Substansi Fatwa MUI No. 28 Tahun 2013
menganjurkan agar orang tua menitipkan anaknya kepada wanita salehah dan cerdas demi terbentuknya generasi yang unggul dan terdepan.
72
Ketentuan ini sejalan dengan penulis karena ASI merupakan asupan yang sangat diperlukan
untuk pertumbuhan bayi yang belum berusia dua tahun, maka sangat dianjurkan memilih ibu yang sehat baik fisik maupun mental karena ketentuan tersebut
sangat mempengaruhi kesehatan bayi dan keperibadian anak susu dimasa yang akan datang.
b. Ibu tidak sedang hamil. Karena khawatir kekurangan gizi. Ibu hamil sekaligus menyusui harus
mendapat super ekstra asupan gizi. Asupan makanan dengan kandungan protein dan karbohidrat yang lebih tinggi dibutuhkan seorang ibu yang hamil dan
menyusui, karena keadaan ini memang memerlukan tambahan tenaga. Gizi terutama kalsium, bisa meminum kalsium posfat 1-2x sehari dan vitamin
kehamilan serta juga lebih sering memakan makanan alami. Dan lebih-lebih Keadaan fisik dan psikis ibu sang ibu pasti merasa lelah secara fisik dan psikis
saat ini, belum lagi mual dan muntah karena kehamilan
morning sickness
. Oleh karena itu perlu diperhatikan keadaan ibu, jika tidak memungkinkan maka jangan
menyusui ketika hamil, lebih banyak beristirahat.
73
3. Pemberian ASI sebagaimana dimaksud pada ketentuan angka 1 menyebabkan
terjadinya
mahram
haram terjadi pernikahan akibat
radha
persusuan.
72
Imam Ibnu Hajar Al- „Asqalany,
Bulughul Maram Five In One
Jakarta: Noura Books PT Mizan Publika, 2015, h. 665.
73
Raehanul Bahraen,
Menyusui Ketika Hamil, Berbahayakah? Syariat Dan Medis
Agaustus, 2012, h. 3.
Persusuan yang bukan dari ibu kandungnya akan mengakibat saudara sepersusuan dengan ketentuan ini maka dapat mengharamkan terjadinya
pernikahan hal ini dijelakan dalam hadits Nabi yang berbunyi:
ل ِب َس الَ ِملُمُْܳ ََاَملَعا َضܳال ْ ِملُمُْܳ ََ
Artinya: “Diharamkan untuk dinikahi akibat sepersusuan apa
-apa yang diharamkan untuk dinikahi dari nasabhubungan
keluarga.”
74
Demikian juga sabda beliau, yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abu Mulaikah, ia bercerita, bahwa Ubaid bin Abi Maryam memberitahukan kepadaku
dari Uqbah bin Harits, ia menceritakan, aku pernah mendengarnya dari Uqbah, tetapi aku hafal Hadits Ubaid tersebut. Dan ia bercerita,”Aku pernah menikahi
seorang wanita, lalu seorang wanita hitam datang kepada kami seraya berkata.‟Sesungguhnya aku telah menyusui kalian berdua.‟ Maka akupun segera
datang kepada Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam
dan kukatakan,‟Aku telah menikahi Fulanah binti Fulan, lalu seorang wanita hitam datang kepada kami dan
berkata „Sesungguhnya aku telah menyusui kalian berdua.‟ Saya bertanya kepada Rasullullah,‟ apakah ia telah berdusta?‟ Kemudian beliau berpaling dariku. Ubaid
melanjutkan ceritanya. Selanjutnya ia mengatakan,” Kemudian aku mendatanginya tepat dihadapan wajah beliau, dan beliaupun tetap memalingkan
wajahnya dariku. Kemudian aku katakan,‟Apakah ia telah berdusta.‟ Maka beliau
74
Imam Ibnu Hajar Al- „Asqalany,
Op. Cit.
h. 663.
b ersabda,” Bagaimana mungkin, sedangkan ia telah mengaku bahwa telah
menyusui kalian berdua. Ceraikanlah istrimu itu.
