Gunung Sitoli dengan jumlah 5,52 ton daging sapi. Secara keseluruhan, produksi daging sapi di Sumatera Utara adalah 24.546,60 ton daging sapi.
Sebagai salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil,
Sumatera Utara merupakan kawasan industri penting di Indonesia.Berbagai Industri penting di wilayah ini, seperti peternakan, pertanian dan perkebunan
terutama kelapa sawit dan karet menyebabkan peningkatan secara nyata pendapatan domestik regional. Peningkatan ekonomi tersebut berpengaruh
terhadap pola konsumsi masyarakat setempat, yang secara langsung mendorong peningkatan permintaan terhadap bahan pangan yang diketahui masyarakat
memiliki nilai gizi yang tinggi seperti daging, susu dan lainnya. Akibatnya penyediaan produk ternak termasuk daging sapi di wilayah Sumatera Utara
dituntut untuk terus meningkat.
Dengan semakin pentingnya pertanian dalam pembangunan Indonesia, yakni sub sektor peternakan komoditas daging sapi, terkhususnya di Sumatera Utara,
terutama dalam rangka tujuan swasembada, penting untuk dapat mengerti hakikat faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran daging sapi dan analisis mengenai
poyeksi produksi daging sapi domestik Sumatera Utara.Sebagai akibat respon dari semakin tingginya tingkat konsusmi daging sapi di Sumatera Utara.Maka
berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang“Analisis Faktor- faktor yang mempengaruhi penawaran daging Sapi di Sumatera Utara.
1.2 Identifikasi Masalah
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran daging sapi di Sumatera Utara ?
2. Bagaimana trend produksi daging sapi di Sumatera Utara ? 3. Bagaimana proyeksi produksi daging sapi di Sumatera Utara?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut, yaitu untuk :
1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penawaran daging sapi di Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui trend produksi daging sapi di Sumatera Utara. 3. Untuk mengetahui proyeksi produksi daging sapi di Sumatera Utara.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam melihat
penawaran daging sapi di Sumatera Utara. 2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah untuk membuat kebijakan dalam
mengendalikan ketersediaan daging sapi di Sumatera Utara. 3. Sebagai bahan rujukan bagi penelitian sejenis selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI
DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Penggolongan sapi kedalam suatu bangsa breed sapi, didasarkan atas sekumpulan persamaan karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik
tersebut, mereka dapat dibedakan dari ternak lainnya meskipun masih dalam spesies yang sama. Karakteristik yang dimiliki tersebut akan diturunkan ke
generasi berikutnya. Menurut Blakely dan Bade 1992, bangsa sapi mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Sub class : Theria
Infra class : Eutheria
Ordo : Artiodactyla
Sub ordo : Ruminantia
Infra ordo : Pecora
Famili : Bovidae
Genus : Bos cattle
Spesies : Bos taurus sapi Eropa
Bos indicus sapi Indiasapi zebu Bos javanicus bantengsapi Bali
7
Universitas Sumatera Utara
Adapun sapi yang dihasilkan dari jenis primitif, diklasifikasikan menjadi 3 kelompok besar yang memiliki andil warna genetik sapi, yakni :
1. Bos Sondaicus atau Bos Banteng, sampai sekarang masih bisa ditemui hidup liar di daerah margasatwa yang dilindungi di Pulau Jawa, seperti di
Pangandaran dan Ujung Kulon. 2. Bos Indicus atau Sapi Zebu, sampai sekarang mengalami perkembangan di
India, Asia. 3. Bos Taurus atau Sapi Eropa, sampai sekarang mengalami perkembangan di
Eropa.
Menurut Anonimus a 2013, daging sapi sangat disukai karena mempunyai gizi tinggi dan juga rasanya yang enak serta gurih. Masyarakat Indonesia biasa
memasak daging sapi dengan berbagai ragam masakan yang dapat merangsang selera makan.Tidak hanya enak dan gurih, daging sapi juga bergizi tinggi
sehingga bermanfaat bagi tubuh manusia.Dengan menu seimbang yang memasukkan daging sapi dalam satu unsur makanan, tubuh kita akan
mendapatkan manfaat dari olahan satu ini.
Daging sapi mempunyai kandungan protein paling tinggi dibanding dengan daging hewan lainnya. Menurut Departemen Kesehatan 1981, setiap 100 gram
daging sapi mengandung kalori 207 kkcl, protein 18,8 gram, lemak 14,0 gram, calcium 11 mg, phosphor 170 mg dan besi 2,8 mg.
Protein dari daging sapi ini disebut protein hewani yang mempunyai struktur asam amino yang mirip dengan manusia, tidak dapat dibuat oleh tubuh essensial,
susunan asam aminonya relatif lebih lengkap dan seimbang.Daya cerna protein
Universitas Sumatera Utara
hewani lebih baik dibanding dengan protein nabati dari tumbuh-tumbuhan. Pada tubuh makluk hidup seperti manusia, protein merupakan penyusun bagian besar
organ tubuh, seperti: otot, kulit, rambut, jantung, paru-paru, otak, dan lain-lain. Adapun fungsi protein yang penting bagi bagi tubuh manusia, antara lain untuk:
pertumbuhan, memperbaiki sel-sel yang rusak, sebagai bahan pembentuk plasma kelenjar, hormone dan enzim, dan sebagian sebagai cadangan energi, jika
karbohidrat sebagai sumber energi utama tidak mencukupi serta menjaga keseimbangan asam basa darahAnonimus,2013.
Menurut Yunus 2013, ketergantungan daging sapi pada impor jika tidak ditunjang oleh usaha-usaha kemandirian yang produktif, akan mendorong
ketergantungan yang akan semakin sulit dipecahkan. Dalam sisi permintaan dalam negri yang menjadi penghambat tumbuhnya sektor peternakan, antara lain :
• Struktur industri peternakan semakin besar tetap bertahan dalam dalam bentuk usaha rakyat yang dicirikan oleh tingkat pendidikan peternak yang rendah,
pendapatan rendah, penerapan manajemen dan teknologi konvensional, lokasi ternak menyebar luas, ukuran usaha relatif kecil, serta pengadaan input utama
yakni HMT Hijau Makanan Ternak yang masih tergantungpada musim, ketersediaan tenaga keluarga, serta penguasaan lahan HMT yang terbatas.
• Ketersediaan bibit yang bermutu. Penelitian tentang pembibitan telah banyak dilakukan namun belum disosialisasikan dalam skala besar.Terjadi kegagalan
komunikasi baik badan Litbang maupun perguruan tinggi. Selain itu,peternak tidak punya insentif dalam mengadopsi teknologi baru yang disertai
peningkatan biaya.
Universitas Sumatera Utara
• Masalah agroindustri peternakan yang belum mampu menggerakkan sektor peternakan. Misalnya industri pengolahan susu, sebagian besar menggunakan
input negara asal • Derasnya impor illegal produk-produk peternakan
• Bencana penyakit mewabahnya virus antraks dan sebagainya • Ketergantungan yang tinggi terhadap bahan baku pakan
2.2 Landasan Teori Teori Penawaran