2 dari kebijakan ini dapat dilihat dari perkembangan pendapatan dan pengeluaran
negara dalam Anggaran, Pendapatan dan Belanja Negara APBN.
Anggaran publik yang menegaskan prinsip pro-poor memiliki landasan konstitusional yang kuat. Landasan filosofi keuangan publik yang dianut oleh
Republik Indonesia adalah kedaulatan rakyat dan bukan hanya perwujudan pengelolaan keuangan negara. Oleh karenanya, pengalokasian anggaran harus
didasarkan pada aspek keberpihakan, yaitu keberpihakan pada kelompok masyarakat yang terpinggirkan secara ekonomi, sosial, politik, maupun budaya. Jika proses
penganggaran negara dan daerah bervisi pro-poor, maka anggaran publik yang berpihak pada kaum miskin pro-poor budget menjadi instrumen politik terpenting
dalam pengentasan kemiskinan.
Menyadari hal ini, seyogyanya kebijakan anggaran jangan hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi semata. Kebijakan ekonomi yang hanya berorientasi pada
peningkatan pertumbuhan ekonomi semata, sesungguhnya merupakan masalah. Pemerintah barus menciptakan suatu kondisi pertumbuhan ekonomi yang tidak
semata tinggi, tetapi juga dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, termasuk penduduk miskin pro-poor growth. Kebijakan dan program pembangunan ekonomi
seharusnya dititikberatkan kepada sektor ekonomi riil yang secara langsung maupun tidak langsung menyentuh kehidupan mayoritas kaum miskin, seperti pertanian,
perikanan, usaha kecil menengah, dan sektor informal.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Peranan Kebijakan Fiskal dalam Menurunkan Ketimpangan Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan
Ketimpangan dalam distribusi pendapatan dan kemiskinan merupakan persoalan yang krusial bagi setiap negara, sehingga pemerintah di masing-masing negara
berusaha untuk mengurangi persoalan tersebut melalui intrumen fiskal pemerintah. Skema instrumen fiskal yang terkait dengan penerimaan dan pengeluaran pemerintah
Indonesia ditampilkan pada Gambar 2.1.
Dari sisi penerimaan, anggaran pemerintah untuk pembiayaan publik dapat dihasilkan dari dua sumber, yaitu domestik dan pinjaman luar negeri. Penerimaan
dalam negeri, dapat diperoleh dari pajak pendapatan, pajak penjualan dan pajak produksi, sedangkan dari luar negeri, pinjaman dapat dari berbagai bentuk seperti
Productiont Tax
Work-Leisure preference switch; my result in smaller
tax revenue External
Borrowings Sales Tax
Transfer to HH Commodity Subsidies
Pressure for inflation
Adjustment in HH Income and Axpenditure Development and infrastructure
spending, especially on welfare infrastructures
- Poverty - Income Distribution
Income Tax Slowler Growth: many result
in the adjustment in the labour market
Income Adjustment Price Adjustment
Government Budget
Areas of fiscal policies Possible adverse effects
Transmission mechanism Sumber:Damuri and Perdana,2003
Gambar 2.1. Mekanisme Transmisi Kebijakan Fiskal dalam Mempengaruhi
Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan
4 pinjaman luar negeri untuk publik. Sedangkan dari sisi pengeluaran, penurunan
kemiskinan dan redistribusi pendapatan diimplementasikan melalui tiga instrumen alokasi anggaran pemerintah, yaitu 1 subsidi langsung atau subsidi individu yang
ditargetkan pada rumahtangga berpendapatan rendah, 2 subsidi harga, subsidi yang dialokasikan untuk komoditi yang digunakan oleh rumahtangga menjadi lebih murah
terutama untuk kebutuhan pokok, dan 3 pengeluaran langsung pemerintah terhadap pelayanan publik dan infrastruktur, terutama dalam meningkatkan kesejahteraan,
kesehatan dan pendidikan, yang diutamakan bagi kelompok rumahtangga
yang berpendapatan rendah.
2.2.Pengukuran Kemiskinan
Terdapat berbagai ukuran atau indeks kemiskinan yang sering digunakan dalam berbagai studi empiris, antara lain adalah F-GT Ravallion,1992; Blackwood and
Linch, 1994
Foster-Greer-Thorbecke FGT
Foster, Greer dan Thorbecke mencoba memasukkan unsur derajat kemiskinan dari orang yang termiskin melalui parameter α. Indeks ini banyak digunakan dalam
berbagaipenelitian empiris tentang kemiskinan karena sensitivitasnya terhadap kedalaman kemiskinan depth of poverty dan keparahan kemiskinan severity of
poverty. Formula matematisnya dituliskan sebagai berikut:
q i
i
z g
n P
1
1
; α≥0 2.1
n merupakan jumlah individu dalam populasi, q jumlah individu atau rumahtangga yang berada di bawah garis kemiskinan, g
i
merupakan poverty gap dari rumahtangga ke-i, z adalah garis kemiskinan,
P merupakan indeks kemiskinan menurut FGT dan α adalah derajat kemiskinan yang bersifat arbitrer.
Bila nilai α=0, maka
P = headcount ratio, sehingga persamaan 2.2 dapat ditulis menjadi: