BAB II PENGATURAN LEASING DALAM HUKUM KONTRAK
DI INDONESIA
1.  Pengertian Leasing dan Para Pihak dalam Kontrak Leasing
Leasing  adalah suatu bangunan hukum yang tidak lain merupakan improvisasi dari pranata hukum konvensional yang disebut dengan sewa menyewa
lease. Dikatakan konvensional karena ternyata sewa menyewa itu merupakan bangunan tua dan sudah lama sekali ada dalam sejarah peradaban umat manusia.
Pranata hukum sewa menyewa yang dikembangkan sebagai ilmu pengetahuan telah terekam dalam sejarah, paling tidak sudah sejak lebih kurang 4500 tahun
sebelum masehi, yakni sewa menyewa yang dipraktekkan dan dikembangkan oleh orang-orang Sumeria.
26
Kata  leasing  berasal dari bahasa Inggris yaitu kata lease  yang berarti menyewakan. Leasing sebagai suatu lembaga pembiayaan dapat dikatakan sebagai
suatu kegiatan yang masih sangat muda atau baru dilaksanakan di Indonesia pada awal  tahun  1970-an dan baru diatur untuk pertama kali dalam peraturan
perundang-undangan Republik Indonesia  sejak  tahun 1974. Eksistensi prananta hukum  leasing di Indonesia sendiri sudah ada beberapa perusahaan leasing yang
statusnya sama sebagai suatu lembaga keungan non bank. Oleh karena itu, maka yang dimaksudkan dengan leasing  adalah setiap kegiatan pembiyaan perusahaan
26
Munir Fuady, Op. Cit. hal. 12.
Universitas Sumatera Utara
dalam bentuk penyediaan atau menyewakan barang-barang modal untuk digunakan oleh perusahaan lain dalam jangka waktu tertentu dengan kriteria
sebagai berikut :
27
a. pembiyaan perusahaan
b. pembayaran sewa dilakukan secara berkala
c. penyediaan barang-barang modal
d. disertai dengan hak pilih atau hak opsi
e. adanya nilai sisa yang disepakati.
Fungsi  leasing  sebenarnya hampir setingkat dengan bank, yaitu sebagai sumber pembiayaan jangka menengah dari satu tahun sampai lima tahun.
Ditinjau dari segi perekonomian nasional, leasing  telah memperkenalkan suatu metode baru untuk memperoleh barang modal dan menambah modal kerja.
Sampai saat ini belum ada undang-undang khusus yang mengatur tentang leasing namun demikian praktek bisnis leasing telah berkembang dengan cepat, dan untuk
mengantisipasi kebutuhan agar secara hukum mampunyai pegangan yang jelas dan pasti, pada tahun 1971 telah dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri
Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor : Kep-122MKIV11974; No. 32M SK21974; dan No.30Kpb11974,
tertanggal 7 Februari 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing. Menurut Surat Keputusan Bersama di atas, yang dimaksud dengan leasing
adalah :
27
Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta : Salemba Empat, 2006, hal.190.
Universitas Sumatera Utara
“Setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, untuk suatu
jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih optie bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-
barang modal  yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama”.
Kemudian di dalam Peraturan Presiden No. 9 tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, pasal 1 Angka 5 disebutkan :
“Sewa Guna Usaha Leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara Sewa Guna Usaha dengan hak opsi
Finance Lease maupun Sewa Guna Usaha tanpa hak opsi Operating Lease  untuk digunakan oleh Penyewa Guna Usaha Lessee  selama
jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran.” Oleh Subekti mengartikan leasing adalah:
28
“Perjanjian sewa-menyewa  yang telah berkembang di kalangan pengusaha, di  mana  lessor  pihak yang menyewakan, yang sering
merupakan perusahaan leasing menyewakan suatu perangkat alat perusahaan mesin-mesin termasuk servis, pemeliharaan dan lain-lain
kepada lesse penyewa untuk jangka wkatu tertentu.”
Berdasarkan pengertian leasing  di atas, Subekti mengonstruksikan  leasing tersebut sebagai berikut:
29
a. Leasing sama dengan sewa-menyewa;
b. Subjek hukum yang terkait dalam perjanjian tersebut adalah pihak
lessor dan lesse; c.
Objeknya perangkat perusahaan termasuk pemeliharaan dan lain- lain;
d. Adanya jangka waktu sewa.
Sedangkan menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan mengatakan bahwa leasing  adalah:  “Suatu perjanjian dimana si penyewa barang modal lesse
28
R. Subekti, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, Bandung; Alumni, 1985, hal. 55.
29
Ibid, hal.57
Universitas Sumatera Utara
menyewa barang modal untuk usaha tertentu, untuk jangka waktu tertentu dan jumlah angsuran tertentu .”
