Aktivitas Dakwah KH.Amiruddin Said SQ,M.A.di Masjid Kubah Emas dian AlMahri
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil karya saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 27 Mei 2009
(2)
ABSTRAK
Luthfi Anwar
Aktivitas Dakwah KH. Amiruddin Said, SQ, M.A Dalam Meningkatkan Pengamalan Beribadah Jamaah Masjid Kubah Emas Dian Al Mahri
Kegiatan dakwah merupakan suatu aktivitas yang mulia, dimana setiap muslim itu diwajibkan untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar sehingga dapat tercapainya tujuan dakwah yang hakiki, yakni terciptanya khairu ummah. Namun untuk mencapai semua itu butuh proses dan waktu yang cukup lama, dan tidak dapat dipungkiri lagi bahwa setiap kegiatan dakwah itu tidak akan terlepas berbagai faktor penghambat yang selalu datang untuk menghalangi perjalanan dakwah itu. Kurangnya minat masyarakat untuk duduk di majlis ilmu seperti pengajian-pengajian yang sering dilakukan di masjid ataupun di majlis taklim. Inilah yang menjadi salah satu alasan penulis untuk mengadakan penelitian dan menjadikannya sebuah skripsi. Dalam hal ini adalah aktivitas dakwah KH. Amiruddin Said, SQ, M.A di masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri.
Bagaimana aktivitas dakwah yang dilakukan KH. Amiruddin Said, SQ, M.A di Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri? Metode apa yang digunakannya? Maetri apa yang disampaikannya dalam berdakwah? Dan apa yang menjadi factor pendukung dan penghambat dakwah KH. Amiruddin Said, SQ, M.A?
Di dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif, penulis menggambarkan secara faktual apa yang dilihat dan ditemukan dari objek penelitian dan menuangkannya kedalam tulisan. Metode ini juga didukung dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi yang dilakukan penulis dilapangan yakni di ruang lingkup Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri.
Aktivitas dakwah yang dilakukan KH. Amiruddin Said, SQ, M.A merupakan sebuah proses pentransferan nilai-nilai ajaran Islam dengan cara taushiah ataupun ceramah yang dilakukan di acara-acara tertentu dan juga dengan mengisi pengajian yang didalam materinya dijelaskan tentang masalah ibadah dan penjelasan tentang akhlak dan kepribadian Rasulullah SAW agar kita selaku umatnya dapat mencontoh kepribadian dan akhlak beliau sehingga dapat bermanfaat dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
(3)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT, kepada-Nya kami memohon pertolongan dan ampunan serta bertaubat dan barang siapa yang diberi petunjuk oleh-Nya maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkannya maka tidak akan ada yang mampu memberinya petunjuk. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah atas utusan Allah sebagai rahmat bagi alam semesta, yaitu junjungan kita dan sebagai suri teladan kita, Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga, sahabatnya, dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Dengan tetesan keringat, basuhan air mata, serta segunung do’a dan harapan akhirnya penulis dapat menyelesaikan program studi S-1 di, , jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan melewati hari-hari bahagia namun terkadang juga penuh duka, setidaknya inilah awal untuk menelusuri jalan hidup kearah yang lebih baik lagi.
Berkenaan dengan terselesaikannya pembuatan skripsi ini, maka perkenankanlah penulis untuk mengucapakan ribuan terima kasih kepada pelbagai pihak yang telah banyak membantu dan memberikan support nya sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. Ucapan terimakasih ini penulis haturkan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, para Pembantu Rektor dan Staf Rektorat yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu akan tetapi dengan tidak mengurangi rasa hormat penulis.
2. Bapak Dr. H. Murodi, M.A sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
(4)
3. Bapak Drs. H. Tarmi, MM, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan kontribusi, bimbingan, arahan dan motivasi selama penulisan skripsi berjalan, yang dengan ikhlas dan ketulusannya untuk dapat meluangkan waktu dan perhatiannya untuk membimbing serta mengoreksi setiap tulisan-tulisan di dalam skripsi ini.
4. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan tidak lupa pula Ibu Umi Musyarofah, M.A selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiran Islam yang telah banyak memberikan bantuannya.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, terima kasih atas semua ilmu yang diberikan kepada saya, semoga ilmu tersebut dapat bermanfaat dan berguna didalam menjalani kehidupan selanutnya.
6. Ayahanda H. Hamzah (alm) dan ibunda tercinta Hj. Masenah, atas kesabaran dan keikhlasan untuk memberikan do’a dan motivasi yang tiada henti kepada ananda sehingga dapat menyelesaikan pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang dipilih untuk dapat memasuki syurga-Nya. Semua kakak-kakak tersayang kusnadi, Saipuh, Nurhayati, Yati, Khalilah yang selalu ada untuk membantu ananda. 7. Seluruh teman-teman senasib, seperjuangan dan sependeritaan pada Jurusan
KPI-C angkatan 2004-2005, terkhusus kepada Ahmad Awliya, S.Sos.I, Iskandar, S.Sos.I, Badru Zaman, S.Sos.I, Ray Sangga K, Renal Rinoza, Edwin Shaleh, Anwar, Jaka, Adnan, Lilis Nurcholisoh, S.Sos.I, Murniati, S.Sos.I, Hetty Maryaty, S.Sos.I, Agustin Intan Permata, S.Sos.I terima kasih atas dukungan dan motivasi dari kalian.
(5)
8. Teruntuk Fera Septiani, yang selalu ada untuk memberikan support , do’a dan kasih sayangnya yang begitu besar terhadap penulis.
9. Bapak KH. Amiruddin Said, SQ, M.A yang telah bersedia untuk meluangkan waktu dan kerjasamanya, sehingga penulis dapat menjalankan penelitian skripsi ini dengan lancar.
10.Semua pengurus Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri yang bersedia membantu untuk kelancaran penelitian skripsi ini.
11.Teruntuk Motor Bututku yang selalu setia menemaniku selama perjuangan ini. Dengan ketulusan dan keikhlasan, penulis mendoakan semoga semua bantuan, motivasi bimbingan dan perhatian yang telah diberikan semua pihak akan mendapatkan balasan berupa kebaikan yang setimpal dari Allah SWT.
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, bahkan masih jauh untuk dapat dikategorikan penulisan ilmiah yang baik dan benar, untuk itulah penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif guna perkembangan dan kemajuan penulis selanjutnya
Jakarta, 27 Mei 2009
(6)
DAFTAR ISI
ABSTRAK……… i
KATA PENGANTAR……… ii
DAFTAR ISI……… v
BAB I PENDAHULUAN………... I A. Latar Belakang Masalah……… 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……… 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 8
D. Tinjauan Pustaka……… 9
E. Metodologi Penelitian...……….. 11
F. Sistematika Penulisan……….… 13
BAB II TINJAUAN TEORITIS...………. 15
A. Aktivitas Dakwah………. 15
1. Pengertian Aktivitas………. 15
2. Pengertian Dakwah……….. 16
B. Unsur-Unsur dakwah……… 20
1. Tujuan Dakwah……… 20
2. Materi Dakwah……… 22
3. Subjek dan Objek Dakwah……… 23
4. Metode Dakwah……… 27
5. Media Dakwah………. 30
C. Masjid…………...……… 31
(7)
BAB III. PROFIL KH. AMIRUDDIN SAID, S.Q, M.A DAN GAMBARAN
UMUM MASJID KUBAH EMAS DIAN AL-MAHRI ………… 32
A. Biografi KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A……… 32
1. Riwayat Hidup……… 32
2. Pendidikan………... 33
3. Aktifitas Dakwah ……… 33
B. Gambaran Umum Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri……… 34
1. Sejarah Berdiri dan Perkembangan………. 34
2. Visi dan Misi……….. 36
BAB IV. ANALISIS AKTIVITAS DAKWAH KH. AMIRUDDIN SAID SQ, M.A DI MASJID KUBAH EMAS DIAN AL MAHRI……… 37
A. Dakwah KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A……… 37
B. Metode Dakwah KH. Amiruddin Said, SQ, M.A………. 41
C. Materi Yang disampaikan KH. Amiruddin Said, SQ, M.A………... 43
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah KH. Amiruddin Said, SQ, M.A……… 45
BAB V. PENUTUP……… 47
A. Kesimpulan……… 47
B. Saran……… 49
DAFTAR PUSTAKA 50 LAMPIRAN
(8)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang mempunyai dua dimensi, yaitu keyakinan atau aqidah dan sesuatu yang diamalkan. Amal perbuatan tesebut merupakan implementasi dari aqidah itu sendiri.1 Islam juga merupakan agama yang berisi dengan petunjuk-petunjuk agar manusia secara individual menjadi manusia yang baik, beradab, dan berkualitas, selalu bebuat baik sehingga mampu membangun sebuah peradaban yang maju, sebuah tatanan kehidupan yang manusiawi dalam arti kehidupan yang adil, maju, bebas dari berbagai ancaman, penindasan, dan berbagai kekhawatiran. Agar mencapai yang diinginkan tersebut diperlukan apa yang disebut dengan dakwah.2
Islam juga disebut sebagai agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan para penganutnya untuk menyebarkan dan menyiarkan ajaran Islam kepada seluruh umat manusia, agar terwujud rahmat bagi seluruh alam. Islam dapat menjamin terwujudnya kebahagiaan dan kesejahtraan umat manusia, bilamana ajaran Islam yang mencakup segenap aspek kehidupan itu dijadikan sebagai pedoman hidup dan dilaksanakan dengan konsisten dan konsekuen. Usaha penyebarluasan Islam dan realisasi terhadap ajarannya adalah melalui dakwah.3
Dakwah merupakan sesuatu yang begitu penting dalam Islam, kegiatannya menyatu dengan kehidupan manusia di dunia, yang menjadi bukti adanya hubungan manusia dengan tuhan, hubungan manusia dengan sesama, dan hubungan manusia
1
M. Natsir, Fiqhudh Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 1983). Cet.ke-4, h.110. 2
Moh. Ali Azis, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana, 2004), Cet. Ke-I h.1 3
Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), Cet. Ke-I h. 12
(9)
dengan alam. sehingga Islam menjadi agama dakwah dalam teori maupun praktek. Seperti yang telah dicontohkan Rasulullah SAW ketika menyebarkan ajaran Islam.4
Dakwah islamiyah yang dilakukan Rasulullah SAW telah berhasil membentuk masyarakat islami. Oleh karena itu, perjalanan dakwah menuju sebuah masyarakat yang ideal, mutlak memerlukan proses dakwah. Hal ini disebabkan karena dakwah akan memberikan landasan filosofis serta memberikan kerangka dinamika dan perubahan sistem dalam proses perwujudan masyarakat adil dan makmur.