75
4. Mahram akibat persusuan sebagaimana pada angka 2 dibagi menjadi depan
kelompok sebagai berikut: a.
Ushul asy-Syakhsi
pangkal atau induk keturunan seseorang, yaitu: Ibu susuan donor ASI dan ibu dari ibu susuan tersebut terus ke atas
nenek, buyut dst. b.
Al-
Furu‟ min ar
-
Radha‟ keturunan dari anak susuan, yaitu: Anak susuan itu sendiri, kemudian anak dari anak susuan tersebut terus ke
bawah cucu, cicit dst. c.
Furu‟ al
-Abawayni min ar-
Radha‟ keturunan dari orang tua susuan, yaitu: Anak-anak dari ibu susuan, kemudian anak-anak dari anak-anak
ibu susuan tersebut terus ke bawah cucu dan cicit. d.
Al-
Furu‟ al
-Mubasyirah min al-Jaddati min ar-Radh
a‟ keturunan dari kakek dan nenek sesusuan, yaitu: Bibi susuan yang merupakan
saudara kandung dari suami dari donor ASI dan Bibi susuan yang merupakan saudara kandung dari ibu Donor ASI. Adapun anak-anak
mereka tidaklah menjadi mahram sebagaimana anak pamanbibi dari garis keturunan.
e.
Ummu az-Zawjah wa Jaddatiha min ar-
Radha‟ ibu sesusuan dari Istri dan nenek moyangnya, yaitu: Ibu susuan pendonor ASI dari istri,
kemudian ibu dari ibu susuan istri sampai keatas nenek moyang.
75
Syaikh Hasan Ayyub,
Fikih Keluarga
Jakarta: Al-Kautsar, 2004, h. 188.
f.
Zawjatu al-Abi wa al-Jaddi min ar-
Radha‟ istri dari bapak sesusuan dan kakek moyangnya, yaitu: Istri dari suami ibu pendonor ASI istri
kedua, ketiga atau keempat dari suami ibu pendonor ASI, kemudian istri dari bapak suami ibu pendonor ASI sampai ke atas istri keduan,
ketiga, atau keempat dari bapak suami ibu pendonor ASI sampai ke kakek moyangnya.
g.
Zawjatu al-Ibni wa Ibni al-Ibni wa Ibni al-Binti min ar-
Radha‟ istri dari anak sesusuan dan istri dari cucu sesusuan serta anak laki-laki dari
anak perempuan sesusuan, yaitu: Istri dari anak sesusuan kemudian istri dari cucu sesusuan istri dari anaknya anak sesusuan dan
seterusnya sampai kebawah cicit dst. Demikian pula istru dari anak laki dari anak perempuan sesusuan dan seterusnya sampai ke bawah
cucu, cicit dst. h.
Bintu az-Zawjah min ar-
Radha‟ wa Banatu Awladiha anak perempuan sesusuan dari istri dan cucu perempuan dari anak lakinya
anak perempuan sesusuan dari Istri, yaitu: Anak perempuan sesusuan dari istri apabila istri memberi donor ASI kepada seorang anak
perempuan, maka apabila suami dari istri tersebut telah melakukan hubungan suami istri senggama maka anak perempuan susuan istri
tersebut menjadi mahram, tetapi bila suami tersebut belum melakukan senggama maka anak perempuan susuan istrinya tidak menjadi
mahram.
Demikian pula anak perempuan dari anak laki-lakinya anak
perempuan susuan istri tersebut sampai ke bawah cicit dan seterusnya.
5. Terjadinya
mahra m
haramnya terjadi pernikahan akibat radha‟ persusuan
jika : a. Usia anak yang menerima susuan maksimal dua tahun qamariyah.