30
Defenisi yang dikemukakan oleh Sri Soedewi Masjchoen Sofwan memandang bahwa institusi leasing  merupakan suatu kontrak atau perjanjian
antara pihak lesse dan pihak lessor. Oleh kerena itu antara pihak lessor dan lesse terdapat hubungan hukum sewa menyewa. Objek yang disewa adalah barang
modal. Jangka waktu dan jumlah angsuran ditentukan oleh para pihak. Kemudian oleh Salim H.S mengartikan leasing sebagai:
31
“Kontrak sewa-menyewa yang dibuat antara pihak lessor  dengan  lesse dimana pihak  lessor  menyewakan kepada lesse  barang-barang produksi
yang harganya mahal untuk digunakan oleh lesse, dan pihak  lesse berkewajiban membayar harga sewa sesuai dengan kesepakatan yang
dibuat antara pihak lesse  dengan  lessor  dengan disertai hak opsi, yaitu untuk membeli atau memperpanjang sewa.”
Dari pengertian leasing  yang dikemukakan oleh Salim  di atas dapat di
temukan unsur-unsur yang terkandung dalam leasing yaitu: a.
Adanya subjek hukum, yaitu pihak lessor dan lesse; b.
Adanya objek, yaitu barang-barang modal yang harganya  mahal; c.
Adanya jangka waktu tertentu; d.
Adanya sejumlah angsuran pembayaran ini merupakan harga sewa dari barang tersebut yang dibayar secara berkala;
e. Adanya hak opsi hak lesse  untuk memperpanjang  atau membeli objek
lesse pada masa akhir kontrak. Oleh Soerjono Soekanto, mengatakan bahwa “Leasing  sebenarnya
merupakan suatu proses yang terkait pada lembaga keuangan, yang secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana dari masyarakat”.
32
30
Sri  Soedewi Masjchoen Sofwan , Hukum Perjanjian, Yogyakarta: Gadjah Mada,1988, hal. 28.
Memang
31
Salim, Op.cit,hal. 33.
32
Soerjono Soekanto, Inventarisasi Perundang-Undangan Mengenai Leasing, Ind_Hill Co, Jakarta, 1986,hal.4
Universitas Sumatera Utara
apabila dilihat dari sudut pembangunan ekonomi, leasing  adalah salah satu cara untuk menghimpun dana yang terdapat di dalam masyarakat serta
menginvestasikannya kembali kedalam sektor-sektor  ekonomi tertentu yang dianggap produktif. Oleh  karena itu tidak salah jika dikatakan leasing merupakan
salah satu lembaga pembiayaan yang sangat penting dalam dunia usaha.
33
Seperti diuraikan di atas, kegiatan leasing  sebagai lembaga pembiayaan dalam bentuk sewa guna usaha dapat dilakukan secara finance  lesae  maupun
secara  operating lease.  Finance lease  artinya kegiatan sewa guna usaha dimana penyewa guna usaha pada masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli
objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa residu  yang disepakati bersama. Sedangkan  operating lease  adalah kegiatan sewa guna usaha dimana penyewa
guna usaha tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha.
34
Sebelum memulai kegiatan usaha di bidang leasing ini, maka antara pihak penyewa dengan pihak yang menyewakan lessor dan lesse harus terlebih dahulu
membuat kontrak leasing. Dengan demikian dalam usaha leasing  tentunya terdapat beberapa pihak yang bersangkutan dalam perjanjian leasing yang terdiri
dari :
35
a. Pihak yang disebut lessor, yaitu pihak yang menyewakan barang, dapat
terdiri dari perusahaan. Pihak penyewa ini disebut juga sebagai investor. b.
Pihak yang disebut dengan lesse, yaitu pihak yang menikmati barang tersebut dengan membayar sewa guna usaha  yang mempunyai hak opsi.
33
Charlles Dulles Marpaung, Pemahaman Mendasar Atas Usaha Leasing, Jakarta : Integrita Press, 1985 , hal.2
34
Munir Fuady, Op.cit, hal.
16
35
Mangasa Sinurat dan Jane Erawati, Aspek Hukum Dalam Ekonomi,  Medan : Universitas HKBP Nommensen, 2008 , hal.136.
Universitas Sumatera Utara
c. Pihak yang disebut dengan lender atau disebut juga debt-holders atau loan
participants  dalam transaksi leasing. Mereka umumya terdiri dari bank, insurance company, trust dan yayasan.
d. Pihak supplier, yaitu penjual dan pemilik barang yang disewakan. Supplier
ini dapat terdiri dari perusahaan manufacturer yang berada di dalam negeri atau yang mempunyai kantor pusat di luar negeri.
