Proses Donor Air Susu Ibu

3. Cara penyimpanan ASI Donor Tempatkan ASI sebanyak 50-150 ml kedalam wadah kaca sisa selai 450 ml. Tutup wadah kaca dan letakkan ke dalam panci aluminium 1 liter, tuangkan air mendidih 450ml atau hingga permukaan air mencapai 2 cm dari bibir. Panci dapat diletakkan pemberat diatas wadah kaca, kemudian tunggu selama 30 menit. Pindahkan susu, dinginkan, dan berikan kepada bayi atau simpan di lemari pendingin. b. Fisiologi laktasi yang terjadi pada relaktasi dan induksi laktasi Flash Heating Tempatkan ASI sebanyak 50-150 ml kedalam wadah kaca 450 ml. Wadah kaca ditutup sampai saat dilakukan flash heating. Untuk melakukan flash heating, buka tutup wadah dan letakkan dalam 1 liter Hart Pot pemanas susu Tuangkan air 450 ml atau hingga permukaan air mencapai 2 cm dari bibir panci. Didihkan air, bila telah timbul gelembung pindahkan wadah dengan cepat dari air dan sumber panas. Dinginkan ASI, berikan kepada bayi atau simpan di lemari pendingin. c. Mutu dan Keamanan ASI Mutu dan keamanan ASI meliputi kebersihan, cara penyimpanan, pemberian, dan pemerahan ASI: Calon pendonor ASI harus mendapatkan pelatihan tentang kebersihan, cara memerah, dan menyimpan ASI. Sebelum memerah ASI, cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, kemudian keringkan dengan handuk bersih. ASI diperah di tempat bersih. Bila menggunakan pompa, gunakan yang bagiannya mudah dibersihkan. Pompa ASI tipe balon karet berisiko terkontaminasi. ASI perah harus disimpan pada tempat tertutup, botol kaca, kontainer plastik dari bahan polypropylene atau polycarbonate, botol bayi gelas atau plastik standar perhatikan tata cara penyimpanan ASI d. Unit Donor ASI Unit Donor ASI mutlak ada untuk mempermudah akses pendonor dan penerima, menjamin keamanan, etik dan terjaminnya kesehatan yang optimal. Sesuai prosedur dan protokol standar internasional pengelolaan ASI donor. Memiliki Tim konsultan yang mencakup bidang ilmu terkait dan staf yang terlatih. e. Pencatatan Pencatatan menjadikan bagian penting dalam proses donor ASI, yang mencakup identitas pendonor, lembar persetujuan, kuesioner dan hasil tes skrining penyakit, keterangan resipien, data pelengkap administrasi, dan sebagainya. Peran pemerintah melalui Kementerian terkait atau badan khusus sangat diperlukan untuk pelaksanaan dan pengawasan kegiatan donor ASI. Kebijakan pemerintah diperlukan untuk penggunaan ASI donor. 86 86 Pediatri, Prosedur dan Cara Donor ASI On-Line, tersedia di: https:Jurnalpediatri.com diakses pada tanggal 04 Mei 2017 pukul 20. 30 wib.

BAB IV ANALISIS FATWA MUI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG SEPUTAR