Umat Islam kini tengah berada di persimpangan jalan. Dunia Islam pada umumnya sedang menghadapi benturan keras dari arus ideologi, pemikiran, moralitas, adat istiadat, kebudayaan dan lain sebagainya. Sudah banyak masyarakat kita yang karam diterpa gulungan ombak ganas dan peradaban yang kacau ini. mereka mengatakan nilai Islam harus dibuang jauh-jauh dan dipisahkan dari urusan-urusan pemerintah jika jika umat ingin maju dalam moderenisasi.5
Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini bisa terjadi adalah karena perkembangan teknologi informasi yang dapat memberikan dampak positif dan negatifnya. Karena dengan kemajuan teknologi ini pada dasarnya dapat dipakai, dimanfaatkan oleh siapa saja dan untuk mewujudkan tujuan apa saja.6 Efek media massa misalnya, secara teoritis media massa itu mempunyai fungsi positif yakni sebagai saluran informasi, pendidikan dan hiburan, namun kenyataannya media juga dapat memberikan nilai yang negatif dan dapat memberikan efek lain diluar fungsinya itu. Efek media tidak saja mempengaruhi sikap seseorang, namun juga dapat
4
Murtadho Mutahari, Persfektif Al Qur’an Tentang Manusia dan Agama, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), Cet. Ke-I h. 123
5
Abdullah Nashin Ulwan, Pesan Untuk Pemuda Islam, (Jakarta, Gema Insani Press, 1991) Cet. Ke-I. h. 132
6
Soni Yuliar, et al, Memotret Telemtika Indonesia: Menyongsong Masyaraka Informasi Nusantara (Bandung, Pustaka Hidayah, 2001), Cet.Ke-I. h. 19
(10)
mempengaruhi prilaku bahkan pada tataran yang lebih jauh efek media dapat mempengaruhi sistem sistem sosial maupun sistem budaya masyarakat.7
Kerusakan moral dikalangan masyarakat bawah begitu besar, disinilah pentingnya dakwah sebagai bentuk kewajiban umat Islam terhadap risalah Rasulullah SAW yang mengibaratkan masyarakat itu seperti sebuah perahu besar. Kekacauan seluruh masyarakat, bangsa dan negara itu lebih merupakan akibat langsung dari sikap yang membiarkan berbagai bentuk kemungkaran. Sikap acuh tak acuh terhadap kemungkaran dan itu yang memberikan jalan bagi penyebarannya.
Menyadari pentingnya dakwah sebagai upaya pembinaan umat manusia kearah tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat, maka sudah seharusnya kegiatan dakwah ini mendapat perhatian dan penanganan yang serius sebagai ikhtiar yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan dakwah. Karena pada dasarnya objek utama dakwah adalah manusia, semua pernyataan, perintah dan larangan yang ada di dalamnya berisikan pesan dakwah yang ditujukan pada seluruh manusia.
Berdakwah dengan segala bentuk adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim. Akan tetapi di dalam syariat atau hukum Islam itu tidak mewajibkan bagi umatnya untuk mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin, akan tetapi usaha untuk berdakwahnyalah yang diwajibkan semaksimal mungkin sesuai dengan keahlian dan kemampuannya disertai dengan sikap santun yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Hal ini tersirat di dalam al Qur’an surat an Nahl ayat 125 :
!
#$
%
&
'()
*
+- %
./
0 &
1234%
5
6
7()89&:
;<
=
$>6
?+ @8&:
7
; (A
7
7
H.M. Burhan Bungin,, Sosiologi Komunikasi: teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat.(Jakarta: Kencana, 2006), Cet. Ke-I, h 315.
(11)
B
:
*
$>6 &
?+ @8&:
CD
. E8-
%
FAG
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Aktifitas dakwah bagi umat Islam bagaikan urat nadi, karena dakwah merupakan aktualisasi nilai dan konsep teologis yang dimanifestasikan dalam suatu aktifitas manusia beriman dalam kehidupan bermasyarakat. Dakwah harus dilakukan secara sadar, terencana untuk mempengaruhi cara berfikir, bersikap dan bertingkah laku baik dalam tatanan realitas individu maupun sosiokultural untuk dapat merealisasikan ajaran Islam ke dalam semua aspek kehidupan dengan cara-cara tertentu.
Aktifitas dakwah juga sangat berperan penting, mengingat aktifitas dakwah merupakan bagian yang integral dari seseorang, dimana bila seseorang meyakini dan menjalankan agamanya dengan sungguh-sungguh akan tercipta ketentraman dan kebahagiaan. Hal ini dapat dimengerti karena di dalam agama memberikan ketenangan hati, mengatur dan mengendalikan tingkah laku, sikap dan merasa takut melanggar aturan-aturan agama.8
Sasaran dakwah ditujukan kepada semua manusia tanpa melihat status sosial yang ada dalam kehidupan bermasyarakat dengan memperhatikan realitas sosial yang ada, seperti kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dan sebagainya. Dakwah juga dapat dilakukan dimana saja tanpa memilah dan memilih tempatnya telebih dahulu.
Masjid, selain merupakan tempat beribadah umat Islam, masjid juga bisa dijadikan sebagai pusat dakwah untuk penyebaran agama Islam. Masjid Kubah Emas
8
Zakiah Dradjat. Peraqnan Agama dalam Kesehatan, (Jakarta : Haji Masagung, 1990), Cet. Ke-12, h. 72
(12)
Dian Al-Mahri misalnya, adalah sebuah masjid yang dibangun ditepi jalan raya Meruyung-Cinere di kecamatan Limo-Depok ini memiliki arsitekur tersendiri yang berbeda dengan masjid-masjid pada umumnya.
Masjid Dian Al Mahri memiliki 5 kubah. Satu kubah utama dan 4 kubah kecil. Uniknya, seluruh kubah dilapisi emas setebal 2 sampai 3 milimeter dan mozaik kristal. Bentuk kubah utama menyerupai kubah Taj Mahal. Secara umum, arsitektur masjid ini mengikuti tipologi arsitektur masjid di Timur Tengah dengan ciri kubah, minaret (menara), halaman dalam (plaza), dan penggunaan detail atau hiasan dekoratif dengan elemen geometris dan obelisk, untuk memperkuat ciri keislaman para arsitekturnya. Ciri lainnya adalah gerbang masuk berupa portal dan hiasan geometris serta obelisk sebagai ornamen.
Selain itu masjid yang sangat luas dan bebas diakses untuk umum ini juga memiliki halaman parkir yang luas dan gedung serba guna serta tempat-tempat yang mendukung untuk menjadikan masjid ini sebagai tempat wisata religi9.
KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A ialah sosok kyai yang sangat dihormati dan disegani baik diluar ataupun diruang lingkup masjid ini, beliau juga dijadikan sebagai imam besar masjid ini. Sosok yang ramah dan penuh senyum ini sehari-harinya menjadi imam shalat, dan disamping itu juga setiap kegiatan yang diadakan oleh pengurus masjid ini tidak terlepas dari peran beliau. Salah satu kegiatan yang mempunyai daya tarik yang cukup besar bagi jama’ah ialah kegiatan Istighasah Akbar.
Istighasah Akbar ini merupakan kegiatan rutin yang diadakan pengurus masjid setiap minggu ketiga setiap bulannya. Kegiatan yang diisi dengan pembacaan yaasin, tahlil, ratib dan pembacaan taushiah ini banyak diminati oleh masyarakat umum baik
9
(13)
dari sekitar maupun dari luar kota. Bahkan pada minggu ketiga bulan februari 2008, kegiatan ini dihadiri 30.000 jama’ah.
Peran seorang dai memang tidak ringan, terlalu kompleks persoalan yang dihadapi, kerap kali bisa diselesaikan tidak hanya sekedar memberikan ataupun mengajukan himbauan-himbauan, tetapi perlu melakukan dakwah dan aksi sosial secara nyata seperti membimbing, mengajarkan dan mengarahkan umat agar tidak selalu berada dalam kegelapan dan kekhilafan.
Adapun penerapan dakwah yang dilakukan oleh KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh pengurus masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri itu sangat dirasakan oleh jama’ah. Lantunan ayat-ayat suci al-Qur’an yang dikumandangkan dengan suara khas beliau yang begitu merdu terkadang dapat membuat jama’ah mengeluarkan air mata, belum lagi ketika beliau menyampaikan taushiah-taushiahnya terhadap jama’ah, yang dapat memberikan bimbingan dan sekaligus bisa dijadikan pelajaran untuk menjadi manusia yang lebih baik.
Beranjak dari keadaan diatas, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian dan menuangkannya dalam sebuah tulisan yang terdapat dalam sebuah skripsi dengan judul “Aktivitas Dakwah KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A di Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Banyak hal yang bisa dibahas pada diri KH. Amiruddin Said antara lain seperti, aktivitas dakwah beliau diluar Masjid Kubah Emas ataupun juga ilmu seni baca Al-Qur’an yang dimilikinya dan lain sebagainya, namun sesuai dengan judul skripsi ini maka dalam penelitian ini penulis membatasi penelitiannya hanya pada
(14)
Aktivitas Dakwah KH. Amiruddin Said S.Q, M.A di lingkungan Masjid Dian Al-Mahri.
2. Perumusan Masalah
Dalam melakukan penelitian ini, penulis merumuskan masalah ke dalam beberapa masalah yakni:
a. Bagaimana aktivitas dakwah yang dilakukan KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A di Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri?
b. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan aktivitas dakwah KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A?
c. Metode apa yang digunakan KH. Amiruddin Said, SQ, M.A dalam berdakwah?
d. Materi Apa yang disampaikan KH. Amiruddin Said, SQ, M.A dalam berdakwah?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui aktivitas dakwah KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A. di masjid kubah emas Dian Al-Mahri
b. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan aktivitas dakwah KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A
(15)
c. Untuk mengetahui metode yang digunakan KH. Amiruddin Said, SQ, M.A dalam berdakwah
d. Untuk mengetahui materi yang biasa disampaikan KH. Amiruddin Said, SQ, M.A dalam berdakwah
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran dalam mengembangkan ilmu dakwah, dan juga dapat menjadi sumber referensi bagi peneliti selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
Adapun secara praktis penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi para dai dalam melakukan aktivitas dakwahnya,
D. Tinjauan Pustaka
Kata “aktifitas” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keaktifan, kegiatan-kegiatan, kesibukan atau bias juga berarti kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian10.