Dalam hal ini, apa bila ada ibu memberikan ASI kepada bayi yang bukan bayi kandungnya, lebih dari dua tahun maka bayi tersubut tidak
akan menjadikan saudara sepersusuan ataupun
mahram
hal ini sesuai dengan pendapat, Mayoritas ulama bahwa susuan yang menjadikan
mahram hanya khusus bagi anak dibawah dua tahun karena susu merupakan makanan pokok bagi bayi tersebut dan mengenyangkan.
76
b. Ibu pendonor ASI diketahui Identitasnya secara secara jelas.
Untuk mencegah terjadinya pernikahan akibat
radha
persusuan, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 33 Tahun 2012 Tentang
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif mengatur bahwasannya didalam pasal 11 ayat 2 bagian b mengatakan: Identitas, agama, dan alamat pendonor
ASI diketahui dengan jelas oleh ibu atau keluarga dari bayi penerima ASI.
77
Hal ini dilakukan agar meminalisir terjadinya pernikahan yang diharamkan karena terjadinya sepersusuan.
76
Imam Ibnu Hajar Al- „Asqalany,
Op. Cit.
h. 661.
77
PP RI Nomer 33 Tahun 2012,
Tentang Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2012, h. 5.
c. Jumlah ASI yang dikonsumsi sebanyak minimal lima kali persusuan.
Terjadinya mahram apabila, Jika wanita menyusui anak orang lain dengan air ASInya, maka anak tersebut menjadi anak susuanya dengan
syarat :
a. Anak yang disusui tersebut usianya belum mencapai 2 tahun.
Al-Hafizh mengatakan tentang masa penyusuan. Dikatakan, tidak lebih dari usia dua tahun. Ini adalah riwayat Wahb dari Malik, dan
demikianlah pendapat jumhur mayoritas ulama. Argumen mereka adalah hadits Ibnu „Abbas.
78
yang berbunyi :
ل َ ِِ َ ل لابَ ل ِ ْبالِ َ َو لُﷲ
لِ ْ َ ْ َ ال ِ لَٕالَعلا َضَ لََلَلاَ لاَ ُ َْْ ل
ل ٍّيَِܱ ل ُ ْباَول ِِ ْطُ َ لاܱـ َالُ ا َوَ
ل َ ل ُ ل ْ َمالاَ ل َ َولاًفل ُ ْ َمَولاً ُفَْܳم
Artinya : “Ibnu Abbas r.a. berkata,
“ Tidak ada persusuan yang menjadikan mahram kecuali dalam usia dua tahun ke bawah.”
Hadis ini marfu‟
dan
mauquf
riwayat al-Daruquthni dan Ibnu Adiy. Namun, mereka lebih menilai
mauquf.
79
78
Abu Hafsh Usanah bin Kamal bin „Abdir Razzaq, Panduan Nikah Lengkap dari “A” Sampai “Z” Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2011, h. 76.
79
Imam Ibnu Hajar Al- „Asqalany,
Op. Cit.
h. 664.
Sahnya hubungan persusuan menurut pendapat yang lebih kuat adalah yang dilakukan pada masa-masa bayi dan belum disapih, yaitu
sebelum umur maksimal dua tahun.
Hakikatnya memberikan air susu ibu kepada anak adalah memberikan kekuatan dasar dan daya tahan kepada bayi sebelum dia
disapih berhenti menyusu ibu. Hadist ini lebih tegas menjelaskan bahwa syarat persusuan, selain minimal lima kali menyusu, disyaratkan
juga bahwa susuan dilakukan maksimal sampai umur bayi dua tahun. Dan sahnya hubungan persusuan menurut pendapat yang paling kuat
adalah dilakukan pada masa-masa bayi dan belum disapih, yaitu umur maksimal dua tahun.
b. Anak yang disusui tersebut menyusu sebanyak 5 kali susuan yang berbeda-beda.
