Pengertian Sengketa dan Bentuk-Bentuk Sengketa

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI AKIBAT ADANYA

FORCE MAJURE DALAM KONTRAK LEASING

1. Pengertian Sengketa dan Bentuk-Bentuk Sengketa

Sengketa adalah perselisihan pada suatu titik hukum atau fakta,maupun konflik hukum. Sengketa dapat juga diartikan sebagai ketidaksepakatan atas adanya kewajiban hukum atau keadaan, atau lebih luas dan jenis kompensasi yang dapat diklaim oleh cedera pihak untuk pelanggaran seperti tugas atau kewajiban 91 Sebuah konflik yakni sebuah situasi dimana dua pihak atau lebih dihadapkan kepada perbedaan kepentingan, konflik tidak akan berkembang menjadi sengketa apabila pihak yang merasa dirugikan hanya memendam perasaan tidak puas atau atau keprihatinannya. Sebuah konflik berubah atau berkembang menjadi sebuah sengketa bilamana pihak yang merasa dirugikan telah menyatakan rasa tidak puas baik secara langdung kepada pihak yang dianggap sebagai penyebab kerugian atau kepada pihak lain. . Pengertian sengketa dalam kamus Bahasa Indonesia, berarti pertentangan atau peselisihan yang salah satu pihak berselisih boleh meminta penyelesaian atas perselisihannya. 92 91 “Legal-dispute”, http:www.businessdictionary.comdefinition.html 250211 92 Rachnadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa Di Luar Penngadilan, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003, hal.1 Universitas Sumatera Utara Dalam era global seperti sekarang ini dunia seolah-olah tanpa batas borderless, orang bisa berusaha dan bekerja di manapun tanpa ada halangan, yang penting dapat menghadapi lawannya secara kompetitif. Suatu hal yang sering dihadapi dalam situasi semacam ini adalah timbulnya sengketa. Sengketa merupakan suatu hal yang sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Dapat dikatakan bahwa sengketa mulai dikenal sejak adanya manusia, dimana ada kehidupan manusia disitu ada sengketa. Oleh karena itu, sengketa tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari sengketa ini dapat berwujud sengketa antara sesama rekan bisnis, antar keluarga, antar teman, antara suami dan istri, dan sebagainya. Dalam menjalankan kegiatan bisnis, kemungkinan timbulnya sengketa selalu menjadi hal yang sulit untuk dihindari, oleh karena itu dalam praktik bisnis modern dewasa ini, para pelaku bisnis sudah mulai mengantisipasi atau paling tidak mencoba meminimalisir terjadinya sengketa. Langkah yang ditempuh adalah dengan melibatkan penasehat hukum legal adviser dalam membuat atau menganalisis kontrak yang akan ditandatangani oleh pelaku usaha. Namun yang menjadi soal adalah, bagaimana halnya kalau pada awal dibuatnya kontrak, para pihak hanya mengandalkan saling percaya, kemudian timbul sengketa, bagaimana cara penyelesaian sengketa yang tengah dihadapi pebisnis 93 Secara konvensional atau tepatnya kebiasaan yang berlaku dalam beberapa dekade yang lampau jika ada sengketa bisnis, pada umumnya para pebisnis tersebut membawa kasusnya ke lembaga peradilan. Jika pilihannya penyelesaian . 93 Sentosa Sembiring, Hukum Dagang, Bandung: Citra Aditya Bakti. 2008,hal. 45 Universitas Sumatera Utara sengketa dilakukan melalui lembaga peradilan, para pihak memperhatikan asas yang berlaku dalam gugat-menggugat melalui pengadilan. Satu asas yang cukup penting adalah siapa yang mendalilkan, wajib membuktikan kebenaran dalilnya. Asas ini dijabarkan dalam pasal 1865 KUHPerdata yang mengemukakan bahwa: “Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang lain, menunjuk suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut.” Untuk itu, jika penyelesaian sengketa bisnis dipilih lewat lembaga peradilan, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangan, yakni pihak penggugat wajib membuktikan kebenaran dalilnya. Di samping itu, penggugat harus tahu persis di mana tempat tinggal tergugat, sebagai gugatan harus diajukan di tempat tinggal tergugat, asas ini dikenal dengan istilah Actor Secuitor Forum Rei. 94 2. Upaya Hukum Lessor dalam