Dakwah secara etimologi (bahasa) berasal dari bahasa Arab yakni dari kata da’a-yad’u-da’watan. yang berarti mengajak, menyeru, memanggil dan mengundang. Dalam pengertian yang lebih khusus dakwah berarti mengajak baik diri sendiri ataupun orang lain untuk berbuat baik sesuai dengan ketentuanketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, serta meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.
10
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997) Cet. Ke-9 h. 20
(16)
Dalam bukunya, Dr.Moh. Ali Azis disitu dikatakan bahwa dakwah adalah aktifitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik individu maupun kolektif dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik. Sementara itu, dalam bahasa Islam dakwah adalah tindakan mengomunikasikan pesan-pesan Islam. Dakwah adalah istilah teknis yang pada dasarnya dipahami sebagai upaya untuk menghimbau orang lain kearah Islam.
Ada beberapa penelitian terdahulu yang penulis temunkan yang berkaitan dengan tema penulis, diantaranya:
Pertama, “Aktivitas Dakwah KH. Ahmad Damanhuri Melalui Pondok Pesantren Al-Karimiyah Sawangan Depok ”.
Dengan pembatasan masalah pada dakwah KH. Ahmad Damanhuri di Pondok Pesantren Al-karimiyah. Dengan perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana aktivitas dakwah KH. Ahmad Damanhuri?
2. Materi apa yang disampaikan KH.Ahmad Damanhuri di Pondok Pesantren Al-Karimiyah KH.Ahmad Damanhuri dalam menangani masalah di Pondok Pesantren Al-Karimiyah?
3. Metode apa yang digunakan ?
Dalam penelitian tersebut dijelaskan bagaimana aktivitas dakwahnya KH.Ahmad Damanhuri di Pondok Pesantren Al-Karimiyah begitu juga dengan metode yang digunakan dan materi yang disampaikan serta factor pendukung dan penghambat yang ada.
Dari beberapa penelitian yang penulis temukan, belum adanya penelitian yang mengemukakan kegiatan aktivitas dakwah KH. Amiruddin Said di Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini.
(17)
E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan langsung pada objek yang bersangkutan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif. Adapun yang dimaksud dengan deskriptif adalah penelitian yang tidak mencari atau menjelaskan suatu hubungan, tidak menguji hipotesis atau prediksi, melainkan metode deskriptif digunakan sebagai cara praktis untuk menjelaskan dan menjabarkan data-data sesuai dengan keadaan yang sebenarnya atau terjadi di lapangan.11. Deskriptif juga digunakan untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab terjadinya suatu gejala tertentu.12
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri, yang terletak di Kecamatan Limo-Depok. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2009 sampai dengan selesainya penelitian ini dilakukan.
3. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek dalam penelitian ini adalah KH. Amiruddin Said SQ, M.A
b. Objek penelitian ini adalah Aktivitas Dakwah KH. Amiruddin Said SQ, M.A
4. Sumber dan Jenis Data
11
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. Ke-12 h. 24
12
Consuelo G. Sevilla, dkk, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta:UI-Press, 1993), Cet Ke-I h. 71
(18)
Untuk memperoleh data-data yang lengkap dan akurat, penulis menggunakan data primer dan skunder.
a. Data primer adalah data yang akan diperoleh langsung berupa hasil penemuan penelitian survey serta hasil wawancara dengan KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A
b. Data skunder adalah data yang akan diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang terdapat dalam buku ataupun dokumentasi dan literature lain yang berkaitan dengan penelitian tersebut.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi, merupakan pengumpulan data dengan cara terjun langsung kelapangan atau tempat dimana penelitian diadakan, yakni di masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri. Dengan metode ini penulis akan mengetahui langsung tentang pelaksanaan aktifitas dakwah KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A
b. Wawancara, yakni pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada responden dan jawaban yang dihasilkan akan dicatat atau direkam dengan alat perekam.13 Dalam hal ini penulis akan memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan pelaksanaan dakwah KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A
c. Studi Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari foto-foto, bulletin, dan website yang dimiliki oleh Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri yang berkaitan dengan dakwah KH. Amiruddin Said, S.Q, M.
6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data diperoleh, maka langkah selanjutnya dalah penulis mengolah dan menganalisa data-data dengan cara menghimpun, mempelajari, mengedit data-data
13
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial : sutu tekhnik penelitian bidang kesejahtraan social dan ilmu social lainnya, (Bandung: P.T Remaja Rosdakarya, 2000), cet. Ke-4 hal. 67
(19)
dan memberikan ulasan dan uraian dan menuangkannya kedalam penulisan skripsi. Adapun analisa data disini adalah proses pengumpulan data dengan mengurutkan data ke pola, mengelompokan data tersebut dan kemudian dianalisa agar mendapatkan data yang kongkrit berdasarkan hasil penelitian. Adapun metode yang digunakan adalah analisis deskriptif.14
F. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran yang lebih jelas lagi tentang hal-hal yang akan diuraikan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis mengatur sistematikanya kedalam lima bab sebagai berikut:
BAB I : Bab ini berisi tentang pendahuluan, latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Dalam Bab ini memuat tentang pengertian aktivitas dakwah, unsur-unsur dakwah dan pengamalan ibadah.
BAB III : Bab ini berisi tentang biografi KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A, yaitu riwayat hidup dan pendidikan serta aktifitas dakwah beliau dan dilengkapi gambaran umum masjid Kubah Emas Dian Al Mahri, yang berisi tentang sejarah berdiri dan perkembangannya serta visi dan misinya.
BAB IV : Bab ini meliputi aktivitas dakwah KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A di Masjid Kubah Emas Dian Al Mahri, faktor pendukung dan penghambat aktifitas dakwah KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A dan juga menjelaskan
14
(20)
tentang metode yang digunakan serta media yang disampaikan KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A
BAB V :Dalam Bab ini menjelaskan kesimpulan dari aktivitas dakwah KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A dan memberikan saran demi kemajuan dakwah Islam
(21)
BAB II
TINJAUAN TEORITIS A. Aktivitas Dakwah
1. Pengertian Aktivitas
Kata “aktivitas” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikann sebagai keaktifan, kegiatan-kegiatan, kesibukan atau bisa juga berarti kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian15.
Sedangkan dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, kata aktivitas berasal dari bahasa Inggris: activity; Latin: activus yang berarti aktif, tindakan, yakni bertindak pada diri setiap eksistensi atau makhluk yang membuat atau menghasilkan sesuatu, dengan aktifitas, dapat memadai hubungan khusus manusia dengan dunia16
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali aktivitas, kegiatan ataupun kesibukan yang dilakukan manusia. Karena menurut Samuel Soeltoe sebenarnya aktivitas bukan hanya sekedar kegiatan, beliau megatakan bahwa aktifitas dipandang sebagai usaha untuk mencapai atau memenuhi kebutuhan.17
Salah satu kebutuhan manusia adalah menuntut ilmu untuk menjadi pintar dan pandai. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka manusia harus belajar dengan cara bersekolah, atau mengunjungi majlis atau tempat-tempat ilmu lainya seperti perpustakaan atau juga berdiskusi dan lain sebagainya. Ternyata untuk memenuhi satu kebutuhan saja manusia harus melakukan berbagai kegiatan atau aktivitas.
Seseorang yang ingin mendalami ilmu agama dan ingin berinteraksi dengan masyarakat yang islami, tentu ia harus malakukan aktivitas-aktivitas yang membantu tercapainya keinginan tersebut, seperti membaca buku-buku keagamaan, mengikuti
15
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997) Cet. Ke-9 h. 20
16
Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga PengkajianKebudayaan Nusantara, 1997), Cet. Ke-I h. 25
17
(22)
pengajian-pengajian, melakukan diskusi-diskusi yang membahas tentang agama dan kemasyarakatan. Mengkaji norma-norma ajaran Islam tentang hubungan sesama manusia dan tidak kalah pentingnya adalah mengaplikasikan atau menerapakan ilmu yang telah diperoleh ke dalam kehiduoan yang nyata.
Menurut Ilmu Sosiologi, aktivitas diatikan dengan segala bentuk kegiatan yang ada di masyarakat seperti; gotong royong atau kerja bakti disebut sebagai aktivitas-aktivitas sosial, baik yang berdasarkan hubungan tetangga ataupun kekerabatan18.
Jadi dapat disimpulkan bahwa aktifitas itu sebagai kegiatan atau tindakan kerja yang aktif dan dilaksanakan pada tiap bagian.
2. Pengertian Dakwah
Dilihat dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa Arab ,
merupakan bentuk dari kata kerja ( ), ( ) berarti
seruan, ajakan atau panggilan. Seruan dan panggilan ini dilakukan dengan suara, kata-kata, atau perbuatan19. Adapun yang dimaksud dengan ajakan atau seruan disini ialah usaha seorang da’I yang berusaha untuk lebih dekat dan mengenal mad’u nya untuk dituntun kepada jalan Allah20
Dalam pengertian yang lebih khusus dakwah berarti mengajak, baik diri sendiri ataupun orang lain untuk berbuat baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, serta meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.
Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an surat ali imran ayat 104:
18
Sojogyo dan Pujiwati Sojogyo, Sosiologi Pedesaan Kumpulan Bacaan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1999) Cet. Ke-12 jilid I, h. 28
19
Ilyas Ismail,, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub : Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah. Jakarta, Penamadani, 2006. Cet. Ke-1. hal.144-146
20
Ali Abdul Hakim Mahmud, Dakwah Fardiyah, metode membentuk pribadi muslim (Jakarta: Gema Insani, 1995) Cet. Ke-I h. 30
(23)
7
H % &
#I
J
KL
M ;LN:
<$8. O
P#Q O
<&QLRS O &
T
&Q > URV
<#$
- ' O &
F7
WQ J
%
YZ/ %S&N: &
I>6
[\$
@ ]
%
FA2
Artinya: “..Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”.(Q.S Al Imran: 104).
Menurut Jamaluddin Kafie dalam bukunya Psikologi Dakwah dijelaskan bahwa arti bahasan dakwah itu ialah menyeru, mengajak, memanggil, mengundang, mendoakan yang terkandung arti di dalamnya arti menyampaikan sesuatu kepada orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.21
Sedangkan dakwah menurut istilah, mengandung beberapa arti yang beraneka ragam. Banyak ahli ilmu dakwah dalam memberikan pengertian kepada istilah tersebut, sehingga antara definisi menurut ahli yang satu dengan yang lainnya senantiasa terdapat perbedaan dan kesamaan. Untuk lebih jelasnya di bawah ini disajikan beberapa definisi dakwah menurut para pakar ilmu dakwah, antara lain:
• Toha Yahya Umar mengatakan dalam bukunya “Islam dan Dakwah”, dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat22
• Dalam bukunya “Ilmu Dakwah”, Dr. Moh. Ali Azis menjelaskan bahwa dakwah adalah aktifitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik individu maupun kolektif dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik. Sementara itu, dalam bahasa Islam dakwah adalah tindakan mengomunikasikan pesan-pesan Islam.
