Konsep Keindahan dalam Sastra Melayu Klasik

kiasan, syair sejarah, dan syair agama. Begitu indah dan menariknya syair-syair Melayu Klasik ini sehingga sampai saat ini masih sering dibicarakan, dibahas, diteliti, dan juga ditulis ulang. Salah satunya adalah Syair Ikan Terubuk yang menurut Azmi 2006:V hingga saat ini sudah terdapat lebih kurang dua puluh versi yang diterbitkan. Syair Ikan Terubuk ini menurut Liaw termasuk kepada syair kiasan. Syair kiasan atau simbolis ini menurut Overbeck dalam Liaw,1991:222 biasanya mengandung kiasan atau sindiran terhadap peristiwa tertentu. Syair Ikan Terubuk ini sendiri dikatakan merupakan sindiran terhadap anak Raja Malaka yang waktu itu berusaha meminang Putri Siak. Ditinjau dari bentuk serta isinya, syair ini penuh dengan ungkapan-ungkapan keindahan. Keindahan itu sendiri merupakan pengalaman yang dirasakan oleh setiap pribadi sehingga sudut pandangnya pun akan berbeda-beda. Dalam hal ini penulis mencoba mengungkap keindahan-keindahan yang terdapat dalam Syair Ikan Terubuk berdasarkan konsep keindahan dalam karya sastra Melayu Klasik seperti yang telah dijelaskan oleh beberapa ahli sastra Melayu Klasik. Sebagai objek penelitian, penulis memilih Syair Ikan Terubuk yang telah diterbitkan oleh Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu bekerja sama dengan penerbit Adicita Karya Nusa pada tahun 2006. Berbeda dengan terbitan syair- syair pada umumnya, BKPBM mencetaknya di kertas art paper dan penuh dengan warna sehingga syair ini dari tampilan bukunya saja sudah indah dan akan semakin menarik untuk dibaca.

2. Konsep Keindahan dalam Sastra Melayu Klasik

Keindahan pada dasarnya adalah kebenaran, ekspresi dan simbol dari kesempurnaan, ciptaan Tuhan, dan manifestasi perasaan tentang sesuatu yang bagus Santayana, 1961:23. Ciptaan Tuhan mau tidak mau telah menjadi satu ukuran dari keindahan itu. Ketika suatu bentuk ciptaan manusia semakin mendekati kepada kesempurnaan ciptaan Tuhan, makin indah pulalah karyanya itu. Selain itu, 3 pengalaman yang dirasa oleh masing-masing pribadi terhadap sesuatu yang bagus dan indah juga merupakan salah satu hal yang diutamakan dari keindahan tersebut. Berbicara mengenai keindahan dalam karya sastra, maka kita akan berbicara mengenai susunan dan rangkaian kata yang disusun sedemikian rupa oleh pengarang atau penulisnya. Sebuah karya sastra juga telah mengalami suatu proses pengolahan oleh pengarang atau penulisnya dari suatu fakta atau kenyataan yang ditemuinya dengan menggunakan imajinasinya sehingga fungsi estetis dari karya itu pun lebih menonjol dari pada fungsi informatifnya seperti yang terdapat dalam karya-karya non-fiksi. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa setiap karya sastra itu memiliki unsur estetis atau bentuk-bentuk keindahannya masing-masing. Menurut Salleh 2000:234, yang indah itu dicari karena keupayaannya membawa nikmat yang membawa khalayak kepada suatu peringkat yang lebih tinggi kepada bayangan pengalaman luar biasa yang mungkin terdapat hanya di kayangan sastra yang terbina oleh imaginasi. Melalui karya yang indah, kita memanjat tangga pengalaman yang lebih cantik dan halus daripada pengalaman harian. Inilah pengalaman sastra yang dicari. Dalam hal kesusastraan Melayu Klasik, yang dikatakan sebagai karya yang indah adalah karya yang tidak saja menampilkan kecantikan bunyi bahasanya, tetapi juga meluas kepada susunan watak dan ceritanya Salleh, 2000:237. Selain itu, sastra yang indah itu akan membawa faedah dan manfaat, biasanya dalam bentuk pengajaran. Pengajaran di sini dapat ditakrifkan dalam suatu julat makna yang luas, daripada membawa panduan untuk membina sesuatu barang atau bangunan, kepada contoh untuk menjadi raja yang adil, istri yang taat, suami yang penyayang, wira yang setia dan secara umumnya manusia yang baik di sisi masyarakat dan agama. Imam Ghazali mengungkapkan konsep keindahan ‘luaran’ dan ‘dalaman’. Keindahan ‘luaran’ adalah keindahan yang dinyatakan dan dapat dicerap pancaindra. Keindahan ‘dalaman’ adalah keindahan yang tersirat, tidak dinyatakan dan tidak dapat dirasakan, namun yang dicerap akal serta memberi landasan kepada keindahan 4 didaktik yang disebut M.Hj. Salleh. Justru keindahan itulah yang mesti disampaikan kepada pembaca oleh karya sastra zaman klasik dengan cara-cara tersendiri melalui keindahan luaran sebagai bentuk syarat dan petunjuk Braginsky, 1994: 6

3. Keindahan dalam Syair Ikan Terubuk