Apabila seorang pengusaha tidak mempunyai modal atau hanya memiliki modal terbatas  tetapi ingin mendirikan pabrik, pengusaha tersebut dapat
memperolehnya dengan   cara  leasing, misalnya pengusaha tersebut hanya mempunyai tanah dan bangunan, maka untuk membeli mesinnya, pengusaha
tersebut dapat melakukannya dengan cara leasing  atau menyewa dari suatu leasing company, karena leasing company merupakan salah satu sumber dana bagi
pengusaha yang membutuhkan barang modal, selama jangka waktu tertentu dengan membayar sewa.
Dengan leasing pengusaha dapat memperoleh barang modal dengan sewa beli yang dapat diangsur  setiap bulan atau setiap triwulan kepada lessor. Usaha
pembiayaan melalui leasing  ini dapat diperoleh dalam waktu yang cepat. Bagi perusahaan yang modalnya lemah, dengan adanya perjanjian leasing  akan
memberikan kesempatan pada perusahaan tersebut untuk berkembang dan dapat memiliki barang modal yang dibutuhkan perusahaan yang bersangkutan.
Antara  lesse  dan  lessor  di dalam perjanjian leasing  dapat mengadakan kesepakatan dalam hal menetapkan besar dan banyaknya anggsuran sesuai dengan
kemampuan  lesse. Dalam hal kredit besar dan banyaknya angsuran ditentukan oleh kreditor berdasarkan dari analisis bank.
Dalam hukum perdata, ada tiga bentuk ikatan yang mirip satu sama lainnya, namun berlainan dalam hukumnya  yaitu sewa guna usaha leasing, sewa
Universitas Sumatera Utara
beli dan jual  beli secara angsuran.
36
a. Sewa beli hire purchase  adalah jual beli barang dimana penjual
melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan setiap pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dengan pelunasan atas harga
barang yang disepakati bersama dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut  baru beralih dari penjual kepada
pembeli setelah jumlah harganya lunas dibayar pembeli kepada penjual. Baik perjanjian sewa beli maupun jual beli
dengan angsuran ketentuannya belum diatur dalam KUHPerdata. Maka dengan keluarnya Keputusan Menteri Perdagangan  dan Koperasi Nomor 34KPII80
tanggal 1 Februari 1980 tentang Perizinan Kegiatan Usaha Sewa Beli hire purchase, jual beli dengan angsuran kredit sale dan sewa renting, diberikan
defenisi-defenisi sebagai berikut:
b. Jual beli secara angsuran kredit sale adalah adalah jual beli dimana
penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara menerima pelunasan pembayaran barang yang dilakukan oleh pembeli dalam beberapa kali
angsuran atas harga barang yang telah disepakati bersama dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut beralih dari
penjual kepada pembeli pada saat barangnya diserahkan penjual kepada pembeli.
Persamaan antara perjanjian leasing  dengan kedua perjanjian di atas adalah bahwa pada perjanjian leasing, lesse membayar imbalan jasa kepada lessor
dalam waktu tertentu. Sedangkan pada perjanjian sewa beli dengan angsuran, pembeli membayar angsuran kepada penjual dalam waktu tertentu sesuai dengan
perjanjian.
37
Untuk mengetahui bagaimana mekanisme penggunaan lembaga leasing, secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :
38
36
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis,  Jakarta : PT Rineka Cipta, 2003, hal.109.
37
Richrard Burton Simatupang, Op.Cit, hal. 110
38
Eddy P. Soekadi, Mekanisme Leasing,  Jakarta : Ghalia Indonesia, 1987, hal.153.
Universitas Sumatera Utara
Supplier
Lesse Lessor
Perusahaan Asuransi
5 8
9 1
6 7
2 3
2 10
4 SKEMA I
Prosedur Penggunaan Leasing
Keterangan : 1.
Lesse  bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan, mengadakan penawaran harga dan menunjuk supplier  peralatan yang
dibutuhkan. 2.
Setelah  lesse  mengisi formulir permohonan  lesse, mengirimkan kepada lessor disertai dokumen pelengkap.
3. Lessor  mengevaluasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk
memberikan fasilitas  lesse dengan syarat dan kondisi yang disetujui lesse lama kontrak pembayaran sewa  lesse, maka kontrak  lease  dapat
ditandatangani.
Universitas Sumatera Utara
4. Pada saat yang sama, lesse dapat menandatangani kontrak  asuransi untuk
peralatan yang  lesse  dengan perusahaan yang dilease  dengan perusahaan asuransi yang disetujui oleh lessor  seperti yang tercantum pada kontrak
lease. 5.
Kontrak pembelian peralatan akan ditandatangani lessor  dengan  supplier peralatan tersebut.
6. Supplier  dapat mengirim peralatan yang dilease  ke lokasi lesse. Untuk
mempertahankan dan memelihara kondisi  peralatan tersebut, supplier akan menandatangani perjanjian pelayanan purna jual.
