HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MATERI PELAJARAN SASTRA MELAYU KLASIK DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DI MADRASAH ALIYAH PEMBANGUNAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(1)

DI MADRASAH ALIYAH PEMBANGUNAN UIN SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

PUTRI DINTHA

NIM 109013000070

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERIIADAP MATERI PELAJARAN SASTRA MELAYU KLASIK DENGAN HASIL BELAJAR

DI MADRASAH ALIYAH PEMBANGTINAN UIN SYARIF HIDAYATULLAII JAKARTA

Skripsi

Diajukan kapada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Untu k Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Putri Dintha N i m 1 0 9 0 1 3 0 0 0 0 7 9

Di Bawah Bimbinsan

f rembimbing

w4

Nurvati Diihadah. M.Pd.. M.A.

NIP. I 9660829t999032003

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGTIRUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAII

JAKARTA 2013


(3)

:.-

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH

Skripsi berjudul "Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Materi Pelajaran Sastra

Melayu Klasik dengan Hasil Belajar Siswa di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta" diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian

Munaqasah pada tanggal 30 September 2013 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu,

penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) dalam bidang Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia.

Ciputat, 30 Septemb er 2013

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi)

Dra. Mahmudah Fitrivah ZA, M. Pd.

NIP. 19640212 199703 2 001

Sekretaris Panitia (Sekretaris Jurusan/Prodi)

Dra. Hindun M. Pd.

N r P . 1 9 7 0 1 2 1 5 2 0 0 9 t 2 2 0 0 1

Penguji I

Drs. Cecep Suhendi

Penguji II

Dra. Mahmudah Fitriyah Za. M. Pd

NIP. 19640212 199703 2 00r

Tanggal

1/:./3.7.!..1

I / N , b

t..../]9...1

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Nurlena Rifa'i M. A. Ph. D.

NIP. 19591020 198603 200r


(4)

i

PUTRI DINTHA,109013000070, “Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Materi Pelajaran Sastra Melayu Klasik dengan Hasil Belajar di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syahid Jakarta”. Dosen pembimbing Nuryati Djihadah, M.Pd., M.A. September 2013.

Banyak materi yang terdapat dalam pelajaran sastra melayu klasik di tingkat SLTA atau Madrasah, di antaranya adalah prosa,puisi dan drama. Prosa juga dibagi menjadi dua yaitu prosa klasik dan modren. Sedangkan puisi juga terbagi menjadi dua yaitu puisi lama dan modren, begitu juga dengan drama. Sastra melayu klasik cendrung dianggap sukar karena bahasa yang digunakan sulit untuk dipahami, selain itu metode yang digunakan kurang menarik sehingga berdampak kepada hasil belajar siswa.

Jenis penelitian ini adalah korelasional yang bertujuan untuk mendeteksi hubungan antara persepsi siswa dengan hasil belajar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan teknik korelasional. Ada dua variabel dalam penelitian ini yaitu, persepsi siswa terhadap materi pelajaran sastra melayu klasik, dan hasil belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Populasi dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 35 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memang benar terdapat korelasi antara persepsi siswa dengan hasil belajar siswa akan tetapi,relasi antara kedua variabel sangat lemah,sehingga diabaikan.


(5)

ii

Putri Dintha, 109013000070. “Students’ Perception Relation Towards Material of Classical Melayu Literature with XI Grade-Students’ Evaluation Results in 2012/2013 at Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syahid Jakarta”. Leader instruction Nuryati Djihadah, M.Pd., M.A. ,September 2013

There are a lot of materials which are consisted in classical

Melayuliterature in Madrasah or High School level, which are prose, poetry, and drama. Prose can be divided into two parts, which are classical prose and modern prose. Poetry can be divided into two parts too, which are old poetry and modern poetry, so can drama. Classical Melayu literature is often estimated as a difficult

one because it is less interesting so that affect students’ evaluation result.

This type of research is correlation for detecting relation between students’ perception and their evaluation results. Method which is used in this research is Survey Method with correlation technique. There are two variables in this

research, they are students’ perception towards material of classical Melayu

literature and also their evaluation result. This research was held in Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syahid Jakarta. Population and sample in this research have 35 students. The result of this research shows that it is true that there is a

correlation between students’ perception and students’ evaluation result.

However, this relation of both variables is weak so that it is being ignored.

Keyword: Perception, Classical Melayu Literature, Grade Students Evaluation


(6)

iii

teramat dalam kepada Dzat yang maha pemurah, maha pengasih, yang memiliki hari pembalasan pada yaumil akhir, Allah Swt atas nikmat yang tiada batas terutama nikmat iman dan islam serta tak lepas pula nimat sehat yang masih diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat seiring salam tak terhingga kepada Nabi Muhammad Saw, sahabat-sahabatnya, dan para pengikutnya yang telah membawa kita dari alam jahiliyah yang gelap gulita menuju ke alam yang terang benderang dengan ilmu pengetahuan.

Salah satu syarat dalam menyelesaikan studi dan mencapai gelar sarjana Sastra Satu (S-1) di perguruan tinggi negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam rangka itulah penulis membuat skripsi ini dengan judul “HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MATERI PELAJARAN SASTRA MELAYU KLASIK DENGAN HASIL BELAJAR DI MADRASAH ALIYAH PEMBANGUNAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA”

Selama pembuatan skripsi ini, penulis tidak sedikit mengalami kesulitan dan hambatan, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan bahan-bahan atau data maupun pembiayaan dan lain sebagainya. Namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu alhmdulillah dapat teratasi dengan baik, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, sepantasnyalah penulis menyampaikan rasa terima kasih dan persembahan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Nurlena Rifa’i M.A,Ph.D. selaku Dekan FITK UIN Jakarta, yang telah mempermudah dan memperlancar penyelesaian skripsi ini.

2. Dra. Mahmudah Fitriyah Z.A, M. Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah memberikan ilmu dan bimbingan yang sangat berharga bagi penulis selama ini.


(7)

iv

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Dosen di lingkungan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarih Hidayatullah Jakarta, yang selama ini telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan.

5. Ayah tercinta Syafrudin dan Ibunda Yelli Efrita yang selalu berjuang dan berusaha memberikan dukungan moral dan spiritual, serta merekalah sumber motivasi bagi penulis dalam menjalani semua aktivitas, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Yayasan Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syahid Jakarta yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Semua keluarga di rumah khusunya buat adik bungsuku Tesha Pertiwi dan saudara-saudara sepupu,teman-teman di kampung halaman dan teristimewa kepada adik-adikku yang ada di Griya Semanggi, terima kasih untuk bantuan

do’anya.

8. Seluruh mahasiswa/mahasiswi PBSI angkatan 2009 terima kasih untuk doanya, terima kasih karena telah menginspirasi saya selama barada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Terakhir sebagai insan akademik, merasa bangga dan senang apabila ada kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhirnya hanya kepada Allah Swt, penulis menyerahkan segalanya dengan harapan semoga karya ini dapat bermanfaat.

Jakarta, 24 September 2013 Penulis


(8)

v

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

F. Tinjauan Pustaka ... 6

G. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II KERANGKA TEORITIS A. Hakikat Persepsi ... 8

B. Hakikat Karya Sastra Melayu Klasik ... 15

C. Hasil Belajar ... 25

D. Kerangka Berfikir... 34

E. Pengajuan Hipotesis ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 36

B. Variabel Penelitian ... 36

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

D. Populasi dan Sampel ... 36

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Instrumen Penelitian... 38

G. Teknik Pengolahan Data ... 40


(9)

vi

B. Visi dan Misi Madrasah Aliyah Pembangunan

UIN Syahid Jakarta ... 47

C. Sarana dan Prasarana... 47

D. Analisi Data ... 49

E. Pengujian Hipotesis ... 61

F. Interpretasi Data ... 64

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 66

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN


(10)

vii 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Persepsi

3.2 Pedoman Interpretasi Terhadap Angka Indeks “r” Product Moment 3.3 Ketentuan Skala Prosentase

3.4 Ketentuan Tingkat Kriteria 3.5 Tenaga Kependidikan

4.2 Penjabaran Prosentase Persepsi Siswa terhadap Materi yang Ada Dalam Pelajaran sastra melayu klasik.

4.22 Kriteria Persepsi Siswa

4.23 Nilai Tes Formatif Hasil Belajar Siswa kelas XI di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syahid Jakarta Tahun Ajaran 2012-2013.

4.24 Interval, frekuensi Absolute, Frekuensi komulatif, Batas Bawah Nyata dan Frekuensi Relatif

4.25 kategori kelas

4.26 Distribusi Korelasi antara Persepsi Siswa Terhadap Materi Pelajaran Sastra Melayu Klasik dengan Hasil Belajar Siswa.


(11)

1 A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia dewasa ini. Terlebih pada masa ini pendidikan merupakan sebuah kebutuhan utama bagi manusia. Dunia pendidikan dituntut untuk lebih memberikan kontribusi yang nyata dalam upaya meningkatkan kemajuan bangsa. Tidak hanya itu dunia pendidikanpun dituntut untuk membentuk manusia yang berakhlak mulia, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab baik kepada manusia dan terlebih lagi kepada tuhan yang Maha Esa.

Berkaitan dengan hal ini ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi pemerintah terus melakukan kebijakan khususnya kebijakan yang menyangkut peningkatan mutu, relevansi dan efisiensi sistem pendidikan nasional. Sebagai bentuk dari realisasinya adalah dengan telah diundangkannya Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang system Pendidikan nasional.

Sistem pendidikan nasional ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bab 11 pasal 3 menyatakan bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan bentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,kreatif,mandiri, dan menjadi warga Negara

yang demokratis serta bertanggung jawab”.1

Selanjutnya agar sistem pendidikan bisa berjalan sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang tersebut dapat terwujud maka, diperlukan usaha dan metode tertentu.

1

Undang-Undang Dasar RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 (Jakarta: BP Darma Bhakti, 2005). hlm. 24


(12)

Di dalam dunia pendidikan peserta didik sebagai sumber daya manusia yang memiliki potensi untuk maju, maka harus digali dan dikembangkan. Potensi ini mempunyai peluang untuk menempatkan peserta didik dalam kehidupan yang semakin kompetitif, salah satunya melalui penguasaan ilmu pengetahuan sebagi kunci untuk keberhasilan hidup.

Peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya merupakan upaya yang berkelanjutan bagi semua pihak yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu wujud dari peningkatan kualitas pendidikan adalah melalui beragam perbaikan dan pembaharuan, karena peningkatan kualitas tidak akan terlepas dari dampak perubahan paradigma dalam dunia pendidikan yang mempersyaratkan penyelenggaraan pendidikan agar berpotensi untuk menciptakan keunggulan daya pikir, nalar, kekuatan moral,dan etika dalam bidang akademik

Selanjutnya keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran selain ditentukan oleh faktor kondisi siswa juga ditentukan oleh faktor sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan. Banyak faktor yang dijadikan tolak ukur keberhasilan dalam bidang pendidikan,salah satunya adalah dengan cara melihat keberhasilan prose belajar mengajar dan persepsi siswa tersebut dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh pendidik.

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khusunya materi tentang sastra melayu klasik bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap sastra melaku klasik itu sendiri. salah satunya adalah hikayat. Hikayat adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari sastra melayu klasik. Dibutuhkan pemahan yang baik agar bisa menyerap materi tentang sastra melayu klasik. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk memberikan kompetensi yang ada guna membantu siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Kegiatan sistem pendidikan Nasional banyak berkontribusi dalam bentuk pembangunan ilmu sastra. Dari tujuan tersebut perlu diciptakan adanya sistem lingkungan yang lebih kondusif, dan siswa dapat berinteraksi dengan lingkungan belajar melalui proses pembelajaran yang diatur oleh guru. mengingat kedudukan siswa sebagai subyek dalam pengajaran maka initi proses pengajaran tidak lain


(13)

adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan dari pembelajaran. Tujuan ini amat penting karena merupakan pedoman untuk mengarahkan siswa dalam belajar.

Pengajaran materi tentang sastra melayu klasik dewasa ini sepertinya belum mencapai hasil yang maksimal jauh dari apa yang diharapkan. Hal ini juga terkait dengan persepsi siswa tentang materi tersebut. Sastra melayu klasik merupakan salah satu materi yang dipelajari oleh siswa SLTA maupun MA. Namun rendahnya minat siswa terhadap materi ini sangat disayangkan.

Persepsi merupakan satu hal yang pasti dimiliki oleh setiap individu. Begitu pula dengan siswa juga memiliki persepsi. Setiap individu memiliki persepsi yang berbeda-beda. Individu (siswa) yang memiliki persepsi positif atau baik tentang suatu objek (materi sastra melayu klasik) maka ia akan memiliki motivasi belajar yang positif juga,akan tetapi apabila individu memiliki persepsi yang negatif atau buruk. Ini membuktikan bahwa persepsi siswa terhadap materi sastra melayu klasik sangat berpengaruh terhadap pencapaian keberhasilan pembelajaran mengenai materi sastra melayu klasik ditingkat SLTA ataupun MA. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis, bila dilihat dari sudut pandang psikologis maka minat belajar siswa terhadap materi sastra melayu klasik masih agak kurang .Hal ini disebabkan tidak ada antusias yang tinggi sehingga membuat materi tentang sastra melayu klasik ini menjadi salah satu materi dalam pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang tidak kalah penting dibandingkan dengan materi-materi yang lain. Selain itu materi tentang sastra melayu klasik ini dirasakan oleh siswa begitu monoton, kurang hidup, dan cenderung jatuh kepada pola pemahaman yang agak membingungkan dalam proses KBM, sehingga siswa menjadi bosan, kurang tertarik, kurang minat dan motivasi belajar. Oleh karena itu guru sebagai seorang pendidik harus bisa memberikan motivasi kepada siswa agar persepsi siswa terhadap materi ini bisa menjadi positif. Selain itu guru diharapkan dapat membantu siswa untuk memancing minat belajar siswat terhadap sastra melayu klasik.

Selanjutnya hasil belajar siswa juga ditentukan lewat proses belajar yang berjalan sebagaimana mestinya. Dalam proses belajar sikap itu berfungsi sebagai


(14)

“dynamic forces”yaitu sebagai kekuatan yang akan menggerakkan orang untuk belajar. Sedangkan peranan minat dalam belajar lebih besar atau kuat dari sikap yaitu minat akan berperan sebagai “motivating forces”yaitu sebagai kekuatan yang akan mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat (sikap senang) kepada materi tertentu akan tanpak terus terdorong untuk tekun belajar.

Selanjutnya untuk mengukur prestasi belajar atau hasil belajar siswa selain tes formatif juga bisa menggunakan tes harian sebagai umpan balik dalam bentuk nilai guna meningkatkan hasil belajar yang lebih baik. Siswa akan lebih giat dan berusaha lebih keras lagi apabila mereka mengetahui bahwa akhir dari program ini akan diketahui nilai dan prestasi mereka.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui hubungan persepsi siswa terhadap sastra melayu klasik dengan hasil belajar siswa salah satunya adalah , yang akan diuji kebenarannya melalui penelitian. Adapun judul penelitian ini adalah:

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MATERI PELAJARAN SASTRA MELAYU KLASIK DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DI MADRASAH ALIYAH PEMBANGUNAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Rendahnya motivasi belajar siswa sehingga kurang memahami materi tentang karya sastra melayu klasik seperti hikayat,syair, pantun klasik yang diajarkan oleh guru.

2. Penggunaan metode yang kurang menarik sehingga motivasi belajar siswa terhadap materi satra melayu klasik kurang antusias.

3. Peran guru mata pelajaran bahasa indonesia di sekolah

4. Persepsi siswa di sekolah terhadap materi sastra melayu klasik seperti hikayat,syair dan pantun.


(15)

C. Pembatasan Masalah

Agar pembatasan masalah dalam penlitian ini lebih terarah dan operasional, maka penulis membatasi masalah kepada:

1. “Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Materi Pelajaran Sastra Melayu

Klasik dengan Hasil Belajar Siswa di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimanakah hubungan persepsi siswa terhadap materi yang ada dalam sastra melayu klasik dengan hasil belajar siswa di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

E. Manfaat Penelitian a. Teoritis

Dapat memperkaya khazanah kepustakaan kependidikan, khususnya mengenai persepsi siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia dengan hasil belajar, serta dapat menjadi bahan masukan bagi mereka yang berminat untuk menindak lanjuti hasil penelitian yang berbeda dan dengan sampel penelitian yang lebih banyak.

b. Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi kepala sekolah dan guru untuk dapat meningkatkan persentasi dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia guna meningkatkan mutu lembaha pendidikan. Bagi siswa diharapkan dapat memberikan sikap dan pandangan positif terhadap mata sastra melayu klasik, karena begitu pentingnya sehingga dapat diaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari.


(16)

F. Penelitian yang Relevan

Hubungan Persepsi dengan hasil belajar siswa merupakan hal yang menarik bagi penulis untuk dijadikan sebuah penelitian karena, persepsi seseorang terhadap sesuatu itu pasti berbeda-beda dan juga akan mempengaruhi hasil belajar. Untuk mengetahui perbedaan persepsi, peneliti membuat sebuah pernyataan kepada responden. Namun, ada beberapa sumber yang menjadi pegangan dalam melakukan penelitian ini. Pertama, penulis melihat skripsi Yuli Yanti , 10601300026 jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang berjudul Persepsi Siswa SMP PGRI 1 CIPUTAT Terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia . Skripsi tersebut berbeda dengan skripsi yang penulis buat. Perbedaannya yaitu Yuli Yulianti membicarakan tentang persepsi siswa terhadap bahas a Indonesia secara global atau keseluruhan. Sedangkan penulis membahas tentang hubungan persepsi siswa terhadap satra melayu klasik dengan hasil belajar siswa. Kedua, penulis melihat skripsi YENI, 208013000020, jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang berjudul Persepsi Siswa Terhadap Penggunaan Metode Diskusi dan Hubungannya dengan Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Kelas XI di SMK Islamiyah Ciputat. Skripsi tersebut membicarakan tentang persepsi siswa dan hubungannya dengan motivasi belajar siswa terhadap bahasa Indonesia. Ketiga adalah penulis melihat skripsi Rahmah, 105011000113, dari jurusan Pendidikan Agama Islam. Skripsi tersebut membicarakan Hubungan dimensi aqidah, dimensi syariat, dan dimensi akhlak terhadap hasil belajar siswa. G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab, dan bab-bab tersebut memiliki beberapa sub-sub yaitu:

Bab I. Pendahuluan, terdiri atas Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.


(17)

Bab II Landasan Teoritis, terdiri atas: Hakikat Persepsi ,Hakikat Sastra Melayu Klasik,Hasil Belajar, Kerangka Berfikir dan Pengajuan Hipotesis.

Bab III.Metodologi Penelitian, terdiri atas: Metode Penelitian, Variabel Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian, Teknik Pengolahan Data, dan Teknik Analisis Data.

Bab IV.Hasil Penelitian, terdiri dari: Profil Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syahid Jakarta, Analisis , Pengujian Hipotesis, Interpretasi Data Bab V. Penutup terdiri atas simpulan dan saran


(18)

8

A. Kerangka Teori 1. Hakikat Persepsi

Istilah persepsi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Perception” yang berarti penglihatan, tanggapan daya memahami atau menanggapi sesuatu objek atau rangsangan.1 Persepsi pada hakikatnya adalah “proses kognitif seorang individu dimana memiliki kesempatan untuk memilih, mengorganisasikan, dan memberikan arti kepada stimulus lingkungan dimana individu berada2

Shaleh mendifinisikan persepsi “sebagai suatu proses penggabungan berupa data-data yang terdapat pada alat indera manusia untuk kemudian dikembangkan sehingga manusia atau individu tersebut dapat menyadari kehidupan disekelilingnya.3 Selain itu shaleh memberikan definisi lain mengenai persepsi yaitu “kemampuan seorang individu dalam membedakan, mengelompokkan, dan menfokuskan perhatian terhadap suatu objek rangsangan. Dalam proses pengelompokan ini persepsi melibatkan proses interpretasi berdasarkan pengalaman individu terhadap suatu peristiwa atau objek yang diamati.”4

Persepsi merupakan proses yang terjadi dalam diri seseorang terhadap suatu hal. Persepsi itu menggabungkan data-data yang terdapat dalam fikirian manusia lalu di olah menjadi sebuah ujaran dalam menanggapi suatu objek.

