Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian Tindak Pidana

dengan skripsi ini, semua itu akan menambah kazanah dan wawasan untuk memperdalam dan memperluas penulisan. Penulisan ini disusun berdasarkan literatur-literatur yang telah ada, baik literatur dari perpustakaan, media cetak ataupun media elektronik. Oleh karena itu, penulisan ini adalah karya asli penulis. Dengan demikian keaslian penulisan ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian Tindak Pidana

Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana Belanda yaitu strafbaar feit. Walaupun istilah ini terdapat dalam WvS hindia Belanda, akan tetapi tidak ada penjelasan resmi tentang apa yang dimaksud dengan strafbaar feit tersebut. Karena itu, para ahli hukum berusaha memberi arti dari istilah tersebut walau sampai saat ini belum ada keseragaman pendapat. 24 24 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hal. 67. Istilah-istilah yang pernah dipergunakan baik dalam perundang-undangan maupun dalam berbagai literatur hukum sebagai terjemahan dari istilah strafbaar feit adalah: tindak pidana, peristiwa pidana, delik, pelanggaran pidana, perbuatan yang boleh dihukum, perbuatan pidana. Nyatalah kini setidak-tidaknya ada dikenal tujuh istilah bahasa Indonesia. Strafbaar feit terdiri dari tiga kata, yakni straaf, baar, feit. Dari tujuh istilah yang digunakan sebagai terjemahan dari strafbaar feit, ternyata straaf diterjemahkan dengan pidana dan hukum. Perkataan baar diterjemahkan dengan dapat dan boleh. Sedangkan untuk kata feit diterjemahkan dengan tindak, peristiwa, pelanggaran dan perbuatan. Universitas Sumatera Utara Menurut wujud dan atau sifatnya, tindak pidana adalah perbuatan yang melawan hukum. Perbuatan-perbuatan ini merugikan masyarakat, dalam arti bertentangan dengan atau menghambat akan terlaksananya tata dalam pergaulan masyarakat yang dianggap baik dan adil. Dapat pula dikatakan bahwa perbuatan pidana ini adalah perbuatan yang anti sosial. Strafbaar feit memiliki pengertian yang berbeda di kalangan para sarjana, antara lain : a. Rumusan Simon Strafbaar feit adalah sebagai suatu tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan yang oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum. 25 b. Rumusan Van Hamel Strafbaar feit adalah kelakuan orang menselijke gedraging yang dirumuskan dalam wet, yang bersifat melawan hukum, yang patut dipidana strafwaardig dan dilakukan dengan kesalahan. 26 c. Rumusan VOS Memberikan definisi yang singkat, bahwa “strafbaar feit” kelakuan atau tingkah laku manusia, yang oleh peraturan perundang-undangan diberikan pidana. 27 d. Rumusan Pompe 25 C. S. T. Kansil Christine S. T. Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana, Cetakan I, Pradnya Paramita, Jakarta, 2004, hal. 37. 26 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hal. 56. 27 A. Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana I, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hal. 225. Universitas Sumatera Utara Pompe memberikan pengertian straafbaarfeit dengan membedakan antara definisi menurut teori dengan menurut hukum positif, sebagai berikut: 28 1 definisi menurut teori yaitu suatu pelanggaran terhadap norma atau kaedah hukum yang dilakukan karena kesalahan si pelaku dan diancam dengan pidana untuk mempertahankan tata hukum dan menyelamatkan kesejahteraan hukum. 2 definisi menurut hukum positif yaitu suatu feit kejadian yang oleh Undang-undang dirumuskan sebagai perbuatan yang dihukum. Beberapa definisi strafbaarfeit menurut ahli-ahli hukum di Indonesia, yaitu : a. Mr. R. Tresna mendefinisikan tindak pidana sebagai peristiwa pidana. 29 b. Moeljatno mendefinisikan Straafbaar feit sebagai perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum disertai ancaman yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut. 30 c. Wiryono Prodjodikoro mendefinisikan tindak pidana sebagai suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana dan pelaku itu dapat dikatakan merupakan “subjek” tindak pidana. 31 d. E. Utrecht menerjemahkan strafbaar feit dengan istilah peristiwa pidana yang sering juga ia sebut dengan delik, karena peristiwa itu suatu perbuatan handelen, atau doen-positif atau suatu melalaikan nalaten- negatif, maupun akibatnya keadaan yang ditimbulkan karena perbuatan 28 Ibid. 29 Adami Chazawi, Op. Cit., hal. 72. 30 Moeljatno, Op. Cit., hal. 54. 31 Wiryono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, Cetakan Ke-III, PT Eresco, Bandung, 1980, hal. 1. Universitas Sumatera Utara atau melalaikan itu. Peristiwa pidana merupakan suatu peristiwa hukum rechtsfeit, yaitu peristiwa kemasyarakatan yang membawa akibat yang diatur oleh hukum. 32 e. Indriyanto Seno Adji, tindak pidana adalah perbuatan seseorang yang diancam pidana, perbuatannya bersifat melawan hukum, terdapat suatu kesalahan dan bagi pelakunya dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya. 33 Moeljatno, memakai istilah “perbuatan pidana” untuk menggambarkan isi pengertian straafbaar feit dan beliau mendefinisikannya sebagai suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman sanksi yang berupa pidana tertentu, bagi barangsiapa yang melanggar larangan tersebut. 34 Beliau tidak setuju isilah “tindak pidana” karena menurut beliau “tindak” lebih pendek daripada perbuatan, “tindak” menunjukkan kepada hal yang abstrak seperti perbuatan, tetapi hanya menyatakan keadaan konkrit. 35 Dari definisi diatas, Moeljatno memberi unsur tindak pidana sebagai berikut: 36 a. Perbuatan b. Yang dilarang oleh aturan hukum c. Ancaman pidana bagi yang melanggar 32 Utrecht, Rangkaian Kuliah Hukum Pidana I, Pustaka Mas, Surabaya, 2000, hal. 251. 33 Adami chazawi, Op.Cit., hal. 69. 34 Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hal. 91. 35 Leden Marpaung, Unsur-unsur Perbuatan Yang Dapat Di Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1991, hal. 13. 36 Adami Chazawi, Op.Cit., hal. 79 Universitas Sumatera Utara Dari uraian unsur tindak pidana di atas, maka yang dilarang adalah perbuatan manusia, yang melarang adalah aturan hukum. Berdasarkan uraian kata perbuatan pidana, maka pokok pengertian adalah pada perbuatan itu, tetapi tidak dipisahkan dengan orangnya. Ancaman diancam dengan pidana menggambarkan bahwa seseorang itu dipidana karena melakukan perbuatan yang dilarang dalam hukum.