21
Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Indah, 1993), Cet. Ke-I h. 29 22
H.M. Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, (Jakarta: PT. Al Mawardi Prima, 2004), Cet. Ke-I h.67
(24)
Dakwah adalah istilah teknis yang pada dasarnya dipahami sebagai upaya untuk menghimbau orang lain kearah Islam23
• Menurut Prof. Dr. M. Quraish Shihab, dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha untuk mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat24.
• Sayyid Muhammad Nuh menjelaskan bahwa dakwah adalah penghancuran dan pembinaan. Penghancuran terhadap jahiliyah dengan segala macam dan bentuknya, baik jahiliyah pola pikir, moral maupun jahiliyah pandangan dan hukum. Setelah itu, pembinaan masyarakat Islam dengan landasan pijak keislaman, baik wujud dan kandungannya, dalam bentukdan isinya, dalam perundang-undangan dan cara hidup, maupun dalam segi persepsi keyakinan terhadap Islam, manusia dan kehidupan.25
Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang berisi petunjuk-petunjuk agar manusia secara individual menjadi manusia yang baik, beradab dan berkualitas. Selalu berbuat baik sehingga mampu membangun sebuah peradaban yang maju. Sebuah tatanan kehidupan yang manusiawi dalam arti kehidupan yang adil, maju bebas dari berbagai ancaman, penindasan, dan berbagai kekhawatiran. Agar mencapai semua itu, maka perlu apa yang dinamakan dengan dakwah. Karena dengan masuknya Islam dalam sejarah umat manusia, agama ini mencoba meyakinkan umat manusia tentang kebenarannya26.
Di samping itu, Islam sebagai agama yang disebut agama dakwah, maksudnya adalah agama yang di dalamnya ada usaha untuk menyebarluaskan kebenaran dan
23
Moh. Ali Azis, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana, 2004), Cet. Ke-I 24
M. Quraish Shihab, Membumikan Al Qur’an: fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan masyarakat, (Bandung: Mizan 1994), Cet. Ke-VII h. 194
25
Sayyid Muhammad Nuh, Dakwah Fardiyah, Pendekatan Personal Dalam DAkwah, (Solo: Intermedia, 2006), h. 15
26
(25)
mengajak orang-orang yang belum mempercayainya dan itu dianggap sebagai tugas suci oleh pendirinya atau oleh para penganutnya27
Dari penjelasan-penjelasan yang telah dipaparkan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa sulit untuk memisahkan antara dakwah dengan Islam, karena Islam itu berkembang lewat dakwah. Oleh karena itu penulis memberikan kesimpulan bahwa yang dimaksud dakwah dalam Islam adalah usaha dan ajakan kepada manusia menuju kepada jalan kebenaran tanpa adanya paksaan sesuai dengan tuntunan al- Qur’an dan as-Sunnah, melalui proses mengomunikasikan pesan-pesan Islam. Dakwah juga merupakan istilah teknis yang pada dasarnya dipahami sebagai upaya untuk menghimbau orang lain kearah Islam. Bahkan dalam perspektif ini, ajakan dan seruan itu tidak dinamai dakwah apabila tidak dimaksudkan untuk membawa manusia ke jalan Allah SWT.
Karena dakwah adalah upaya untuk menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan, oleh karena itu dalam dakwah tidak hanya terbatas pada aktifitas lisan semata, akan tetapi mencakup seluruh aktivitas lisan ataupun perbuatan yang ditujukan dalam rangka menumbuhkan kecendrungan dan ketertarikan terhadap Islam28
B. Unsur-Unsur Dakwah 1. Tujuan Dakwah
Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses, dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan untuk memberikan arah atau pedoman bagi gerak langkah kegiatan dakwah. Sebab tanpa tujuan yang jelas, seluruh aktifitas dakwah akan sia-sia. Ini disebabkan karena tujuan merupakan arah atau gerak
27
Thomas W. Arnold, Sejarah Dakwah Islam, (Jakata: PT. Bumi Restu, 1981) Cet. Ke-II h. 1 28
(26)
yang hendak dituju seluruh aktifitas dakwah. Tujuan dakwah juga merupakan salah satu unsur dakwah, dimana antara unsur dakwah yang satu dengan yang lain saling membantu, berhubungan dan mempengaruhi.29
Pada dasarnya dakwah dimaksudkan untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi umat manusia baik dalam kehidupan mereka di dunia dan di akhirat kelak. dengan merujuk pada Q.S. Ali Imran : 110 disitu dijelaskan tujuan berdakwah sesungguhmya adalah terbentuknya masyarakat Islam dengan predikat “khair ummah” ialah masyarakat Islam yang benar secara aqidah dan kuat secara sosial, politik, ekonomi dan kultural sehingga kepemimpinan dunia dapat dipegang dan berada ditangan mereka.
Abdul Rasyad Shaleh dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Dakwah Islam” menjelaskan bahwa tujuan dakwah adalah nilai atau hasil yang ingin dicapai oleh keseluruhan tindakan yakni terwujudnya kebahagiaan dan kesejahtraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhoi oleh Allah swt.30
Tujuan ini tidak dapat dicapai tanpa memperkuat aqidah itu sendiri. Untuk itu tujuan utama dakwah berpusat pada dua hal pokok, yaitu:
a. Memperkenalkan kepada manusia Tuhan mereka yang sebenarnya, yaitu Allah SWT dan membimbing mereka agar menyembah hanya kepada-Nya.
b. Dakwah menghendaki agar manusia menjadi Islam, yaitu sikap berserah diri serta tunduk dan patuh kepada Allah SWT dengan melepaskan diri dari
29
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), Cet. Ke-I. h. 49
30
Abdul Rasyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1994), Cet. Ke-2 h. 190
(27)
penuhanan terhadap sesama manusia dan hanya meyakini Allah SWT semata.31
2. Materi Dakwah
Materi dakwah ialah pesan-pesan moral atau segala sesuatu yang harus disampaikan kepada objek dakwah, yaitu keseluruhan ajaran Islam.32
Pada dasarnya materi dakwah hanyalah al-Qur’an dan as-sunnah. al-Qur’an merupakan sumber utamanya, yang merupakan materi pokok yang harus disampaikan melalui dakwah dengan bahasa yang dapat dimengerti dan dipahami oleh masyarakat. Al-Qur’an merupakan wahyu Allah SWT yang mutlak kebenarannya dan dijaga sendiri oleh Allah akan keutuhan, keaslian dan keakuratannya. Dalam Q.S al-Hijr ayat 9 dijelaskan:
ZU
7
^_
' %;` U
Q a bcd
ZU
&
e9 %
<$g!
]/
9
Fh
Artinya:”.Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya” (Q.S al_Hijr: 9)
Sebagai pedoman hidup manusia, dalam al-Qur’an terkandung secara lengkap tentang petunujuk, pedoman, hukum, sejarah serta prinsip-prinsip baik yang menyangkut masalah keyakinan, peribadatan, pergaulan, akhlak, politik, ilmu pengetahuan, teknologi dan sebagainya. Sebagai suatu pedoman yang masih bersifat umum atau global, maka pengungkapan-pengungkapan dalam al-Qur’an masih sering
31
A. Ilyas Ismail, MA, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah, (Jakarta: Permadani, 2006), Cet. Ke-I h. 140-141
32
Hafi Anshori, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), Cet. Ke-1 h. Ke-146
(28)
belum terinci secara detail. Namun demikian tak ada satu pun persoalan yang tak disinggung di dalam al-Qur’an, sekecil apapun Allah SWT tidak melupakannya.
Sumber kedua sebagai materi dakwah setelah al-Qur’an adalah as-Sunnah, yakni segala sesuatu yang menyangkut perbuatan Nabi Muhammad SAW, baik dalam ucapannya, tingkahlakunya atau sikapnya. Pada al-Qur’an seluruhnya harus dijadikan pedoman hidup, akan tetapi tidak semua yang ada di dalam as-Sunnahmasih dikenal adanya sunnah yang shahih dan ada juga yang dhaif. Untuk kedudukan as-sunnah terhadap al-Qur’an dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Bayan tafsir, yakni menerangkan ayat-ayat yang sangat umum, mujmal dan musytarak.
b. Bayan takrir, yakni memperkokoh dan memperkuat pernyataan al-Qur’an c. Bayan taukid, yakni sebagai penjelas maksud dan tujuan suatu ayat al-Qur’an 3. Subjek dan objek dakwah
Berbicara mengenai dakwah, maka di dalamnya juga akan membahas subjek dan objek dakwah. Karena kedua komponen ini merupakan satu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dari sudut prosesnya.
Kedua unsur ini harus saling berinteraksi untuk mendukung keberhasilan proses dakwah. Namun da’I merupakan unsur utama yang fundamental yang akan menetukan berhasil tidaknya proses dakwah. Subjek dakwah dinamakan da’I, juru penerang, muballigh, dan sebagainya. Adapun pengertian da’I adalah orang yang menyeru, memanggil, mengundang atau mengajak.33
Untuk melakukan aktivitas dakwah, seorang da’I harus mempunyai syarat-syarat dan kemampuan tertuntu agar bisa berdakwah dengan hasil yang baik dan bisa
33
M. Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), Cet. Ke-I, h. 179
(29)
sampai pada tujuannya. Persyaratan dan kemampuan yang perlu dimiliki oleh seorang da’I secara umum bisa mencontoh kepada Rasulullah SAW. Karena kehidupan Rasulullah SAW. Merupakan standar atau ”uswatus hasanah “ bagi umatnya, karena tentunya hal itu pun berlaku dalam dakwah Islam.
