PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN INOVATIF DAN KONVENSIONAL TERHADAP KEMAMPUAN JUMPING SERVICE DALAM PERMAINAN BOLAVOLI PADA KLUB BOLAVOLI PUTRA POPSI KABUPATEN SRAGEN
commit to user
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN INOVATIF DAN
KONVENSIONAL TERHADAP KEMAMPUAN JUMPING SERVICE DALAM PERMAINAN BOLAVOLI PADA KLUB BOLAVOLI PUTRA
POPSI KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh: ARI KARYANTO
NIM X5606030
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(2)
commit to user
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN INOVATIF DAN
KONVENSIONAL TERHADAP KEMAMPUAN JUMPING SERVICE DALAM PERMAINAN BOLAVOLI PADA KLUB BOLAVOLI PUTRA
POPSI KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2010
Oleh: ARI KARYANTO
NIM X5606030
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(3)
commit to user PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, __________________ Pembimbing I
Dra. Ismaryati, M. Kes. NIP. 19630505 198903 2 001
Pembimbing II
Slamet Riyadi, S. Pd., M. Or. NIP. 19701102 200501 1 002
(4)
commit to user PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Bambang Wijanarko, M. Kes. _________________
Sekretaris : Drs. H. Sunardi, M. Kes. _________________
Anggota 1 : Dra. Ismaryati, M. Kes. _________________
Anggota 2 : Slamet Riyadi, S. Pd., M. Or. _________________
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd
(5)
commit to user ABSTRAK
Ari Karyanto. PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN INOVATIF DAN KONVENSIONAL TERHADAP KEMAMPUAN JUMPING SERVICE DALAM PERMAINAN BOLAVOLI PADA KLUB BOLAVOLI PUTRA
POPSI KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh
antara latihan inovatif dan konvensional terhadap hasil latihan jumping service
dalam permainan bolavoli pada klub bolavoli putra POPSI Sragen tahun 2010; (2)
Model latihan yang lebih baik diterapkan untuk latihan jumping service dalam
permainan bolavoli pada klub bolavoli putra POPSI Sragen tahun 2010.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Sampel dalam penelitian ini adalah pemain bolavoli klub putra POPSI Kabupaten Sragen tahun 2010 yang berjumlah 30 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan
purposive random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes jumping service permainan bolavoli. Teknik analisis data yang digunakan dengan
uji t pada taraf signifikansi 5 %.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan inovatif dan latihan
konvensional terhadap hasil latihan jumping service dalam permainan bolavoli
pada klub bolavoli putra POPSI Sragen tahun 2010, (thitung 2,977 > ttabel 2,131). (2) Latihan inovatif memberikan pengaruh yang lebih baik daripada latihan
konvensional terhadap hasil latihan jumping service dalam permainan bolavoli
pada klub bolavoli putra POPSI Sragen tahun 2010. Kelompok 1 yang diberi latihan secara konvensional memiliki nilai persentasi peningkatan sebesar 9,839%, sedangkan kelompok 2 yang diberi perlakuan secara inovatif memiliki nilai persentasi peningkatan sebesar 19,145%.
(6)
commit to user ABSTRACT
Ari Karyanto. DIFFERENCE OF INNOVATIVE AND CONVENTIONAL EXERCISE EFFECT ON JUMPING SERVICE ABILITY IN VOLLEY GAME AT SON VOLLEY CLUB POPSI I SRAGEN REGENCY IN 2010.
Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, University of Surakarta Eleven March, April 2011.
The purpose of this study is to understand: (1) The difference between exercise influence on the result of innovative and conventional exercise jumping service in the volley game at son volley club POPSI Sragen in 2010, (2) model applied better practice to practice jumping service in the game bolavoli the son volley club POPSI Sragen in 2010.
This research uses experimental methods. The sample in this study is the son of club volley players POPSI Sragen regency in 2010, amounting to 30 people. Purposive sampling technique using random sampling. Data collection techniques used were jumping volley test service game. The data analysis technique that is used with the t test at significance level of 5%.
Based on research results can be obtained conclusions are as follows: (1) There is a significant difference in effect between innovative training and conventional training on the jumping exercise service in the game at son volley club POPSI Sragen in 2010, (tcount 2.977 > ttable 2.131). (2) an innovative exercise to give a better effect than conventional exercise on the exercise jumping service in the game at son volley club POPSI Sragen in 2010. Group 1 who were given the conventional practice has a value of percentage increase of 9.839%, while group 2 who were treated in an innovative way to have a percentage value increase of 19.145%.
(7)
commit to user MOTTO
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
(QS.AR RA’D ayat 11)
“Tidak ada jaminan kesuksesan, namun tidak mencobanya adalah jaminan kegagalan”
(Bill Clinton)
“Bila Anda berfikir anda bisa, maka Anda benar. Bila Anda berfikir Anda tidak bisa, Andapun benar. Karena itu ketika seseorang berfikir tidak bisa, maka
sesungguhnya dia telah membuang kesempatan untuk menjadi bisa” (Hendri Ford)
“Biasakan untuk berfikir bahwa sukses hanya tinggal selangkah lagi dan pasti akan diraih, niscaya masa depan yang cerah akan ada di depan Anda”
(8)
commit to user PERSEMBAHAN
Persembahan
Skripsi ini kupersembahkan kepada Bapak dan Ibuku Yang Tercinta Bapak dan Ibu dosen Uns Rekan-rekan JPOK’06. Almamater FKIP UNS Yang Kubanggakan.
(9)
commit to user KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur di panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan Skripsi dengan judul: “Perbedaan Pengaruh Latihan Inovatif dan Konvensional terhadap Kemampuan Jumping Service dalam Permainan Bolavoli Pada Klub Bolavoli Putra Popsi Kabupaten Sragen Tahun 2010” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Keberhasilan penulisan Skripsi ini karena bantuan dari beberapa pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini disampaikan ucapan terimakasih kepada : 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan izin penulisan skripsi;
2. Drs. H. Agus Margono, M.Kes., Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan yang selalu mendukung penulisan skripsi ini;
3. Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes., Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan yang selalu mendukung penulisan skripsi ini;
4. Dra.Ismaryati, M.Kes, selaku pembimbing I dan Slamet Riyadi, S.Pd., M.Or, selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat tersusun.
5. Bp/Ibu dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Sebelas Maret yang telah membimbingku.
6. Ketua Klub Bolavoli POPSI Kabupaten Sragen, yang memberi ijin penelitian. 7. Sahabat-sahabatku tercinta di Universitas Sebelas Maret dan semua pihak
yang telah memberikan dukungan dan bantuannya
Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis dicatat sebagai amal kebaikandan mendapat balasan dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap karya ini dapat bermanfaat. Amin.
Surakarta, Penulis
(10)
commit to user DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ………..………...
PENGAJUAN………….……….. PERSETUJUAN……….. PENGESAHAN……… ABSTRAKSI……… MOTTO……… PERSEMBAHAN………
KATA PENGANTAR……….
DAFTAR ISI………
DAFTAR GAMBAR………...………
DAFTAR TABEL……….………...
DAFTAR LAMPIRAN………
BAB I PENDAHULUAN………
A. Latar Belakang Masalah………... B. Identifikasi Masalah……….. C. Pembatasan Masalah………. D. Perumusan Masalah……….. E. Tujuan Penelitian……….. F. Manfaat Penelitian………
BAB II LANDASAN TEORI………...
A. Tinjauan Pustaka………... 1. Teknik Dasar Permainan Bolavoli………..
2. Teknik Service………
3. Jumping Service………..
a. Elemen-elemen Gerakan Jumping Service yang
Harus Dikuasai Seorang Pemain………..
b. Latihan Jumping Service………...
4. Proses Belajar Keterampilan Gerak……… 5. Klub Bolavoli POPSI Sragen……….
i ii iii iv v vi vii v iii ix xii x iii xi v 1 1 5 5 6 6 6 7 7 7 10 12 15
(11)
commit to user
6. Latihan Konvensional………. 7. Latihan Konvensional pada Latihan Jumping Service
dalam Permainan Bolavoli……….. 8. Latihan Inovatif……….. 9. Latihan Inovatif pada Latihan Jumping Service
dalam Permainan Bolavoli……….. 10. Kelebihan dan Kekurangan Latihan Konvensional... a. Kelebihan Latihan Konvensional………. b. Kekurangan Latihan Konvensional……….. 11. Kelebihan dan Kekurangan Latihan Inovatif...
a. Kelebihan Latihan Inovatif………... b. Kekurangan Latihan Inovatif……… B. Kerangka Pemikiran………. C. Perumusan Hipotesis………
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………..
A. Tempat dan Waktu Penelitian………... 1. Tempat Penelitian……… 2. Waktu Penelitian………. B. Metode Penelitian………. 1. Metode………. 2. Rancangan Penelitian……….. C. Variabel Penelitian……… D. Populasi dan Sampel………. 1. Populasi………... 2. Sampel………. E. Teknik Pengumpulan Data………... F. Uji Reliabilitas……….. G. Teknik Analisis Data……… 1. Uji Prasyarat Analisis Data………. 2. Uji Perbedaan………..
16 20 24 26 27 28 29 31 31 31 32 32 32 33 34 35 35 35 35 35 35 35 36 37 37 37 38 38 39
(12)
commit to user
BAB IV HASIL PENELITIAN………..
A. Deskripsi Data………..
1. Data Hasil Tes Awal Jumping Service………...
2. Data Hasil Tes Akhir Jumping Service………...
B. Reliabilitas Hasil Tes……… C. Pengujian Persyaratan Analisis………. 1. Uji Normalitas……… 2. Uji Homogenitas………. D. Pengujian Hipotesis……….. E. Pembahasan Hasil Analisis Data………..
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN……….
A. Simpulan………... B. Implikasi………... 1. Implikasi Teoritis………. 2. Implikasi Praktis……….. C. Saran……….
DAFTAR PUSTAKA………...
LAMPIRAN………..
39 40 41 41 41 42 43 44 44 45 45 46 47 47 47 47 48 48 49 50
(13)
commit to user DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Sikap permulaan jumping service.
(M. Yunus, 1992. Olahraga pilihan bolavoli: 78)... 13
Gambar 2. Gerak pelaksanaan jumping service.
(M. Yunus, 1992. Olahraga pilihan bolavoli: 79)... 13
Gambar 3. Gerak lanjutan jumping service.
