Asumsi Metode Penelitian PENDAHULUAN

21 cara melakukan tanya jawab secara langsung tatap muka, antara pewawancara dengan responden namun dapat juga dilakukan secara tidak langsung dengan telepon atau surat. 30 Teknik wawancara atau interview dilakukan kepada pejabat di DispendaPasedahan Agung Kabupaten Badung. Sedangkan untuk mengumpulkan data sekunder dilakukan dengan cara studi documenter.Teknik studi dokumen merupakan langkah awal dari setiap penelitian hukum baik normatif maupun empiris, karena penelitian hukum selalu bertolak dari premis normatif. 31 1.9.6. Pengolahan dan Analisis Data Setelah data primer dan data sekunder telah terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis data ini dilakukan secara analisis kualitatif yaitu penelitian yang mengumpulkan data naturalistik yang terdiri atas data-data yang tidak diolah menjadi angkatabel, bersifat monografis atau berupa kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam struktur klasifikasi, dan menggunakan pedoman wawancara dan observasi. 30 M.Mochtar, 1998, Pengantar Metodologi Penelitian, Sinar Karya Dharma IIP, Jakarta. h.72 31 Ibid, h.68 22

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS

TANAH DAN BANGUNAN BPHTB 2.1. Tinjauan Umum tentang Pajak 2.1.1. Pengertian Pajak Pajak merupakan gejala sosial dan hanya terdapat dalam suatu masyarakat.Tanpa ada masyarakat, tidak mungkin ada suatu pajak.Pajak sebenarnya adalah utang, yaitu utang anggota masyarakat kepada masyarakat. 34 Menurut Kamus Hukum 35 , pajak adalah pungutan wajib, biasanya berupa uang yang harus dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada Negara atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan, pemilikan, harga beli barang, dan sebagainya. Untuk lebih memperjelas mengenai pengertian pajak, dari beberapa literatur ditemukan pengertian pajak menurut para ahli, diantaranya : 36 a. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal balik kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. b. Prof. Dr. M.J.H Smeets Pajak adalah prestasi pemerintahan yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan tanpa adanya kontraprestasi, yang 34 Rochmat Soemitro dan Dewi Kania Sugiharti, Op.cit, h.1 35 Sudarsono, 2005, Kamus Hukum, PT Rineka Cipta, Jakarta, Hal.336 36 Tunggul Arshari Setia Negara, Op.cit, h.5-6 23 dapat ditunjukkan dalam hal yang individual, maksudnya adanya membiayai pengeluaran pemerintah. c. DR. Soeparman Soemahamidjaja Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. Berdasarkan pada pendapat ahli tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan iuran wajib dari masyarakat kepada pemerintah, yang dapat dipaksakan dan diatur oleh undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan atau kontraprestasi, serta dipergunakan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang bersifat umum. Secara normatif, pengaturan mengenai pajak juga diatur dalam ketentuan pada Pasal 1 angka 1 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2007 tenang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 85, yang selanjutnya disingkat UU No.28 Tahun 2007 disebutkan bahwa : “Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terhutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur- unsur : a. Iuran dari rakyat kepada Negara. Yang berhak memungut pajak hanyalah Negara, iuran tersebut berupa uang bukan barang. 24 b. Berdasarkan Undang-Undang. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya. c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari Negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yakni pengeluaran- pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas. 37 Agar dapat terlaksananya pemungutan pajak yang baik, maka diperlukan suatu pendekatan terhadap pajak yang salah satunya dari segi hukum. Pendekatan inilah yang sering disebut dengan hukum pajak. Pendekatan ini menitikberatkan pada hubungan hukumnya, sehingga pajak dapat dipandang dari segi hak dan kewajibannya. Menurut Rochmat Soemitro, pajak ditinjau dari segi hukum didefinisikan sebagai berikut : “Pajak utang pajak adalah perikatan yang timbul karena undang-undang jadi dengan sendirinya, yang mewajibkan seseorang yang memenuhi syarat tatbestand yang ditentukan dalam undang-undang, untuk membayar suatu jumlah tertentu kepada Negara masyarakat yang dapat dipaksakan, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dapat ditunjuk, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, fungsi budgeter”. 38 Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah fiscus selaku pemungut pajak dengan rakyat sebagai wajib pajak. Ada 2 macam hukum pajak yakni : a. Hukum pajak materiil, yaitu memuat norma-norma yang menerangkan antara lain keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak objek pajak, siapa yang dikenakan pajak subjek, berapa besar pajak yang dikenakan tarif, segala sesuatu yang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak. Contoh : Undang-Undang Pajak Penghasilan b. Hukum pajak formil, memuat bentuk atau tata cara untuk mewujudkan hukum materiil menjadi kenyataan cara melaksanakan hukum pajak materiil. Hukum ini memuat antara lain : a Tata cara penyelenggaraan prosedur penetapan suatu utang pajak, b Hak-hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap para wajib pajak mengenai keadaan, 37 Mardiasmo, Op.cit, h.1 38 Rochmat Soemitro, 1990,Asas dan Dasar Perpajakan I,PT. ERESCO, Bandung, h.51 yang selanjutnya disingkat Rochmat Soemitro I 25 perbuatan dan peristiwa yang menimbulkan utang pajak, c Kewajiban wajib pajak dan hak-hak wajib pajak misalnya mengajukan keberatan dan banding. Contoh : Ketentuan umum dan tata cara perpajakan. 39 2.1.2. Jenis-jenis Pajak dan Tarif Pajak Di Indonesia dikenal beberapa jenis pajak yang dapat dikelompokkan menurut golongan, sifat dan lembaga pemungutnyadiantaranya : 1. Menurut golongannya dibagi atas pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Penghasilan PPh, dan pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai PPN. 2 Menurut sifatnya dibagi atas pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak Penghasilan PPh, dan pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai PPn dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPnBM. 40 Secara umum mengenai pembagian jenis pajak di Indonesia sendiri didasarkan atas lembaga pemungutnya. Berdasarkan atas lembaga pemungutannya dibedakan menjadi dua yaitu : A. Pajak Pusat, yaitu pajak yang ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui sebuah peraturan perundang-undangan, yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat dan hasil dari pemungutan pajak tersebut akandigunakan untuk membiayai pengeluaran dan pembangunan 39 Mardiasmo, op.cit, h.5 40 Mardiasmo, loc.cit.