah kawin dengan Amir dan juga menyuruh Amir menelpon ibu saksi korban adalah
saksi Nawati alias Wati; -
Bahwa ibu saksi korban mengetahui dan keterangan saksi korban bahwa selama saksi korban berada di Malaysia saksi Nawati Als Wati menyuruh
saksi korban untuk melayanimelakukan hubungan sexual dengan laki-laki kadang dalam 1 hari saksi korban melayani samapi 5 laki-laki sehingga
sepulang dari Malaysia saksi korban mengalami sakit dan bengkak pada kemaluannya.
Sehingga dengan demikian dari uraian-uraian tersebut maka diperoleh alat bukti petunjuk bahwa telah terjadi tindak pidana dan yang menjadi pelakunya
adalah terdakwa bukan orang lain Pasal 188 KUHAP.
d.
- 1 satu buah paspor A.n. VIVI ARIANTI No. R 698971
Barang Bukti :
- 1 satu unit TV warna hitam dan silver ukuran 29 inci merk Ricson
- 1 satu lembar Akte Kelahiran Asli A.n. Lona Oktaviani
- 1 satu lembar kartu keluarga A.n. Edison
Barang bukti yang diajukan dalam persidangan ini telah disita secara sah menurut hukum, karena itu dapat dipergunakan untuk memperkuat
pembuktian. Ketua Majelis HakimHakim telah memperlihatkan barang bukti tersebut kepada saksi-saksi dan terdakwa, dan yang bersangkutan telah
membenarkannya.
Universitas Sumatera Utara
4. Tuntutan Pidana
Jaksa berpendapat bahwa Terdakwa Nurhayati Nasution alias Nur terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah telah melakukan “tindak pidana” yang
diatur dalam dakwaan atau Kedua, yaitu Pasal 19 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang Jo Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHP dan menuntut agar terdakwa dijatuhi pidana selama: 6 enam tahun penjara dikurangi selama
Terdakwa berada dalam tahanan, dengan perintah Terdakwa tetap ditahan dan denda sebesar Rp 120.000.000,- seratus dua puluh juta rupiah dan subsidair
6 enam bulan kurungan.
5. Putusan
Hakim di Pengadilan Negeri Medan yang mengadili perkara ini memberikan putusan yang menyatakan bahwa terdakwa Nurhayati Nasution alias Nur telah
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana : ”Turut melakukan memberikan atau memasukkan keterangan palsu pada dokumen
negara atau dokumen lain atau memalsukan dokumen negara atau dokumen lain, untuk mempermudah terjadinya tindak pidana perdagangan orang” sebagaimana
yang didakwakan dalam dakwaan ketiga yang diatur dalam Pasal 19 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang Jo Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHP dan menuntut agar terdakwa dijatuhi pidana selama: 4 empat tahun penjara dikurangi selama
Universitas Sumatera Utara
terdakwa berada dalam tahanan, dengan perintah Terdakwa tetap ditahan dan denda sebesar Rp 120.000.000,- seratus dua puluh juta rupiah.
Pertimbangan Hakim dalam putusan sebagai berikut: Bahwa di bawah sumpah, saksi-saksi membenarkan keterangan yang telah
diberikannya di depan penyidik, serta menerangkan bahwa Terdakwa telah melakukan tindak pidana sebagaimana diuraikan oleh Penuntut Umum dalam
surat Dakwaannya. Bahwa di persidangan Terdakwa juga telah memberikan keterangan yang
pada pokoknya membenarkan keterangan keseluruhan para saksi tersebut, dan benar telah melakukan suatu tindak pidana sebagaimana diuraikan oleh Penuntut
Umum dalam surat dakwaannya, dan bagaimana cara-cara terdakwa melakukan tindak pidana.
Bahwa dari keterangan saksi-saksi dan Terdakwa dihubungkan dengan barang bukti yang diajukan di persidangan, Majelis Hakim telah menemukan
adanya fakta-fakta yuridis yaitu Adanya persesuaian antara keterangan saksi-saksi dan Terdakwa yang menandakan telah terjadi tindak pidana.
Bahwa berdasarkan pertimbangan hukum tersebut di atas, maka Terdakwa haruslah dinyatakan telah tebukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana sebagaimana yang didakwakan dalam Dakwaan Kedua, melanggar Pasal 19 UU RI No.21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang Jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP tersebut dan oleh karena ternyata tidak ada alasan pemaaf dan ataupun pembenar dalam perbuatan
Terdakwa tersebut, serta Terdakwa dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatan
Universitas Sumatera Utara
yang telah dilakukannya maka Terdakwa harus dijatuhi pidana yang setimpal dengan perbuatannya tersebut.
Hal-hal yang memberatkan dan meringankan bagi diri Terdakwa;
- Perbuatan Terdakwa mempermudah saksi Nawati alias Wati berkas
terpisah membawa saksi korban Lona Oktaviani ke Malaysia sehingga saksi Nawati als Wati memperdagangkan saksi korban dan memperoleh
keuntungan; Hal-hal yang memberatkan:
- Perbuatan Terdakwa telah melakukan penyimpangan terhadap proses
penerbitan Pasport yang sebenarnya;
- Terdakwa belum pernah dihukum;
Hal-hal yang meringankan:
- Terdakwa bersikap sopan dipersidangan;
- Terdakwa mengaku atas perbuatannya dan menyesali atas perbuatannya;
Hakim menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 4 empat tahun, denda sebesar Rp 120.000.000,- seratus dua puluh juta rupiah.
Apabila denda tidak dibayar, akan diganti dengan pidana kurungan pengganti denda selama 3 tiga bulan kurungan.
Masa tahanan yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.
Hakim menetapkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan. Hakim memerintahkan barang bukti berupa: 1 satu buah pasport a.n. VIVI
ARIANTI No. R698971 dirampas untuk dimusnahkan, 1 satu unit TV warna hitam dan silver ukuran 29 inci merek Ricson, 1 satu lembar Akte Kelahiran asli
Universitas Sumatera Utara
a.n. Lona Oktaviani, 1 satu lembar Kartu Keluarga a.n. Edison, dikembalikan kepada saksi korban Lona Oktaviani.
Biaya perkara dibebankan kepada terdakwa sebesar Rp 5.000,- lima ribu rupiah.
B. Analisis Kasus