Seorang da’I harus mengenal objek dakwahnya, yang meliputi pemikiran, persepsi, problem dan kesulitan-kesulitan objek dakwah. Dengan demikian, ia akan mendapatkan celah-celah jalan untuk proses dakwah dan sekaligus memberikan solusi dan terapi yang tepat bagi persoalan yang dihadapi oleh objek dakwahnya. Oleh karenanya, ajaran-ajaran yang mereka sampaikan kepada umat manusia, akan memiliki pengaruh yang efektif.34
Permasalahan diatas sangat berkaitan sekali dengan teori psikologi komunikator atau kejiwaan seorang komunikator ketika berinteraksi dengan komunikan atau mad’u. ada beberapa teori yang berkaotan dengan hal ini yakni:
a. Teorinya Aristoteles yang menyebut karakter komunikator itu sebagai ethos. Sedangkan ethos terdiri dari pikiran baik, akhlak yang baik dan juga maksud yang baik seorang komunikator ketika berinteraksi dengan komunikan atau mad’u bagi seorang da’I.
b. Teori prior ethos yang menjelaskan tentang hal-hal apa saja yang mempengaruhi persepsi komunikan atau mad’u tentang seorang komunikator atau da’I dalam hal ini sebelum ia melakukan komunikasinya atau sebelum ia berinteraksi.
c. Teori intrinsic ethos yakni teori yang menjelaskan tentang ketertarikan seorang komunikan terhadap seorang komunikator setelah ia berkomunikasi
34
Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral (Yogyakarta: Amin Press, 1997), Cet. Ke-1 h. 52
(30)
dengan komunikator karena cara berbicaranya dan pemilihan kata-katanya, isi yang disampaikannya dan juga kedalaman uraian materi yang disampaikannya.35
Objek dakwah disebut juga mad’u atau sasaran dakwah. Mereka adalah orang-orang yang diseru, dipanggil atau diundang. Maksudnya ialah orang-orang yang diajak kedalam Islam.36
Sasaran atau objek dakwah ialah manusia, baik dirinya sendiri maupun orang lain. Sebab agama Islam diturunkan oleh Allah SWT bukan hanya untuk sekelompok manusia, akan tetapi untuk seluruh umat manusia termasuk da’I itu sendiri.
Sehubungan dengan kenyataan yang berkembang dalam masyarakat, jika dilihat dari aspek kehidupan psikologis. Maka.Sasaran dakwahnya terbagi menjadi :
a. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat di daerah masyarakat marginal dari kota besar.
b. Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan berupa masyarakat pemerinatahan dan keluarga
c. Sasaran yang berupa kelompok masyarakat dilihat dari segi sosial budaya berupa golongan priyayi, abangan dan santri. Klasifikasi ini terutama terdapat dalam masyarakat Jawa.
d. Sasaran yang berhubungan dengan golongan dilihat dari segi tingkat usia berupa golongan anak-anak, remaja, dan orang tua.
35
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), Cet. Ke-18. hal. 255-259
36
Hasanuddin, Hukum dan Tinjauan Aspek dalam Berdakwah di Indonesia,(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. Ke-I, h. 34
(31)
e. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat kehidupan sosial okonomi berupa golongan orang kaya, menengah dan miskin.
f. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi pekerjaan berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai, pegawai negeri dan sebagainya.
g. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi jenis kelamin, berupa golongan wanita dan pria.
h. Sasaran yang berhubungan dengan golongan dilihat dari segi khsusus berupa golongan masyarakat tuna susila, tuna wisma, tuna karya, narapidana dan sebagainya.37
Jadi, subyek dan objek dakwah sangat berkaitan satu sama lain. Dimana da’i sebagai unsur utama yang sangat penting dalam menentukan berhaasil atau tidaknya proses dakwah.
4. Metode Dakwah
Menurut bahasa Yunani metode berasal dari dua kata yaitu: “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara). Maka metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Dalam bahasa Jerman metode berasal dari “methodica” artinya adalah ajaran tentang metode. Sedangkan dalam bahasa Arab yakni “thariq” yang artinya jalan. Sehingga metode adalah cara yang telah diatur dan memulai proses untuk mencapai suatu maksud.38
37
H. M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet. Ke-5, h. 3
38
(32)
Metode adalah suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan. Sedangkan dakwah adalah cara yang digunakan subjek dakwah untuk menyampaikan materi dakwah atau bisa diartikan metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da’I untuk menyampaikan materi dakwahnya yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Maka dari itu, kejelian dan kebijakan seorang juru dakwah dalam memilih dan memakai metode itu sangat mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan dakwah. Pada umumnya bahasan tentang metode dakwah itu merujuk pada surat an-Nahl ayat 125 yaitu:
!
#$
%
&
'()
*
+- %
./
0 &
1234%
5
6
7()89&:
;<
=
$>6
?+ @8&:
7
; (A
7
B
:
*
$>6 &
?+ @8&:
CD
. E8-
%
FAG
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa metode dakwah ada tiga, yaitu : hikmah, mau’izatul hasanah dan mujadalah. Semua metode yang ada adalah cabang dari tiga metode ini.39
Adapun secara umum, metode dakwah menurut al-Qur’an surat an-Nahl ayat 125, terdapat tiga pokok metode dakwah yaitu:
39
(33)
a. Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitik beratkan pada kemampuan mereka, sehingga dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.
b. Mauizhatil Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu menyentuh hati mereka.
c. Mujadalah, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat dan tidak memberikan tekanan-tekanan kepada mad’u nya sehingga tidak melahirkan permusuhan nantinya.40
Disamping itu ada beberapa metode dakwah yang sering digunakan oleh seorang da’I dalam berdakwah:
a. Metode Ceramah
Ceramah adalah suatu teknik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh karakteristik bicara seorang da’I pada suatu aktifitas dakwah.
b. Metode Tanya - Jawab
Metode Tanya-jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong sasarannya (objek dakwah) untuk menyatakan suatu masalah yang dirasai belum dimengerti dan da’I sebagai penjawabnya.
c. Debat
40
(34)
Debat sebagai metode dakwah yang pada dasarnya mencari kebenaran bukan kemenangan, dalam arti menunjukan kebenaran dan kehebatan Islam.
d. Percakapan antar pribadi
Percakapan pribadi atau individual conference adalah percakapan bebas antara seorang da’I dengan individu-individu sebagai sasaran dakwahnya.
e. Metode Peragaan
Yakni suatu metode dakwah dimana seorang da’I memperlihatkan sesuatu contoh yang baik terhadap mad’unya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan, misalnya memperagakan cara shalat.41
5. Media Dakwah
Media adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat atau perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan demikian media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan secara efektif. Media dakwah ini dapat berupa barang, orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.42
Di zaman modern sekarang ini, dakwah harus menyesuaikan situasi dan kondisi yang semakin berubah kearah yang lebih maju. Dituntut efektifitas dan efesiensi dalam pelaksanaan dakwah. Tidak hanya asal dalam melaksanakan dakwah, tetapi harus dipikirkan terlebih dahulu apakah dakwah yang dilaksanakan sudah mengena atau belum, apakah berhasil ataukah tidak.
41
Ibid, h. 61-62 42
(35)
Untuk itulah disamping keberhasilan suatu dakwah itu ditentukan oleh da’I, tetapi media atau sarana dakwah juga berperan penting dalam hal ini.
Jika dilihat dari segi sifatnya, media dakwah itu dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu :
a. Media tradisional, yaitu berbagai macam seni dan pertunjukan yang secara tradisional dipentaskan di depan umum, terutama sebagai hiburan yang memiliki sifat komunikasi seperti : drama, pewayangan, dan sebagainya. b. Media modern/ sekarang, yaitu media yang ada dan dihasilkan di zaman
sekarang seperti: Lembaga-lembaga pendidikan formal, organisasi Islam, lingkungan keluarga, dan media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan sebagainya.
C. Masjid
1. Pengertian Masjid
Kata “masjid” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikann sebagai tempat ibadahnya umat Islam43.
Dalam makna yang lebih luas sekarang ini masjid bukan hanya dijadikan sebagai tempat ibadah shalat saja akan tetapi masjid sudah menjadi multi fungsi, seperti masjid dijadikan sebagai tempat syiar Islam seperti berdakwah, dijadikan tempat pengajian dan bahkan saat ini masjid dijadikan sebagai salah satu tempat akad pernikahan seseorang.
43
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997) Cet. Ke-9
(36)
BAB III
PROFIL KH. AMIRUDDIN SAID, SQ, M.A DAN GAMBARAN UMUM MASJID KUBAH EMAS DIAN AL-MAHRI
A. Biografi KH. Amiruddin Said, SQ, M.A 1. Riwayat Hidup
KH. Amiruddin Said, SQ, M.A terlahir di Jl. Minangkabau Manggarai Jakarta, pada tanggal 22 Desember 1974. Ayahnya adalah seorang pensiunan di Departemen Keuangan, bernama H. M. Said Sanusi, putra Betawi Pasar Minggu. Kakek beliau adalah seorang tokoh masyarakat di daerah Pasar Minggu, masjid Attaqwa yang berada dipinggir jalan Pasar Minggu beliaulah yang mendirikannya. Adapun ibu beliau bernama Hj. Maemunah, wanita Betawi asal Lenteng Agung seorang guru mengaji yang ayahnya adalah seorang tokoh agama di daerah Kebagusan di Lenteng Agung. 44
Sejak terlahir beliau sudah diberikan kelebihan oleh Allah SWT berupa suara yang merdu. Sejak kelas IV SD beliau sudah mengikuti perlombaan MTQ dari tingkat kelurahan sampai pada akhirnya disaat kelas satu Madrasah Tsanawiyah beliau meraih juara I MTQ tingkat DKI golongan anak-anak. Disaat kuliah di PTIQ beliau mencoba kembali untuk mengikuti MTQ tigkat remaja, dan beliau kembali menjadi juara I. namun disaat melanjutkan ditingkat nasional, karena ada pertukaran peserta yang pada akhirnya beliau dipilih untuk menjadi peserta 5 juz hafalan dan tilawah. Setelah dua tahun berikutnya, barulah beliau mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kejuaraan MTQ tingkat nasional dan beliau pun meraih juara I MTQ nasional di Jambi pada tahun 1997. di tahun 2004 beliau kembali mencoba ikut di
44
(37)
golongan dewasa dan beliau pun berhasil mendapatkan juara I STQ nasional di Bengkulu setelah itu beliau dipercaya untuk mewakili Indonesia untuk ikut MTQ Internasional di Teheran Iran, dan beliau pun mendapatkan peringkat ke III disana.45
2. Pendidikan
Sewaktu kecil beliau Sekolah Dasar di SDI Sa’adatuddarain Lenteng Agung, setelah tamat dari SD beliau melanjutkan pendidikannya di Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Aliyah di Pondok Pesantren perguruan Attaqwa Ujung Harapan Bekasi. Kemudian beliau melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yakni kuliah di PTIQ dan setelah itu beliau langsung melanjutkan kembali pendidikannya di Ma’had Darul Musthofa Tarim Hadramaut Yaman.