Jadi persepsi bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan atau instan. Akan tetapi persepsi dapat tumbuh dan berkembang melalui proses yang dibentuk baik secara sikologis maupun faktor luar.

1

John M. Echlos dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia), Cet. Ke- 24, hlm 424.

2

Jhon M. Ivancevic, dkk, Perilaku dan Manajemen Organisasi, Edisi ketujuh, Terj. dari Organiztional Behavior And Management, Seventh Edition oleh Gina Gania (Jakarta: Erlangga, 2006), Cet. Ke-4, hlm 45

3

Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul wahab, Psikologi suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), Cet ke- 1 hlm. 88

4


(19)

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Siswa

Persepsi siswa terhadap suatu objek pastilah tidak berdiri dengan sendirinya, melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar siswa. Setiap siswa pasti memiliki persepsi yang berbeda-beda karena pada hakektanya tidak ada manusia yang sama, pasti memiliki perbedaan yang mendasar. David Krech dan Ricard Crutcfield membagi faktor-faktor yang menentukan persepsi yaitu: faktor-faktor fungsional dan faktor-faktor struktural.5

a. Faktor Fungsional

Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan dan pengalaman. Faktor fungsional menentukan persepsi adalah obyek-obyek yang memenuhi tujuan individual yang melakukan persepsi. Dalam hal ini objek-objek tersebut yaitu perbedaan karakteristik, kesiapan, mental, suasana emsional dan latar belakang budaya yang berbeda. Perbedaan objek-objek tersebut dapat memberikan pengaruh sehingga menyebabkan beberapa persepsi yang berbeda.

b. Faktor Struktural

Faktor Struktural adalah faktor-faktor yang berasal semata-mata dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem saraf individu. Faktor-faktor struktural yang menentukan persepsi menurut teori Gestalt bila kita ingin memahami suatu peristiwa kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah, tetapi memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Tertarik atau tidaknya individu untuk memperhatikan stimulus dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor internal (kebiasaan, minat, emosi, dan keadaan biologis) dan faktor eksternal (intensitas,kebaruan,gerakan, dan pengulangan stimulus)

5

Jalaludin Rahmat. Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. Ke- 23, hlm 51


(20)

c. Faktor eksternal

(1) Gerakan: secara visual manusia tertarik pada obyek-obyek yang bergerak. Karena 80% visual sangat mempengaruhi manusia.

(2) Intensitas stimuli: stimuli yang lebih dominan atau menonjol dapat menarik perhatian individu.

(3) Kebaruan (novelty): bahwa hal-hal baru, yang luar biasa, yang berbeda akan lebih menarik perhatian.

(4) Pengulangan: hal-hal yang disajikan secara berulang-ulang atau berkali-kali dan disertai dengan variasi akan lebih menarik perhatian individu.

d. Faktor Internal

(1) Kebiasaan: kecendrungan untuk mempertahankan pola berpikir tertentu, atau melihat masalah hanya dari satu sisi saja atau kepercayaan yang berlebihan dan tanpa krisis pada pendapat otoritas.

(2) Minat: suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan sendiri.

(3) Emosi: sebagai manusia yang utuh, kita tidak dapat mengesampingkan emosi, walaupun emosi bukan hambatan utama

(4) Keadaan biologis: misalnya keadaan lapar, maka seluruh pikiran didominasikan oleh makanan. Sedangkan bagi orang yang kenyang akan menaruh perhatian pada hal-hal lain. Kebutuhan bilogis menyebabkan persepsi yang berbeda.6 Jadi antara faktor intrenal dan eksternal itu saling melengkapi tidak akan seimbang kalau hanya ada faktor eksternal saja. Gerakan , intensistas stimuli, kabaruan, pengulangan adalah bagian dari faktor eksternal yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

6


(21)

Sedangkan kebiasaan, minat, emosi dan keadaan biologis adalah bagian dari faktor internal yang mempengaruhi jalannya persepsi seseorang.

3. Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi tidak terjadi dengan sendirinya banyak tahap-tahap yang harus dilalui dan dilewati. Persepsi sama halnya dengan anggapan sementara. Persepsi setiap orang itu berbeda-beda tidak ada yang sama, karena pada hakekatnya tidak manusia yang sama,pasti mempunya berbeda satu dengan yang lainnya. Tak terkecuali pemikiran

Menurut Bimo Walgito,terjadinya persepsi melalui suatu proses, yaitu sebagai berikut:

a. Suatu objek atau sasaran menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus tersebut ditangkap oleh alat indra. Proses ini berlangsung secara alami dan berkaitan dengan segi fisik. Proses tersebut dinamakan proses kealaman. b. Stimulus suatu objek yang diterima oleh alat indra, kemudian disalurkan

ke otak melalui syaraf sensoris. Proses pentransferan stimulus ke otak disebut proses psikologis, yaitu berfungsinya alat indra secara normal. c. Otak selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari objek

yang diterima oleh alat indranya. Proses ini juga disebut proses psikologis. Dalam hal ini proses persepsi terjadi yaitu suatu proses di mana individu mengetahui dan menyadari suatu objek berdasarkan stimulus yang mengenai alat indranya.

Dalam proses persepsi terdapat tiga komponen utama berikut.7

a. Seleksi, adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

b. Interpretasi, adalah proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang.

7


(22)

c. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi. Proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.

Jadi banyak proses yang harus dilalui oleh seseorang dalam pembentukan persepsi. Persepsi tidak datang dengan sendirinya. Faktor dalam diri manusia adalah penyebab pertama dari munculnya dorongan persepsi.

Menurut David Krech dan Richard S. Crutchfield dalam buku Jalaludin Rakhmat yang berjudul Psikologi Komunikasi, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi diantaranya:

a. Perhatian (attention)

Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimulus lainnya

melemah.

b. Faktor fungsional

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus,tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimulus itu.

c. Faktor struktural

Faktor-faktor struktural semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkannya pada sistem syaraf individu.8 Jadi ada perhatian, kebutuhan, efek-efek syaraf merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Faktor fungsional merupakan kebutuhan yang dimiliki oleh seseorang. Setiap orang pasti mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda begitu juga dengan persepsi pasti berbeda satu dengan yang lainnya.

Jadi ada 3 faktor yang mempengaruhi persepsi siswa diantaranya adalah perhatian (attention), faktor fungsional dan faktor stuktural.

8

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Rosda Karya, 2008), Cet, h 51-58.


(23)

Ketiga faktor ini sangat mempengaruhi tumbuh kembangnya sebuah persepsi.

4. Ciri-Ciri Umum Dunia Persepsi

Ada beberapa ciri-ciri umum tertentu dalam dunia persepsi:

a. Modalitas: rangsangan-rangsangan yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap-tiap indera, yaitu sifat dasar dan masing-masing indera (cahaya untuk penglihatan; bau untuk penciuman; suhu bagi perasa; bunyi bagi pendengaran; sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya).

b. Dimensi ruang: dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang); kita dapat mengatakan atas bawah, tinggi-rendah, luas-sempit, latar depan-latar belakang, dan lain-lain.

c. Dimensi waktu: dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat-lambat, tua-muda, dan lain-lain.

d. Struktur konteks, keseluruhan yang menyatu: objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan yang menyatu.9

Jadi perspsi itu dapat kita kenali dengan cara mendeteksi karakteristik yang ada dalam persepsi tersebut. Diantaranya adalah modalitas yang merupakan rangsangan yang direspon sesuai dengan indera. Selanjutnya dimensi ruang yang mempunyai sifat ruang, dimensi waktu seperti, cepat dan lambat, struktur konteks dengan keseluruhan yang menyatu.

5. Fisiologi Persepsi

Persepsi tergantung pada empat cara kerja, yaitu pengenalan (deteksi), pengubahan diri satu energi ke bentuk energi yang lain (transaksi), penerusan (tranmisi) dan pengolahan informasi

9

Abdul Rachman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), Cet. 1, h. 89-90.


(24)

a. Sistem sensorik

Sistem sensorik dirancang untuk mengumpulkan informasi yang ditangkap sehingga kita bisa membuat rencana dan mengendalikan serta gerakan tubuh kita.

b. Pemrosesan informasi: kasus penglihatan

Pemrosesan informasi terjadi ditempat yang berbeda dalam sistem sensorik pada syaraf, misalnya pada penglihatan, proses terjadi di mata, di tempat yang bermacam-macam di dalam otak dan neuron-neuron yang berhubungan dengan itu. Pada bagian ini, penglihatan menggambarkan bagaimana cara persepsual terjadi. Namun, berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa proses informasi lebih banyak terjadi dalam otak dari pada di dalam mata. Otak yang memperoleh informasi yang baik akan menjamin tingkah laku yang baik juga.

c. Dimensi pengindraan

Pengalaman inderawi tergantung dari sifat-sifat diterimanya rangsangan sehingga kita mempunyai pengalaman inderawi yang dapat dipaparkan

d. Ambang pengindraan

Ambang dalam pengindraan berarti intensitas suatu rangsanga tertentu agar dapat disadari.

e. Alat-alat indera

Alat-alat indera adalah bagian-bagian tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsangan sesuai dengan modalitas masing-masing.

f. Pengamatan dunia nyata

Persepsi bersifat subjektif karena bersifat bukan sekedar penginderaan. Persepsi kita terhadap dunia nyata merupakan olahan semua informasi yang diterima oleh indera-indera yang dipengaruhi oleh kondisi psikologis dan pengalaman.10

10


(25)

Jadi fisiologi persepsi itu terbagi atas 6 macam diantaranya adalah sistem sensorik, pemrosesan informasi, dimensi pengindraan, ambang pengindraan, alat-alat indra dan pengamatan dunia nyata. Dimana satu sama lain mempunyai korelasi yang tidak bisa dipisahkan.