(14)
commit to user DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal
antara kelompok 1 dan kelompok 2... 41
Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir antara Kelompok 1 dan Kelompok 2... 42
Tabel 3. Rangkuman Hasil Penghitungan Nilai Perbedaan Peningkatan Kemampuan Jumping Service antara Kelompok 1 dan Kelompok 2.... 42
Tabel 4. Hasil Uji Tes Reliabilitas... 43
Tabel 5. Tabel Range Kategori Reliabilitas... 43
Tabel 6. Diskripsi Data Hasil penelitian... 44
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data... 44
(15)
commit to user DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Petunjuk Pelaksanaan Tes Kemampuan Jumping Service
Bolavoli………... 50
Lampiran 2. Hasil Tes Awal………..……… 52
Lampiran 3. Pembagian Kelompok………..……….. 53
Lampiran 4. Hasil Tes Jumping Service Selama 30 Detik………..…………... 55
Lampiran 5. Program Latihan Konvensional Jumping Service……….… 56
Lampiran 6. Program Latihan Inovatif Jumping Service…….……….. 57
Lampiran 7. Skenario Latihan Konvensional Jumping Service………. 58
Lampiran 8. Skenario Latihan Inovatif Jumping Service………... 60
Lampiran 9. Panduan Blangko Observer………... 62
Lampiran 10. Kriteria Penilaian……….. 63
Lampiran 11. Hasil Tes Akhir………. 64
Lampiran 12. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian………... 65
Lampiran 13. Uji Reliabilitas……….. 67
Lampiran 14. Uji Normalitas... 73
Lampiran 15. Uji Homogenitas... 77
Lampiran 16. Perhitungan Uji Beda... 81
Lampiran 17. Perhitungan Persentase Peningkatan……… 83
(16)
(17)
commit to user BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembinaan olahraga merupakan suatu proses yang harus dipahami sebagai sebuah sistem yang kompleks, sehingga masalah yang ada di dalamnya perlu ditelaah dari sudut pandang yang luas. Gejala yang ada dalam kegiatan olahraga tidak semata-mata dipandang dari aspek sosial-budaya. Dalam proses latihan pada sebuah klub olahraga, kegiatan olahraga dipandang sebagai alat untuk pencapaian prestasi yang diinginkan, sehingga latihan dituntut seoptimal mungkin sehingga mencapai hasil yang baik. Melalui kegiatan olahraga diharapkan dapat merangsang perkembangan dan pertumbuhan jasmani anak, merangsang perkembangan sikap, mental, sosial, emosi yang seimbang serta keterampilan gerak anak. Pentingnya olahraga pada anak maka harus diajarkan secara baik dan benar.
Bolavoli adalah olahraga yang dimainkan oleh dua team dalam satu
lapangan yang dipisahkan oleh sebuah net. Tujuan dari permainan adalah melewatkan bola diatas net agar dapat jatuh menyentuh lantai lapangan lawan dan untuk mencegah usaha yang sama dari lawan. Setiap tim dapat memainkan tiga pantulan untuk mengembalikan bola (sesuai dengan peraturan yang berlaku). Dalam permainan bolavoli, tim yang memenangkan sebuah reli memperoleh satu
angka. Apabila tim yang sedang menerima service memenangkan reli, akan
memperoleh satu angka dan berhak untuk melakukan service berikutnya, serta
para pemainnya melakukan pergeseran satu posisi searah jarum jam.
Keberhasilan suatu ciri memenangkan suatu pertandingan, tidak tercapai dari penguasaan terhadap teknik dalam permainan bolavoli yaitu servis, passing, umpan, bendungan (block) dan smash. Servis juga merupakan serangan awal
dalam permainan bolavoli. Menurut M. Yunus (1992: 68) bahwa “ketrampilan teknik dalam permainan bolavoli meliputi: service, passing, umpan (set up),
(18)
commit to user
utama yang penting adalah service, karena service merupakan awal serangan.
Tanpa didahului service dengan mematuhi segala peraturan yang berlaku, maka
permainan tidak dapat dimulai.
Demikian halnya menurut pendapat M. Yunus (1992: 137) yang menyatakan bahwa:
Service merupakan pukulan permulaan untuk memulai suatu permainan,
namun jika ditinjau dari taktik, service merupakan serangan yang
diharapkan dapat langsung menghasilkan nilai atau setidak-tidaknya membuat tekanan terhadap pertahanan lawan dan lawan tidak dapat dengan mudah melakukan serangan.
Kesempatan sebagai server haruslah digunakan sebaik-baiknya untuk
melakukan serangan karena bola yang akan dipukul sepenuhnya dibawah kendali
server itu sendiri. Kemana saja service itu diarahkan dan seberapa keras pukulan
yang diinginkan tergantung pada server itu sendiri tanpa dapat dipengaruhi secara
langsung oleh lawan. Sejalan dengan kemajuan dan perkembangan permainan
bolavoli maka arti service dalam permainan bolavoli juga mengalami perubahan.
Pada zaman sekarang ini hendaknya para pembaca mengartikan service ini tidak
lagi sebagai tanda saat dimulainya permainan ataupun sekedar menyajikan bola, tetapi hendaknya diartikan sebagai suatu serangan yang pertama kali bagi regu
yang melakukan service.
Untuk menguasai teknik yang sempurna sangat dibutuhkan proses latihan. Latihan yang baik adalah latihan yang menyenangkan dan memiliki daya kreatifitas yang tinggi untuk menciptakan variasi bentuk latihan. Latihan adalah suatu proses mempersiapkan fisik dan mental anak latih secara sistematis untuk mencapai mutu prestasi terarah, meningkat dan berulang-ulang waktunya. Dengan latihan yang rutin dan terarah diharapkan dapat meningkatkan mutu dan kualitas atlet.
Pelatih yang tidak kreatif dan monoton dalam menyampaikan materi latihan, hanya menerapkan model latihan konvensional yang mengakibatkan atlet tidak dapat berprestasi secara maksimal dan latihan cenderung membosankan, maka kegiatan latihan pada klub olahraga dan kesehatan selalu terkait dengan tujuan yang jelas agar tercapai prestasi yang memuaskan. Bila proses latihan tidak
(19)
commit to user
begitu bermakna dan tidak mempunyai tujuan yang jelas maka isi latihan berikut metode latihan tidak mengandung makna apa-apa. Oleh karena itu seorang pelatih harus menyadari keterkaitan antara tujuan, metode latihan, serta cara mengukur perubahan dan kemajuan yang dicapai.
Guna mencapai tujuan yang diinginkan dalam proses latihan, maka pelatih harus mampu menerapkan metode latihan yang cocok untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Seorang pelatih harus memiliki ide dengan menerapkan model latihan yang tepat dan sesuai dengan kondisi yang ada, agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.
Model latihan yang diterapkan selama ini, dalam latihan bolavoli adalah latihan konvensional yang hanya memfokuskan pada komunikasai verbal, demonstrasi, sentralisasi pelatih, dan pelatih yang otoriter, yaitu pelatihlah yang berhak menentukan apa yang akan dilatihkan kepada atlet. Latihan inovatif sebenarnya merupakan pemaknaan terhadap proses latihan yang berkaitan dengan berbagai teori latihan yang modern yang berkaitan pada inovasi latihan. Latihan inovatif bersifat menyenangkan dan membutuhkan kreatifitas pelatih dalam proses latihan untuk dapat membuat atlet selama latihan untuk bersifat aktif dan mandiri sehingga lebih efektif dalam pencapaian tujuan.
Saat ini dalam permainan bolavoli, banyak pemain yang melakukan
jumping service, karena service jenis ini akan menghasilkan pukulan service yang
menukik dengan tajam dan keras sehingga dapat menimbulkan kesulitan bagi tim
lawan penerima service. Untuk melakukan jumping service, posisi awalan
bervariasi tergantung pada pemain tetapi menurut M. Yunus (1992: 71) “awalan
jumping service dilakukan sekitar 3 meter”. Awalan ini berguna sekali untuk
memperoleh posisi awal yang mantap untuk melakukan lompatan sehingga memperoleh lompatan yang tinggi, dengan waktu atau saat yang tepat berguna untuk memukul bola dengan keras dan dengan waktu yang tepat.
Menurut M. Yunus (1992: 71) “jumping service adalah teknik service
yang dilakukan dengan melompat seperti gerakan smash”. Hasil pukulan ini akan
(20)
commit to user
yang perlu dilatihkan dan dapat digunakan untuk memulai serangan dalam permainan bolavoli.
Di sini atlet atau anak banyak mengalami kesulitan dalam melakukan
jumping service, terbukti disetiap pertandingan banyak pemain yang gagal dalam
melakukan jumping service. Dikarenakan dalam latihan, bola yang digunakan
terlalu berat dan terlalu besar ukurannya dan juga faktor-faktor lain yang mempengaruhinya, disini pelatih mencari cara atau metode yang baru yaitu menggunanakan metode latihan inovatif.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti membandingkan model latihan inovatif dan konvensional. Dari kedua model latihan jumping service
tersebut akan dibandingkan manakah yang lebih baik pengaruhnya terhadap
peningkatan hasil latihan jumping service bolavoli. Untuk mengetahui hal
tersebut, maka perlu di kaji dan di teliti melalui penelitian eksperimen.
Disinilah pentingnya jumping service dalam permainan bolavoli. Dengan
jumping service yang baik dan benar, atlet dapat dengan mudah memperoleh point tanpa mengeluarkan tenaga bagi tim untuk melakukan suatu rally. Untuk itu jumping service sangat penting untuk dilatih agar mendapatkan hasil yang
maksimal. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi atlet dalam berlatih jumping service
bolavoli di klub putra POPSI Sragen menuntut pelatih untuk berkreativitas menerapkan model latihan yang tepat. Model latihan yang dicontohkan akan dapat meningkatkan motivasi atlet dalam berlatih, karena cara berlatih yang dilakukan lebih mudah, ringan dan menyenangkan, sehingga akan diperoleh hasil latihan yang lebih optimal.
Berdasarkan situasi di atas, timbul pertanyaan tentang pengaruh yang diberikan dari kedua model latihan tersebut jika masing-masing model latihan diterapkan secara utuh tanpa dipadukan dalam latihan teknik dasar permainan
bolavoli, khususnya untuk teknik dasar jumping service.
