KEASLIAN PENULISAN TINJAUAN KEPUSTAKAAN

dalam menanggulangi hambatan-hambatan dan masalah-masalah yang timbul dalam praktek leasing itu sendiri serta perlunya penerapan peraturan yang menyangkut perlindungan hukum terhadap pihak lessor dan lesse pada umumnya.

D. KEASLIAN PENULISAN

Dalam penulisan skripi ini pada prinsipnya ditulis sendiri dengan melihat dasar-dasar yang telah ada dan tersedia baik melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan, buku, dan media massa baik media cetak maupun media elekronik yang dituangkan dalam skripsi ini. Bila ternyata ada skripsi yang sama sebelum skripsi ini dibuat maka penulis bertanggung jawab untuk itu.

E. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Untuk mengantarkan kepada pemahaman yang benar mengenai skripsi ini maka terlebih dahulu akan diuraikan dalam tinjauan kepustakaan yang akan mengantarkan kepada pengertian umum atau gambaran tentang isi skripsi ini. Dalam penelitian terhadap skripsi yang berjudul tentang Analisis yuridis berlakunya force majeure terhadap wanprestasi dalam kontrak leasing ini akan dibahas dan diteliti bagaimana wanprestasi itu terjadi apabila adanya suatu keadaan memaksa atau peristiwa force majeure dalam sebuah kontrak leasing yang dikhususkan pada leasing sepeda motor. Membeli dangan cara kredit sudah merupakan hal yang sangat biasa di masyarakat, khususnya kredit sepeda motor. Setiap orang dapat mengajukan kredit kepemilikan sepeda motor dengan sangat mudah dan murah, ditambah lagi semakin banyaknya perusahaan pembiayaan. Universitas Sumatera Utara Kontrak atau yang secara hukum lebih banyak disebut dengan perjanjian adalah suatu pernyataan kehendak atau kesepakatan yang diperjanjikan promissory agremeent diantara dua atau lebih pihak yang dapat menimbulkan, memodifikasi atau menghilangkan hubungan hukum. Para pihak yang mengikatkan diri dalam sebuah kesepakatan kontrak memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan atau memenuhi setiap apa yang dituangkan dalam kontrak yang telah disepakati oleh pihak-pihak yang biasanya menyangkut tentang hak dan kewajiban 17 Hak dan kewajiban itu dituangkan dalam perjanjian yang telah disepakati bersama untuk dilaksanakan dengan adanya tujuan yang akan dicapai. Kontrak ini banyak sekali digunakan khususnya dalam kontrak kegiatan bisnis menyangkut tentang kontrak sewa guna usaha leasing, kontrak jual beli, kontrak sewa- menyewa dan masih banyak lagi macam-macam kontrak yang sering muncul dikalangan masyarakat khususnya mereka-mereka yang berprofesi sebagai pengusaha atau profesi lain yang membutuhkannya. . Sebuah kontrak biasanya akan dimulai dengan suatu pembicaraan, pendahuluan serta pembicaraan-pembicaraan tingkat berikutnya negosiasi, untuk mematangkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, kontrak akan ditandatagani apabila betul-betul telah matang lengkap dan jelas 18 Namun berbeda halnya dengan kontrak leasing, kontrak leasing dapat disebut juga sebagai kontrak standar kontrak baku, karena kontrak baku ini . 17 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis dalam Menata Bisnis Modern di Era GlobaI, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2005 , hal 9 18 Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Jakarta : PT Rineka Cipta 2003 , hal. 27. Universitas Sumatera Utara merupakan kontrak yang telah disediakan disiapkan oleh kreditur dalam bentuk formulir-formulir yang dibuat dalam jumlah yang banyak. Artinya kontrak tersebut siap untuk ditandatangani oleh debitur sebagai bukti atau tanda persetujuannya atas semua yang tertuang dalam kontrak leasing tersebut. Debitur dapat menandatagani kontrak jika debitur setuju atau menolakanya jika tidak setuju take it or leave it. Secara hukum, menurut pasal 1338 KUHPerdata perjanjian leasing ini adalah perjanjian yang sah, perjanjian sewa guna usaha tersebut leasing dan tetap mengacu kepada ketentuan buku III KUHPerdata tentang perikatan dan perjanjian karena secara umum ketentuan ini masih tetap berlaku. Dari segi lain perjanjian leasing sebagai lembaga hukum perjanjian yang hadir dari praktek yang tidak dijumpai pengaturannya secara khusus pada KUHPerdata dan pelaksanaanya didasarkan kepada asas kebebasan berkontrak dapat memberi banyak kemungkinan timbulnya masalah-masalah hukum antara para pihak yang menyebabkan tidak terdapatnya kepastian hukum bagi para pihak yang mengadakan perjanjian leasing. Dalam perjanjian leasing tersebut diatur hak dan kewajiban masing-masing pihak, disebabkan karena sebagian besar perjanjian leasing mempergunakan perjanjian baku yang ditetapkan oleh perusahaan atau lessor yang menyusun kontrak sesuai keperluan untuk memberikan perlindungan terhadap konsumen lesse dan lessor 19 19 Siswanto Sutojo, Peluang Bisnis di Indonesia dan Teknik Pembiayaannya, Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo, 2005, hal. 60. . Universitas Sumatera Utara Perlindungan konsumen ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dan melindungi hak para pihak yang melakukan perjanjian agar tidak ada yang dirugikan. Dalam rangka tetap memberikan perlindungan yang efektif kepada konsumendebitur di dalam pasal 4 empat dan pasal 5 lima UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen mengatur tentang hak dan kewajiban konsumen, yaitu : Pasal 4 UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan bahwa hak-hak konsumen adalah sebagai berikut : 1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang danatau jasa; 2. Hak untuk memilih barang danatau jasa serta mendapatkan barang