Proses Belajar Keterampilan Gerak

commit to user

4. Proses Belajar Keterampilan Gerak

Pengertian belajar merupakan sesuatu yang kompleks, karena itu pengertiannya bisa bermacam-macam. Belajar bisa dipandang sebagai suatu hasil apabila yang dilihat adalah bentuk terakhir dari berbagai pengalaman interaksi adukatif, bisa dipandang sebagai suatu proses apabila yang dilihat adalah kejadian selama anak menjalani proses belajar untuk mencapai suatu tujuan, dan bisa juga dipandang sebagai suatu fungsi apabila yang dilihat adalah aspek-aspek yang menentukan terjadinya perubahan tingkah laku anak. Pengertian belajar gerak tidak terlepas dari pengertian belajar pada umumnya, tetapi dalam belajar gerak mengandung karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut berhubungan dengan domain tujuan belajar yang menjadi sasaran yaitu menyangkut penguasaan keterampilan dan gerak tubuh. Belajar gerak mempelajari pola-pola gerak keterampilan tubuh. Proses belajarnya melalui pengamatan dan mempraktikkan pola-pola gerak yang dipelajari. Intensitas keterlibatan unsur domain kemampuan yang paling tinggi adalah domain psikomotor yang juga termasuk domain fisik. Hasil akhir dari belajar gerak adalah berupa kemampuan melakukan pola-pola gerak keterampilan tubuh. Misalnya keterampilan anak dalam melakukan jumping service bolavoli, sebelumnya anak merespon dengan unsur kognitif, afektif, yang kemudian diwujudkan dalam unsur psikomotor. Semua unsur kemampuan individu terlibat di dalam belajar gerak, hanya saja intensitas keterlibatannya berbeda-beda. Intensitas keterlibatan domain kognitif dan domain afektif relatif lebih kecil dibanding keterlibatan domain psikomotor. Keterlibatan domain psikomotor tercermin dalam respon-respon muscular yang diekspresikan dalam gerakan tubuh secara keseluruhan atau bagian-bagian tubuh. Berkaitan dengan berlajar gerak, Sugiyanto 1996: 27 menyatakan, “Belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon- respon muskular yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh”. Menurut Rusli Lutan 1988: 102 “Belajar motorik adalah seperangkat proses commit to user yang bertahap dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan ke arah perubahan permanen dalam perilaku terampil”. Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, belajar gerak motorik merupakan perubahan perilaku motorik berupa keterampilan sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Upaya menguasai keterampilan gerak sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Kemampuan seseorang untuk dapat menguasai keterampilan-keterampilan motorik olahraga berbeda-beda, yang disebabkan oleh antara lain: a. Perbedaan kemampuan kondisi dan koordinasi yang dimiliki b. Perbedaan usia c. Perbedaan pengalaman gerakan d. Perbedaan jenis kelamin e. Perbedaan kognitif, f. Frekuensi latihan dan sebagainya. Pada awal tahap belajar anak baru mengenal subtansi yang dipelajari baik yang menyangkut belajar kognitif, afektif, dan psikomotor bagi anak materi latihan itu menjadi asing pada awalnya, namun setelah pelatih berusaha untuk menarik dan memusatkan perhatian anak pada materi latihan, maka diharapkan sesuatu yang asing bagi anak tersebut berangsur-angsur hilang dengan sendirinya. Dalam tahap ini seorang pelatih harus mengupayakan latihan dengan menata lingkungan latihan dan perencanaa materi yang akan dipelajari atau akan dibahas. Pelatih harus berperan sebagai fasilitator dan motivator sehingga anak berminat untuk mengikuti latihan tersebut. Domain afektif adalah penalaran yang mempunyai peran penting sebagai motivasi dalam belajar keterampilan gerak dan yang terakhir adalah domain psikomotor sangat penting dalam belajar keterampilan gerak, karena berhasil tidaknya seseorang memahami keterampilan gerak dari gerakan yang sederhana ke dalam gerakan yang lebih kompleks. Belajar gerak terjadi dalam bentuk atau melalui respon-respon muskular yang diekspresikan dalam gerakan-gerakan bagian tubuh. Perkembangan gerak dapat dibagi dalam dua periode utama: tahap pra- keterampilan dan tahap perbaikan keterampilan. Dalam masing-masing tahap commit to user menggambarkan pengamatan tingkah