Dari uraian di atas, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Perbedaan Pengaruh Latihan Inovatif dan Konvensional terhadap Kemampuan Jumping Service dalam Permainan Bolavoli Pada Klub Bolavoli Putra POPSI Kabupaten Sragen Tahun 2010”.
(21)
commit to user B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Perlu latihan inovatif dalam melatih jumping service.
2. Pengaruh antara latihan inovatif dan konvensional jika masing-masing
diterapkan secara utuh tanpa dipadukan terhadap hasil latihan jumping service
dalam permainan bolavoli.
3. Perlu dipilih model latihan yang efektif untuk latihan jumping service dalam
permainan bolavoli.
4. Meskipun model latihan inovatif dapat dijadikan alternatif dalam latihan bolavoli ada alasan tertentu yang dimiliki para pelatih untuk tetap menerapkan pola latihan konvensional dalam teori latihan dan praktik permainan bolavoli.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang salah terhadap permasalahan penelitian, maka masalah perlu dibatasi. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan jumping service bolavoli pada klub bolavoli putra POPSI Sragen
tahun 2010.
2. Latihan inovatif dan konvensional terhadap peningkatan kemampuan jumping
service bolavoli pada klub bolavoli putra POPSI Sragen tahun 2010.
3. Perlu dipilih model latihan yang efektif dalam latihan jumping service dalam
(22)
commit to user D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat di rumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan pengaruh antara latihan inovatif dan konvensional terhadap
kemampuan jumping service dalam permainan bolavoli pada klub bolavoli
putra POPSI Sragen tahun 2010?
2. Latihan manakah yang lebih efektif diterapkan dalam latihan jumping service
dalam permainan bolavoli pada klub bolavoli putra POPSI Sragen tahun 2010?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui:
1. Mengetahui perbedaan pengaruh antara latihan inovatif dan konvensional
terhadap kemampuan jumping service dalam permainan bolavoli pada klub
bolavoli putra POPSI Sragen tahun 2010.
2. Mengetahui model latihan manakah yang lebih baik diterapkan untuk latihan
jumping service dalam permainan bolavoli pada klub bolavoli putra POPSI
Sragen tahun 2010.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:
1. Bahan masukan untuk pelatih bolavoli dalam memberikan program latihan
jumping service agar mendapatkan hasil yang lebih baik pada klub bolavoli
putra POPSI Sragen.
2. Informasi tentang model latihan yang baik dan efektif dalam meningkatkan
kemampuan jumping service bolavoli.
3. Bahan pembanding bagi peneliti yang lain yang berminat mengadakan
(23)
commit to user BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Teknik Dasar Permainan Bolavoli
Permainan bolavoli adalah suatu cabang olahraga beregu yang dimainkan oleh dua regu yang dipisahkan oleh net. Terdapat versi yang berbeda tentang jumlah pemain, jenis atau ukuran lapangan, angka kemenangan yang digunakan, untuk keperluan tertentu. Namun pada hakekatnya permainan bolavoli bermaksud menyebar luaskan kemahiran bermain kepada setiap orang yang meminatinya.
Tujuan dari permainan adalah melewatkan bola diatas net agar dapat jatuh menyentuh lantai lapangan lawan dan untuk mencegah usaha yang sama dari
lawan. Setiap team dapat memainkan tiga pantulan untuk mengembalikan bola
(diluar perkenaan blok). Bola dinyatakan dalam permainan setelah bola dipukul
oleh pelaku service melewati atas net ke daerah lawan. Permainan dilanjutkan
hingga bola menyentuh lantai, bola “keluar” atau satu tim gagal mengembalikan bola secara sempurna.
Dalam permainan bolavoli, team yang memenangkan sebuah rally
memperoleh satu angka (rally point system). Apabila team yang sedang menerima
service memenangkan rally, akan memperoleh satu angka dan berhak untuk
melakukan service berikutnya, serta para pemainnya melakukan pergeseran satu
posisi searah jarum jam. Dalam memainkannya bola yang dimainkan diperbolehkan menggunakan seluruh anggota badan dengan ketentuan yang berlaku sesuai peraturan permainan. Seperti yang dikemukakan oleh Suharno HP (1982: 4) bahwa:
Pada prinsipnya permainan tersebut adalah memvoli bola melewati net atau jaring dengan menggunakan seluruh anggota badan dengan syarat pantulan bersih dan setiap pemain berusaha secepat mungkin menjatuhkan bola dilapangan lawan untuk mencari kemenangan bertanding.
Saat dimulai permainan tersebut posisi service berada digaris belakang
(24)
commit to user
perintah untuk service dan bola harus melewati di daerah net kedalam daerah
lapangan lawan. Masing-masing regu berhak memainkan bola sampai tiga kali
sentuhan diluar perkenaan block untuk dikembalikan ke daerah lawan. Seorang
pemain tidak diperbolehkan memainkan bola berturut-turut. Pada waktu
melakukan block, sentuhan tersebut tidak dihitung sebagai sentuhan pertama.
Teknik dasar permainan bolavoli sebaiknya dikuasai oleh para pemain agar dapat bermain dengan baik dan berprestasi. Menurut M. Yunus (1992: 68) “teknik dasar permainan bolavoli terdiri dari service, passing, umpan (set-up), smash (spike) dan bendungan (block)”.
Menurut Suharno HP (1982: 12) “yang dimaksud dengan teknik dasar permainan bolavoli adalah suatu proses melahirkan keaktifan jasmani dan pembuktian suatu praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam permainan bolavoli”. Jadi teknik dasar permainan bolavoli dapat diartikan sebagai cara yang paling dasar, efektif dan efisien sesuai dengan peraturan permainan yang berlaku untuk mencapai hasil yang optimal. Agar dapat bermain bolavoli dengan baik, ada berbagai macam teknik dalam permainan bolavoli yang harus dimiliki dan dipelajari. Teknik-teknik tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Service
Pada mulanya service hanya merupakan pukulan pembukaan untuk
memulai suatu permainan, sesuai dengan kemajuan permainan, teknik service saat
ini tidak hanya sebagai permulaan permainan, tetapi jika ditinjau dari sudut taktik sudah merupakan serangan awal untuk mendapat nilai agar suatu regu berhasil
meraih kemenangan. Menurut Suharno HP (1982: 24) “service adalah merupakan
suatu serangan yang pertama kali bagi regu yang melakukan service”. Sedangkan
service menurut Dieter Beutelstahl (1986: 9), “service adalah sentuhan pertama
dengan bola”.
Sesuai dengan pendapat M. Yunus (1992: 69) “karena kedudukannya begitu penting maka para pelatih selalu berusaha menciptakan bentuk teknik
service yang dapat menyulitkan lawan bahkan kalau bisa dengan service itu
(25)
commit to user
diabaikan, dan harus dilatih dengan baik terus menerus, sehingga mendapatkan
hasil yang maksimal dan dengan menggunakan service yang berkualitas akan
memudahkan sebuah tim untuk mendapatkan point. Menurut buku yang
dikeluarkan oleh sekretariat umum PP.PBVSI (1995: 151) bahwa:
Hal terpenting dalam service adalah mengontrol bola, kecepatan dan
perubahan arahnya. Bila service itu salah akan mengakibatkan bola
keluar, jadi penting sekali untuk men”serve” bola kedalam daerah lawan
tanpa kekeliruan. Kecepatan dan perubahan mendadak arah bola akan sangat menguntungkan.
b. Passing
Passing berfungsi untuk menerima bola atau memainkan bola yang
datang dari daerah lawan atau teman seregunya. Menurut Yunus (1992: 79) “passing adalah suatu usaha atau upaya bagi seorang pemain bolavoli dengan cara
menggunakan suatu teknik tertentu yang tujuannya adalah untuk mengoper bola yang dimainkan kepada teman seregunya untuk dimainkan dilapangan sendiri”.
Tujuan utama passing adalah menyajikan bola sebaik mungkin untuk diberikan
kepada pengumpan. Dengan hasil passing yang baik, maka suatu tim dapat
mengatur serangan dengan baik pula. Dengan demikian kesempatan untuk
memperoleh point-pun lebih besar.
c. Set-up
Umpan berfungsi mengumpan bola keteman (smasher) untuk melakukan
serangan (smesh) kedaerah lawan. Menurut Suharno (1982: 19) “umpan adalah
menyajikan bola kepada teman seregunya yang selanjutnya diharapkan akan dapat dipergunakan untuk menyerang kelapangan lawan”. Dengan hasil sajian bola yang
baik, akurat dan ditempatkan pada posisi block yang lemah dapat memudahkan
spiker untuk melakukan serangan dengan sempurna.
d. Smash
Smash berfungsi untuk melakukan serangan ke daerah lawan sehingga
bola yang akan diseberangkan ke daerah lawan tersebut dapat mematikan minimal menyulitkan lawan dalam memainkan bola dengan sempurna. Pukulan-pukulan
(26)
commit to user
keras dan tajam yang dilakukan suatu tim tersebut diharapkan mampu
menghasilkan point sehingga kemungkinan memenangkan pertandingan lebih
besar. Menurut Suharno HP (1982: 20) “smash adalah bola dipukul keras
kebawah sehingga bola akan bergerak dengan cepat dan menukik melewati atas net menuju lapangan dan akan sulit diterima oleh lawan”.
e. Block
Block berfungsi sebagai bendungan dari serangan lawan agar bola tidak
sampai dalam lapangan dan menghentikan serangan lawan. Menurut Suharno HP
(1982: 28), “block adalah daya upaya bagi pemain depan untuk menahan bola
didekat net setelah bola dipukul oleh lawan”. Sedangkan menurut M. Yunus (1992: 119) “block merupakan benteng pertahanan yang paling utama untuk
menangkis serangan lawan”.
Bendungan atau block berfungsi untuk menghadang serangan lawan dari
dekat jaring sekaligus sebagai serangan balik ke pihak lawan (Amung Ma’mun &
Toto Subroto, 2001: 51). Melakukan block adalah tindakan para pemain di dekat
net untuk menghalangi bola yang datang dari lawan dengan melakukan jangkauan lebih tinggi dari ketinggian net. Hanya pemain baris depan yang diperbolehkan
untuk melakukan block yang sempurna.