80
Para Ulama berselisih tentang jumlah penyususan yang menyebabkan haramnya pernikahan. Ada sejumlah hadits yang
berbeda- beda dari Ummul Mukminin ‟Aisyah Radhiyallah Anha, ada
yang menyebutkan sepuluh kali, tuju kali, dan lima kali susuan; dan yang paling shahih adalah riwayat Muslim yang menyebutkan lima kali
susuan. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam riwayat Muslim dari „Aisyah Radhiyallah Anha, : “Diantara ayat al-Qur-an yang diturunkan
80
Ulin Nuha, Ringkasan Kitab Fikih Imam Syafi‟i Yogyakarta: Mutiara Media, 2014, h.
110.
ialah tentang sepuluh susuan yang telah dikenal. Kemudian dihapuskan dengan lima susuan yang telah dikenal. Lalu Rasulullah SAW wafat, dan
itulah yang dibaca.
81
Penyusuan itu tidak diharamkan pernikahan kecuali lima kali penyusuan. Demikian
lah pendapat Ibnu Mas‟ud, Ibnu Zubair dan sebuah riwayat dari Ahmad. Dalam hal ini mereka mendasari pendapat tersebut
dengan hadist Aisyah Radhiyallah Anha, yang menyebutkan lima kali penyusuan yang berbunyi :
82
لَﷲلر لَܑش لا ل ل ْܒَا لاْ ل
ل: لْ ُلْ َمل ِ لاَ َضَ ل ُ ْ َ ل ِنٓأُْܳ ْالَ ِملَلِزْألاَ ْيِفل َنلاـَ
ل ل َ ْملَِّܳ َُل ِ لاَم
ل, َصل ِِ الَ ِّ ل ُ ُܘَفل ٍ لاَمل ْ ُلْ َمل ٍسْ َ ِِلَ ْخ ِسُل ُُ
ﷲ ولمـلسول يل ل
ل ل ِنٓأُْܳ ْال ْ ِملأل َْܳ ُيلاَ ْيِفل ُ
مـلسمل او
Artinya : “Dari Aisyah RA ia berkata: „Dahulu, dalam a
pa yang diturunkan dari Al-
Qur‟an mengatur bahwa sebanyak sepuluh kali
susuan yang diketahui yang menyebabkan keharaman, kemudian dinasakh dihapus
da diganti dengan lima kali susuan yang diketahui, kemudian Nabi SAW wafat dan itulah yang dibaca didalam Al-
Qur‟an.” HR. Muslim.
83
Sebagai ulama menganggap perkataan Aisyah ini tidak boleh menjadi dalil karena bukan Al-
Qura‟an, sebab tidak
mutawatir;
dan bukan pula hadis karena Aisyah sendiri tidak menggapnya hadis.
Sebagian ulama lainya berpendapat bahwa perkataan hadis itu dapat
81
Abu Hafsh Usanah bin Kamal bin „Abdir Razzaq,
Op. Cit.
h. 76.
82
S yaikh Hasan Ayyub,
Op. Cit.
h. 189.
83
Imam Ibnu Hajar Al- „Asqalany,
Op. Cit.
h. 662.
dijadikan alasan; karena hadis itu diriwayatkan dari Rasulullah Saw., maka hukumnya hukum hadis.
84
d. Cara penyusuannya dilakukan baik secara langsung keputing susu ibu
imtishash
maupun melalui perahan.
e. ASI yang dikonsumsi anak tersebut mengenyangkan.
Susuan yang menjadikan mahram itu apabila susu tersebut menjadi asupan untuk mengenyangkan, sesuai dengan hadist Rasulullah saw
bersabda:
ل َ ِِ َ لاَ َْْ ل َو لُﷲ
لُل ُسَ لَلاَ ل ْܒَاَ لاَ َْْ لِﷲ
لَ َص لُﷲ
لܳ َالاَ ِ
اَفل ُ ُاَ ْخِالْ َملَنُْܳ ُْالَمـلَسَولِ ْيَلَ
لَِܑ لاَجَمال َ ِملَُܑ ا َض لِ ْيَلَ ل ٌ َ ܘُم
ل
Artinya: “ Dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah Saw. Bersabda, “wahai kaum
wanita lihatlah saudara -saudara kalian sesusuan. Hubungan saudara sesusuan itu terjadi jika menyusui untuk menghilangkan rasa
lapar.” Muttafaq „Alaih.
85
Dengan hadist Nabi ini, bahwa satu atau dua isapan bayi kepada puting susu seorang wanita tidak menyebabkan wanita itu menjadi ibu susu
baginya dan anak-anak ibu susu itu belum dianggap sebagai saudara susu bagi
84
H. Sulaiman Rasjid,
Fiqih Islam
Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994, h. 425.
85
mam Ibnu Hajar Al- „Asqalany,
Op. Cit.
h. 660.
bayi tersebut karena satu atau dua isapan belum termasuk mengenyangkang bayi yang menerimanya.
6. pemberian ASI yang menjadikan berlakunya hukum persusuan adalah masuknya ASI tersebut kedalam perut seorang anak dalam usi antara 0 sampai
2 tahun dengan cara penyusuan langsung atau melalui perahan.
Hubungan saudara sesusuan itu terjadi jika menyusui untuk menghilangkan rasa lapar maka hal ini dipastikan akan masuk kedalam perut
sehingga akan terjadi
mahram
saudara sepersusuan, mayoritas ulama berpendapat bahwa susuan yang menjadikan mahram hanya khusus bagi anak usia
0 sampai 2 tahun karena susu merupakan makanan pokok bagi bayi tersebut dan dapat mengenyangkan.
7. Seorang muslimah boleh memberikan ASI kepada bayi nonmuslim, karena
pemberian ASI bagi bayi yang membutuhkan ASI tersebut adalah bagian dari kebaikan antar umat manusia.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 2 yang artinya “
Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan
janganlah tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran
”
.
Firman Allah ini menjelaskan bahwa semua perbuatan yang mengandung kebaikan
diperbolehkan lebih-lebih dalam kebaikan menolong seorang bayi yang mana bayi tersebut tidak mendapatkan pemenuhan gizi atau suplai ASI dari ibu kandungnya,
dikarnakan ibunya telah tiada, tidak diketahui ibu kandungnya, maupun sebab lain
yang tidak memungkinkan akses ASI bagi anak. Dengan ini, demi perkembangan bayi maka seorang muslim boleh memberikan ASI kepada bayi nonmuslim agar
bayi tersebut mendapatkan nutrisi dan gizi ASI. 8.
Boleh memberikan dan menerima imbalan jasa dalam pelaksanaan donor ASI, dengan catatan; i tidak untuk komersialisasi atau diperjualbelikan; ii
ujrah
upah diperoleh sebagai jasa pengasuhan anak, bukan sebagai bentuk jual beli ASI.
Pemberian upah terhadap pendonor air susu ibu diperbolehkan sebagai tanda terimakasih atas donor air susu tersebut, hal itu dapat saja terjadi karena
mengingat sulitnya mendapat air susu ibu secara normal maka dengan ini wanita boleh menerima upah dari mendonorkan air susu ibu tersebut.
B. Rekomendasi.
Dalam fatwanya, MUI mengatakan bahwa donor ASI diperbolehkan. Komisi Fatwa MUI menyampaikan rekomendasi kepada kementerian kesehatan
dan pemerintah setempat yang ingin mendonorkan ASI kepada anak yang bukan anak kandungnya. Rekomendasi itu adalah:
1. Kementerian Kesehatan diminta untuk mengeluarkan aturan mengenai
Donor ASI dengan berpedoman pada fatwa ini. 2.
Pelaku, aktifis dan relawan yang bergerak di bidang donor ASI serta komunitas yang peduli pada upaya berbagi ASI agar dalam menjalankan
aktivitasnya senantiasa menjaga ketentuan agama dan berpedoman pada fatwa ini.
Kesimpulannya sebenernya fatwa ini, MUI memang
menyatakan bahwa donor ASI diperbolehkan dengan ketentuan agama dan berpedoman pada fatwa ini.