2. Pengertian Pemalsuan Dokumen

Pemalsuan berasal dari kata palsu yang artinya tidak tulen, tidak sah, tiruan, gadungan, tidak jujur, sumbang. Pemalsuan berarti proses, cara, perbuatan memalsukan. Dengan kata lain perbuatan pemalsuan merupakan suatu jenis pelanggaran terhadap kebenaran dan kepercayaan, dengan tujuan memperoleh keuntungan bagi diri sendiri atau bagi orang lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dokumen adalah : a. surat yang tertulis atau tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti keterangan seperti akte kelahiran, surat nikah, surat perjanjian b. barang cetakan atau naskah karangan yang dikirim melalui pos c. rekaman suara, gambar di film, dan sebagainya yang dapat dijadikan bukti keterangan. 37 Pengertian dokumen dalam wikipedia yaitu sebuah tulisan yang memuat informasi. Biasanya, dokumen ditulis di kertas dan informasinya ditulis memakai tinta baik memakai tangan atau memakai media elektronik. Zaman sekarang, 37 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Cetakan Ketujuh, Balai Pustaka, hal 240. Universitas Sumatera Utara media elektronik seperti komputer juga bisa dipakai untuk menyimpan dan menampilkan dokumen, sebagai contoh: a. sebuah komputer pribadi dengan sebuah monitorlayar komputer b. sebuah laptopkomputer portabel c. sebuah Personal Digital Assistant PDA. Jadi pemalsuan dokumen adalah perbuatan memalsukan dokumen negara atau dokumen lain baik berupa dokumen tertulis, tercetak maupun rekaman suara dan gambar. Pengertian dokumen palsu atau dipalsukan antara lain dapat berupa: a. Dokumen yang dibuat oleh orang yang tidak berhak; atau b. Dokumen yang dibuat oleh orang yang berhak tetapi memuat data tidak benar. Membuat surat palsu adalah membuat sebuah surat yang seluruh atau sebagian isinya palsu. Membuat surat palsu ini dapat berupa: a. Membuat sebuah surat yang sebagian atau seluruh isi surat tidak sesuai atau bertentangan dengan kebenaran. Membuat surat yang demikian disebut dengan pemalsuan intelektual. b. Membuat sebuah surat yang seolah-olah surat itu berasal dari orang lain selain si pembuat surat. Membuat surat palsu yang demikian ini disebut dengan pemalsuan materil. Palsunya surat atau tidak benarnya surat terletak pada asalnya atau si pembuat surat. 38 38 Adami Chazawi, Kejahatan Tehadap Pemalsuan, Cetakan Kedua, Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal. 99. Universitas Sumatera Utara Disamping isinya dan asalnya surat yang tidak benar dari pembuat surat palsu, dapat juga tanda tangannya yang tidak benar. Hal ini dapat terjadi dalam hal misalnya: a. Membuat dengan meniru tanda tangan seseorang yang tidak ada orangnya, seperti orang yang telah meninggal dunia atau secara fiktif dikarang- karang. b. Membuat dengan meniru tanda tangan orang lain baik dengan persetujuannya ataupun tidak. 39 Tanda tangan yang dimaksud di sini adalah termasuk juga tanda tangan dengan menggu nakan cap atau stempel tanda tangan. Hal ini ternyata dari suatu arrest HR 12-2-1920 yang menyatakan bahwa disamakan dengan menandatangani suatu surat ialah membubuhkan stempel tanda tangannya. 40 Sedangkan perbuatan memalsu surat adalah berupa perbuatan mengubah dengan cara bagaimanapun oleh orang yang tidak berhak atas sebuah surat yang berakibat sebagian atau seluruh isinya menjadi lain berbeda dengan isi surat semula. Tidak penting apakah dengan perubahan itu lalu isinya menjadi benar atau tidak ataukah bertentangan dengan kebenaran ataukah tidak, bila perbuatan mengubah itu dilakukan oleh orang yang tidak berhak, memalsu surat telah terjadi. Orang yang tidak berhak itu adalah orang selain si pembuat surat. 41