3. Aktivitas Dakwah
KH. Amiruddin Said, SQ, M.A mulai terjun ke dunia dakwah dan mengawali dakwah bil kalaam itu setelah beliau kembali dari Yaman pada tahun 2000. Beliau mulai mengisi acara-acara taklim, pengajian-pengajian dan lain sebagainya. Adapun yang memotivasi beliau sehingga terjun kedunia dakwah adalah Rasulullah SAW yang senantiasa mengajak ummatnya kepada jalan yang di ridhoi Allah SWT. Maka sebagai seorang yang sejak kecil berkecimpung di dunia agama maka keinginan untuk mengikuti jejak Rasulullah SAW yakni berdakwah sangatlah tinggi.46
Beliau mengatakan, bahwa Rasulullah SAW pernah mengatakan “ sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada manusia “. Perkembangan dakwah yang dijalaninya sekarang ini, beliau mengatakan “semakin hari semakin banyak orang yang membutuhkannya”, karena dengan ilmu yang di titipkan oleh Allah SWT kepadanya. Setelah diresmikannya Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri, sekarang ini beliau mendapatkan amanat untuk membantu dan mengisi
45
Hasil wawancara dengan KH. Amiruddin Said, SQ, M.A Tanggal 27 Maret 2009
46
(38)
kegiatan-kegiatan yang diadakan di masjid ini, bahkan mereka memberikan dan menganugrahkan beliau sebagai Imam Besar masjid ini.
Namun kiprah dakwah yang dilakukan oleh beliau itu tidak hanya pada ruang lingkup Masjid Dian Al-Mahri, ada beberapa majlis yang rutin beliau hadiri dan diisi, bahkan tidak menutup kemungkinan untuk beliau mendapatkan panggilan ataupun undangan untuk berdakwah dari luar, dan tidak sedikit pula orang yang mengharapkan akan kehadiran beliau.
B. Gambaran Umum Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri 1. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya
Masjid Dian Al-Mahri atau yang lebih dikenal lagi dengan sebutan Masjid Kubah Emas ini berada di Jalan Meruyung Raya, Kel. Meruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok. Masjid megah ini berkapasitas 20 ribu jemaah berdiri kokoh di atas lahan seluas 70 hektare. Masjid ini mulai dibangun pada bulan April 1999 oleh seorang dermawan, pengusaha asal Banten bernama ibu Hj. Dian Juriah Maimun Al- Rasyid, istri dari Drs H. Maimun Al Rasyid, yang membeli tanah kawasan ini sejak tahun 1996. Rencananya, selain masjid, lahan ini akan dijadikan Islamic Centre. Nantinya akan ada lembaga dakwah, dan rumah tinggal. Semua bangunan tersebut merupakan bagian dari konsep pengembangan sebuah kawasan terpadu yang diberi nama Kawasan Islamic Center Dian Al-Mahri.47
Masjid Dian Al Mahri diresmikan dan dibuka untuk umum pada tanggal 31 Desember 2006, bertepatan dengan Idul Adha 1427 H. Pendiri masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri berharap nantinya masjid Dian Al-Mahri ini akan menjadi wadah pengembangan syiar Islam. Masjid ini memiliki gaya arsitektur dengan ciri keislaman
47
(39)
yang sangat kuat, yang ditandai dengan terdapatnya kubah, minaret, halaman dalam, portal atau gapura serta penggunaan detail atau hiasan-hiasan dekoratif dengan elemen geometris dan obelisk.48
Karena masjid Dian Al-Mahri merupakan bagian dari konsep sebuah Islamic Center, selain masjid, di kawasan sekitar masjid terdapat gedung serba guna yang mampu menampung 20.000 jamaah, villa, dapur umum, ruko dan rumah tinggal pendiri masjid. Di kawasan seluas 70 ha ini nantinya juga akan dibangun fasilitas pendidikan dan pesantren.
Masjid Dian Al-Mahri sendiri memiliki luas 8000 meter persegi dan mampu menampung 15.000 jamaah untuk pelaksanaan shalat dan 20.000 jamaah untuk pelaksanaan majlis taklim. Masjid yang dikenal dengan masjid kubah emas karena material emas yang terdapat dimasjid ini dapat dijumpai di mahkota pilar interior berupa serbuk emas, gold plating di tangga mezanin, ornamen kaligrafi di langit-langit kubah dan ornamen dekoratif diatas mihrab serta gold mozaik 24 karat yang terdapat di kubah-kubah menara. Lima buah kubah yang terdapat di masjid Dian Al-Mahri ini melambangkan makna rukun Islam, sedangkan enam menara itu melambangkan makna rukun iman.
Selain itu masjid yang sangat luas dan bebas diakses untuk umum ini juga memiliki halaman parkir yang luas dan gedung serba guna serta tempat-tempat yang mendukung untuk menjadikan masjid ini sebagai tempat wisata religi49.
2. Visi dan Misi
a. Visi dari Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri ini adalah :
48
Bulletin Dian Al-Mahri edisi 10, tahun 2008
49
(40)
1) Kebangkitan Budaya Islam di Indonesia untuk membangun sebuah peradaban Islam Indonesia yang akan memperkuat fundamen Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Dengan pengembangan Islam yang ada saat ini, diharapkan Indonesia menjadi pusat perkembangan kebudayaan Islam dunia.
b. Adapun Misi dari Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri ini adalah :
1) Menyebarkan pemahaman “Islam Rahmatan Lil Alamin”, bahwa Islam diturunkan sebagai rahmat untuk seluruh alam semesta.
2) Membudayakan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan sosial, bermasyarakat, dan bernegara di Indonesia.
(41)
BAB IV
ANALISIS AKTIVITAS DAKWAH KH. AMIRUDDIN SAID, SQ, M.A DI MASJID KUBAH EMAS DIAN AL MAHRI
A. Dakwah KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A
Sejak terlahir kedunia ini beliau telah diberikan kelebihan oleh Allah SWT dengan suara yang begitu merdu ketika melantunkan ayat-ayat al-Qur’an, dan inilah salah satu modal yang diberikan Allah kepadanya untuk menjadi seorang yang dapat mensyiarkan ajaran Islam. Kelebihan yang Allah berikan kepadanya itu digunakan dengan sebaik-baiknya dan tidak disia-siakan begitu saja. Karena dengan kelebihan itu pula nama dan derajatnya secara tidak langsung diangkat oleh Allah menjadi orang yang dihormati dan dihargai.
Adapun awal kegiatan dakwah beliau dimulai setelah beliau menamatkan pendidikannya di Ma’had Darul Musthofa Tarim Hadramaut Yaman pada tahun 2000 kembali ke Indonesia. Pada awalnya kegiatan dakwah beliau hanya dilakukan di masjid, mushala dan majlis-majlis pengajian saja, namun karena dengan berdakwah itu dapat dirasakan begitu besar manfaatnya, maka beliau mengajak masyarakat setempat untuk mengaji dan belajar bersama dan beliaupun menadapat kepercayaan masyarakat untuk menjadi orang yang dianggap mampu dalam hal ini.
Perjuangan beliau untuk berdakwah dan mendapatkan kepercayaan masyarakat itu tidak gampang, pada mulanya jamaah yang hadir ketika diadakan pengajian hanya sedikit jumlahnya, namun berkat kegigihan dan keistiqomahan beliau dalam mengemban tugas berdakwah ini, akhirnya beliaupun mendapatkan respon yang positif dari masyarakat dan jamaah yang hadirpun semakin bertambah dan beliau pun dapat mengembangkan dakwahnya dengan baik.
(42)
Setelah diresmikannya masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri, sekarang ini beliau mendapatkan amanat untuk membantu dan mengisi kegiatan-kegiatan yang di adakan di masjid ini, bahkan mereka memberikan dan menganugerahkan beliau sebagai imam besar masjid ini.
Adapun aktivitas dakwah KH. Amiruddin Said, SQ, M.A di Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri secara garis besar itu meliputi:
1. Dakwah Bil Lisan
Metode dakwah Bil Lisan yang dalam tuturan praktisnya itu menggunakan perantara perkataan, melalui ceramah, silaturahmi, muzakarah, pidato, nasehat, diskusi, taushiyah, musyawarah dan mengajar. Seperti:
a. Pengajian Fiqih
Sebuah kegiatan yang di dalamnya itu mengkaji Ilmu Fiqih yang diadakan setiap hari Selasa setelah shalat Maghrib dan berakhir ketika datang waktu shalat Isya. Dalam kegiatan ini beliau menjelaskan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan masalah ibadah seperti shalat, zakat, puasa haji dan ibadah-ibadah lainnya. Kegiatan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mad’u tentang permasalahan Ilmu Fiqih khususnya tentang permasalahan ibadah.
Di dalam kegiatan kajian fiqih ini beliau menggunakan metode Tanya jawab. Setelah beliau menjelaskan tentang satu permasalahan, kemudian beliau membuka forum Tanya jawab kepada mad’u dan mempersilahkan mad’u untuk bertanya.
b. Taklim Umum
Sebuah kegiatan yang diadakan rutin setiap hari Selasa sebelum waktu Dzuhur yang di dalamnya berisi ceramah-ceramah agama yang membahas tentang
(43)
permasalahan yang berkaitan dengan agama yang dapat memperkuat akidah Islam dan keimanan seseorang. Dalam isi ceramah beliau terkadang beliau bercerita tentang kepribadian Rasulullah SAW dan akhlak Rasul dengan tujuan agar mad’u mencontoh kepribadian Rasul dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pembacaan Maulid Nabi Muhammad SAW
Sebuah kegiatan yang rutin diadakan setiap hari senin setelah shalat Maghrib, dalam kegiatan ini beliau hanya membacakan Rawi. Kegiatan ini berlangsung sampai dengan datangnya waktu shalat Isya saja.
d. Istigasah Akbar
Sebuah kegiatan yang rutin dilaksanakan beliau setiap minggu ketiga setiap bulannya. Kegiatan ini berisi dengan pembacaan surat Yaasin, tahlil, pembacaan ratib, muihasabah dan penyampaian taushiyah. Kegiatan ini bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT agar di dalam menjalani kehidupan yang sesaat ini selalu ada dalam lindungannya serta sebagai introspeksi diri terhadap kesalahan-kesalahan yang pernah kita perbuat.
Kegiatan ini dimulai pukul 09.30 pagi sampai dengan datangnya waktu shalat dzuhur dan diakhiri dengan shalat dzuhur berjamaah.
e. Peringatan Hari Besar Islam
Sebuah kegiatan yang sudah menjadi tradisi pada masyarakat Islam Indonesia, kegiatan ini sangat penting dan banyak manfaatnya karena selain mempererat tali silaturahim antar sesama masyarakat ataupun jamaah, kegiatan ini juga mampu membangkitkan semangat keislaman. Dalam kegiatan ini beliau mengisi acara dengan berceramah agama dengan menggunakan metode ceramah.
Adapun perayaan yang sering dilaksanakan itu seperti Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Peringatan Isra’ Mi’raj dan Peringatan Tahun Baru Islam.
(44)
f. Khatib jum’at
Sebuah kegiatan yang diadakan oleh pengurus masjid berupa khutbah jum’at. Dalam hal ini beliau sudah mempunyai jadwal yang telah diatur oleh pengurus masjid. Dalam berkhutbah beliau menggunakan metode ceramah
2. Dakwah Bil Kitabah (qalam)
Adapun metode dakwah ini dengan mengisi tulisan-tulisan pada bulletin Dian Al-Mahri yang diterbitkan tiap minggunya, yang isinya mengenai seputar permaslahan agama dan terkadang beliau memuat tulisannya tentang kepribadian dan akhlak Rasulullah SAW yang sangat bermanfaat bagi para pembaca untuk dijadikan contoh dalam kehidupannya.
3. Dakwah Bil Haal
Metode Bil Haal pada hakekatnya adalah metode dakwah yang mengacu kepada dakwah dalam bentuk tindakan nyata, keteladanan, bersifat pemecahan masalah tertentu dalam dimensi ruang dan waktu yang tertentu pula. Karena itu metode dakwah Bil Haal itu lebih diorientasikan kepada kebutuhan nyata masyarakat terutama yang bersifat fisik.
Dengan demikian metode Bil Haal ini berarti metode yang menaruh perhatian yang lebih besar terhadap masalah kemasyarakatan seperti kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dengan bentuk amal nyata terhadap sasaran (masyarakat) tertentu.
Dalam mengembangkan dakwah Bil Haalnya KH. Amiruddin Said, lebih menekankan kepada sikap dan kepribadian beliau sehari-hari di ruang lingkup masjid kubah emas dalam bentuk pengamalan ibadah seperti menjadi imam shalat dan terjun
(45)
langsung kelapangan bersama masyarakat ataupun jamaah ketika terdapat acara-acara yang diadakan oleh pengurus masjid.
B. Metode Dakwah KH. Amiruddin Said, SQ, M.A
Di dalam al-Qur’an dijelaskan tentang berbagai jenis metode ataupun cara yang digunakan seorang da’I dalam menyampaikan materi dakwah kepada mad’unya. Adapun secara umum, metode dakwah menurut al-Qur’an surat an-Nahl ayat 125, terdapat tiga pokok metode dakwah.
Adapun metode dakwah yang digunakan KH. Amiruddin Said, dalam berdakwah itu menggunakan metode-metode dakwah yang telah ada dan dijelaskan di dalam al-Qur’an dan metode yang telah lumrah digunakan oleh para da’i. namun dalam berdakwah biasanya beliau memadukan metode dakwah yang sudah ada dengan kelebihan yang dimilikinya, seperti dalam isi ceramah yang beliau sampaikan, ada beberapa ayat-ayat al-Qur’an, kemudian beliau membacakannya dengan bertilawah atau dengan lagam-lagam dalam ilmu bacaan al-Qur’an dengan suara yang merdu, dan inilah yang menjadi ciri khas dari dakwahnya beliau. Selain itu juga beliau beraudiensi dengan mad’unya ketika dalam pengajian-pengajian yang di isi beliau.
1. Bil Hikmah
Berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitik beratkan pada kemampuan mereka, sehingga dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.
Dalam metode ini KH. Amiruddin Said, sangat menitik beratkan permaslahan dalam segi pemilihan materi, cara penyampaian dan pemilihan kata yang akan disampaikan terhadap masyarakat ataupun jamaah di masjid Kubah Emas, namun
(46)
karena ruang lingkup dakwah beliau hanya pada masjid kubah emas yang pada umumnya berbagai macam tingkatan orang ada disana dan bercampur menjadi satu baik itu kaya, sederhana maupun miskin, pintar ataupun bodoh. Sehingga dalam metode ini beliau memilih untuk mengambil jalan tengah yakni beliau mencampurkan materi dakwahnya dan juga cara penyampaian dan pemilihan kata-katanya, agar dapat mengena kepada semuanya dan bukan hanya kepada satu tingkatan atau golongan saja.
2. Bil Mauizhatil Hasanah
Berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran-ajaran Islam yang disampaikan itu menyentuh hati mereka.
Sedangkan untuk metode ini KH. Amiruddin Said, menitik beratkan hanya pada cara beliau berdakwah dan juga pemilihan kata-kata yang dapat membuat mad’u itu mudah menerima dan mencerna apa yang beliau sampaikan dan dapat bermanfaat dan diterapkan dalam kehidupan mad’u, seperti isi ceramah yang berisi dan berkaitan tentang masalah ibadah kepada Allah SWT dan terkadang beliau juga bercerita tentang kepribadian dan akhlak Rasulullah SAW
3. Bil Mujadalah
Berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat dan tidak memberikan tekanan-tekanan kepada mad’u nya sehingga tidak melahirkan permusuhan nantinya.
Metode dakwah ini beliau gunakan ketika di dalam taklim umum dan juga di dalam kajian tentang fiqih. Karena di dalam kegiatan tersebut terdapat satu forum,
(47)
dimana jamaah ataupun orang yang ikut serta dalam kegiatan tersebut dapat memberikan pertanyaan dan argumennya tentang suatu masalah yang sedang dibahas. Setelah mendapatkan beberapa pertanyaan, beliaupun menjawabnya dengan sejelas-jelasnya sehingga mad’u dapat memahaminya.
C. Materi Yang Disampaikan KH. Amiruddin Said, SQ, M.A
Materi yang disampaikan tidak lain adalah Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber utama yang kemudian mencakup seluruh kultur Islam yang murni. Materi yang disampaikan itu adalah berupa ilmu, dimana ilmu-ilmu itulah yang diperkirakan atau dibutuhkan oleh masyarakat atau jamaah seperti Akidah, Syari’at dan Akhlak dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh, yaitu:
1. Ilmu Al-Qur’an yakni, kemampuan membaca al-Qur’an dengan baik. Oleh karenanya dalam caeramah beliau selalu membacakan ayat-ayat al-Qur’an ataupun hadist dengan fasih.
2. Ilmu Agama, yaitu dengan cara memberikan pengajaran tentang ilmu fiqih, tauhid atau akhlak.
3. Pengetahuan Umum, yakni dengan cara memberikan wawasan terhadap masyarakat tentang hal-hal yang sedang terjadi.
Dalam penyampaian materi yang akan disampaikan kepada masyarakat itu dapat ditempuh dengan cara hikmah, dalam arti beliau mempersiapkan dalil-dalil yang akan disampaikan begitu juga pemilihan bahasa yang nanti akan beliau uraikan, dengan itu beliau dapat menyesuaikan apa yang akan disampaikannya dan kepada siapa beliau menyampaikan materi dakwahnya, seperti ketika beliau berdakwah
(48)
terhadap orang-orang yang pendidikannya menengah itu harus dibedakan dengan beliau berdakwah terhadap orang-orang yang pendidikannya kelas atas ataupun tinggi.
Kekuatan dakwah terletak pada kata-kata yang dapat merangsang respon psikologi masyarakat atau mad’u. jenis kekuatan tersebut antara lain: keindahan bahasa, jelasnya informasi yang disampaikan, kekuatan logika dan informasi yang berwibawa.
B. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A
Keberhasilan dan kegagalan pada setiap manusia dan suatu organisasi dalam mensyiarkan agama Islam untuk menuju kesuksesan itu tidaklah terlepas dari adanya faktor pendukung dan penghambat. Begitu juga dengan yang dihadapi oleh KH. Amiruddin Said dalam melaksanakan syiar Islam.
Adapun faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau antara lain:
1. Kepribadian beliau yang sampai saat ini masih terus berjuang mencari keridhaan Allah SWT.
2. Adanya respon yang baik dari masyarakat dan jamaah masjid kubah emas terhadap penyelenggaraan kegiatan-kegiatan dakwah.
3. Kerjasama yang baik dengan masyarakat dan jamaah sehingga sosialisasi dari kegiatan dakwah dapat dilakukan dengan baik dan lancar.
4. Masyarakat yang semakin antusias dengan kegiatan dakwah, karena manfaat yang dapat dirasakannya begitu besar dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Keberhasilan dan kesuksesan KH. Amiruddin Said dalam menyebarkan nilai-nilai Islam ini karena tekad dan usaha yang besar yang dilakukannya. Tidak lupa juga
(49)
beliau sangat bersyukur karena beliau mempunyai sebuah media yang diberikan Allah SWT kepadanya berupa masjid Kubah Emas yang cukup untuk dapat menarik minat masyarakat dan itu dijadikan sebagai objek dakwah beliau dan beliaupun dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang telah ada untuk keberhasilan dakwahnya.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa setiap perjuangan itu pasti ada halangan dan rintangan yang harus dihadapi, cobaan itu tidak datang menghadang bagi siapa saja, mereka tidak mengenal besar ataupun kecil, lemah ataupun kuat dan sebagainya. Demikian pula dengan aktivitas dakwah yang KH. Amiruddin Said lakukan dalam menyebarkan nilai-nilai Islam itu tidak luput dari hambatan dan rintangan.
Adapun hambatan dan rintangan yang beliau hadapi merupakan kejadian yang paling berat yang harus dihadapi dalam menyebarkan dakwah Islam. Adapun hambatan itu yakni pada masalah kurangnya minat masyarakat untuk duduk di majlis ilmu seperti pengajian-pengajian yang sering dilakukan di masjid ataupun di majlis taklim. Mereka lebih memilih untuk duduk santai dan menonton televisi misalnya, padahal dengan ta’lim yang rutin itulah sesungguhnya yang banyak memberikan pencerahan untuk kehidupan dan dapat lebih mendekatkan diri kita kepada Allah SWT.
Inilah hambatan terbesar yang dirasakan oleh para da’I di zaman sekarang ini, sebagus apapun metode dakwah yang digunakannya, secanggih apapun media yang digunakannya, dan selengkap apapun isi materinya, namun itu semua tidak akan ada artinya jika di dalam diri masyarakat itu sendiri tidak ada kesadaran meluangkan sedikit waktunya untuk sedikit menenangkan jiwanya atau rohaninya dan memperdalam lagi ilmu keagamaan kita dengan mengikuti pengajian-pengajian ataupun mendengarkan taushiah-taushiah dari seorang da’I ataupun para kyai.