6. Perubahan Persepsi

Persepsi itu bersifat dinamis. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan persepsi,diantaranya adalah faktor psikologis. Proses perubahan persepsi dari faktor psikologis ini tergambar dalam perubahan sikap. Perubahan sikap dalam psikologi biasanya diterangkan sebagai proses belajar atau sebagai proses kesadaran (kognisi). Dalam proses belajar, yang menjadi fokus adalah adanya rangsangan dari luar (stimulus),sedangkan dalam proses kognisi yang utama adalah adanya dorongan atau kehendak dari dalam diri individu sendiri.

Selain itu proses perubahan juga disebabkan karena adanya proses fisiologikdari sistem syaraf pada indera-indera manusia. Jika stimulus tidak mengalami perubahan, misalnya, akan terjadi adaptasi dan habituasi, yaitu respons terhadap stimulus itu makin lama makin rendah. 11

Jadi persepsi yang dimiliki oleh seseorang itu tidak bersifat statis akan tetapi,bersifat dinamis dengan kata lain berubah-ubah. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan persepsi terhadap seseorang salah satunya adalah faktor psikologi yang berkaitan dengan kejiwaan seseorang.

7. Sastra Melayu Klasik

Kata kesusastraan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu su dan sastra, su berarti „baik’, indah dan sastra, berarti „tulisan’, „karangan’. Jadi, secara harfiah sastra dapat diartikan sebagai tulisan yang indah. Dengan demikian, sastra merupakan buah pikiran yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang dituliskan dengan bahasa indah untuk mengekspresikan pikiran seseorang. Berbeda dengan tulisan ilmiah atau berita, sastra lebih mementingkan kesan daripada informasi

11


(26)

yang ditampilkan. Sastra memang sedikit banyak informatif, tetapi kesannyalah yang membuat seseorang mendapatkan pengalaman lain ketika membaca. 12

Jadi sastra merupakan tulisan dan karangan yang bisa dinikmati oleh semua orang. Karena sastra adalah sebuah tulisan yang indah,dan mempunyai daya tarik yang tinggi.

8. Genre Sastra

Sastra memiliki genre atau ragam. Secara garis besar, sastra dibagi dalam beberapa genre, yaitu sebagai berikut:

9. Prosa

Prosa adalah karangan yang bersifat naratif. Prosa berasal dari bahasa Yunani yang berarti „terus terang’ jadi, sebenarnya dari awal prosa lebih dibuat untuk mengungkapkan fakta-fakta yang ada dalam prosa tersebut. Berikut adalah pengertian prosa menurut para ahli:

1. Aminuddin: “Prosa adalah kisah atau cerita yang diemban oleh pelaku -pelaku tertentu dengan pemeranan”.

2. M. Saleh Saad dan Anton M. Muliono: “ Bentuk cerita atau kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa, dan alur yang dihasilkan oleh daya imajinasi”.

3. Sudjiman: “kisahan yang mempunyai tokoh, lakuan, dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi”.

Berdasarkan, pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prosa adalah sebuah cerita atau kisah yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yang tidak bisa dipisahkan dari prosa itu sendiri, seperli penokohan, alur dan daya khayal.

12

Edy, Sembodo, Contekan Pintar Sastra Indonesia ( Jakarta: Hikmah PT Mizan Publika, 2010), Cet. 1, h. 1


(27)

10. UnsurIntrinsik Prosa a. Tokoh

Tokoh yaitu individu rekaan yang mengalami peristiwa atau lakuan dalam suatu cerita (Sudjaman, 1990). Tokoh terbagi atas beberapa jenis. Tokoh yang menjadi tokoh central dalam cerita disebut tokoh protagonis, sedangkan tokoh yang mengimbangi peran biasanya menjadi lawan disebut dengan tokoh antagonis.

Diantara tokoh protagonis dan antagonis terdapat tokoh yang hanya bersifat membantu dan tak berperan besar dalam cerita. Tokoh ini disebut dengan tokoh bawahan. Tokoh protagonis tidak selalu bersifat jahat. Bila tokoh protagonis yang menjadi titik berat cerita digambarkan bersifat jahat, tokoh antagonis tidak selalu bersifat jahat.

Bila tokoh protagonis yang menjadi titik berat cerita digambarkan bersifat jahat, tokoh antagonis bisa saja digambarkan baik atau bahkan lebih jahat. Tokoh antagonis lebih bersifat penyeimbang tokoh protagonis dan berperan dalam konflik dalam cerita.

Dilihat dari segi perkembangankarakternya, tokoh juga dapat dibagi menjadi tokoh datar dan tokoh bulat. Tokoh datar tidak megalami perubahan karakter dan pergulatan pikiran. Karakter seperti ini cenderung mengikuti stereotip yang ada, misalnya ibu tiri, anak yang manja, dan atasan yang angkuh. Sementara itu tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki karakter yang berubah dan kompleks. Tokoh jenis ini mengalami perkembangan karakter sejalan dengan rangkaian cerita.

b. Plot atau alur

Rangkaian peristiwa yang terjalin dalam suatu cerita. Alur mengalami perkembangan yang teratur dalam cerita dan biasanya diakhiri dengan klimaks atau anti klimaks. Alur sederhana terdiri dari perkenalan, awal, konflik, klimaks atau antiklimaks. Alur sederhana terdiri dari perkenalan, awal konflik, klimak dan anti klimaks. Urutan tersebut bisa saja diubah sedemikian rupa menurut kebutuhan penulisnya. Alur yang tadinya maju bisa dirangkai dengan alur mundur


(28)

c. Latar

Lingkungan yang melingkupi tokoh-tokoh yang ada pada cerita. Lingkungan tersebut dapat memengaruhi perasaan tokoh dan begitupula sebaliknya. Latar dapat berupa waktu, tempat, dan perasaan yang dirasakan tokohnya. Keberadaan latar cukup penting dalam cerita karena akan banyak memengaruhi narasi yang dibangun. Latar dibedakan menjadi dua, yaitu latar material dan latar sosial.

d. Sudut pandang

Penempatan pandangan pada tokoh utama. Umumnya, sudut pandang yang sering dipakai adalah sudut pandangan orang pertama (aku-an). Sudut pandang orang pertama banyak dipakai pada masa-masa awal perkembangan sastra Indonesia, seperti pada masa Balai Pustaka dan Pujangga. Sementara itu, sudut pandang orang ketiga sering dipakai kemudian pada masa-masa 1950-an ke atas saat berbagai pandangan dan aliran berkembang terutama eksistensialisme, di Indonesia. Namun, hal ini dipermainkan dengan cerdik pada roman Atheis karya Achdiat Karta Miharja, Dia mengganti sudut pandang dari sudut aku-an kedia-an dalam pemaparan ceritanya. Sudut pandang orang kedua memakai kata kau atau kamu akan tetapi, sangat jarang sekali digunakan.

e. Tema

Permasalahan yang diangkat dalam suatu cerita dan menjadi garis besar permasalahan yang dipaparkan. Selanjutnya, dapat mengambil kesimpulan dengan memahami apa yang disampaikan seorang pengarang melalui cerita yang dibuatnya dan inilah yang disebut sebagai amanat. Setiap karya memiliki tendensi dan muatan yang berbeda-beda tergantung kepada tujuan awal pengarangnya. Sebagai contoh roman „Bumu Manusia’ karya Pramoedya Antara Toer mengambil tema perjuangan manusia untuk mendapatkan haknya tanpa memandang kelas atau status sosial.

Jadi dalam sebuah karya sastra salah satunya prosa terdapat unsur yang membangun karya tersebut,yaitu unsur implisit yaitu, unsur yang terdapat dalam karya sastra tersebut. tokoh,plot, latar, alur, sudut pandang dan tema adalah unsur yang terdapat dalam sebuah prosa.


(29)

11. Unsur Ekstrinsik Prosa

Adalah unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi juga banyak mempengaruhi bentuk dan tujuan pembuatan karya sastra. Secara umum, ada empat unsur Ekstrinsik yang mempengaruhi sebuah karya sastra.

a. Pengarang, yaitu segala hal yang berhubungan dengannya. Tentunya latar belakang pengarang akan memengaruhi seperti apa karya yang dibuatnya. Aliran dan kepercayaan juga merupakan hal yang dapat menyetir seorang pengarang dalam berkarya.

b. Kondisi sosial, yaitu keadaan sekeliling sang pengarang yang mendorong dan memengaruhi dalam berkarya. Tentunya pengarang akan terpengaruh sekali oleh tempat dia tinggal dan bersosialisasi. Seorang pengarang yang tinggal di daerah tertentu akan terbawa cara berpikir dan budayanya.

c. Masa penulisan, yaitu waktu atau periode ketika pengarang menulis karyanya. Masa tertentu akan menyebabkan kecendrungan tema dan muatan karya seorang sastrawan.

d. Penerbit, yaitu wadah sang penulis untuk menyebarkan karyanya agar sampai ke tangan pembacanya. Sebuah penerbit tentunya memiliki standar pandangan sendiri terhadap karya sastra yang akan diterbitkannya. Inilah penyebab suatu karya dari penerbit tertentu sering kali memiliki tipe yang sama dan tema yang diangkat pun memiliki ragam tertentu. Penerbitlah yang menjadi badan sensor untuk sebuah karya sastra, mereka berhak mengubah, menambah, atau mengurangi muatan suatu karya. Inilah yang menyebabkan kesamaan tema dan bentuk pada suatu masa tertentu. Ini terlihat salah satunya pada masa Balai Pustaka dan Pujangga Baru yang memiliki standar ketat terhadap karya-karya yang diterbitkannya.