laku. Ciri khas tingkah laku untuk mendapatkan keterampilan yang lebih tinggi secara berkelanjutan, sesuai dengan tahap tingkatan perkembangan keterampilan gerak. Selama masa awal pra-remaja anak-anak mulai sangat mementingkan keikutsertaan yang berhasil dalam olahraga. Ketika remaja telah membatasi pilihannya dan berkonsentrasi pada keterampilan gerak, tekanan harus diarahkan pada perbaikan keterampilan tersebut. Keterampilan olahraga dapat menjadi lebih baik ketika kesempatan untuk turut serta dalam kegiatan yang cocok bertambah. Tahap-tahap dalam perolehan keterampilan olahraga mencakup periode perkembangan perbaikan, penampilan, dan kemunduran. Satu hal yang sangat penting adalah bahwa cara seseorang dalam tahap-tahap perkembangan tergantung pada kecenderungannya untuk ikut serta kegiatan yang berorientasi pada kegiatan olahraga. Tingkat perbaikan keterampilan remaja secara terus-menerus mulai mengatur pola gerak dasar dengan penuh terpadu. Gerakan dasar secara penuh sudah terkuasai. Latihan diperlukan untuk perbaikan keterampilan pengendalian gerakan. Latihan yang terus menerus selama tingkatan perkembangan ini penting untuk mengembangkan mekanisme kontrol gerak. Kemampuan dalam mengontrol gerakan akan memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk berbuat sesuai dengan yang seharusnya dilakukan akan lebih mudah untuk mengikuti aturan- aturan, termasuk mengikuti aturan agar dirinya dapat menjadi terampil. Belajar gerak adalah mempelajari pola-pola gerak keterampilan tubuh, proses belajarnya melalui pengamatan dan mempraktekkan pola-pola yang dipelajari. Periode pra-remaja sangat penting dalam belajar gerak yang makin terpadu. Seperti yang diungkapkan oleh Fitts, Adams dalam Pate, Rotella dan McClenaghan 1993: 205 menandai tiga langkah dalam perolehan yang terampil. Tampaknya semua pelaku tanpa pandang umur, maju melalui langkah-langkah perkembangan berikut ini: a. Tahap pertama: Tingkat kognitif ditandai oleh usaha pertama anak untuk menguasai suatu keterampilan gerak baru atau dengan kata lain proses belajar diawali dengan aktif commit to user berpikir tentang gerakan yang dipelajari. Anak berusaha untuk mengetahui dan memahami gerakan dari informasi yang diberikan kepadanya. b. Tahap kedua: Tingkat asosiatif yaitu dalam perbaikan keterampilan olahraga ditandai oleh naiknya penampilan melalui latihan dan pada saat program gerak dibuat atau seorang anak sudah mampu melakukan gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat dalam pelaksanaannya. c. Tahap ketiga: Tahap otonom. Latihan yang rutin dan terus-menerus menghasilkan perbaikan lebih lanjut dari keterampilan gerak menjadi suatu gerak yang otomatis. Dalam kegiatan ini, hanya sedikit perhatian yang dibutuhkan agar anak dapat memusatkan perhatian pada faktor lingkungan yang mempengaruhi penampilannya. Pelatih yang berpengalaman dapat dengan mudah mengamati anak yang banyak dengan siapa belajar melewati tahap-tahap perbaikan keterampilan. Dampak latihan ini sangat jelas, pengalaman belajar awal harus memungkinkan terjadinya waktu untuk pemrosesan kognitif dalam lingkungan yang terkendali. Jika keterampilan membaik, waktu memberikan keterampilan harus dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan seorang anak menampilkan kegiatan itu dalam berbagai situasi lingkungan. Tujuan pelatih memberikan materi latihan dasar ini adalah tercapainya kemampuan untuk menampilkan segala macam keterampilan yang mungkin dibutuhkan dalam pertandingan yang sebenarnya. Untuk itu anak harus memperhatikan contoh gerakan dan merespon gerakan tersebut. Dalam tahap otonom ini keterampilan gerak yang dikuasai oleh anak akan berlanjut sejalan dengan bertambahnya latihan dan berlanjut ke tahap yang lebih kompleks. Dengan demikian keterampilan dapat digambarkan sebagai kualitas penampilan seseorang dalam melakukan tugas-tugas gerak fisik. Indikator kualitas yang di penuhi sebagai gerak terampil yaitu efektif, efisien dan adaptif. Untuk dapat menguasai keterampilan gerak olahraga harus melalui proses latihan. commit to user Melalui latihan yang sistematis dan kontinyu, maka keterampilan dapat di kuasai dengan baik dan benar.

5. Klub Bolavoli POPSI Sragen

Dokumen yang terkait

PENGARUH LATIHAN FLOATING SERVICE POSISI SATU KAKI DI DEPAN DAN POSISI KAKI SEJAJAR TERHADAP KEMAMPUAN FLOATING SERVICE DALAM PERMAINAN BOLA VOLI PADA KLUB PUTRA JAPOT KABUPATEN

0 7 88

PENGARUH LATIHAN PASSING ATAS 3 METER DAN PASSING ATAS 2 METER TERHADAP KEMAMPUAN PASSING ATAS DALAM PERMAINAN BOLAVOLI PADA PEMAIN BOLAVOLI KLUB PATRIOT SEMARANG TAHUN 2011

0 8 108

Pengaruh Metode Latihan Quick Smash Dengan Awalan Dan Tanpa Awalan Terhadap Hasil Quick Smash Dalam Permainan Bolavoli Pada Atlet Putra Klub PORVIT Kabupaten Kudus Tahun 2010

0 11 110

SURVEY KEMAMPUAN SMASH PULL (QUICK) PADA ATLET BOLAVOLI PUTRA KLUB IVOKAS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015

1 32 85

PENGARUH LATIHAN PASSING ATAS 3 METER DAN PASSING ATAS 2 METER TERHADAP KEMAMPUAN PASSING ATAS DALAM PERMAINAN BOLAVOLI PADA PEMAIN BOLAVOLI KLUB PATRIOT SEMARANG TAHUN 2011.

0 0 2

PENGARUH LATIHAN JUMP SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN AWALAN TANPA AWALAN TERHADAP KEMAMPUAN JUMPSERVICE DALAM PERMAINAN BOLAVOLI PADA KLUB PUTRA DIA KABUPATEN KUDUS TAHUN 2007.

0 3 84

FAKTOR ANTROPOMETRI DAN KONDISI FISIK DOMINAN PENENTU KEMAMPUAN JUMP SERVICE BOLAVOLI (Analisis Faktor Penentu Kemampuan Jump Service Bolavoli Putra PBVSI Kabupaten Magetan).

0 0 15

KONTRIBUSI POWER OTOT TUNGKAI, KELENTUKAN TOGOK, DAN POWER OTOT LENGAN TERHADAP JUMPING SERVICE DALAM PERMAINAN BOLAVOLI KLUB BOLAVOLI PUTRA PRAYOGA WONOGIRI TAHUN 2012.

1 1 18

HUBUNGAN POWER OTOT TUNGKAI, POWER OTOT LENGAN DAN KEKUATAN OTOT PERUT DENGAN KEMAMPUAN JUMPING SERVICE DALAM PERMAINAN BOLAVOLI PADA ATLET PUTRA KLUB IVOKAS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2013

0 0 38

PENGARUH LATIHAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN SERVIS ATAS DALAM PERMAINAN BOLAVOLI MAHASISWA PUTRA

1 3 8