(50)
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Pada bab ini penulis akan menuliskan kesimpulan dari uraian tentang aktifitas dakwah KH. Amiruddin Said, SQ, M.A dalam meningkatkan pengamalan ibadah jamaah Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri. Kemudian setelah itu penulis juga akan memberikan beberapa saran yang kiranya bisa bermanfa'at dalam rangka kemajuan dakwah Islam dalam mensyiarkan nilai-nilai ajaran Islam agar dapat mencapai tujuannya dengan baik.
Dari uraian dan penjelasan yang terdapat pada bab empat, maka dapatlah diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Aktivitas dakwah KH. Amiruddin Said, SQ, M.A di masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri itu adalah dengan cara mengisi kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan oleh pengurus masjid dan kegiatan dakwah beliau, secara garis besar terbagi kepada tiga bagian yakni Pertama dakwah Bil Lisan seperti: pengajian fiqih, taklim umum, pembacaan Maulid Nabi Muhammad SAW (rawi), isatigasah akbar, perayaan hari-hari besar Islam,dan khutbah Jum’at. Kedua dakwah Bil Kitabah (qalam) seperti beliau rutin mengisi dan memberikan tullisannya disalah satu rubrik di bulletin Dian Al-Mahri yang diterbitkan setiap minggunya. Ketiga dakwah Bil Haal dalam hal ini beliau lebih menekankan kepada sikap dan kepribadian beliau sehari-hari di ruang lingkup masjid kubah emas.
(1)
beliau sangat bersyukur karena beliau mempunyai sebuah media yang diberikan Allah SWT kepadanya berupa masjid Kubah Emas yang cukup untuk dapat menarik minat masyarakat dan itu dijadikan sebagai objek dakwah beliau dan beliaupun dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang telah ada untuk keberhasilan dakwahnya.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa setiap perjuangan itu pasti ada halangan dan rintangan yang harus dihadapi, cobaan itu tidak datang menghadang bagi siapa saja, mereka tidak mengenal besar ataupun kecil, lemah ataupun kuat dan sebagainya. Demikian pula dengan aktivitas dakwah yang KH. Amiruddin Said lakukan dalam menyebarkan nilai-nilai Islam itu tidak luput dari hambatan dan rintangan.
Adapun hambatan dan rintangan yang beliau hadapi merupakan kejadian yang paling berat yang harus dihadapi dalam menyebarkan dakwah Islam. Adapun hambatan itu yakni pada masalah kurangnya minat masyarakat untuk duduk di majlis ilmu seperti pengajian-pengajian yang sering dilakukan di masjid ataupun di majlis taklim. Mereka lebih memilih untuk duduk santai dan menonton televisi misalnya, padahal dengan ta’lim yang rutin itulah sesungguhnya yang banyak memberikan pencerahan untuk kehidupan dan dapat lebih mendekatkan diri kita kepada Allah SWT.
Inilah hambatan terbesar yang dirasakan oleh para da’I di zaman sekarang ini, sebagus apapun metode dakwah yang digunakannya, secanggih apapun media yang digunakannya, dan selengkap apapun isi materinya, namun itu semua tidak akan ada artinya jika di dalam diri masyarakat itu sendiri tidak ada kesadaran meluangkan sedikit waktunya untuk sedikit menenangkan jiwanya atau rohaninya dan memperdalam lagi ilmu keagamaan kita dengan mengikuti pengajian-pengajian ataupun mendengarkan taushiah-taushiah dari seorang da’I ataupun para kyai.
(2)
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bab ini penulis akan menuliskan kesimpulan dari uraian tentang aktifitas dakwah KH. Amiruddin Said, SQ, M.A dalam meningkatkan pengamalan ibadah jamaah Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri. Kemudian setelah itu penulis juga akan memberikan beberapa saran yang kiranya bisa bermanfa'at dalam rangka kemajuan dakwah Islam dalam mensyiarkan nilai-nilai ajaran Islam agar dapat mencapai tujuannya dengan baik.
Dari uraian dan penjelasan yang terdapat pada bab empat, maka dapatlah diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Aktivitas dakwah KH. Amiruddin Said, SQ, M.A di masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri itu adalah dengan cara mengisi kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan oleh pengurus masjid dan kegiatan dakwah beliau, secara garis besar terbagi kepada tiga bagian yakni Pertama dakwah Bil Lisan seperti: pengajian fiqih, taklim umum, pembacaan Maulid Nabi Muhammad SAW (rawi), isatigasah akbar, perayaan hari-hari besar Islam,dan khutbah Jum’at. Kedua dakwah Bil Kitabah (qalam) seperti beliau rutin mengisi dan memberikan tullisannya disalah satu rubrik di bulletin Dian Al-Mahri yang diterbitkan setiap minggunya. Ketiga dakwah Bil Haal dalam hal ini beliau lebih menekankan kepada sikap dan kepribadian beliau sehari-hari di ruang lingkup masjid kubah emas.
(3)
2. Adapun untuk materi yang disampaikan beliau ketika berdakwah adalah al-Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah seperti ilmu agama yang berisi tentang ilmu fiqih, tauhid dan akhlak.
3. Sedangkan untuk metode yang beliau gunakan adalah metode-metode yang terdapat dalam al-Qur’an dan metode yang biasa digunakan oleh para da’i. namun beliau memadukan metode dakwah yang ada dengan kelebihan yang dimilikinya.
4. Beberapa factor yang dapat mendukung dakwah KH. Amiruddin Said diantaranya adalah metode yang digunakan beliau ketika berdakwah yang mungkin bisa diterima oleh banyak jamaah yang mengikuti kegiatan dakwahnya, beliau mempunyai sebuah media yang diberikan Allah SWT kepadanya berupa Masjid Kubah Emas yang cukup dapat menarik minat masyarakat dan itu dijadikan sebagai objek dakwah beliau. Adapun factor penghmbat yang dirasakan beliau adalah kurangnya minat masyarakat untuk duduk dimajelis ilmu seperti di pengajian-pengajian ataupun di masjid
B. Saran
Saran-saran yang bisa diberikan oleh penulis dalam rangka kemajuan dakwah Islam saat ini agar lebih maju dan lebih baik lagi antara lain sebagai berikut:
1 Dalam kegiatan Kajian tentang Fiqih itu seharusnya diperpanjang waktunya sehingga penjelasan yang akan disampaikan oleh Kyai itu akan lebih luas lagi 2 Agar jamaah tidak merasa jenuh dengan kegiatan yang biasa diadakan selama
ini, dan melihat potensi pak kyai alangkah baiknya jika ditambah dengan kegiatan pembelajaran Qori.
(4)
3 Kepada KH. Amiruddin Said, SQ, M.A dan kepada seluruh pengurus Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri, tetaplah bersemangat dalam mensyiarkan nilai-nilai Islam
4 Melihat perubahan zaman saat ini, maka seorang da’I itu harus pandai dan lebih teliti lagi dalam menyesuaikan metode yang digunakan dan memilih materi yang akan disampaikan
5 Keilmuan kita yang harus diperbanyak lagi baik dalam ilmu agama ataupun ilmu-ilmu umum lainnya, karena dengan ilmulah sesuatu akan bisa berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Ali Azis, Moh. Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana, 2004), Cet. Ke-1
Amin, Mansyur. Dakwah Islam dan Pesan Moral (Yogyakarta: Amin Press, 1997), Cet. Ke-1
Anshori, Hafi. Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), Cet. Ke-1
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998, Edisi revisi), Cet. Ke-12
Arnold, Thomas W. Sejarah Dakwah Islam, (Jakata: PT. Bumi Restu, 1981), Cet. Ke-2
Bulletin Dian Al-Mahri edisi 10, tahun 2008
Bungin, H. M. Burhan. Sosiologi Komunikasi: teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. (Jakarta: Kencana, 2006), Cet. I
Dagun, Save M. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 1997), Cet. Ke-I
Departemen Agama RI, Alqur’an dan Terjemah, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1997) Cet. Ke-9
Consuelo, G. Sevilla, dkk. Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta:UI-Press, 1993), Cet Ke-I
Hakim Mahmud, Ali Abdul. Dakwah Fardiyah, metode membentuk pribadi muslim (Jakarta: Gema Insani, 1995) Cet. Ke-I
Hasanuddin, Hukum dan Tinjauan Aspek dalam Berdakwah di Indonesia,(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. Ke-I
Ismail, Ilyas. Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah. Jakarta, Penamadani, 2006. Cet. Ke-1
Kafie,Jamaluddin. Psikologi Dakwah, (Surabaya: Indah, 1993), Cet. Ke-I]
Mahmud, Ahmad. Dakwah Islam, (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002) Cet.Ke-I Muhammad Nuh, Sayyid. Dakwah Fardiyah, Pendekatan Personal Dalam DAkwah,
(Solo: Intermedia, 2006), Cet. Ke-1
Mutahari, Murtadho. Persfektif Al Qur’an Tentang Manusia dan Agama, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), Cet. Ke-I
(6)
Moeloeng, Lexj. Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosdakarya,2005), Cet. Ke-1
Nashin Ulwan, Abdullah. Pesan Untuk Pemuda Islam, (Jakarta, Gema Insani Press, 1991) Cet. Ke-I.
Natsir, M. Fiqhudh Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 1983). Cet.ke-4
Omar, H.M. Toha Yahya. Islam dan Dakwah, (Jakarta: PT. Al Mawardi Prima, 2004), Cet. Ke-I
Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. Ke-12
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. Ke-18
Rasyad Shaleh, Abdul. Manajemen Dakwah Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1994), Cet. Ke-2
Shihab, M. Quraish. Membumikan Al Qur’an: fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan masyarakat, (Bandung: Mizan 1994), Cet. Ke-VII
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial: suatu tekhnik penelitian bidang kesejahtraan social dan ilmu sosial lainnya, (Bandung: PT Remaja osdakarya, 2000), Cet. Ke-4
Soeltoe, Samuel. Psikologi Pendidikan II. (Jakarta: FEUI, 1982),Cet. Ke-1
Sojogyo dan Pujiwati Sojogyo, Sosiologi Pedesaan Kumpulan Bacaan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1999) Cet. Ke-12 jilid I
Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), Cet. Ke-I.
Yuliar, Soni. et al, Memotret Telemtika Indonesia: Menyongsong Masyaraka Informasi Nusantara (Bandung, Pustaka Hidayah, 2001), Cet. Ke-I