7. Lease  menandatangani tanda terima peralatan dan menyerahkan kepada
supplier. 8.
Supplier menyerahkan surat tanda terima yang diterima dari lesse, bukti pemilikan dan pemindahan pemilikan kepada lessor
9. Lessor membayar harga peralatan yang dilease kepada supplier
10. Lesse  membayar sewa lease  secara periodik sesuai dengan jadwal
pembayaran yang telah ditentukan kontrak leasing. Secara umum A.C.Goudsmit dan    J.A.M.P. Keijser, ciri-ciri  leasing
adalah sebagai berikut:
39
a. Leasing  merupakan suatu cara pembiayaan. Tentunya masih ada aspek-
aspek lain pada leasing, namun segi pembiayaan adalah suatu ciri utama, baik pada finance lease maupun pada operating lease.
39
Zaeni Ashadiye, Op.Cit, hal.103
Universitas Sumatera Utara
b. Biasanya ada hubungan jangka waktu  lease  dan masa kegunaan benda
yang dilease  tersebut. Inilah perbedaan pokok dengan sewa menyewa biasa. Sebelumnya dapat dikatakan bahwa masa  leasing  dalam suatu
finance lease sama dengan kegunaan ekonomis benda yang di-lease. c.
Hak milik benda yang di-lease  ada pada lessor. Hal ini menimbulkan dampak tertentu antara lain yang penting adalah di bidang akuntansi
seperti penyusunan di bidang hukum diantaranya dalam hal melaksanakan perjanjian leasing  apabila terjadi cedera janji atau wanprestasi dan dalam
hal kepailitan. d.
Benda yang menjadi objek  leasing  adalah benda-benda yang digunakan dalam suatu perusahaan. Pengertian benda-benda yang digunakan untuk
perusahaan harus diberi pengertian yang luas, yakni benda-benda yang digunakan untuk menjalankan perusahaan, jadi tidak hanya benda-benda
mesin yang hanya dapat digunakan untuk berproduksi, tetapi bisa juga komputer dan kendaraan bermotor.
Dalam praktek leasing  akhir-akhir ini, yang sering kali menjadi objek leasing  adalah sepeda motor tanpa adanya hak opsi dari pemakai barang. Oleh
karena itu lebih tepat kalau jual-beli sepeda motor ini tergolong pembiayaan konsumen. Dari ciri-ciri leasing yang tersebut, ada dua jenis leasing yaitu finance
lease dan operating lease perbedaan antara kedua jenis leasing ini adalah menurut Mulyadi adalah sebagai berikut:
40
40
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Jakarta, Grafindo Persada, 1989, hal 92.
Universitas Sumatera Utara
a. Finance lease  adalah suatu perjanjian pembiayaan dimana lessor  diminta
untuk membiayai pengadaan  barang modal untuk lesse, sedangkan pada operating lesse perjanjian menitikberatkan pada pemberian jasa.
b. Pada  finance lease, risiko ekonomis atas objeknya  berada pada lesse
karena lease wajib membayar kembali modal yang disediakan lessor untuk membayar barang yang bersangkutan ditambah bunga dan ongkos lain
selama  kontrak berjalan  apapun yang terjadi, sedangkan pada operating lease risiko ekonomis atas barang modal yang dilease ada pada lessor.
c. Pada finance lease, lesse hanya memikul risiko berkenaan dengan keadaan
keuangan, kemampuan membayar serta bonafiditas lesse, sedangkan  pada operating lesse,  lessor  menanggung risiko hilangnya atau rusaknya objek
yang di-lease.
d. Pada  finance lease, jangka waktu kontrak sama dengan masa kegunaan
barang modal yang bersangkutan menurut persetujuan lessor, sedangkan pada  operating  lesse  jangka waktu perjanjian pada umumnya tidak sama
dengan masa kegunaan barang modal yang bersangkutan.
e. Pada akhir masa finance lease, lesse mempunyai hak opsi untuk membeli
barang modal tersebut dari  lessor  dengan harga yang disetujui terlebih dahulu, tetapi harga barang modal pada finance lesse  tak berarti
jumlahnya, sedangkan pada operating  lease  tidak mempunyai hak opsi untuk membeli.
f. Pada finance lease, pada prinsipnya dilarang mengakhiri kontrak sebelum
jangka waktu yang diperjanjikan berakhir, kecuali diperjanjikan lain, sedangkan pada operating lease jangka waktu leasing  tidak tertentu dan
dapat diakhiri oleh lesse.
g. Pada  finance lease,  lessor  pada umumnya memberikan jasa-jasa untuk
penggunaan, pengoperasian dan pemeliharaan barang modal yang di-lease, sedangkan pada operating lease hal ini tidak ada.
2.  Pengaturan Leasing Sebagai Kontrak Innominat dalam  Peraturan