2. Teknik Servis
Dalam sejarahnya bermula dari penyajian bola kedalam permainan,
dalam arti kata bahwa service merupakan awal terjadinya suatu permainan dalam
bolavoli. Menurut M. Yunus (1992: 137) “service merupakan pukulan permulaan
untuk memulai suatu permainan yang dilakukan didaerah service dibelakang
lapangan”. Pada mulanya service ini hanya merupakan pukulan pembukaan untuk
memulai suatu permainan, tetapi sesuai dengan kemajuan permainan, service
berkembang menjadi senjata yang ampuh untuk serangan awal untuk mendapatkan nilai atau membuat tekanan terhadap pertahanan lawan.
(27)
commit to user
Hal ini sesuai dengan sejarah bolavoli sebagai olahraga rekreasi. Akan
tetapi dalam perkembangannya kemudian service menjadi salah satu serangan
pertama yang sangat penting. Secara berturut-turut service yang baik adalah yang
langsung dapat mematikan lawan, kemudian menyulitkan lawan agar tidak dapat melakukan serangan dengan baik.
Menurut Amung Ma’mun & Toto Subroto (2001: 35-36) menjelaskan bahwa:
Perkembangan teknik diarahkan pada peningkatan upaya bagaimana keterampilan gerak dirancang dengan maksud bola yang dimainkan dapat dilewatkan melalui jaring ke lapangan lawan sehingga lawan tidak mampu mengembalikan bola atau mengalami kesulitan untuk mengembalikan bola dengan baik, tanpa mengabaikan peraturan
permainan. Pada awalnya, service dilakukan, semata-mata hanya
membuka permainan. Dalam perkembangan, service sekaligus
dimanfaatkan sebagai serangan.
Sedangkan service menurut Dieter Beutelstahl (1986: 9) “service adalah
sentuhan pertama dengan bola oleh pelaku service”. Pada mulanya service ini
hanya dianggap sebagai pukulan permulaan saja, cara melempar bola untuk
memulai permainan. Tetapi service ini kemudian berkembang menjadi suatu
senjata yang ampuh untuk menyerang sehingga menyulitkan lawan untuk
menerima bola dan menghasilkan point.
Menurut M. Yunus (1992: 130) macam-macam teknik service dan variasi
service dalam permaian bolavoli meliputi:
a. Menurut posisi bola terhadap badan
1) Servis tangan bawah (underhand service)
a) Back spin service b) Outside spin service c) Inside spin service
d) Cutting underhand service e) Floating underhand service
2) Servis dari samping (side arm service)
a) Cutting side arm service
(28)
commit to user
3) Servis tangan atas (overhand service)
a) Tennis service
b) Floating oferhand service
c) Slider floating oferhand service
d) Jumping service
e) Overhand round hause service
f) Hongaria oferhand service
Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi dalam menganalisis gerakan dalam cabang olahraga bolavoli, saat ini sering kita jumpai
atlet dalam melakukan service dalam cabang bolavoli menggunakan service
tangan atas. Selain menghasilkan pukulan yang keras, gerakan dalam melakukan
service inipun sesuai dengan gerakan anatomis tubuh.
b. Menurut putaran bola hasil service
1) Top spin service 2) Back spin service 3) Floating service 4) Inside spin service
5) Out side spin service (Yunus,1992: 130)
3. Jumping Service
Dalam permainan bolavoli, saat ini banyak pemain yang melakukan
jumping service, karena servis jenis ini akan menghasilkan pukulan servis yang
menukik dengan tajam dan keras sehingga dapat menimbulkan kesulitan bagi tim lawan penerima servis. Menurut M. Yunus (1992: 69) bahwa:
Pada mulanya service hanya merupakan pukulan pembuka untuk
memulai suatu permainan sesuai dengan kemajuan permainan, tetapi jika ditinjau dari sudut taktik sudah merupakan suatu serangan awal untuk
mendapatkan nilai agar suatu regu berhasil meraih kemenangan. Jumping
service adalah service yang dilakukan dengan gerakan melompat seperti
(29)
commit to user
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan jumping
service adalah:
a. Sikap Permulaan
Gambar 1. Sikap Permulaan Jumping Service
(M. Yunus, 1992: 78) Keterangan Gambar:
1) Berdiri di daerah service dekat garis belakang menghadap ke net,
kedua tangan memegang bola.
2) Sebelum melakukan service diharapkan pelaku service berkonsentrasi
agar tidak melakukan kesalahan yang fatal dalam pelaksanaan service.
Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada saat akan melakukan
service adalah terlalu tergesa-gesa dalam melakukan service. Hal ini
sebaiknya dihindari oleh atlet sebelum melakukan service.
b. Gerak Pelaksanaan
Gambar 2. Gerak Pelaksanaan Jumping Service
(30)
commit to user
Keterangan Gambar:
1) Lambungkan bola setinggi lebih kurang 3 meter agak didepan badan. 2) Kemudian badan merendah dengan menekuk lutut untuk melakukan
awalan melompat setinggi mungkin kemudian bola dipukul setinggi
mungkin seperti gerakan smash.
3) Lecutkan pergelangan tangan secepat-cepatnya sehingga menghasilkan pukulan top-spin yang tinggi agar bola secepat mungkin turun
kedaerah lapangan lawan. c. Gerak Lanjutan
Gambar 3: Gerak Lanjutan Jumping Service
(M. Yunus, 1992: 79) Keterangan Gambar:
1) Setelah melakukan pukulan dengan meraih bola setingi tingginya pada
saat melayang diudara, pelaku service langsung mendarat dengan
kedua kaki sebagai tumpuan di dalam lapangan dan segera mengambil posisi siap untuk menerima pengembalian atau serangan dari pihak lawan.
2) Sebagai catatan, sewaktu melakukan awalan, tolakan kedua kaki harus berada di belakang garis (tidak boleh menginjak garis belakang), tetapi pendaratan setelah memukul, boleh menginjak garis atau mendarat jauh didalam lapangan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(31)
commit to user
a. Elemen-elemen gerakan jumping service yang harus dikuasai seorang pemain
1) Lambungan bola
Lambungan bola yang baik adalah bola berada didepan atas kepala
pemaian yang akan melakukan jumpimg service. Sesuai pendapat M.
Yunus (1992: 71) “pemain harus menguasai teknik melambungkan bola. Melambungkan bola merupakan elemen yang harus dikuasai, sebab teknik
ini sangat mempengaruhi keberhasilan jumping service”. Lambungan yang
benar adalah kurang lebih setinggi tiga meter agak di depan badan, tetapi yang perlu diperhatikan adalah bagaimana caranya agar lambungan bola
tersebut dapat dipukul dengan mudah dalam jumping service, yaitu bola
dilambungkan agak kearah sebelah kanan badan. Dengan lambungan bola
yang sempurna akan lebih memudahkan untuk melakukan jumping
service.
2) Awalan
Posisi awalan tergantung pada pemain tersebut boleh kaki kiri didepan ataupun kaki kanan didepan dengan jarak yang diinginkan oleh
pemain yang akan melakukan jumping service, tetapi menurut M. Yunus
(1992: 71) “awalan jumping service dilakukan sekitar 3 meter”. Awalan
ini berguna sekali untuk memperoleh posisi awal yang mantap untuk melakukan lompatan sehingga memperoleh lompatan yang tinggi, dengan waktu atau saat yang tepat berguna untuk memukul bola dengan keras dan dengan waktu yang tepat. Karena dengan awalan yang tepat dapat menghindari terjadi kesalahan seperti menginjak garis akhir pada saat melakukan tolakan.
3) Lompatan
Lompatan merupakan gerak dari awalan. Lompatan vertical
dilakukan dengan tumpuan dua kaki, kedua lengan terayun untuk
membantu memperkuat lompatan sehingga diperoleh lompatan vertical
yang tinggi dan dengan mudah pemain dapat memukul bola. Semakin tinggi lompatan yang dilakukan maka bola yang dihasilkan oleh pelaku
(32)
commit to user
service dapat menukik dengan tajam dan cepat sehingga sulit diantisipasi
oleh lawan. 4) Pukulan
Gerakan selanjutnya adalah memukul bola. Pada waktu memukul bola, lengan harus tetap lurus agar bola dapat dipukul dengan ketinggian yang memadai, sehingga bisa melewati net. Selain itu sewaktu memukul
bola, pergelangan tangan tidak boleh kaku sehingga diperoleh pukulan top
spin yang memungkinkan bola dengan cepat turun kedalam daerah
lapangan lawan. 5) Mendarat
Gerakan selanjutnya adalah Teknik mendarat yang benar adalah mendarat dengan dua kaki. Teknik mendarat yang benar akan memperkecil kemungkinan pemain cidera dan memungkinkan pemain untuk mempersiapkan diri untuk menerima pengembalian bola atau
serangan lawan. Gerakan dalam melakukan jumping service adalah
gerakan yang kompleks sehingga perlu juga diperhatikan latihan dari
koordinasi dari rangkaian gerak jumping service, sebab tanpa koordinasi
gerak yang baik tidak mungkin jumping service berhasil dengan baik.
b. Latihan jumping service
1) Pengertian latihan
Latihan digunakan untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasinya semaksimal mungkin. Latihan dalam penelitian ini adalah suatu proses belajar untuk meningkatkan
keterampilan jumping service yang dilakukan secara berulang-ulang agar
dapat mencapai prestasi secara maksimal. Menurut Josef Nossek (1995: 3) menyatakan bahwa:
Latihan adalah suatu proses atau dinyatakan dengan kata lain periode waktu yang berlangsung selama beberapa tahun sampai atlet tersebut mencapai standart penampilan tertinggi. Latihan dasar bagi pemula biasanya berlangsung selama dua tahun, tahap
intermediate selama dua tahun lagi dan latihan lanjut kira-kira dua
(33)
commit to user
Latihan yang modern harus direncanakan sesuai apa yang akan diperlukan untuk mencapai sasaran latihan. Ada rencana jangka pendek, jangka menengah dan rencana jangka panjang. Rencana-rencana latihan disusun berdasarkan pada segi latihan tunggal, mingguan, bulanan, tahunan dan jangka waktu yang lebih panjang (Josef Nossek, 1995: 3). Menurut M. Sajoto (1988: 15) “untuk mencapai tujuan prestasi optimal dalam tiap-tiap cabang olahraga, haruslah berdasarkan prinsip-prinsip modern dengan pendekatan ilmiah”.