Hal Terjadinya Force Majeur yang Mengakibatkan Terjadinya Wanprestasi dalam Kontrak Leasing Sepeda Motor Leasing merupakan perjanjian tidak bernama disebabkan tidak diatur dalam KUHPerdata. Leasing merupakan perjanjian yang tumbuh dari perjanjian bernama yang diatur dalam KUHPerdata disebabkan dasar hukum dari perjanjian leasing hanya diakibatkan oleh adanya pasal 1338 KUHPerdata. Dalam kenyataannya memang sengketa di dalam perjanjian leasing ini sudah sering terjadi yang salah satunya adalah mengenai wanprestasi dan tidak mudah untuk 3. “Pendahuluan sengketa bisnis”, http:kumpulan-artikel ekonomi.blogspot.com200906.html Universitas Sumatera Utara menyelesaikan sengketa tersebut disebabkan masih terbatasnya pengetahuan masyarakat mengenai lembaga leasing ini dan belum adanya peraturan yang khusus mengatur bagaimana penyelesaian masalah sengketa tersebut. Biasanya wanprestasi tersebut mengenai pembayaran uang sewa atau juga mengenai pembayaran lainnya yang sudah merupakan kewajiban dari pihak lesse atau juga dilanggarnya kewajiban-kewajiban ataupun larangan-larangan bagi pihak lesse yang tercantum dalam perjanjian leasing. Pada PT Orix Indonesia Finance , penyelesaian sengketa dalam ini dilakukan umumnya bertujuan untuk mengambil kembali barang milik lessor apabila lesse wanprestasi. Untuk menyelesaikannnya, ada dua cara yang dapat dipakai yaitu : 95 a. Perdamaian Penyelesaian secara perdamaian adalah penyelesaian antara para pihak, dengan atau tanpa kuasa pendamping bagi para pihak melalui cara-cara damai, perundingan secara musyawarah dan atau mufakat antara para pihak. Penyelesaian sengketa dengan cara damai sering disebut dengan penyelesaian dengan cara kekeluargaan. Perdamaian dalam perjanjian leasing adalah perdamaian antara pihak, lessor dan pihak lesse, dimana perdamaian tersebut dilakukan diluar sidang. Pelaksanaan perdamaian tersebut tergantung dari kedua belah pihak agar sengketa tersebut tidak dilanjutkan lagi. 95 Putra Rionanda, wawancara dengan HRD, PT Orix Indonesia Finance. 26 feb 2011 Universitas Sumatera Utara Dalam hal ini, perdamaian dilakukan dengan cara, meminta pihak lesse untuk melaksanakan kewajibannya sebagaimana mestinya. Apabila lesse tidak mau melakukan hal tersebut, maka lessor akan menarik kendaraan yang menjadi objek leasing dari lesse, dengan tidak memperhitungkan angsuran yang sebelumnya telah dibayar lesse kepada lessor. Dengan demikian, angsuran yang sebelumnya telah dibayar lesse kepada lessor hangus atau menjadi milik lessor sepenuhnya. Perdamaian yang dilakukan oleh pihak lessor dengan pihak lesse di luar sidang hanya berkekuatan sebagai persetujuan kedua belah pihak saja yang apabila di kemudian hari tidak dipenuhi salah satu pihak, maka dapat diajukan persengketaan tersebut melalui proses persidangan. Biarpun di tingkat pengadilan banyak mengalami kesulitan dikarenakan waktu dan biayanya terlalu lama menunggu keputusan yang mempunyai hukum tetap. b. Over Credit Over credit adalah pengalihan hutang lesse kepada pihak ketiga, dimana pihak ketiga yang dimaksud adalah pihak yang dicari dan dipilih oleh lesse dan memang mau untuk melanjutkan beban hutang lesse tersebut. Over credit terjadi karena lesse tidak sanggup membayar angsuran sebagaimana mestinya. Jika terjadi over credit, maka lesse akan mencari pihak yang mau dan bersedia untuk melanjutkan perjanjian leasing tersebut dalam pencarian pihak ketiga tersebut, lessor tidak dilibatkan. Setelah pihak ketiga tersebut ada, kemudian lesse tersebut menyatakan kepada lessor bahwa pihak ketiga tersebut yang akan melanjutkan perjanjian tersebut, dan pihak ketiga tersebut menyatakan kesanggupannya kepada Universitas Sumatera Utara lessor. Kemudian oleh Surveyour perusahaan leasing akan melakukan pengecekan, apakah pihak ketiga tersebut layak atau tidak, jika tidak layak, maka lesse disuruh mencari pihak lain yang akan melanjutkan perjanjian leasing tersebut. Apabila layak, maka dilakukan pembuatan dan penandatanganan surat