DONOR AIR SUSU IBU MENURUT HUKUM ISLAM Setelah penulis mengumpulkan data-data yang bersifat kepustakaan dan buku-buku yang berkaitan dengan judul karya tulis ini yaitu tentang Istirdla ‟ dalam pandangan hukum Islam Analisis Fatwa MUI Nomor 28 Tahum 2013 Tentang Seputar Donor Air Susu Ibu, yang kemudian dituangkan dalam menyusun pada bab-bab terdahulu, maka sebagai langkah selanjutnya penulis akan menganalisis data yang telah penulis kumpulkan itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut : A. pertimbangan MUI mengeluarkan Fatwa diperbolehkannya donor air susu ibu Diawal pembahasan isi sebelumnya sudah dijelaskan bahwasaannya donor air susu ibu diperbolehkan oleh Majelis Ulama Indonesia dengan yang tertuang didalam Fatwa dibagian memutuskan dengan ketentuan hukum yang berbunyi seseorang ibu boleh memberikan ASI kepada anak yang bukan anak kandungnya. Demikain juga sebaliknya, seseorang anak boleh menerima ASI dari ibu yang bukan ibu kandungnya sepanjang memenuhi ketentuan syar‟i. Adapun yang menjadi pertimbangan MUI dalam mengeluarkan Fatwa diperbolehkannya donor air susu ibu, melihat bahwa ditengah masyarakat ada aktivitas berbagi air susu ibu untuk kepentingan pemenuhan gizi anak-anak yang tidak berkesempatan memperoleh air susu ibunya sendiri, baik disebabkan oleh kekurangan suplai ASI ibu kandungnya, ibunya telah tiada, tidak diketahui ibu kandungnya, maupun sebab lain yang tidak memungkinkan akses ASI bagi anak. Mengingat pentingnya kebutuhan air susu ibu terhadap bayi terutama untuk bayi usia 0 bulan sampai dengan 2 tahun hal ini pula yang diajarkan hukum Islam terhadap manusia seperti yang telah dijelaskan pada ayat- ayat Al Qur‟an dan hadis-hadis sebelumya, serta dari hasil penelitian-penelitian ilmiah dari ilmu kesehatan dan juga gizi serta psikologi menunjukan bahwa ASI memanglah memiliki segudang manfaat bagi bayi. Selain itu masyarakat pun menyadari akan pentingnya air susu ibu terhadap bayi. Hal ini dapat dilihat dari aktifitas masyarakat yang lebih mencari donor air susu ibu terhadap bayi yang tidak bisa mendapat akses air susu ibu dari ibu kandungnya jika dibandingkan memberikan air susu formula, meski berbagai produk susu formula dengan memamerkan keunggulan masing-masing tidak bisa di pungkiri bahwa air susu ibulah yang lebih mengandung banyak manfaatnya. Oleh sebab itu tidaklah heran jika masyarakat lebih memilih mencari donor air susu ibu jika dibandingkan dengan memberikan bayi dengan susu formula. Melihat aktifitas mayarakat yang tidak sedikit melakukan donor air susu ibu mulai manimbulkan keraguan dan berbagai pertanyaan mengenai kebolehannya secara hukum Islam serta akibat hukumnya, hal ini menimbulkan keresahan tersendiri bagi masyarakat khususnya masyarakan yang melakukan donor air susu ibu. Oleh sebab itu dengan berbagai alasan dan dasar-dasar hukum yang telah dijelaskan sebelumnya maka Majelis Ulama Indonesi MUI memandang pentingnya untuk mengeluarkan fatwa mengenai seputar donor air susu ibu baik mengenai syarat ketentuannya maupun akibat hukumnya, supaya tidak menimbulkan keraguan dan permasalahan dikalangan masyarakat serta mendapatkan kepastian hukum mengenai seputar donor air susu ibu. B. Pandangan hukum Islam tentang pertimbangan MUI mengeluarkan Fatwa memperbolehkan donor air susu ibu. Berdasarkan pertimbangan Majelis Ulama Indonesia MUI yang telah dijelaskan bada bab-bab sebelumnya maka ditentukan bahwasaannya donor air susu ibu diperbolehkan oleh Majelis Ulama Indonesia, seseorang ibu boleh memberikan ASI kepada anak yang bukan anak kandungnya. Demikain juga sebaliknya, seseorang anak boleh menerima ASI dari ibu yang bukan ibu kandungnya sepanjang memenuhi ketentuan syar‟i. Karena melihat bahwa ditengah masyarakat ada aktivitas berbagi air susu ibu untuk kepentingan pemenuhan gizi anak-anak yang tidak berkesempatan memperoleh air susu ibunya sendiri, baik disebabkan oleh kekurangan suplai ASI ibu kandungnya, ibunya telah tiada, tidak diketahui ibu kandungnya, maupun sebab lainnya. Mengenai Fatwa donor air susu ibu, penulis berpendapat bahwa Fatwa Majelis Ulama Indonesia sesuai dengan hukum Islam. karena tidak bisa dipungkiri bahwasanya pada zaman dahulu aktifitas menyusui anak yang bukan anak kandungnya memang sudah ada dan sampai saat ini masih dilestarikan untuk membantu para ibu yang tidak bisa memenuhi suplai air susu ibu bagi sibayi. Akan tetapi Pada zaman sebulum Rasulullah lahir hukum mengenai rodhoah ataupun donor air susu ibu masih terombang-ambing dan belum ada yang