Latihan yang sistematis adalah dilakukan secara teratur, latihan tersebut berlangsung beberapa kali dalam satu minggu, tergantung pada standart atlet dan periode latihan. Selanjutnya latihan tersebut dilaksanakan berdasarkan suatu sistem yang mengikuti prinsip-prinsip latihan yang bersifat dasar. Dalam penelitian ini latihan dilaksanakan tiga kali pertemuan dalam satu minggu yakni senin, rabu dan jum’at.
2) Tujuan latihan
Tujuan utama latihan adalah untuk membantu atlet meningkatkan ketrampilan dan prestasinya semaksimal mungkin. Untuk dapat mencapai hal itu ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet, yaitu:
a) Latihan Fisik
Latihan fisik (physical training) adalah sangat penting oleh
karena tanpa kondisi fisik yang baik atlet tidak dapat mengikuti latihan-latihan dengan sempurna. Latihan fisik haruslah menunjang perkembangan kondisi fisik secara menyeluruh.
b) Latihan Teknik
Latihan teknik (technical training) yang dimaksud adalah
latihan untuk mempermahir teknik-teknik gerakan yang diperlukan untuk mampu melakukan cabang olahraga yang dilakukan atlet. Latihan teknik juga dimaksud untuk membentuk dan
(34)
commit to user
memperkembangkan kebiasaan-kebiasaan motorik atau perkembangan
neuromuscular.
c) Latihan Taktik
Latihan taktik (tactical training) mempunyai tujuan untuk
menumbuhkan perkembangan interpretative atau daya tafsir pada atlet.
Teknik gerakan-gerakan yang telah dikuasai dengan baik harus dituangkan dan diorganisir dalam pola-pola permainan, bentuk-bentuk dan formasi permainan, serta strategi-strategi dan taktik-taktik pertahanan serta penyerangan, sehingga berkembang menjadi satu kesatuan gerak yang sempurna.
d) Latihan Mental.
Latihan mental (psychological training) perlu mendapat
perhatian untuk mempertinggi efisiensi mental atlet, terutama apabila atlet berada dalam situasi stress yang komplek. Latihan-latihan mental adalah latihan-latihan yang lebih menekan pada perkembangan kedewasaan atlet serta perkembangan emosional dan impulsive misalnya: semangat bertanding, sikap pantang menyerah, keseimbangan emosi meskipun dalam situasi stress, sportifitas, percaya diri, kejujuran dan sebagainya.
Apabila mental atlet tidak turut dikembangkan, maka prestasi tinggi tidak mungkin akan dapat dicapai. Keempat aspek tersebut diatas haruslah dilatih dan diajarkan secara serempak. Seorang pelatih hendaknya memperhatikan aspek psikologis terhadap atletnya karena itu merupakan hal yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan pada waktu melatih.
3) Prinsip latihan
Prinsi-prinsip latihan adalah garis pedoman suatu latihan terorganisasi dengan baik yang harus digunakan. Prinsip-prinsip semacam itu menunjuk pada semua aspek dan kegiatan latihan, prinsip-prinsip itu menentukan isi, cara dan metode, serta organisasi latihan. Teori dan
(35)
commit to user
metodologi penelitian, sebagai dasar dan pedoman pelaksanaan latihan olahraga, memiliki prinsip-prinsip khusus berdasar pada pendekatan biologis, pendekatan psikologis, dan ilmu pengetahuan yang berorientasi pada latihan. Ilmu-ilmu tersebut memberikan petunjuk dan aturan secara sistematis serta mengarahkan keseluruhan proses latihan, agar latihan dapat berdaya guna dan berhasil guna.
Menurut Josef Nossek (1995: 4) ada beberapa prinsip latihan yang harus dilakukan agar memperoleh hasil yang maksimal. Prinsip-prinsip latihan akan dibahas sebagai berikut:
1) Prinsip pembebanan (loading) sepanjang tahun latihan.
2) Prinsip periodisasi dan penyusunan atau perencanaan siklus pembebanan. 3) Prinsip hubungan diantara persiapan umum dan khusus dengan kemajuan
spesialisasi.
4) Prinsip pendekatan individual dan pembebanan individual.
5) Prinsip hubungan yang sebaik mungkin antara latihan fisik, teknik, taktik dan intelektual (kecerdikan) termasuk persiapan tekad atau kemauan.
Prinsip-prinsip lain yang dihubungkan dengan metode dirumuskan sebagai berikut:
1) Prinsip peningkatan beban sedikit demi sedikit. Artinya beban latihan yang diberikan harus selalu meningkat sesuai kemampuan.
2) Prinsip pembebanan yang bervariasi dengan pergantian beban dan rekaveri secara sistematis.
3) Prinsip adaptasi (penyesuaian) beban terhadap standart penampilan (Josef Nossek, 1995: 4).
(36)
commit to user
4. Proses Belajar Keterampilan Gerak
Pengertian belajar merupakan sesuatu yang kompleks, karena itu pengertiannya bisa bermacam-macam. Belajar bisa dipandang sebagai suatu hasil apabila yang dilihat adalah bentuk terakhir dari berbagai pengalaman interaksi adukatif, bisa dipandang sebagai suatu proses apabila yang dilihat adalah kejadian selama anak menjalani proses belajar untuk mencapai suatu tujuan, dan bisa juga dipandang sebagai suatu fungsi apabila yang dilihat adalah aspek-aspek yang menentukan terjadinya perubahan tingkah laku anak.
Pengertian belajar gerak tidak terlepas dari pengertian belajar pada umumnya, tetapi dalam belajar gerak mengandung karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut berhubungan dengan domain tujuan belajar yang menjadi sasaran yaitu menyangkut penguasaan keterampilan dan gerak tubuh.
Belajar gerak mempelajari pola-pola gerak keterampilan tubuh. Proses belajarnya melalui pengamatan dan mempraktikkan pola-pola gerak yang dipelajari. Intensitas keterlibatan unsur domain kemampuan yang paling tinggi adalah domain psikomotor yang juga termasuk domain fisik. Hasil akhir dari belajar gerak adalah berupa kemampuan melakukan pola-pola gerak keterampilan
tubuh. Misalnya keterampilan anak dalam melakukan jumping service bolavoli,
sebelumnya anak merespon dengan unsur kognitif, afektif, yang kemudian diwujudkan dalam unsur psikomotor.
Semua unsur kemampuan individu terlibat di dalam belajar gerak, hanya saja intensitas keterlibatannya berbeda-beda. Intensitas keterlibatan domain kognitif dan domain afektif relatif lebih kecil dibanding keterlibatan domain psikomotor. Keterlibatan domain psikomotor tercermin dalam respon-respon muscular yang diekspresikan dalam gerakan tubuh secara keseluruhan atau bagian-bagian tubuh. Berkaitan dengan berlajar gerak, Sugiyanto (1996: 27) menyatakan, “Belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-respon muskular yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh”. Menurut Rusli Lutan (1988: 102) “Belajar motorik adalah seperangkat proses
(37)
commit to user
yang bertahap dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan ke arah perubahan permanen dalam perilaku terampil”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, belajar gerak (motorik) merupakan perubahan perilaku motorik berupa keterampilan sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Upaya menguasai keterampilan gerak sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Kemampuan seseorang untuk dapat menguasai keterampilan-keterampilan motorik olahraga berbeda-beda, yang disebabkan oleh antara lain:
a. Perbedaan kemampuan kondisi dan koordinasi yang dimiliki b. Perbedaan usia
c. Perbedaan pengalaman gerakan d. Perbedaan jenis kelamin
e. Perbedaan kognitif,
f. Frekuensi latihan dan sebagainya.
Pada awal tahap belajar anak baru mengenal subtansi yang dipelajari baik yang menyangkut belajar kognitif, afektif, dan psikomotor bagi anak materi latihan itu menjadi asing pada awalnya, namun setelah pelatih berusaha untuk menarik dan memusatkan perhatian anak pada materi latihan, maka diharapkan sesuatu yang asing bagi anak tersebut berangsur-angsur hilang dengan sendirinya.
Dalam tahap ini seorang pelatih harus mengupayakan latihan dengan menata lingkungan latihan dan perencanaa materi yang akan dipelajari atau akan dibahas. Pelatih harus berperan sebagai fasilitator dan motivator sehingga anak berminat untuk mengikuti latihan tersebut. Domain afektif adalah penalaran yang mempunyai peran penting sebagai motivasi dalam belajar keterampilan gerak dan yang terakhir adalah domain psikomotor sangat penting dalam belajar keterampilan gerak, karena berhasil tidaknya seseorang memahami keterampilan gerak dari gerakan yang sederhana ke dalam gerakan yang lebih kompleks. Belajar gerak terjadi dalam bentuk atau melalui respon-respon muskular yang diekspresikan dalam gerakan-gerakan bagian tubuh.
Perkembangan gerak dapat dibagi dalam dua periode utama: tahap pra-keterampilan dan tahap perbaikan pra-keterampilan. Dalam masing-masing tahap
(38)
commit to user
menggambarkan pengamatan tingkah laku. Ciri khas tingkah laku untuk mendapatkan keterampilan yang lebih tinggi secara berkelanjutan, sesuai dengan tahap tingkatan perkembangan keterampilan gerak.
Selama masa awal pra-remaja anak-anak mulai sangat mementingkan keikutsertaan yang berhasil dalam olahraga. Ketika remaja telah membatasi pilihannya dan berkonsentrasi pada keterampilan gerak, tekanan harus diarahkan pada perbaikan keterampilan tersebut. Keterampilan olahraga dapat menjadi lebih baik ketika kesempatan untuk turut serta dalam kegiatan yang cocok bertambah. Tahap-tahap dalam perolehan keterampilan olahraga mencakup periode perkembangan perbaikan, penampilan, dan kemunduran. Satu hal yang sangat penting adalah bahwa cara seseorang dalam tahap-tahap perkembangan tergantung pada kecenderungannya untuk ikut serta kegiatan yang berorientasi pada kegiatan olahraga.
Tingkat perbaikan keterampilan remaja secara terus-menerus mulai mengatur pola gerak dasar dengan penuh terpadu. Gerakan dasar secara penuh sudah terkuasai. Latihan diperlukan untuk perbaikan keterampilan pengendalian gerakan. Latihan yang terus menerus selama tingkatan perkembangan ini penting untuk mengembangkan mekanisme kontrol gerak. Kemampuan dalam mengontrol gerakan akan memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk berbuat sesuai dengan yang seharusnya dilakukan akan lebih mudah untuk mengikuti aturan-aturan, termasuk mengikuti aturan agar dirinya dapat menjadi terampil. Belajar gerak adalah mempelajari pola-pola gerak keterampilan tubuh, proses belajarnya melalui pengamatan dan mempraktekkan pola-pola yang dipelajari.