pengalihan lesse oleh para pihak. Semua ini untuk mengembalikan hak-hak perusahaan yang telah menderita kerugian akibat wanprestasi lesse. Kemudian terhadap wanprestasi lesse yang terjadi karena adanya suatu keadaan memaksa, PT Orix Indonesia Finance, sebagai lembaga leasing yang beroperasi dalam bidang usaha kredit motor tentang adanya klausul keadaan memaksa dan bagaimana ketentuan dari keadaan memaksa sebagai penyebab lesse tidak dapat memenuhi prestasinya, PT Orix Indonesia tetap berpedoman pada kontraknya bahwa setiap kejadian yang mengakibatkan lesse tidak dapat memenuhi kewajibannya masuk dalam klausul wanprestasi. Tetapi untuk wanprestasi yang terjadi karena keadaan memaksa lessor menyelesaikannya dengan jalan damai, lessor meminta dan mewajibkan lesse untuk membuktikan benar tidaknya lesse dalam wanprestasinya, karena lesse tidak memenuhi kewajibannya bukan karena kesalahan lesse, melainkan karena adanya suatu keadaan memaksa yang tidak dapat diminta pertanggungjawabannya kepada lesse. 96 96 Wawancara dengan Endra Simanjuntak, HRD pada PT Summit Oto Finance, 3 Maret 2011 Dalam memutus sengketa ini lessor dan lesse berpedoman pada pasal 1244 dan 1245 KUHPerdata, apabila lesse terbukti benar dalam keadaan mendesak maka lesse dibebaskan dari tuduhan ganti rugi. Universitas Sumatera Utara Dalam prakteknya apabila barang objek leasing hilang bukan karena kelalaian lesse maka ada beberapa alternatif yang dijadikan oleh PT Orix Indonesia Finance untuk menyelesaikannya apalagi jika barang yang dijadikan objek leasing tersebut tidak sepenuhnya tanggung jawab asuransi. Alternatif penyelesaian tersebut adalah : 97 a. Barang objek leasing yang hilang, diganti oleh lessor dengan barang yang baru dengan ketentuan lesse membayar kembali uang anggsuran mulai dari awal masa sewa; b. Lesse diberikan pilihan apakah lesse bersedia membayar sebagian kerugian yang tidak dicakupi oleh asuransi atau lesse menyewa objek leasing baru sebagai ganti dari objek barang leasing yang hilang atau musnah; c. Mengganti ataupun membayar sebagian kerugian yang diakibatkan hilang, musnah, rusaknya barang leasing selama masa sewa berlangsung. Setelah terjadinya sengketa yang terjadi karena adanya force majure, biasanya alternatif penyelesaiannya lebih banyak diselesaikan dengan jalan damai yaitu lesse menyewa kembali objek barang leasing yang baru dengan agsuran sebagaimana pada kontrak sebelumnya walaupun di dalam kontrak leasing hal demikian tidak diatur, karena memang sebelumnya peristiwa force majure tidak diketahui oleh para pihak sebelumnya, jadi penyelesaiannya berdasarkan kepada kesepakatan dan musyawarah kedua balah pihak, dan lesse 97 Wawancara dengan Rudi Santoso konsumen pada PT Adira Finance 28 Februari 2011 Universitas Sumatera Utara tetap harus diminta ganti kerugian berdasarkan kesepakatan para pihak saat perundingan penyelesaian sengketa yang diakibatkan oleh force majure 98 Berdasarkan Pasal 1244 dan 1245 KUHPerdata, maka apabila lesse tidak dapat untuk membuktikan keadaan mendesak yang terjadi, yang mengakibatkan lesse wanprestasi maka lessor akan meminta pertanggungjawaban lesse untuk mengganti rugi atas kerugian lessor, dan apabila ternyata dengan itikad buruk lesse merekayasa kejadian yang sebenarnya karena kelalaian lesse, tetapi menyataknnya dengan keadaan mendesak maka dalam hal ini lessor dapat menuntut lesse dengan tuntutan penipuan yang menyebabkan kerugian pada pihak lessor. Tetapi dalam kontrak leasing, pada prakteknya pihak lessor tetap berpedoman pada kontrak yang telah ditandatangani walaupun kejadian yang menyebabkan lesse tidak dapat memenuhi kewajibannya. Hal ini sesuai dengan asas lex specialis de rogat lex generalis artinya suatu peraturan yang khusus dapat mengeyampingkan peraturan yang umum. Jadi Pasal 1244 dan 1245 KUHPerdata di atas hanya sebagai peraturan perbandingan dari peraturan yang khusus dengan peraturan yang umum. .

3. Proses Penyelesaian Sengketa Dalam Kontrak Leasing Sepeda Motor