Jadi pengarang,kondisi sosial, masa penulisan dan penerbit merupakan unsur yang berada di luar karya sastra,akan tetapi sangat mempengaruhi terhadap hasil dari karya itu sendiri


(30)

12. Jenis-Jenis Prosa Lama a. Hikayat

Hikayat yaitu bentuk prosa lama yang berisikan cerita kehidupan para dewa, pangeran atau putri kerajaan, dan raja-raja yang memiliki kekuatan gaib. Hikayat juga sering menceritakan kepahlawanan tokoh yang ada di dalamnya. Contoh hikayat antara lain Hikayat Hang Tuah, Hikayat si Pahit Lidah, dan Hikayat Kuda Terbang. Hikayat berasal dari India Arab. Terkadang tokoh yang ada merupakan tokoh sejarah.

b. Dongeng

Bentuk prosa lama yang mengandung ajaran kebaikan. Dongeng ditunjukkan untuk anak-anak, oleh karena itulah, dongeng biasanya selalu klise. Isisnya selalu berbicara tentang kebaikan. Contoh dongeng antara lain Timun Mas, Kebo lwa, dan Candra Kirana.

c. Mitos

Mitos adalah cerita yang dipercaya secara turun-temurun sebagai pegangan dalam menjalani hidup dan berprilaku. Mitos juga kadang dikaitkan dengan asal mula suatu silsilah suku tertentu. Ada juga yang percaya bahwa tokoh dalam suatu mitos benar-benar ada dan menjadi nenek moyangnya. Contoh mitos antara lain adalah Nyi Roro Kidul, Cerita Rama-Sinta, dan cerita Mahabrata.

d. Fabel

Fabel adalah cerita yang tokoh-tokohnya merupakan binatang yang berprilaku seperti manusia. Fabel biasanya diciptakan untuk memudahkan pemahaman anak-anak dalam menggambarkan perwarakan atau karakter tokohnya. Fabel kebanyakan diperuntukkan bagi anak-anak sehingga tokoh-tokohnya dibuat menarik simbolis. Contoh mudahnya,untuk menggabarkan tokoh yang cerdik dan cekatan, fabel biasanya menyimbolkan dengan binatang kancil. Bila ingin menggambarkan karakter yang jahat, biasanya dalam fabel digambarkan buaya atau harimau yang keduanya merupakan binatang buas. Contoh fabel antara lain Cerita si Kancil, Cerita Kura-Kura dan Kelinci, dan Cerita Kera dan Ikan Mas.


(31)

e. Legenda

Legenda, yaitu prosa lama yang menceritakan asal mula suatu tempat, benda peninggalan sejarah, atau fenomena alam. Contoh dari legenda antara lain

Legenda Pulau Samosir, Legenda Tangkuban Perahu,dan Legenda Candi Mendut.

Jadi, hikayat, dongeng, mitos, fabel dan legenda merupakan jenis-jenis dari prosa lama yang mempunyai keunikan tersendiri. Perbedaan yang terdapat dari masing-masing jenis prosa ini adalah, kalau hikayat merupakan prosa lama yang berisikan cerita kehidupan para dewa, untuk dongen ceritanya ditunjukkan untuk anak-anak. Sedangkan mitos adalah cerita zaman dahulu yang belum dipastikan kebenarannya, fabel adalah cerita yang diperankan oleh binatang. Sedangkan legenda adalah prosa lama yang menceritakan asal mula suatu tempat contohnya, legenda Tangkuban Perahu.

13. Puisi

Puisi adalah ungkapan imajinatif yang dirangkai dengan irama dan memerhatikan pemaknaan. Secara etimologis, puisi berasal dari bahasa Yunani, yaitu poino yang artinya’aku mencipta’. Puisi adalah salah satu genre sastra yang defenisinya telah dijelaskan sebelumnya, sedangkan sajak adalah karyanya. Adapun jenis puisi terbagi dua yaitu puisi lama dan puisi modren. Akan tetapi yang akan dipaparkan disini adalah puisi lama.

14. Puisi Lama

Puisi lama adalah salah satu genre sastra yang bentuknya masih terikat. Puisi pada awalnya berbentuk mantra yang hanya digunakan pada ritual tertentu atau keperluan lain yang bersifat mistis. Hal ini disebabkan mantra lebih menekankan penekanan pada bunyi yang berulang-ulang, mirip dengan fungsi asonansi dan rima yang kita kenal pada puisi lama atau modren. Berikut adalah contoh mantra.


(32)

Mantra bagi Perempuan yang Mau Bersalin (dibacakan air putih,kemudian diminum)

Aku membaca ajiku sibelut putih Melancar lekas

Galir gelugur

Merojol-rojol atas iradat Tuhan Senyampang terlenggang Terlenggang

Terlenggang Terlenggang Terlenggang

Sekonyong-konyong

Jadi salah satu bentuk dari puisi lama adalah mantra yang merupakan bentuk dari karya sastra klasik yang memilki makna yang indah.

15. Jenis-Jenis Puisi Lama a. Syair

Adalah sajak yang terdiri atas empat baris dalam satu bait. Baris pertama hingga terakhir pada syair berima a-a-a-a.

Contoh:

Sengsara gerangan takdirnya untung (a) Sebagai nasib si bunga betung (a) Hanyut di sungai terkatung-katung (a) Diejekkan kera dan luntung (a)

b. Karmina

yakni sajak yang terdiri atas dua baris saja. Karmina umumnya berisi tentang sindiran atau gurauan yang agak menyentik.

Contoh:

Kayu lurus dalam ladang Kerbau kurus banyak tulang


(33)

c. Pantun

Adalah sajak yang terdiri atas empat baris dalam satu baitnya. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan yang ketiga dan keempat adalah isi. Pantun menggunakan rima a-b-a-b. Mengenai isinya, larik pertama (dua baris pertama) tidak berhubungan dengan larik kedua, tetapi keduanya saling mengisi dalam kesamaan rima. Baris pertama dan ketiga menggunakan rima a dan baris kedua dan keempat menggunakan rima b. Untuk lebih mudahnya perhatikan contoh berikut:

Pantun Berkasih-kasihan

Kalau tuan mandi ke hulu Ambilah saya bunga kamboja Kalau tuan matilah dulu Nantikan saya di pintu surga

d. Talibun

Talibun dapat dikategorikan dengan pantun, tetapi talibun memiliki perbedaan dalam bentuk yang berlainan dengan pantun. Jika pantun hanya terdiri dari empat baris, maka talibun hanya memiliki lebih dari empat baris. Jumlah barisnya pun bervariasi mulai dari enam baris dan seterusnya. Contoh talibun enam baris:

Selasih di rimba jambi Putus akarnya di jerami Merajut asa daun meranti Kasih pun baru dimulai Tuan bawa berjalan jauh Itu menghina hati kami

e. Gurindam

Gurindam adalah puisi lama yang isi dan temanya sebenarnya tak berbeda dengan pantun, karena kebanyakan berisi nasihat dan mendidik. Namun yang membedakannya adalah jumlah baris pada setiap baitnya. Gurindam hanya memiliki dua baris pada setiap


(34)

baitnya. Gurindam memiliki rima a-a pada setiap baitnya. Karena gurindam hanya memilki dua baris pada setiap baitnya, sampiran dan isinya masing-masing hanya terdiri dari satu baris yaitu, sampiran pada baris pertama dan isi pada baris kedua. Gurindam yang terkenal adalah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Gurindam karya Raja Ali Haji ini memiliki dua belas baris, sesuai dengan judulnya,

Gurindam Dua Belas.

Jadi dari keterangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya, syair, karmina, pantun, talibun, gurindam, drama merupakan jenis-jenis dari puisi lama. Perbedaan yang terdapat di dalamnya, kalau syair sajaknya hanya terdiri dari empat baris dalam satu bait. Karmina sajak yang terdiri dari dua baris saja. Pantun sajaknya terdiri atas empat baris sedangkan talibun jumlah barisnya bervariasi. Untuk gurindam sendiri, hanya memiliki dua baris pada setiap baitnya.

16. Drama

Drama berasal dari bahasa Yunani yang berarti dialog dalam bentuk puisi atau prosa. Padanan kata drama dalam bahasa Indonesia adalah sandiwara. Sandi berati „rahasia’ dan wara berarti „kabar’. Jadi, sandiwara dapat diartikan sebagai kabar yang dirahasiakan.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa drama merupakan bagian dari sastra melayu yang merupakan sandiwara atau pertunjukan yang dimainkan oleh beberapa pelakonnya.

17. Unsur-Unsur Drama

a. Naskah lakon, berguna untuk menetapkan urutan adegan dan dialog yang ada dalam drama.

b. Sutradara, yaitu orang yang mengatur dan mengonsep sebuah drama yang dimainkan.


(35)

Unsur-unsur yang terdapat dalam drama harus sangat diperhatikan karena, unsur ini merupakan bagian yang sangat penting dalam keberhasilan sebuah drama.

18. Drama Tradisional

Sebelum drama modern masuk dan berkembang di Indonesia, ternyata tanah air kita sudah menyimpan berbagai ragam drama yang merupakan seni tradisional. Setiap daerah memiliki seni drama tradisional yang diadakan dengan barbagai macam keperluan, tetapi secara umum diadakan sebagai bentuk hiburan. Drama tradisional ini secara turun -temurun tetap dipertahankan, biasanya cendrung tidak berubah dan tetap mempertahankan keasliannya. Berikut adalah contoh-contoh dari drama tradisional:

a. Ketoprak dari Jawa Timur b. Ludruk Jawa Timur c. Ubruk dari Banten

d. Longseng dari Jawa Barat

e. Mamanda dari Kalimantan Selatan f. Lenong dari Betawi.

Jadi, drama tradisional merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia. Drama tradisional terdapat di bernagai daerah yaitu dari sabang sampai merauke. Kehadiran drama tradisional ini merupakan aset budaya yang tidak dihilangkan bahkan harus dipertahankan.