Periode pra-remaja sangat penting dalam belajar gerak yang makin terpadu. Seperti yang diungkapkan oleh Fitts, Adams dalam Pate, Rotella dan McClenaghan (1993: 205) menandai tiga langkah dalam perolehan yang terampil. Tampaknya semua pelaku tanpa pandang umur, maju melalui langkah-langkah perkembangan berikut ini:
a. Tahap pertama:
Tingkat kognitif ditandai oleh usaha pertama anak untuk menguasai suatu keterampilan gerak baru atau dengan kata lain proses belajar diawali dengan aktif
(39)
commit to user
berpikir tentang gerakan yang dipelajari. Anak berusaha untuk mengetahui dan memahami gerakan dari informasi yang diberikan kepadanya.
b. Tahap kedua:
Tingkat asosiatif yaitu dalam perbaikan keterampilan olahraga ditandai oleh naiknya penampilan melalui latihan dan pada saat program gerak dibuat atau seorang anak sudah mampu melakukan gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat dalam pelaksanaannya.
c. Tahap ketiga:
Tahap otonom. Latihan yang rutin dan terus-menerus menghasilkan perbaikan lebih lanjut dari keterampilan gerak menjadi suatu gerak yang otomatis. Dalam kegiatan ini, hanya sedikit perhatian yang dibutuhkan agar anak dapat memusatkan perhatian pada faktor lingkungan yang mempengaruhi penampilannya.
Pelatih yang berpengalaman dapat dengan mudah mengamati anak yang banyak dengan siapa belajar melewati tahap-tahap perbaikan keterampilan. Dampak latihan ini sangat jelas, pengalaman belajar awal harus memungkinkan terjadinya waktu untuk pemrosesan kognitif dalam lingkungan yang terkendali. Jika keterampilan membaik, waktu memberikan keterampilan harus dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan seorang anak menampilkan kegiatan itu dalam berbagai situasi lingkungan.
Tujuan pelatih memberikan materi latihan dasar ini adalah tercapainya kemampuan untuk menampilkan segala macam keterampilan yang mungkin dibutuhkan dalam pertandingan yang sebenarnya. Untuk itu anak harus memperhatikan contoh gerakan dan merespon gerakan tersebut. Dalam tahap otonom ini keterampilan gerak yang dikuasai oleh anak akan berlanjut sejalan dengan bertambahnya latihan dan berlanjut ke tahap yang lebih kompleks.
Dengan demikian keterampilan dapat digambarkan sebagai kualitas penampilan seseorang dalam melakukan tugas-tugas gerak fisik. Indikator kualitas yang di penuhi sebagai gerak terampil yaitu efektif, efisien dan adaptif. Untuk dapat menguasai keterampilan gerak olahraga harus melalui proses latihan.
(40)
commit to user
Melalui latihan yang sistematis dan kontinyu, maka keterampilan dapat di kuasai dengan baik dan benar.
5. Klub Bolavoli POPSI Sragen
Klub adalah perkumpulan yang kegiatannya mengadakan persekutuan untuk maksud tertentu (http://www.artikata.com/arti-335503-klub.php diakses 30 /10/2010). Jadi klub dalam pengertian ini adalah perkumpulan, perserikatan, organisasi bolavoli Kabupaten Sragen tahun 2010 yang digunakan peneliti sebagai sampel penelitian.
Klub bolavoli POPSI Sragen adalah klub bolavoli yang mendidik anak-anak untuk berprestasi didalam permainan bola voli sejak umur 10 tahun keatas hingga dewasa untuk menjadi atlet bolavoli yang berprestasi. Klub bolavoli POPSI berdiri kurang lebih sejak 15 (lima belas) tahun yang lalu. Pada tahun 1995, Bambang Haryanto, S.pd (ketua klub bolavoli POPSI) memiliki cita-cita untuk membentuk klub bolavoli di kota Sragen yang berprestasi baik diwilayah Sragen maupun diluar wilayah Sragen. Maka sejak bulan April tahun 1995 terbentuklah sebuah klub bolavoli yang bertempat Desa Gudang Kapuk, Kelurahan Sragen Wetan, Kecamatan Sragen Kota, Kabupaten Sragen. Klub bolavoli POPSI merupakan salah satu klub bolavoli yang berada di kota Sragen yang memiliki gedung olah raga yang masih aktif yaitu di GOR DIPONEGORO Sragen Jl. Printis Kemerdekaan No.15 Sragen dan memiliki sarana dan prasarana yang lengkap diantaranya jumlah bola yang banyak dan kondisinya masih sangat bagus, juga gedung yang memadai untuk berlatih bolavoli. Dana yang diperoleh melalui dana sendiri yaitu dana sukarela dari para atlet yang berlatih dan dari PEMDA setempat yang sangat mendukung akan adanya klub bolavoli tersebut.
Tujuan dari program latihan klub bolavoli POPSI adalah memunculkan atlet-atlet berbakat untuk dapat meningkatkan prestasi dalam kejuaraan-kejuaraan yang diselenggarakan di daerah pada cabang olah raga bolavoli di kota Sragen, maupun diluar diluar daerah misalnya untuk kejuaran antar wilayah. Untuk membantu tercapainya pelaksanaan program latihan di klub bolavoli POPSI,
(41)
commit to user
Bambang Haryanto, S.Pd selaku ketua dan pelatih serta di bantu oleh tiga orang asisten pelatih, latihan rutin dilaksanakan tiga hari dalam satu minggu di GOR DIPONEGORO kabupaten Sragen. Fasilitas yang diberikan di klub bolavoli ini sangat mendukung pelaksanaan latihan.
Saat ini terdapat 75 atlet yang berlatih di klub bolavoli POPSI dari 75 orang tersebut, diantaranya; 50 orang atlet putra, 25 orang atlet putri, para atlet pada umumnya masih duduk dibangku sekolah antara SLTP-SLTA yang berada dikota Sragen dan sekitarnya. Diklub tersebut memiliki dua lapangan bola voli yang kondisinya masih sangat bagus dan jumlah bola sekitar ±50 dan jumlah net sebanyak 5, karena sarana dan prasarananya yang lengkap memotivasi pelatih untuk lebih bersemangat dalam mengelola klub tersebut.
Klub bolavoli POPSI banyak meraih prestasi baik didalam wilayah Sragen maupun diluar wilayah diantaranya:
1. Juara tingkat Jawa Tengah, bolavoli pantai putra junior:
• Tahun 2006 juara I
• Tahun 2007 juara I
• Tahun 2008 juara I
• Tahun 2009 juara I
• Tahun 2010 juara III
2. Juara POPDA SMP / SMA:
• Tahun 2008 juara I
• Tahun 2009 juara I
• Tahun 2010 juara II
3. Juara Sekarisidenan:
• Tahun 2011 juara I Sekrisidenan Surakarta
4. Juara PORDA SMA:
(42)
commit to user 6. Latihan Konvensional
Latihan Konvensional merupakan suatu istilah dalam latihan yang lazim diterapkan dalam latihan sehari-hari. Desain latihan bersifat linier dan dirancang dari sub-sub konsep secara terpisah menuju konsep-konsep yang lebih kompleks. Latihan linier berarti bahwa satu langkah mengikuti langkah yang lain, karena langkah kedua tidak bisa dilakukan sebelum langkah pertama dikerjakan. Latihan konvensional jarang melibatkan pengaktifan pengetahuan awal dan jarang memotivasi atlet untuk proses pengetahuannya. Latihan konvensional masih didasarkan atas asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran pelatih ke pikiran atlet.
Dalam latihan konvensional cenderung pada latihan hafalan yang mentolerir respon-respon yang bersifat konvergen, menekankan informasi konsep yang diberikan oleh pelatih. Pelatih hanya melatih secara monoton dan tidak ada inovasi baru untuk merubah keadaan dalam melatih agar atlet lebih bersemangat.
Secara umum ciri-ciri latihan konvensional adalah:
1. Atlet adalah penerima informasi secara pasif, dimana atlet menerima pengetahuan dari pelatih dan pengetahuan diasumsikan sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki keluaran secara standar.
2. Latihan secara individual.
3. Latihan sangat abstrak dan teoritis. 4. Perilaku dibangun atas kebiasaan.
5. Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final. 6. Pelatih adalah penentu jalannya proses latihan.
Latihan Konvensional sendiri mempunyai sifat:
1. Pelatih sering membiarkan adanya atlet yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.
2. Kelompok latihan biasanya homogen.
3. Pemimpin kelompok biasanya ditentukan oleh pelatih atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.
(43)
commit to user
4. Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.
5. Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh pelatih pada saat latihan sedang berlangsung.
6. Penekan sering hanya pada penyelesaian tugas.
7. Latihan Konvensional pada Latihan Jumping Service dalam Permainan
Bolavoli
Latihan konvensional pada jumping service bolavoli yakni model latihan
yang selama ini sering diterapkan dalam proses latihan. Adapun langkah-langkah latihan konvensional pada latihan jumping service dalam permainan bolavoli
antara lain sebagai berikut: a) Pendahuluan (pemanasan)
• Pemanasan untuk meningkatkan suhu tubuh, misalnya dengan lari keliling
lapangan bolavoli.
• Penguluran (stretching) statis.
• Penguluran (stretching) dinamis.
• Latihan fisik yang meliputi latihan pembentukan kekuatan dan/atau
kelincahan.
• Pemanasan menggunakan bolavoli, misalnya dengan lempar tangkap
bolavoli. b) Inti
• Pengenalan dan penjelasan teknik jumping service.
• Peragaan awalan dengan cara pengambilan atau melakukan langkah awal
pada saat akan melakukan jumping service.
• Peragaan dan latihan langkah awalan disertai teknik melakukan lompatan
untuk jumping service..
• Peragaan dan latihan memukul bolavoli di depan atas kepala sejauh jangkauan tangan dengan dilambungkan sendiri tanpa loncatan.
(44)
commit to user
• Peragaan dan latihan langkah awalan disertai dengan teknik melakukan
tolakan untuk meloncat serta memukul bolavoli yang dilambungkan sendiri di depan kepala sejauh jangkauan tangan tanpa menghadapi net.