danatau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; 3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa; 4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang danatau jasa yang digunakan; 5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut; 6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; 7. Hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; 8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi danatau penggantian, apabila barang danatau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; 9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Pada Pasal 5 UU No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan bahwa kewajiban konsumen adalah sebagai berikut : 1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang danatau jasa, demi keamanan dan keselamatan; 2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang danatau jasa; 3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati; Universitas Sumatera Utara 4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut. Perlindungan hukum oleh Undang-undang No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah pada saat konsumen melakukan hubungan jual- beli antara produsen dan pelaku usaha yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia. Hal ini diperlukan agar konsumen dalam lembaga pembiyaan leasing mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajibannya selain dari apa yang diatur dalam kontrak- kontrak leasing yang dibuat oleh pelaku usaha. Untuk lebih memperjelas tentang pengertian leasing di dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor : Kep-122MKIV11974 ; No. 32 M SK 21974 dan Menteri Perdagangan No.30Kpb I 1974 tertanggal 7 Februari 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing. Menurut Surat Keputuan Bersama tersebut, maka pengertian Leasing adalah: “Setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaraan secara berkala disertai dengan hak pilih optie bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.” Sekalipun demikian selengkap-lengkapnya sebuah kontrak perjanjian, selalu saja ada kekurangan-kekurangan di sana-sini, barangkali benar bila ada ungkapan yang mengatakan no body is ferfect artinya tak ada seorangpun manusia yang sempurna. Demikian pula halnya dengan si pembuat kontrak selalu ada pihak-pihak yang beritikad tidak baik, yang mengakibatkan sengketa para pihak Universitas Sumatera Utara yang membuat kontrak. Tetapi walaupun demikian para pengusaha atau para pihak yang memerlukan lembaga pembiayaan sewa guna usaha leasing ini tetap akan menggunakan jasa leasing, karena seorang pengusaha yang tidak mempunyai cukup modal, tetapi ingin mendirikan sebuah pabrik ia dapat memperolehnya dengan cara leasing. Misalnya pengusaha tersebut hanya mempunyai tanah dan bangunan maka untuk membeli mesinnya pengusaha tersebut dapat melakukannya dengan cara leasing atau menyewa dari suatu leasing company. Leasing Company merupakan salah satu sumber dana bagi pengusaha yang membutuhkan barang modal, selama jangka waktu tertentu dengan membayar sewa 20 Seperti yang telah diuraikan diatas, kegiatan leasing dapat dilakukan dengan secara finance maupun secara operating lease. Finance Lease artinya kegiatan sewa guna usaha dimana penyewa guna usaha pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepekati bersama. Sedangkan Operating lease adalah kegiatan sewa guna usaha dimana penyewa guna usaha itu tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha . 21 20 Ibid. hal 108 . Dalam operating lease, jumlah seluruh pembayaran sewa guna berkala tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut berikut dengan bunganya. Perusahaan sewa guna usaha dalam operating lease biasanya bertanggung jawab atas biaya-biaya pelaksanaan sewa guna usaha seperti asuransi, pajak maupun pemeliharaan barang modal yang bersangkutan. 21 Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, Akuntansi Leasing Sewa Guna Usaha, Jakarta : PT Rineka Cipta, 1994, hlm.129. Universitas Sumatera Utara Dalam skripsi ini terjadinya wanprestasi dalam sebuah kontrak leasing disebabkan terjadinya suatu force majeure keadaan memaksa, bahwa sungguhpun hak milik belum beralih kepada lesse sebelum hak opsi beli dilaksanakan oleh pembeli, tetapi karena lessor memang dari semula hanya bertujuan sebagai penyandang dana bukan sebagai pemilik. Dalam kontrak- kontrak leasing memang jelas kelihatan bahwa lessor tidak ingin mengambil resiko, jadi pengaturan resiko pada transaksi leasing lebih condong ke risiko yang ada pada transaksi jual beli dari pada sewa-menyewa 22 Dalam praktek isu resiko ini tidak menjadi soal, berhubung biasanya barang leasing yang bersangkutan telah diasuransikan. Bahkan sering juga dalam bentuk asuransi all risk dimana hak untuk menerima ganti kerugian dari asuransi ini telah dialihkan kepada lessor. Namun demikian pengaturan tentang resiko ini tetap penting menggingat jika sesuatu dan hal lain menyebabkan pihak asuransi tidak mau membayar tidak dapat mengganti seluruhnya atau sebagian dari ganti kerugian jika terjadi fore majeure. Misalnya dengan alasan bahwa asuransi bukan untuk all risk atau perusahaan asuransi jatuh pailit ataupun karena adanya dispute dalam melihat sebab terjadinya force majeure tersebut, karena dalam prakteknya kebanyakan menjadikannya sebagai pedoman bahwa untuk hal ini, pihak lesselah yang akhirnya pihak yang akan menanggung resiko apabila pihak lain tidak ada yang bertanggung jawab seperti asuransi . 23 . 22 Op.cit. hal 52 23 ibid. hal.52 Universitas Sumatera Utara

F. METODE PENELITIAN