3. Pengertian Perdagangan Orang

Di masa lalu, perdagangan dipandang sebagai pemindahan perempuan secara paksa ke luar negeri untuk tujuan prostitusi, dengan sejumlah konvensi 39 Ibid. 40 Soenarto Soerodibroto, KUHP dan KUHAP Dilengkapi Yurisprudensi Mahkamah Agung dan Hoge Raad, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1994, hal 154. 41 Ibid., hal 100. Universitas Sumatera Utara terdahulu mengenai perdagangan hanya memfokuskan pada aspek ini. Namun kemudian perdagangan didefinisikan sebagai perpindahan manusia khususnya perempuan dan anak, dengan atau tanpa persetujuan orang bersangkutan, di dalam suatu negara atau ke luar negeri, untuk semua bentuk perburuhan yang eksploitatif, tidak hanya prostitusi dan perbudakan yang berkedok pernikahan, sehingga memeperluas definisi itu untuk mencakup lebih banyak isu dan jenis kekerasan. Dewasa ini, perdagangan manusia, pengedaran narkotika, dan kegiatan terorisme saling berkaitan dan menjadi perhatian internasional. Upaya penanggulangan digalang melalui berbagai instrumen hukum konvensi internasional, perjanjian multilateral dan bilateral. 42 Pemahaman perdagangan orang berkembang mengikuti perkembangan zaman. Kerangka konseptual memperlihatkan bagaimana perdagangan orang terus berubah, baik bentuk maupun kompleksitasnya. Perkembangan historis memperlihatkan dinamika dan berbagai upaya yang dilakukan baik ditingkat nasional, regional maupun internasional untuk memberantas perdagangan orang yang dikategorikan PBB sebagai kejahatan kemanusiaan yang perlu penanganan khusus. 43 Resolusi PBB Nomor 49166 Tahun 1994 mendefinisikan istilah trafficking sebagai berikut: Berikut ini penulis jabarkan beberapa definisi perdagangan orang. 44 Perdagangan adalah suatu perkumpulan gelap oleh beberapa orang di lintas nasional dan perbatasan internasional, sebagian besar dari negara-negara 42 Sulistyowati Irianto, et.al., Perdagangan Perempuan Dalam Jaringan Pengedaran Narkotika, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2005, hal 2. 43 Sulistyowati Irianto, et.al, Op.Cit., hal 12. 44 Chairul Bahriah, Op.Cit., hal 9. Universitas Sumatera Utara yang berkembang dengan perubahan ekonominya, dengan tujuan akhir memaksa wanita dan anak-anak perempuan bekerja di bidang seksual dan penindasan ekonomis dan dalam keadaaan eksploitasi untuk kepentingan agen, penyalur dan sindikat kejahatan, sebagaimana kegiatan ilegal lainnya yang berhubungan dengan perdagangan seperti pembantu rumah tangga, perkawinan palsu, pekerjaan gelap, dan adopsi. GAATW mendefinisikan istilah trafficking : 45 Definisi mengenai perdagangan orang mengalami perkembangan sampai ditetapkannya Protocol to Prevent , Suppress and Punish Trafficking in Persons Specially Women and Children Supplementing United Nation Convention Against Transnational Organized Crime tahun 2000. Dalam protokol PBB tersebut yang dimaksud dengan perdagangan orang adalah: Perdagangan adalah semua usaha atau tindakan yang berkaitan dengan perekrutan, pembelian, penjualan, transfer, pengiriman, atau penerimaan seseorang dengan menggunakan penipuan atas tekanan, termasuk penggunaan ancaman kekerasan atau penyalahgunaan kekuasaan atau lilitan hutang dengan tujuan untuk menempatkan atau menahan orang tersebut, baik dibayar atau tidak, untuk kerja yang tidak diinginkan domestik seksual atau reproduktif dalam kerja paksa atau dalam kondisi perbudakan, dalam suatu lingkungan lain dari tempat dimana orang itu tinggal pada waktu penipuan, tekanan atau lilitan hutang pertama kali. 46 45 Ibid., hal 10. 