• Peragaan dan latihan langkah awalan disertai dengan teknik melakukan
tolakan untuk meloncat serta memukul bolavoli yang dilambungkan didepan atas kepala dngan jarak 3 meter dari belakang garis.
• Memperagakan teknik gerakan jumping service secara seutuhnya.
c) Pendinginan (penutup)
• Pemberian koreksi gerakan dan evaluasi.
8. Latihan Inovatif
Latihan inovatif sebenarnya merupakan suatu pemaknaan terhadap proses latihan yang bersifat komprehensif yang berkaitan dengan berbagai teori latihan modern yang berlandaskan pada inovasi latihan. Seperti halnya teori latihan konstruktivis dan teori lainnya.
Dari segi definisinya, latihan inovatif adalah suatu latihan yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan latihan pada umumnya yang dilakukan oleh pelatih (konvensional). Latihan inovatif lebih mengarah pada latihan yang berpusat pada atlet. Proses latihan dirancang, disusun, dan dikondisikan untuk atlet agar berlatih.
Latihan inovatif sebagai inovasi latihan dapat mencakup modifikasi latihan, baik dari segi sarana dan prasarana maupun model latihan yang diterapkan. Latihan inovatif bersifat menyenangkan dan membutuhkan kreativitas pelatih dalam proses latihan untuk dapat membuat atlet agar aktif selama latihan berlangsung sehingga lebih efektif dalam pencapaian tujuan latihan. Dalam berbagai latihan inovatif yang dilakukan pelatih lebih ditekankan pada penerapan gagasan yang lebih praktis dan mudah. Dengan demikian latihan inovatif yang dilakukan oleh pelatih dapat berupa gagasan kreatif dan kegiatan sederhana di tingkat klub yang dianggap dapat mengatasi permasalahan-permasalahan latihan.
(45)
commit to user
Berbagai kegiatan pelatih dalam melakukan inovasi latihan inovatif meliputi: “a) mengetahui dan menentukan masalah; b) mengidentifikasi dan menyeleksi alternatif pemecahan masalah; c) penentuan alternatif pemecahan masalah; d) melaksanakan; e) menilai; f) perbaikan produk inovasi”. Keseluruhan rangkaian kegiatan tersebut berkaitan sehingga produk yang dihasilkan benar-benar merupakan solusi yang mampu memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh pelatih yang bersangkutan. Meskipun melalui kegiatan inovasi ini para pelatih mempunyai peluang untuk meningkatkan mutu latihan, akan tetapi dalam mewujudkan kegiatan inovasi tergantung kesempatan pada pelatih yang ada, biaya situasi sosial kultural klub, kualitas pemimpin klub dan karakteristik pelatih. Dengan demikian, apabila pelatih hendak melakukan kegiatan inovasi dalam latihan sebaiknya memperhatikan hal-hal tersebut sehingga kegiatan inovasi yang dilakukan terlaksana dengan baik dan berhasil maksimal.
Ciri-ciri latihan inovatif adalah:
1. Atlet adalah penerima informasi secara aktif, dimana atlet juga berhak mengutarakan pendapat dalam proses latihan yang berguna bagi altet.
2. Latihan berkelompok dan saling membantu antara atlet satu dan yang lain. 3. Latihan tidak monoton dan mencari inovasi baru.
4. Altet lebih bersemangat dengan adanya modifikasi berlatih. 5. Pelatih dan atlet adalah penentu jalannya proses latihan.
9. atihan Inovatif pada Latihan L Jumping Service dalam Permainan Bolavoli
Latihan inovatif pada latihan jumping service merupakan suatu bentuk
model latihan yang disusun dan dirancang sedemikian rupa untuk memberikan inovasi terhadap model latihan yang telah ada selama ini. Inovasi tersebut sangat tergantung dari kreativitas pelatih dalam menyampaikan materi latihan. Wujud dari inovasi tersebut dapat berupa variasi gaya melatih, dan strategi melatih serta modifikasi sarana dan prasarana latihan. Adapun langkah-langkah latihan inovatif
(46)
commit to user
yang dapat diterapkan pada latihan jumping service dalam permainan bolavoli
antara lain sebagai berikut: a) Pendahuluan (pemanasan)
• Penguluran (stretching) statis secara berpasangan dan/atau berkelompok
dengan permainan tertentu.
• Penguluran (stretching) dinamis secara berpasangan dan/atau berkelompok
dalam bentuk permainan tertentu dengan atau tanpa menggunakan alat bantu.
• Latihan fisik berupa latihan pembentukan kekuatan dan/atau kelincahan
yang diterapkan dalam bentuk permainan tertentu baik dengan atau tanpa menggunakan alat bantu.
• Pemanasan dengan menggunakan bola yang mengarah pada gerakan dasar
jumping service dalam bentuk permainan.
b) Inti
• Pengenalan dan penjelasan teknik gerakan jumping service.
• Latihan langkah awalan dengan cara pengambilan atau melakukan langkah
awal pada saat akan melaksanakan jumping service denngan formasi
barisan tertentu dalam bentuk permainan dan/atau memakai tanda atau
check mark menggunakan bantuan alat tertentu.
• Latihan langkah awalan disertai teknik melakukan tolakan untuk meloncat
dengan meloncati kardus setinggi 20-30 cm atau benda lain yang ukurannya hampir sama.
• Latihan memukul bola yang digantung dengan ketinggian 250 - 300 cm.
• Anak berlatih lambungan bola dengan satu tangan dan berusaha
menangkapnya dengan bola mini.
• Anak melakukan lempar tangkap dengan bola mini secara berpasangan.
• Anak melakukan servis tanpa awalan dan melompat dengan bola mini.
• Anak melakukan jumping service dengan bola mini dari garing belakang
(47)
commit to user
• Anak melakukan jumping sevice dengan ketinggian net bertahap yaitu dari
224 cm kemudian dinaikan menjadi 243 cm. c) Pendinginan (penutup)
• Pemberian koreksi gerakan dengan contoh dari perwakilan anak,baik
untuk gerakan yang benar maupun gerakan yang salah.
• Pemberian tugas-tugas dan evaluasi.
10. Kelebihan dan Kekurangan Latihan Konvensional
Latihan konvensional sebagai salah satu model latihan yang diterapkan selama ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan dan kekurangan dari latihan konvensional.
a. Kelebihan Latihan Konvensional
Pada umumnya para pelatih saat ini masih menerapkan model latihan konvensional meskipun latihan inovatif sedang digalakkan. Hal ini dikarenakan latihan konvensional dipandang memiliki beberapa kelebihan, antara lain sebagai berikut:
1) Pelatih adalah sumber latihan seutuhnya.
2) Pelatih merupakan penentu jalannya proses latihan. 3) Situasi tempat latihan terkoordinir dengan baik.
b. Kekurangan Latihan Konvensional
Di samping memiliki kelebihan, latihan konvensional juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain sebagai berikut:
1) Atlet adalah penerima informasi secara pasif, dengan penerimaan pengetahuan dari pelatih dan pengetahuan diasumsikan sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki keluaran sesuai standar.
2) Latihan secara individual.
3) Latihan bersifat abstrak dan teoritis. 4) Perilaku dibangun atas dasar kebiasaan.
(48)
commit to user
5) Pelatih sering membiarkan adanya atlet yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.
6) Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh pelatih pada saat latihan kelompok sedang berlangsung.
7) Atlet akan cepat merasa jenuh.
11. Kelebihan dan Kekurangan Latihan Inovatif
a. Kelebihan Latihan Inovatif
Latihan yang sedang digalakkan saat ini adalah latihan inovatif. Hal ini dikarenakan latihan inovatif memiliki beberapa kelebihan, antara lain sebagai berikut:
1) Latihan inovatif lebih mengarah pada latihan yang berpusat pada atlet. 2) Proses latihan dirancang, disusun, dan dikondisikan untuk atlet agar berlatih. 3) Menuntut kreativitas pelatih dalam melatih.
4) Hubungan antara pelatih dan atlet menjadi hubungan yang saling membangun. 5) Bersifat menyenangkan (rekreatif) dan membutuhkan kreativitas pelatih dalam
proses latihan untuk dapat membuat atlet agar aktif selama latihan berlangsung sehingga lebih efektif dalam pencapaian tujuan latihan.
6) Atlet adalah penerima informasi secara aktif.
7) Pengetahuan dibangun dengan penemuan terbimbing. 8) Latihan lebih konkret dan praktis.
9) Perilaku dibangun atas pengalaman latihan.
b. Kekurangan Latihan Inovatif
Disamping memiliki kelebihan, latihan inovatif juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain sebagai berikut:
1) Latihan akan bersifat monoton jika pelatih kurang kreatif dalam mengelola klub.
(49)
commit to user
3) Situasi klub kurang terkoordinir karena pusat kegiatan latihan adalah atlet.
B. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas dapat diajukan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Bolavoli merupakan olahraga permainan yang dimainkan oleh dua regu yang dipisahkan oleh net. Tujuan utama dari setiap tim adalah memukul bola kearah bidang lapangan musuh sedemikian rupa agar lawan tidak dapat mengembalikan bola. Secara garis besar, unsur dalam permainan bolavoli terdiri dari: passing atas, passing bawah, service, block, dan smash.
Pada mulanya service hanya merupakan pukulan pembuka untuk
memulai suatu permainan sesuai dengan kemajuan permainan, tetapi jika ditinjau dari sudut taktik sudah merupakan suatu serangan awal untuk mendapatkan nilai
agar suatu regu berhasil meraih kemenangan. Jumpingservice adalah service yang
dilakukan dengan gerakan melompat seperti gerakan smash.
Permainan bolavoli termasuk dalam kategori olahraga permainan yang sulit untuk dikuasai sebab dalam permainan bolavoli, bola dimainkan tanpa boleh menyentuh tanah selama pertandingan atau permainan berlangsung sehingga diperlukan penguasaan teknik dan kontrol yang baik dalam permainan ini. Oleh karena itu diperlukan model latihan yang tepat agar atlet dapat menguasai teknik bolavoli.