19. Hasil Belajar a. Hakekat Belajar

Belajar merupakan hal yang sangat menyennagkan dan kompleks. Belajar merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap jenjang pendidikan. Keberhasilan pembelajaran sangat bergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa baik ketika berada di lingkungan sekolah maupun diluar lingkungan sekolah. Berikut adalah beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengrtian belajar.


(36)

1. Skinner, Barlow Syah (1985) dalam bukunya Educational Psycology. The Teaching-Lerning Procces berpendapat bahwa: “belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif. Timbulnya tingkah laku itu lantaran adanya hubungan antara stimulus (rangsangan) dengan respon. Pendapat ini diungkapkan dalam pernyataan yang singkatnya, bahwa belajar adalah procces of progressive behavior adaption. Berdasarkan eksperimennya Skinner Purwanto percaya bahwa proses adaptasi tersebut mendatangkan hasil yang optimal apabila diberi penguat.13

2. Watherington, seperti dikutip Purwanto mengemukakan bahwa: “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian”.14 Jadi, belajar adalah suatu proses adaptasi dalam rangka menciptakan suatu perubaha di dalam diri seseorang yang melibatkan banyak aspek seperti, kecakapan, sikap, kebiasaan,kepandaian serta etika yang terkait dengan proses belajar.

b. Bentuk dan Tipe Hasil Belajar

Bentuk dan tipe belajar sangat banyak sekali,namun setiap peserta didik pasti memiliki tipe belajar yang berbeda, tidak mungkin semuanya sama. Bentuk dan tipe belajar akan sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Siswa juga hendaknya harus mengetahui termasuk tipe apakah dalam belajar,sehingga hasil yang di dapatkan sesuai dengan yang diharapkan.

Selain itu proses belajar mengajar adalah alat untuk mencapai tujua. Ada beberapa pendapat yang melihat proses belajar mengajar dan dari semua pendapat tersebut dapat di kelompokkan menjadi tiga sudut pandang, yakni: (a) memandang belajar sebagi proses, (b) memandang belajar sebagai hasil, (c)

13

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosyda Karya), 2008, hal. 90

14

M. Ngalin Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya), 2002, hal. 84


(37)

memandang belajar sebagai fungsi. Ketiga cara itu diperlukan oleh seorang guru, karena tugas guru adalah membina/membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa, agar memperoleh hasil yang telah dirancang sebelumnya.

Gagne, seperti dikutip oleh Sudjana mengemukakan bahwa ada lima kategori tipe hasil belajar, yakni (a) verbal information(b)intelektual skill, (c)

cognitife strategi (d) Attitude, (e) motoric skill. Sementara itu Benyamin Bloom berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang hendak kita capai digolongkan atau dibedakan menjadi 3 bidang yakni: (a) bidang kognitif, (b) bidang afektif, (c) bidang psikomotorik.15

Walaupun sistem pendidikan di negara kita Indonesia menganut teori yang dikemukakan oleh Benyamin Bloom, namun ada baiknya dikemukakan pendapat Gagne sebagai bahan perbandingan, sekaligus dapat menambah pengetahuan pembaca.

Berikut ini adalah macam-macam tipe belajar 1. Tipe Hasil Belajar kognitif

a. Tipe belajar pengetahuan hafalan (knowledge)

Pengetahuan hafalan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata

knowledge. Cakupan dalam pengetahuan hafalan akan termasuk pula pengetahuan dan sifat faktual.

b. Tipe belajar pemahaman (Comprehension)

Tipe hasil belajar ini setingkat lebih tinggi dari tipe hasil belajar pengetahuan, hafalan, dan pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep.

c. Tipe hasil belajar penerapan (application)

Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstrakkan suatu konsep,ide,rumus,hukum dalam situasi yang baru.

d. Tipe belajar analisis

Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai,suatu integritas

15

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004) h. 45


(38)

e. Tipe belajar hasil sintesis dan evaluasi

Tipe belajar sisntesis terjadi apabila ada tekanan pada kesanggupan menguraikan suatu integritas menjadi bagian yang bermakna. Sedangkan evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai berdasarkan jugdmen yang dimilikinya.

2. Tipe belajar afektif

Ada beberapa tingkatan dalam bidang afektif:

a. Receiving/attending, yaitu semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar dalam diri siswa.

b. Responding atau jawaban, yaitu reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar.

c. Valuing atau penilaian, yaitu berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala stimulus tadi.

d. Organization atau organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam suatu sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan suatu nilai dengan yang lain.

e. Internalisasi atau karakteristik nilai, yakni keterpaduan dari semua nilai dengan nilai yang lain.

3. Tipe hasil belajar psikomotorik

a. Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan tidak sadar) b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

c. Kemampuan perceptual termasuk didalamnya membedakan visual, audio motorik dan lain-lain.

d. Kemampuan dibidang fisik e. Gerakan-gerakan skill

f. Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

Jadi, setiap peserta didik pasti memiliki tipe belajar yang berbada satu dengan yang lainnya. Kalau tipe belajar kognitif adalah lebih kepada pengetahuan yang bersifat hafalan, pehaman, penerapan, analisis dan sintesis evaluasi.


(39)

Sedangkan untuk peserta didik yang menganut tipe belajar afektif lebih cenderung kepada kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar. Untuk tipe psikomotorik lebih cenderung kepada keterampilan, kemampuan perceptual, fisik, gerakan, dan kemampuan.

20. Komponen Belajar Mengajar (KBM)

Sebagai suatu sistem, tentu saja kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen-komponen yang meliputi:

a. Tujuan

Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal itu merupakan suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan tersebut akan dibawa. Dalam kegiatan belajar mengajar tujuan adalah, suatu cita-cita yang ingin dicapai dalam kegiatannya dan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita-cita yang bernilai normatif. Dengan kata lain dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik, baik dalam lingkungan sosialnya maupun diluar sekolah.

b. Bahan Ajar

Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran, maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Ada dua persoalan dalam penguasaan bahan pelajaran ini, yakni penguasaan bahan pelajaran pokok, dan bahan pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan profesinya. Sedangkan bahan pelajaran pelengkap atau penunjang adalah bahan pelajaran yang dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam mengajar dapat menunjang penyampaian bahan pelajaran pokok. Bahan adalah salah satu sumber belajar bagi


(40)

anak-anak didik. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran.

c. Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar adalah inti dari kegiatan dalam pendidikan. Dalam kegiatan belajar mengajar akan melibatkan semua komponen pengajaran, dan akan menetukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan agar dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya.

Dalam interaksi itulah, siswa yang lebih aktif dan guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru sebaliknya memperhatikan perbedaan individual peserta didik yaitu pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis. d. Metode

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.

Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya, bila tidak menguasai metode mengajar. Oleh karena itu disinilah kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat. Dengan menguasai berbagai macam metode dan bisa menempatkan pada situasi dan kondisi yang sesuai dengan keadaan siswa.

e. Alat

Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan pengajaran, alat mempunyai fungsi, yakni sebagai perlengkapan, membantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan. Alat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat dan alat bantu pengajaran. Yang dimaksud dengan alat adalah berupa suruhan, perintah dan larangan. Sedangkan


(41)

alat bantu pengajaran adalah berupa globe,papan tulis, kapur tulis, gambar, diagram, slide, vidio dan sebagainya.

f. Sumber Belajar

Sumber Belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat asal untuk belajar seseorang. Jadi sumber belajar itu merupakan bahan atau materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi sipelajar.

Jadi dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) banyak komponen yang harus diperhatikan. Komponen-komponen tersebut harus ada dalam dalam kegiatan belajar mengajar, agar tercipta proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dari belajar itu sendiri.

Berikut adalah RPP dari kegiatan Belajar Mengajar Sastra Melayu Klasik :


(42)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SEKOLAH : Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syahid MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia

KELAS : X1

STANDAR KOMPETENSI :

Membaca : 15. Memahami sastra Melayu klasik

KOMPETENSI DASAR :

15.2 Menemukan nilai-nilai yang terkandung di dalam sastra Melayu klasik

MATERI PEMBELAJARAN :

Naskah sastra Melayu klasik :

 nilai-nilai (budaya, moral, agama)

INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

No Indikator Pencapaian Kompetensi

Nilai Budaya Dan Karakter

Bangsa

Kewirausahaan/ Ekonomi Kreatif

1 Menemukan nilai-nilai dalam karya sastra Melayu Klasik

Bersahabat/ komunikatif

Kreatif

Kepemimpinan

Keorisinilan 2 Membandingkan nilai-nilai dalam

sastra Melayu Klasik dengan nilai-nilai masa kini

3 Mengartikan kata-kata sulit

TUJUAN PEMBELAJARAN :

Siswa dapat:

 Menemukan nilai-nilai dalam karya sastra Melayu Klasik

 Membandingkan nilai dalam sastra Melayu Klasik dengan nilai-nilai masa kini


(43)

METODE PEMBELAJARAN :

 Penugasan

 Diskusi

 Tanya Jawab

 Ceramah

 Demonstrasi StrategiPembelajaran

Tatap Muka Terstruktur Mandiri

 Memahami nilai-nilai yang terkandung di dalam sastra Melayu klasik

 Contoh Karya sastra Melayu klasik : nilai-nilai (budaya, moral, agama)

 Siswa dapat Menemukan nilai-nilai dalam karya sastra Melayu Klasik

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN :

No. Kegiatan Belajar Nilai Budaya Dan

Karakter Bangsa 1. Kegiatan Awal :

 Guru menjelaskan Tujuan Pembelajaran hari ini.

Bersahabat/ komunikatif 2. Kegiatan Inti :

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi :

 Menjelaskan nilai-nilai yang terkandung di dalam sastra Melayu klasik

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi,

 Mendiskusikan nilai-nilai dalam karya sastra Melayu Klasik

 Membandingkan nilai-nilai dalam sastra Melayu Klasik dengan nilai-nilai masa kini

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:

 Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui

 Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui.

Kreatif

3. Kegiatan Akhir :

 Refleksi

 Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini.