46 protokol+to+prevent+suppress+and+Punish+Trafficking+in+Persons + Specially+Wome n+and+Children+Supplementing+United+Nation+Convention+Against+Transnational+Organized +Crime www.uncjin.orgDocuments...final...convention_20traff_eng.pdf. Akses 17 April 2010, 15.23 WIB. Universitas Sumatera Utara “Trafficking in persons shall mean the recruitment, transportation, transfer, harbouring or receipt of persons, by means of the threat or use of force or other forms of coercion, of abduction, of fraud, of deception, of the abuse of power or of a position of vulnerability or of the giving or receiving of payments or benefits to achieve the consent of a person having control over another person, for the purpose of exploitation. Exploitation shall include, at a minimum, the exploitation of the prostitution of others or other forms of sexual exploitation, forced labour or services, slavery or practices similar to slavery, servitude or the removal of organs”. Perdagangan orang adalah perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan atau penerimaan seseorang, dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk tekanan lain, pemaksaan, penculikan, pemalsuan, penipuan, pencurangan atau penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan ataupun penerimaanpemberian bayaran atau manfaat sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang tersebut untuk dieksploitasi seksual lainnya, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktek-praktek yang menyerupai, adopsi ilegal atau pengambilan organ-organ tubuh Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 21 Tahun 2007: Perdagangan Orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan dan penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberikan bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan ekspolitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. Sementara itu pada Pasal 1 angka 2 undang-undang tersebut yang dimaksud dengan Tindak Pidana Perdagangan Orang adalah setiap tindakan atau serangkaian tindakan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang ditentukan dalam Undang- Undang ini. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur dari perdagangan orang adalah : 1. Perbuatan merekrut, mengangkut, menampung, mengirim, memindahkan, menyembunyikan dan menerima. 2. Sarana cara untuk mengendalikan korban : ancaman, penggunaan paksaan, berbagai bentuk kekerasan, penculikan, pemalsuan, penipuan, Universitas Sumatera Utara kecurangan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan atau pemberianpenerimaan pembayaran atau keuntungan untuk memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas korban, jeratan hutang. 3. Tujuan : eksploitasi, termasuk untuk prostitusi atau bentuk eksploitasi seksual lainnya, kerja paksa, perbudakan, penghambatan, pengambilan organ tubuh. Apabila salah satu dari proses, salah satu dari cara dan salah satu dari tujuan di atas terpenuhi, maka sudah bisa dikelompokkan sebagai tindak pidana perdagangan orang. Ada beberapa bentuk trafficking yang terjadi pada perempuan dan anak-anak: 47 1. Kerja Paksa Seks Eksploitasi seks – baik di luar negeri maupun di wilayah Indonesia. Dalam banyak kasus, perempuan dan anak-anak dijanjikan bekerja sebagai buruh migran, PRT, pekerja restoran, penjaga toko, atau pekerjaan- pekerjaan tanpa keahlian tetapi kemudian dipaksa bekerja pada industri seks saat mereka tiba di daerah tujuan. Dalam kasus lain, berapa perempuan tahu bahwa mereka akan memasuki industri seks tetapi mereka ditipu dengan kondisi-kondisi kerja dan mereka dikekang di bawah paksaan dan tidak diperbolehkan menolak bekerja. 