Latihan inovatif adalah suatu proses latihan yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan latihan pada umumnya yang dilakukan oleh pelatih (konvensional). Latihan inovatif sebenarnya merupakan suatu pemaknaan terhadap proses latihan yang bersifat komprehensif yang berkaitan dengan
(50)
commit to user
berbagai teori latihan modern yang berlandaskan pada inovasi latihan. Latihan inovatif lebih mengarah pada latihan yang berpusat pada atlet. Proses latihan dirancang, disusun, dan dikondisikan untuk atlet agar berlatih. Dalam latihan yang berpusat pada atlet, pemahaman perancangan proses latihan dimulai. Latihan inovatif sebagai inovasi latihan dapat mencakup modifikasi latihan baik dari segi sarana dan prasarana maupun metode latihan yang diterapkan.
Latihan konvensional merupakan suatu istilah dalam latihan yang lazim diterapkan dalam latihan sehari-hari. Latihan bersifat linier dan dirancang dari sub-sub konsep secara terpisah menuju konsep-konsep yang lebih kompleks. Latihan linier berarti bahwa satu langkah mengikuti langkah yang lain, karena langkah kedua tidak bisa dilakukan sebelum langkah pertama dikerjakan. Latihan
konvensional pada jumping service bolavoli yakni model latihan yang selama ini
sering diterapkan pada latihan jumping service merupakan suatu bentuk model
latihan yang disusun dan dirancang sedemikian rupa untuk memberikan inovasi terhadap model latihan yang telah ada selama ini. Inovasi tersebut sangat tergantung dari kreativitas pelatih dalam menyampaikan materi latihan. Wujud dari inovasi tersebut dapat berupa variasi gaya latihan dan strategi latihan serta modifikasi sarana dan prasarana latihan.
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh latihan inovatif dan latihan konvensional terhadap
kemampuan jumping service dalam permainan bolavoli pada klub bolavoli
putra POPSI Sragen tahun 2010.
2. Latihan inovatif memberikan pengaruh yang lebih baik daripada latihan
konvensional terhadap kemampuan jumping service dalam permainan bolavoli
(51)
commit to user BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lapangan klub
bolavoliPOPSI Sragen. Yang bertempat di desa Gudang Kapuk, kelurahan Sragen
Wetan, kecamatan Sragen Kota, kabupaten Sragen.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan kegiatan latihan dilakukan selama enam minggu pada sore hari pukul 14.30 WIB sampai selesai, yaitu hari selasa, rabu, dan jum’at. Adapun jadwal pelaksanaan terlampir.
B. Metode Penelitian 1. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
2. Rancangan Penelitian
Rancangan dalam penelitian ini adalah “pretest-posttest design”. Gambar
rancangan penelitian sebagai berikut:
K 1 Treatment A Posttest R Pretest MSOP
K 2 Treatment B Posttest Keterangan :
R : Random.
Pretest : Tes awal kemampuan jumping service bolavoli.
(1)
commit to user
Sedangkan kelompok 2 memiliki peningkatan sebesar 19,145%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 2 memiliki prosentase peningkatan
kemampuan gerak dasar yang lebih baik daripada kelompok 1.
B. Reliabilitas Hasil Tes
Agar data yang dianalisis adalah hasil suatu tes pengukuran yang baik, maka perlu uji reliabilitas. Adapun hasil perhitungan reliabilitas tes dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4. Hasil Uji Tes Reliabilitas.
Tes Nilai Reliabilitas Kategori
Awal 0,97 Tinggi sekali
Akhir 0,96 Tinggi sekali
Dalam mengartikan kategori koefisien reliabilitas tes, digunakan tabel
koefisien korelasi dari Book Walter dalam Mulyono B (2010: 49) seperti dibawah
ini:
Tabel 5. Tabel Range Kategori Reliabilitas.
Kategori Reliabilitas
Tinggi sekali 0.90-1.0
Tinggi 0.80-0.89
Cukup 0.60-0.79
Kurang 0.40-0.59
Tidak Signifikan 0.00-0.39
Data hasil penelitian tersebut dianalisis dengan statistik, seperti terlihat pada lampiran. Rangkuman hasil analisis data secara keseluruhan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 6. Diskripsi Data Hasil Penelitian.
Kelompok Tes n Nilai
Tertinggi
Nilai
(2)
commit to user
1 Awal 15 59 14 33,200 13,929
Akhir 15 61 17 36,467 13,938
2 Awal 15 54 9 32,733 14,285
Akhir 15 59 14 39,000 14,353
C. Pengujian Persyaratan Analisis
1. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis data diuji distribusi kenormalannya dari data tes awal. Uji normalitas data dalam penelitian ini digunakan liliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan terhadap hasil tes awal pada kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut :
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data
Tes Kelompok n Mean SD Lhitung Ltabel
Awal 12 1515 33,20032,733 13,92914,285 0,14810,1514 0,22000,2200
Akhir 12 1515 36,46739,000 13,93814,353 0,14220,1532 0,22000,2200
Berdasarkan hasil uji normalitas yang dilakukan, diperoleh nilai Lhitung
pada tes awal kelompok 1, tes awal kelompok 2, tes akhir kelompok 1 dan tes
akhir kelompok 2 lebih kecil dari nilai Ltabel dengan taraf signifikansi 5%. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa data tes awal kelompok 1, tes awal kelompok 2, tes akhir kelompok 1 dan tes akhir kelompok 2 berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan varians dari kedua kelompok. Jika kedua kelompok tersebut memiliki kesamaan varians, maka apabila nantinya kedua kelompok memiliki perbedaan, maka perbedaan tersebut disebabkan perbedaan rata-rata kemampuan. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data
(3)
commit to user
Awal 1 15 19250
2 15 18929 0,951 2,484
Akhir 1 15 25699
2 15 22667 1,060 2,484
Berdasarkan hasil uji homogenitas yang dilakukan, diperoleh nilai Fhitung
dari tes awal dan tes akhir lebih kecil dari Ftabel dengan taraf signifikansi 5%.
Karena Fhitung < Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 dan kelompok 2
memiliki varians yang homogen.
D. Pengujian Hipotesis
Ada perbedaan pengaruh latihan inovatif dan latihan konvensional
terhadap kemampuan jumping service dalam permainan bolavoli pada klub
bolavoli putra POPSI Sragen tahun 2010. Berdasarkan hasil pengujian perbedaan yang dilakukan pada data tes akhir antara kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh nilai thitung sebesar 2,977, sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 2,131. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan antara tes kelompok 1 dan kelompok 2. Perbedaan hasil tersebut karena latihan yang diberikan pada masing-masing kelompok memiliki karakteristik yang berbeda.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, “Ada Perbedaan Pengaruh
Latihan Inovatif dan latihan Konvensional terhadap Kemampuan Jumping Service
dalam Permainan Bolavoli Pada Klub Bolavoli Putra POPSI Sragen Tahun 2010” dapat diterima kebenarannya.
E. Pembahasan Hasil Analisis Data
Latihan inovatif memberikan pengaruh yang lebih baik daripada latihan
konvensional terhadap kemampuan jumping service dalam permainan bolavoli
pada klub bolavoli putra POPSI Sragen tahun 2010. Berdasarkan hasil
(4)
commit to user
bahwa, kelompok 1 memiliki nilai persentasi peningkatan sebesar 9,839%. Sedangkan kelompok 2 memiliki nilai persentasi peningkatan sebesar 19,145%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa, kelompok 2 memiliki
persentase peningkatan hasil latihan jumping service yang lebih besar daripada
kelompok 1. Dalam melatih jumping service pada awal latihan, latihan
konvensional lebih baik dari pada latihan inovatif, tetapi setelah pertengahan sampai akhir latihan, latihan inovatif lebih baik daripada latihan konvensional disini peneliti mengetahui hasilnya dari observasi disetiap minggunya.
Dengan demikian latihan inovatif lebih efektif diterapkan untuk latihan
jumping service, dengan demikian hipotesis yang menyatakan, “Latihan Inovatif
Memberikan Pengaruh yang Lebih Baik daripada Latihan Konvensional terhadap
Kemampuan Jumping Service dalam Permainan Bolavoli Pada Klub Bolavoli
(5)
commit to user
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan
Berdasarkan analisis data hasil penelitian yang telah dilakukan ternyata hipotesis yang diajukan dapat diterima. Dengan demikian dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan inovatif dan latihan
konvensional terhadap kemampuan jumping service dalam permainan bolavoli
pada klub bolavoli putra POPSI Sragen tahun 2010. Dari data tes akhir antara
kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh nilai thitung sebesar 2,977, sedangkan
nilai ttabel pada taraf signifikansi 5% adalah sebesar 2,131.
2. Latihan inovatif memberikan pengaruh yang lebih baik daripada latihan
konvensional terhadap kemampuan jumping service dalam permainan bolavoli
pada klub bolavoli putra POPSI Sragen tahun 2010. Kelompok 1 yang diberi latihan secara konvensional memiliki nilai persentase peningkatan sebesar 9,839%, sedangkan kelompok 2 yang diberi perlakuan secara inovatif memiliki nilai persentasi peningkatan sebesar 19,145%.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa latihan inovatif memberikan pengaruh yang lebih baik daripada latihan konvensional terhadap
kemampuan jumping service dalam permainan bolavoli.
1. Implikasi Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini adalah inovasi dalam latihan memiliki
efektivitas yang berbeda dalam meningkatkan hasil latihan jumping service.
Oleh karena itu, dalam memberikan latihan yang bertujuan untuk
mengembangkan atau meningkatkan kemampuan jumping service, harus
membuat inovasi baik dalam metode maupun sarana dan prasarana yang digunakan dalam latihan dengan tepat. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan
(6)
commit to user
dasar bahwa inovasi dalam pemberian latihan dapat meningkatkan
kemampuan jumping service.
2. Implikasi Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa atlet perlu memiliki persepsi yang positif mengenai penggunaan metode latihan agar atlet mampu meningkatkan motivasi dalam berlatih. Persepsi atlet yang positif mengenai penggunaan metode latihan akan menjadikan pelatih termotivasi dalam melatih atlet. Oleh karena itu, perlu bagi pelatih untuk meningkatkan keterampilannya dalam menggunakan metode latihan sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi dalam melatih atlet.
C. Saran
Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi yang ditimbulkan, maka disarankan kepada pelatih bolavoli beberapa hal sebagai berikut:
1. Kepada pelatih Klub bolavoli POSI Sragen, maka saya sarankan
menggunakan latihan inovatif dan konvensional dalam melatih jumping
service agar memperoleh hasil yang optimal.
2. Disarankan kepada atlet untuk meningkatkan jumping service dengan
menggunakan metode inavatif.
3. Kepada peneliti yang lain bisa meneliti jumping service dengan menggunakan