Bersahabat/ komunikatif


(44)

ALOKASI WAKTU : 2 x 40 menit

SUMBER BELAJAR/ALAT ATAU BAHAN :

Karya satra Melayu klasik : Hikayat Hang Tuah, Hikayat Raja-Raja Pasai

PENILAIAN : Jenis Tagihan:

 tugas individu

 ulangan

Bentuk Instrumen:

 uraian bebas

 pilihan ganda

 jawaban singkat B. Kerangka Berpikir

Dalam proses belajar terkadang seorang siswa dipengaruhi oleh faktor intelegensi, kreatifitas dan persepsi dalam diri siswa itu sendiri. Hasil belajar siswa akan tercapai dengan baik apabila dalam dirinya timbul suatu keinginan untuk berhasil. Selanjutnya hasil belajar akan lebih optimal apabila dalam belajar seorang siswa memiliki keinginan kuat dan persepsi yang baik dalam pembelajaran. Dengan adanya persepsi memungkinkan seseorang untuk bisa mendapatkan hasil belajar yang baik.

Selanjutnya, dalam proses belajar mengajar, yang dilakukan oleh pendidik merupakan suatu kegiatan yang menjembatani siswa untuk memahami materi yang diberikan. Selain itu persepsi juga dapat mempengaruhi siswa dalam memahami suatu materi dan diharapakan dengan adanya persepsi positif maka akan berkolerasi dengan hasil belajar siswa.

Dengan demikian diduga terdapat korelasi atau hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa terhadap materi pada pelajaran sastra melayu klasik dengan hasil belajar siswa kelas XI Tahun Ajaran 2012-2013 di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syahid Jakarta.


(45)

C. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kerangka berfikir diatas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hipotesis dalam penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut. Terdapat hubungan positif antara persepsi siswa terhadap materi yang ada dalam sastra melayu klasik dengan hasil belajar siswa.

Jika ditulis dalam bentuk hipotesis statistik adalah Ho: Pxy = 0

Ha: Pxy kecil 0 Keterangan:

Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap materi yang ada dalam pelajaran sastra melayu klasik dengan hasil belajar siswa.

Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap materi yang ada dalam pelajaran sastra melayu klasik dengan hasil belajar siswa.

xy

: koefisien korelasi antara persepsi siswa terhadap sastra melayu klasik (x) dengan hasil belajar siswa (Y)


(46)

A. Metode Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan teknik korelasional. Penelitian ini adalah jenis penelitian cross section correlation study. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeteksi hubungan antara variabel yang relevan untuk menjawab masalah.

B. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini ada 2 variabel yaitu:

1. Variabel bebas yaitu persepsi siswa terhadap materi pelajaran sastra melayu klasik (X)

2. Variabel terikat hasil belajar (Y)

Persepsi siswa terhadap materi pelajaran sastra melayu klasik, sebagai skor yang diperoleh subjek pada jawaban kuesioner yang telah dibagikan sedangkan hasil belajar diperoleh melalui nilai formatif siswa dalam materi sastra melayu klasik.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syahid Jakarta yang terletak diJl. Ibnu Taimia IV Komplek Syarif Hidayatullah Ciputat, Tanggerang Selatan. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Juni Tahun 2013 D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap mewakili populasi.1

1

M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Statistik 1 (Statistik Deskriptif). (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet. 3, h. 12.


(47)

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X1 Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syahid, Ciputat Kota Tanggerang Selatan yang berjumlah 35 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara random sampling yang dalam hal ini peneliti tidak mengendalikan salah satu variabel tersebut dan setiap responden akan diberikan kesempatan yang sama. Dengan perincian bahwa sampel tersebut telah mewakili dan sesuai dengan perbandingan frekuensi di dalam populasi secara keseluruhan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang peneliti gunakan dalam memperoleh data adalah:

1. Observasi,merupakan metode ilmiah yang biasanya dimaknai dengan pengamatan secara langsung oleh peneliti. Melalui observasi ini maka penulis memperoleh data mengenai kondisi sekolah, guru, karyawan, sarana dan prasarana di MA Pembangunan UIN Syahid, Jakarta.

2. Wawancara (interview), adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.2 Dalam hal ini penulis mengadakan komunikasi langsung secara individual kepada guru bidang studi bahasa Indonesia, untuk mendapatkan data mengenai masalah yang menjadi objek penelitian.

3. Study Dokumentasi, adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukkan pada subjek penelitian, namun melalui melalui dokumen.3 Melalui dokumen-dokumen tersebut penelitian mengambil data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, seperti dokumen sekolah, daftar inventaris, daftar jumlah siswa.

4. Angket (Questionaire),yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya dan hal-hal yang ia ketahui. Cara angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yakni angket yang ada pada setiap

2

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rieneka Cipta, 2006) Cet. 13, h. 155.

3

Sukardi, Ph. D., Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 7, h. 81


(48)

itemnya tersedia alternatif-alternatif jawaban sehingga responden dapat dengan mudah memilih salah satu jawaban dari jawaban alternatif yang telah tersedia.

Urutan penyusunan angket terdiri dari beberapa aspek. Aspek yang pertama adalah aspek identitas. Aspek yang kedua adalah aspek petunjuk pengisian, dan aspek yang ketiga adalah aspek pernyataan, yang peneliti gunakan untuk mengetahui tentang persepsi siswa kelas X1 di Madrasah Aliayah Pembangunan UIN Syahid Jakarta terhadap sastra melayu klasik.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner (angket). Angket yang digunakan dalam pengambilan data yaitu angket tentang persepsi siswa terhadap materi sastra melayu klasik (X) . Dan hasil belajar siswa (Y) di ambil melalu nilai formatif berupa skor atau angka yang sudah dikalkulasikan.

Tabel berikuti ini memberikan gambaran lebih jelas mengenai penyebaran butir-butir item dari tiap-tiap variebel penelitian.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Persepsi

Variabel Aspek Indikator

Persepsi Siswa Terhadap Sastra

Melayu Klasik

Persepsi Siswa

Sastra Melayu Klasik

Sikap

Motif/keinginan Keterikatan Harapan Karakteristik objek

Faktor situasi Mendengarkan Puisi


(49)

Berbicara Cerpen Membaca Cerpen Hikayat Menulis Cerpen puisi

Untuk mengetahui apakah item yang digunakan dalam penelitian ini telah mengukur apa yang seharusnya diukur dan dapat diandalkan konsistensinya, maka harus dilakukan uji Validasi dan Reabilitas terlebih dahulu, untuk memenuhi persyaratan seperti dikemukan oleh Suharsimi Arikunto bahwa: instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.4

1. Validitas

Suatu Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur. Untuk menganalisis validitas butir angket mengenai Persepsi Siswa kelas X1 di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syahid Jakarta terhada Sastra Melayu Klasik, maka digunakan rumus:5

r

XY =

2. Reliabel

Suatu instrumen penelitian disebut reliabel apabila isntrumen tersebut konsisten dalam memberikan penilaian atas apa yang diukur. Dalam instrumen penelitian ini untuk mengetahui reliabilitas butir soal mengenai persepsi siswa kelas XI Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syahid

4

Ibid, h. 168. 5

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet 7, h. 72.


(50)

Jakarta terhadap sastra melayu klasik, maka penulis menggunakan rumus Alpa Cronbach6:

α = K/K-1 = (1-Σ/a)

Keterangan: α = Koefisien Alpa

K = Banyaknya butit pertanyaan Σα2-

= Varias total α2

= Varias Total

Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap terhadap koefisien relibialitas pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut:

Apabila α sama dengan atau lebih besar dari pada 0,70 maka instrumen yang sedang diuji relibilitasnya dinayatakan telah memiliki relibilitas yang tinggi (reliabel). Akan tetapi apabila α lebih kecil dari 0,07 maka instrumen yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi

(unreliabel).

G. Teknik Pengolahan Data

Setelah semua data selesai dikumpulkan dengan lengkap, maka tahap selanjutnya adalah pengolahan data. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Editing, semua angket harus diteliti satu persatu tentang kelengkapan dan kebenaran pengisian sehingga terhindar dari kekeliruan atau kesalahan.

2. Skoring, setelah melalui tahap editing,maka selanjutnya adalah memberikan skor terhadap item-item pernyataan yang terdapat pada angket dalam bentuk pilihan ganda. Untuk memudahkan perhitungan masing-masing diberi bobot nilai dari empat sampai satu sesuai dengan kualitas jawabannya yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Alternatif jawaban A, dengan bobot nilai 4 b. Alternatif jawaban B, dengan bobot nilai 3

6

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. 13, h. 196.


(51)

c. Alternatif jawaban C, dengan bobot nilai 2 d. Alternatif jawaban D, dengan bobot nilai 1

3. Tabulating yaitu mentabulasi data jawaban yang telah diberikan ke dalam bentuk tabel selanjutnya dinyatakan dalam bentuk frekuensi dan prosentase.

4. Menentukan tingkat kriteria. H. Teknik Analisis Data

1. Mencari Angka Korelasi

Dalam mencari angka korelasi antara persepsi siswa terhadap sastra melayu klasik (X) dengan hasil belajar siswa kelas X1 tahun ajaran 2012-2013 di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syahid Jakarta (Y), peneliti menggunakan

Correlational Product Moment dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara variebel X dan Variabel Y

N = Jumlah sampel

ΣX = Jumlah skor item variabel X

ΣX2= Jumlah kuadrat skor item variabel X ΣY = Jumlah skor item variebel Y ΣY2

= Jumlah kuadrat skor item variabel Y

ΣXY = Jumlah perkalian antara skor item variabel X dan Variabel Y dan skor total

Analisis Product Moment dimaksud untuk mencari titik nilai korelasi antara variabel X dan Variabel Y apakah memiliki hubungan yang sangat kuat,kuat,cukup,lemah, atau sangat lemah.