2. Pembantu Rumah Tangga PRT – baik di luar ataupun di wilayah Indonesia. PRT baik yang di luar negeri maupun yang di Indonesia di trafik ke dalam kondisi kerja yang sewenang-wenang termasuk: jam kerja wajib yang sangat panjang, penyekapan ilegal, upah yang tidak dibayar atau yang dikurangi, kerja 47 http:www.stoptrafiking.or.idindex.php?option=com_contenttask=viewid=17Ite mid=6, akses 13 Mei 2010, 9.10 WIB. Universitas Sumatera Utara karena jeratan hutang, penyiksaan fisik ataupun psikologis, penyerangan seksual, tidak diberi makan atau kurang makanan, dan tidak boleh menjalankan agamanya atau diperintah untuk melanggar agamanya. Beberapa majikan dan agen menyita paspor dan dokumen lain untuk memastikan para pembantu tersebut tidak mencoba melarikan diri. 3. Bentuk Lain dari Kerja Migran – baik di luar ataupun di wilayah Indonesia. Meskipun banyak orang Indonesia yang bermigrasi sebagai PRT, yang lainnnya dijanjikan mendapatkan pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian di pabrik, restoran, industri cottage, atau toko kecil. Beberapa dari buruh migran ini ditrafik ke dalam kondisi kerja yang sewenang-wenang dan berbahaya dengan bayaran sedikit atau bahkan tidak dibayar sama sekali. Banyak juga yang dijebak di tempat kerja seperti itu melalui jeratan hutang, paksaan, atau kekerasan. 4. Penari, Penghibur dan Pertukaran Budaya – terutama di luar negeri. Perempuan dan anak perempuan dijanjikan bekerja sebagai penari duta budaya, penyanyi, atau penghibur di negara asing. Pada saat kedatangannya, banyak dari perempuan ini dipaksa untuk bekerja di industri seks atau pada pekerjaan dengan kondisi mirip perbudakan. 5. Pengantin Pesanan – terutama di luar negeri. Beberapa perempuan dan anak perempuan yang bermigrasi sebagai istri dari orang berkebangsaan asing, telah ditipu dengan perkawinan. Dalam kasus semacam itu, para suami mereka memaksa istri-istri baru ini untuk bekerja untuk keluarga mereka dengan kondisi mirip perbudakan atau menjual mereka ke industri seks. Universitas Sumatera Utara 6. Beberapa Bentuk Buruh atau Pekerja Anak – terutama di Indonesia. Beberapa tidak semua anak yang berada di jalanan untuk mengemis, mencari ikan di lepas pantai seperti jermal, dan bekerja di perkebunan telah ditrafik ke dalam situasi yang mereka hadapi saat ini. 7. Trafficking penjualan Bayi – baik di luar negeri ataupun di Indonesia. Beberapa buruh migran Indonesia TKI ditipu dengan perkawinan palsu saat di luar negeri dan kemudian mereka dipaksa untuk menyerahkan bayinya untuk diadopsi ilegal. Dalam kasus yang lain, ibu rumah tangga Indonesia ditipu oleh PRT kepercayaannya yang melarikan bayi ibu tersebut dan kemudian menjual bayi tersebut ke pasar gelap. 8. Pengedar narkotika − baik di luar negeri ataupun di Indonesia. Dalam mata rantai bisnis narkotika perempuan telah menjadi korban maupun pelaku. Perempuan dalam bisnis narkotika juga tidak bisa dilepaskan dari perdagangan manusia karena ditemukan bahwa perempuan dalam kegiatan tersebut telah diberi janji-janji kosong, dikirim ke luar negeri dengan berbagai tipuan, dijadikan pacar atau diajak hidup besama sampai dinikahi oleh lelaki pengedar narkotika atau pemilik bisnis narkotika. Disinilah perempuan disebut sebagai korban. Perempuan kemudian menjadi pelaku pengedar narkotika tanpa kesadaran akan resikonya saat ia dijadikan kurir oleh suaminya sedangkan kalau ia ditangkap maka hukum yang berlaku, perempuan tersebut dikategorikan sebagai pembawa dan penjual nakotika. 48 9. Transplatasi organ tubuh 48 Sulistyowati Irianto, et.al.,Op.Cit., hal 13. Universitas Sumatera Utara Tidak ada satupun yang merupakan sebab khusus terjadinya trafficking manusia di Indonesia. Trafficking disebabkan oleh keseluruhan hal yang terdiri dari bermacam-macam kondisi serta persoalan yang berbeda-beda. Termasuk kedalamnya adalah: 49 1. Kurangnya Kesadaran: Banyak orang yang bermigrasi untuk mencari kerja baik di Indonesia ataupun di luar negeri tidak mengetahui adanya bahaya trafiking dan tidak mengetahui cara-cara yang dipakai untuk menipu atau menjebak mereka dalam pekerjaan yang disewenang-wenangkan atau pekerjaan yang mirip perbudakan. 