BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pengembangan bisnis peternakan mempunyai tantangan yang cukup besar akibat perubahan ekonomi kedepan. Melambatnya pertumbuhan ekonomi yang berakibat
pada penurunan daya beli perlu diantisipasi. Adanya liberilisasi perdagangan dunia yang akan meminimumkanrestriksi perdagangan antar negara menimbulkan
persaingan ketat antar negara di pasar dalam negeri maupun pasar internasional. Salah satu cara yang tepat untuk dapat memenangkan persaingan adalah melalui
peningkatan daya saing, baik dari sisi permintaan maupun dari sisi penawaran Yunus, 2013.
Menurut Sugeng 1992, ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai
ekonomis tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan masyarakat. Sebab seekor atau kelompok ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan,
terutama sebagai bahan makanan berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit, tulang dan lain sebagainya.Daging sangat besar
manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani.Sapi sebagai salah satu hewan pemakan rumput sangat berperan sebagai pengumpul bahan makanan
bergizi rendah yang dirubah menjadi bahan bergizi tinggi, kemudian diteruskan kepada manusia dalam bentuk daging.
Menurut Dirjen Peternakan 2009, Indonesia telah berhasil dalam swasembada daging ayam dan telur, namun data statistika peternakan mengungkapkan bahwa
1
Universitas Sumatera Utara
Indonesia belum dapat memenuhi tingkat konsumsi daging masyarakat yang semakin menanjak tiap tahunnya seiring dengan membaiknya perekonomian
masyarakat. Laju konsumsi daging sapi belum dapat tertutupi dengan laju produksi daging sapi dalam negeri. Kebutuhan daging sapi Nasional pada Tahun
2008, sebesar 60 dipasok dari produksi dalam negeri dan 40 dipenuhi melalui impor, yaitu dalam bentuk daging dan jerohan beku sebesar 70 ribu ton dan impor
sapi bakalan mencapai 630 ribu ekor.
Tabel 1.1 Konsumsi Daging Sapi di Sumatera Utara Tahun 2002-2012 Tahun
Jumlah ton
2002 6871,3
2003 6896,43
2004 7031,35
2005 9984,61
2006 10367,67
2007 9625,78
2008 12911,89
2009 13645,84
2010 14175
2011 17655
2012 17820
Sumber: Dinas Peternakan Sumatera Utara, 2013 Berdasarkan Tabel 1.1, laju konsumsi rata-rata daging sapi di Sumatera Utara
adalah sebesar 5,58 tahun. Dengan tingkat konsumsi tertinggi ada pada tahun 2012.Hal ini seiring dengan dengan pertambahan jumlah penduduk provinsi
Sumatera Utara yang meningkat setiap tahunnya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sugeng 2012, Prospek beternak sapi potong di Indonesia masih tetap terbuka lebar dalam waktu yang lama. Hal ini disebabkan permintaan daging sapi
dari tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan. Peningkatan ini memang sejalan dengan peningkatan taraf ekonomi dan kesadaran akan gizi dari
masyarkat.
Sumatera Utara adalah salah satu Provinsi yang memiliki keragaman produk peternakan. Dengan luas wilayah 3,82 dari luas wilayah Indonesia dan jumlah
penduduk 13.215.401 jiwa. Sumatera Utara merupakan salah satu pasar potensial dalam mengembangkan usaha peternakan BPS, 2012.
Tabel 1.2 Produksi Daging Sapi Menurut Kabupaten Kota Tahun 2012
KabKota Jumlah Ton
Nias 92,7
Mandailing Natal 496,76
Tapanuli Selatan 291,38
Tapanuli Tengah 139,01
Tapanuli Utara 65,95
Toba Samosir 68,60
Labuhan Batu 457,89
Asahan 1.326,17
Simalungun 2.205,29
Dairi 81,10
Karo 2.768,83
Delli Serdang 3.593,31
Langkat 889,79
Universitas Sumatera Utara
Nias Selatan 20,41
Humbang Hasundutan 9,03
Pakpak Barat 21,33
Samosir 84,53
Serdang Bedagai 101,37
Batubara 2.309,90
Padang Lawas Utara 251,65
Padang Lawas 2.250,76
Labuhan Batu Selatan 31,46
Labuhan Batu Utara 273,16
Nias Utara 14,83
Nias Barat 6,69
Sibolga 25,59
Tanjung Balai 197,64
Pematang Siantar 150,90
Tebing Tinggi 202,82
Medan 4.337,21
Binjai 1.247,91
Padang Sidempuan 527,13
Gunung Sitoli 5,52
Sumatera Utara 24.546,60
Sumber : BPS Sumatera Utara 2012 Dari keterangan tabel diatas, dapat diketahui bahwa Kota Medan memiliki tingkat
Produksi Daging Sapi terbesar di Sumatera Utara dengan jumlah sebanyak 4.337,21 ton daging sapi. Serta daerah pengahasil daging sapi terendah ada di kota
Universitas Sumatera Utara
Gunung Sitoli dengan jumlah 5,52 ton daging sapi. Secara keseluruhan, produksi daging sapi di Sumatera Utara adalah 24.546,60 ton daging sapi.
Sebagai salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil,
Sumatera Utara merupakan kawasan industri penting di Indonesia.Berbagai Industri penting di wilayah ini, seperti peternakan, pertanian dan perkebunan
terutama kelapa sawit dan karet menyebabkan peningkatan secara nyata pendapatan domestik regional. Peningkatan ekonomi tersebut berpengaruh
terhadap pola konsumsi masyarakat setempat, yang secara langsung mendorong peningkatan permintaan terhadap bahan pangan yang diketahui masyarakat
memiliki nilai gizi yang tinggi seperti daging, susu dan lainnya. Akibatnya penyediaan produk ternak termasuk daging sapi di wilayah Sumatera Utara
dituntut untuk terus meningkat.
Dengan semakin pentingnya pertanian dalam pembangunan Indonesia, yakni sub sektor peternakan komoditas daging sapi, terkhususnya di Sumatera Utara,
terutama dalam rangka tujuan swasembada, penting untuk dapat mengerti hakikat faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran daging sapi dan analisis mengenai
poyeksi produksi daging sapi domestik Sumatera Utara.Sebagai akibat respon dari semakin tingginya tingkat konsusmi daging sapi di Sumatera Utara.Maka
berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang“Analisis Faktor- faktor yang mempengaruhi penawaran daging Sapi di Sumatera Utara.
1.2 Identifikasi Masalah