Setelah nilai rxy diketahui maka penulis akan memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment. Setelah diketahui


(1)

Intrinsik dan Ektrinsik Sebuah Hikayat. 20 Saya Mampu

Menuliskan dengan detail Isi Hikayat yang dibacakan oleh Guru Saya


(2)

Lembar Evaluasi

Kode soal 2 (Sastra Melayu klasik) Nama:...

Kelas Waktu: .... Tanggal

Jawablah Soal dibawah ini dengan baik dan benar Hikayat Hang Tuah

Hang Tuah lahir dari Ibu yang bernama Dang Merduwati, sementara Ayahnya bernama Hang Mahmud. Karena kesulitan hidupnya, mereka pindah ke Pulau Bintan, tempat raja bersemayam, dengan harapan mendapat rezeki di situ. Mereka membuka warung dan hidup sangat sederhana.

Semua sahabat Hang Tuah berani. Mereka itu adalah Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu. Pernah suatu ketika mereka berlima pergi berlayar. Di tengah lautan dihadang oleh gerombolan perampok yang banyak sekali. Hang Tuah menggunakan taktik, membawa mereka ke darat. Di sana mereka melakukan perlawanan.

Sepuluh perampok mereka tewaskan, sedangkan yang lain melarikan diri. Dari beberapa orang yang dapat ditawan, mereka mengaku dari daerah Siantan dan Jemaja atas perintah Gajah Mada di Majapahit.

Sebenarnya mereka diperintahkan untuk menyerang Palembang tetapi angin kencang membawa mereka tersesat di Melaka. Akhirnya, keberanian Hang Tuah dan kawan-kawannya sampai juga kepada raja sehingga raja berkenan kepada mereka. Suatu ketika ada orang yang mengamuk di pasar. Orang-orang lari ketakutan. Hang Tuah jugalah yang dapat membunuh orang itu.


(3)

Jemala. Hang Tuah sukses, lalu dia diangkat menjadi Laksamana. Berkali-kali Hang Tuah diutus ke luar negeri; ke Tiongkok, Rum, Majapahit, dan dia pernah pula naik haji. Akhir hayatnya, Hang Tuah berkhalwat di Tanjung Jingara.

a. Analisislah unsur Intrinsik dari hikayat “Hang Tuah”

-tema -latar -alur -penokohan -amanat

-sudut pandang

- gaya bahasa yang digunakan

b. Identifikasilah karakteristik dari satra melayu klasik berdasarkan hasil bacaan dari hikayat hang tuah yang sudah Anda baca[p;l! c. Sebutkan dan jelaskan nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam hikayat diatas.

Kalau tuan hendak ke Padang Jangan lupa membeli tali Kalau tuan hendak berdagang Jangan lupa memuja ilahi

d. jelaskanlah dengan singkat isi dari pantun di atas! e. Pesan moral apa yang terdapat pada pantun diatas?


(4)

Es=g

c -H -g 5 E r

g

€ e = S = = g i} E \ -a u g g -g g at E E E g E E 6 E = a -4 n E g g = n g = l{ -a a --q 4 q sl E E E -l! -E G i -< a -E 6 = 6 * € -5 4 -E -E a -r E -4 -E = g -E = :E 4 -2 -E a E g E -6 d 6 E .l E 4 E q -5 6 = E -c E E -u a E E 6 E a 6 q N E E E N E E E E @ E 6 E E E F E I a N E E o ' N F E N N E E D F o € E a N F s 6 r 6 E E n @ m N F r E E F g . r @ h E o H E @ o @ E E E m F E @ a r E E r r h q q , E @ o N r F F E N ' F E q @ $ N e E E F F N N @ r e F E E @ F N r 9J e @ @ E E E r F @ @ { a F F F q E N a a @ a 6 q E F E 6 E N E N B E E * s h w s F F F € E s r F r @ E e @ EO s N w € € € E s N € E 6 N r 6 € E F E € N 6 N 6 @ E E E E F E $ € h !E o € F E q E F N € r E a r E I r 0 E e E q F N q E E E g g F N n E E N E E & € F E r 6 E F 5 r N E v E r @ r N F @ @ s r N e E , t s N E N N N E F 6 6 N N F N E E F s N r E e E nr F E 5q s @ r N N m rm m Fi -e -o = 5 -4 @ -= € Q -N r € F e N @ -= E: J l E l a I E l = -= E q g - E = - $ * {

. r

-= s E P d = E S = Q < N I F 4 E E l l

q = E :E 4 h F = 6 e N E F & @ -5 -r g s = E i 3 -= 4 g -= r s = j 4 -€ -q = g ei -= = J F d -e € E :J = . J z -q . J -= B

e . 3 = = F < z 3 -= ' @ E ay d . -F ' o -. h = J = -r = q m q = -4 g -B a N F -e J z = 4 r -= = ; z -q H E E E E I r -= 5

-: cd

-I -d 6 d 4 N N E -o N E F e e I J F 5 6 E -r F q E = -_i a - : v 6 -o m E N , { o -g

-- , h

d f r < E

E E

i z F-= a < r . -S < J Z -4 e -5 F 4 -= a si -=_ = = € N E F' = -= = -g -+ u -g -6 -J -€ -a E s -q = t E a € -n F e -5 e o 5 a -q E a N Q -a 4 cir E b J . : @ g -E € a d E E -S x a = = E ; - < = E = g < = E E -!= e z o -g J -€ N E g z -u @ o -@ N N @ L4 N a N N -6 N -N N N N !! N -N N N a -m N = -N N i h -€ h 4 -E e = h z -q E @ E a -I -ci -4 4 e 5 E H _-z h -:E q a 4 q -= 6 = 4 -5 = -h E = z = -E a -6 @ o -e z = a 4 -e = @ d 4

= = t:

r N

i! |:i Ee

q

I

I I i. I

; 6 € E E -= E E -E * -ti -N E E -f J a.! 4 g F' E -q = € e :tlx ;r s N h 5 -4 ir-i e IJ e ci -e -q a{ N r -d -t N E E t 6 --= m s E F E g E o q + N = r J -=

-4

s

n

i 12: 5i vi d -:ll -.,-l a1 z = @ -e -* 4 = -= -4 J = 4 q --

-g = K t t i i r t

EI

=

'vi, EI . E . 8 ,

F.:t gl =, g = EL lg EL <( = < = J < >s -, > 2 4

El =5 -, e,

H = E -, z, E _j Ett <( EL -u ) e < z z,

it

< l-= < = = = -z =

f - =

< = < = z <

-g \ E L - E

E ; <

5 . <

- ( 2 < f <

= g


(5)

-r

Sj'

G :

Hi:

ffi

s

tri

ffi

L $ :

i:,

NAMA I.{IM

JUDIJL SKRIPSI

: PUTRI DINTIIA

: 109013000070 :

:

: IIUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MATERI

PELAJARAN SASTRA MELAYU KLASIK DENGAN

HASIL BELAJAR STSWA KITLAS XI TAHUN AJARAN

2OI2I2OI3 DI N,IADRASAH ALIYAH PEMBANGUNAN

UIN SYARIF TIIDAYATULLAH JAKARTA

Referensi

No Judul Buku Puraf

Arikunto, Sr"rharsirni. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta:

Bumi Aksara.200l. {/ /'/

L

2 . Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Penddkatqn

Praktik. Jakarta: Rieneka Cinta, 2006

I

3 , Ayi, Setia Budi."Definisi Persepsl" dari

http ://id. shvo on g. com/social scienc,es4rs),cho l o s),/ 1 8 3 3 7 8 defi nisi

persepsi/dial<ses 8 Juni 2013

?

A

T . Departeman Pendidikan Nasional- Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. 2009

7

5 . Ecl"rols,.llion Ir4 dan Hasan Sadily. kantus Besar Baha,se Indonesia .

Jakarta: Graruedia. I995. 7 o . Iska, Zikri Neni. Binb ingan dan Konseliirg. .lakarta Kizi Brtother

2006.

?

7 , Hasan,lqbalM. Pokok-Pokok Materi Metodologi Statistik I

(Statistik Deslcriptifl Jakarta: Bumi Aksara. 2005.

I

8 . Ivancevik, Jlnn. Prilaku dan Manajenten Organisasi Edisi

ketujuh, Telemahan dari Organization Behat,ior And Managemen, Seventh Edition. Jakarta : Erlangga 2006'

9 . Ph. D, Sukardi. ldetodologi Penelitian Pendidikan Kontpetensi dan Praktiknva Jakarra'. Burni Aksara. 2009.

1 0 .Ralrntat, Jal al Lrcl in. Psi,to l o g i Ko nu mi k.a s i. B anclr-ur g : Renr aj a Ro sda

K a r v a . 2 0 0 5 .

l 1 S a m b o c l i a , A s e t r . S a s t r a I n c i o n e s i a J a k a r t a : B L r l i u p o p . 2 0 1 0

t2. Setrrbodo, E dy . C' o nt e kctn P i n t ar,S n s l r o I nrJrt n e.v ict . .lakzrrta : H i k m a h P T N { i z a n P u b l i k a . 2 0 1 0 .

1 3 .Shalelr, Abdul Racllnan, dan Muhbib Abdul Wahab. Psikologi

[slam. Jakarta: Pranada Media. 2005. /

1 4 .Sobur, Alek. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia 2009 /

1 5 .Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Alsesindo. 2004. (

1 6 .Syah, Muhibah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.

-Banduns: Remaia Rosyda Kan'a. 2008

4

1 ' , ?

L t . Purwanto, Ngalin. P sikologi P endidikan Bandung: Re.rnaja


(6)

r

I

l

1 8 .Rosidi, Ajip, Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Band.upg: Bina

lipta. 1968, /

1 9 . Rosidi,Ajip. Sejarah Sastra Indonesia, Jakarta: PT Bina Aksara.

l 9 8 8 ,

4

20.Undang-Uridang Dasar R.I. No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta. BP.Darma Bhakti: 2005 / ' ,

2 1 ,Walgito, Bimo. Pengantar Psikotogi [Jntum, Yogyakarta: Andi.

2004, /

Jakarta, 25 Septemb er 2013

Dosen Pembimbing