2. Kemiskinan: Kemiskinan telah memaksa banyak keluarga untuk merencakanan strategi penopang kehidupan mereka termasuk bermigrasi untuk bekerja dan bekerja karena jeratan hutang, yaitu pekerjaan yang dilakukan seseorang guna membayar hutang atau pinjaman. 3. Keinginan Cepat Kaya: Keinginan untuk memiliki materi dan standar hidup yang lebih tinggi memicu terjadinya migrasi dan membuat orang-orang yang bermigrasi rentan terhadap trafficking. 4. Faktor Budaya: Faktor-faktor budaya berikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya trafficking: a Peran perempuan dalam keluarga: Meskipun norma-norma budaya menekankan bahwa tempat perempuan adalah di rumah sebagai istri dan ibu, juga diakui bahwa perempuan seringkali menjadi pencari nafkah 49 www.stoptrafiking.or.idHANDOUTS20Bahasa2020Understanding20Human 20Trafficking, akses 12 Mei 2010, 9.08 WIB. Universitas Sumatera Utara tambahan atau pelengkap kebutuhan keluarga. Rasa tanggung jawab dan kewajiban membuat banyak wanita bermigrasi untuk bekerja agar dapat membantu keluarga mereka. b Peran anak dalam keluarga: Kepatuhan terhadap orang tua dan kewajiban untuk membantu keluarga membuat anak-anak rentan terhadap trafficking. Buruhpekerja anak, anak bermigrasi untuk bekerja, dan buruh anak karena jeratan hutang dianggap sebagai strategi-strategi keuangan keluarga yang dapat diterima untuk dapat menopang kehidupan keuangan keluarga. c Perkawinan dini: Perkawinan dini mempunyai implikasi yang serius bagi para anak perempuan termasuk bahaya kesehatan, putus sekolah, kesempatan ekonomi yang terbatas, gangguan perkembangan pribadi, dan seringkali, juga perceraian dini. Anak-anak perempuan yang sudah bercerai secara sah dianggap sebagai orang dewasa dan rentan terhadap trafiking disebabkan oleh kerapuhan ekonomi mereka. d Sejarah pekerjaan karena jeratan hutang: Praktik menyewakan tenaga anggota keluarga untuk melunasi pinjaman merupakan strategi penopang kehidupan keluarga yang dapat diterima oleh masyarakat. Orang yang ditempatkan sebagai buruh karena jeratan hutang khususnya, rentan terhadap kondisi-kondisi yang sewenang-wenang dan kondisi yang mirip dengan perbudakan. 5. Kurangnya pencatatan kelahiran: Orang tanpa pengenal yang memadai lebih mudah menjadi mangsa trafficking karena usia dan kewarganegaraan mereka tidak terdokumentasi. Anak-anak yang ditrafik, misalnya, lebih mudah diwalikan ke orang dewasa manapun yang memintanya. Universitas Sumatera Utara 6. Kurangnya pendidikan: Orang dengan pendidikan yang terbatas memiliki lebih sedikit keahlianskill dan kesempatan kerja dan mereka lebih mudah ditrafik karena mereka bermigrasi mencari pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian. 7. Korupsi dan lemahnya penegakan hukum: Pejabat penegak hukum dan imigrasi yang korupsi dapat disuap oleh pelaku trafficking untuk tidak mempedulikan kegiatan-kegiatan yang bersifat kriminal. Para pejabat pemerintah dapat juga disuap agar memberikan informasi yang tidak benar pada kartu tanda pengenal KTP, akte kelahiran, dan paspor yang membuat buruh migran lebih rentan terhadap trafficking karena migrasi ilegal. Kurangnya budgetanggaran dana negara untuk menanggulangi usaha-usaha trafficking menghalangi kemampuan para penegak hukum untuk secara efektif menjerakan dan menuntut pelaku trafficking. Pelaku perdagangan orang trafficker tidak saja melibatkan organisasi kejahatan lintas batas tetapi juga melibatkan lembaga, perseorangan dan bahkan tokoh masyarakat yang seringkali tidak menyadari keterlibatannya dalam kegiatan perdagangan orang Rosenberg, 2003 50 1. Perusahaan perekrut tenaga kerja dengan jaringan agencalo-calonya di daerah adalah trafficker manakala mereka memfasilitasi pemalsuan KTP dan paspor serta secara ilegal menyekap calon pekerja migran di penampungan, dan menempatkan mereka dalam pekerjaan yang berbeda atau secara paksa memasukkannya ke industri seks. PJTKI kerap terlibat dalam eksploitasi dan perdagangan buruh migran, antara lain dengan : 50 Ruth Rosenberg, Perdagangan Perempuan dan Anak, United States Agency for International Development, 2003 http:www.scribd.comdoc29432338PNACU645, akses 8 Mei 2010, 9.11 WIB. Universitas Sumatera Utara memalsukan dokumen secara sistematis, melakukan penyekapan ilegal di penampungan, mengenakan buruh utang yang jumlahnya dibesar-besarkan, dan menyuruh buruh melakukan kerja paksa untuk memastikan bahwa piutangnya akan dilunasi oleh buruh itu. 2. Agen atau calo-calo bisa orang luar tetapi bisa juga seorang tetangga, teman, atau bahkan kepala desa, yang dianggap trafficker manakala dalam perekrutan mereka menggunakan kebohongan, penipuan, atau pemalsuan dokumen. Sering kali para pelaku ini menerima imbalan sekadarnya dari agen atau PJTKI setelah berhasil memperoleh buruh baru. Para pelaku ini mungkin menyadari atau tidak menyadari kekerasan atau penipuan yang diperbuat terhadap buruh itu. 3. Aparat pemerintah seperti personel Disnaker, polisi, militer, imigrasibea cukai, staf kedutaan dan konsulat, serta pegawai pemerintah daerah disebut- sebut secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam eksploitasi buruh migran. Peran pegawai pemerintah dapat berkisar mulai dari memalsukan dokumen, membiarkan pelanggaran ketentuan perekrutan dan ketenagakerjaan, atau memfasilitasi penyeberangan perbatasan secara ilegal, sampai secara aktif berpartisipasi dalam perekrutan, transportasi dan eksploitasi buruh migran. 4. Majikan adalah trafficker manakala menempatkan pekerjanya dalam kondisi eksploitatif seperti: tidak membayar gaji, menyekap pekerja, melakukan kekerasan fisik atau seksual, memaksa untuk terus bekerja, atau menjerat pekerja dalam lilitan utang. Universitas Sumatera Utara 5. Pemilik atau pengelola rumah bordil, berdasar Pasal 289, 296, dan 506 KUHP, dapat dianggap melanggar hukum terlebih jika mereka memaksa perempuan bekerja di luar kemauannya, menjeratnya dalam libatan utang, menyekap dan membatasi kebebasannya bergerak, tidak membayar gajinya, atau merekrut dan mempekerjakan anak di bawah 18 tahun. 6. Para pengusaha yang membutuhkan pekerja anak yang murah, penurut dan mudah diatur. Pengusaha yang bisnisnya memerlukan perempuan muda yang dipekerjakan di panti pijat, karaoke dan tempat hiburan lainnya. Termasuk juga para pebisnis di bidang pariwisata yang juga menawarkan jasa layanan wisata seks. 7. Calo pernikahan adalah trafficker manakala pernikahan yang diaturnya telah mengakibatkan pihak isteri terjerumus dalam kondisi serupa perbudakan dan eksploitatif walaupun mungkin calo yang bersangkutan tidak menyadari sifat eksploitatif pernikahan yang akan dilangsungkan. 8. Orang tua dan sanak saudara adalah trafficker manakala mereka secara sadar menjual anak atau saudaranya baik langsung atau melalui calo kepada majikan di sektor industri seks atau lainnya. Atau jika mereka menerima pembayaran di muka untuk penghasilan yang akan diterima oleh anak mereka nantinya. Demikian pula jika orang tua menawarkan layanan dari anak mereka guna melunasi utangnya dan menjerat anaknya dalam libatan utang. 9. Suami adalah trafficker manakala ia menikahi perempuan tetapi kemudian mengirim isterinya ke tempat lain untuk mengeksploitirnya demi Universitas Sumatera Utara keuntungan ekonomi, menempatkannya dalam status budak, atau memaksanya melakukan prostitusi. 10. Sindikat narkoba yang memerlukan pengedar baru untuk memperluas jaringannya. 11. Oknum yang memperdagangkan organ tubuh orang secara paksa.

F. Metode Penelitian

Dokumen yang terkait

Analisis Juridis Terhadap Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Percobaan Tindak Pidana Perdagangan Orang Dikaitkan Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007

3 59 100

Penerapan Undang-Undang nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Kajian Putusan No.1554/Pid.B/2012/PN.Mdn)

2 99 187

Pemalsuan Dokumen Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 (Studi Putusan No. 2960/PID.B/2008/PN.Medan)

0 34 116

Analisa Hukum Pidana Dan Kriminologi Terhadap Putusan Hakim Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 43 146

Tindak Pidana Mengedarkan Sediaan Farmasi Tanpa Izin Edar Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan (Studi Putusan No. 1902/PID B/2004/PN Medan)

8 97 79

Analisis Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pemalsuan Ijazah (Studi Putusan Hakim No. 945/PID.B/2010/PN.TK)

0 4 71

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Juridis Terhadap Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Percobaan Tindak Pidana Perdagangan Orang Dikaitkan Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007

0 0 27

BAB II FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG - Penerapan Undang-Undang nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Kajian Putusan No.1554/Pid.B/20

0 0 40

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penerapan Undang-Undang nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Kajian Putusan No.1554/Pid.B/2012/PN.Mdn)

0 0 35

BAB I PENDAHULUAN - Analisa Hukum Pidana Dan Kriminologi Terhadap Putusan Hakim Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 0 28