Hukum Acara Arbitrase Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI

6. Menarik diri dari arbiter atas persetujuan dari para pihak. 7. Menarik diri dari arbiter atas penetapan Ketua Pengadilan Negeri. 8. Arbiter dibebas tugaskan bilamana terbukti berpihak atau menunjukan sikap tercela yang harus dibuktikan melalui jalur hukum. 9. Arbiter dibebas tugaskan bilamana terbukti tidak mampu, berhalangan tetap atau meninggal dunia. Dalam hal ini kewenangannya dilanjutkan oleh arbiter penggantinya. Namun apabila pada ketentuan yang membuat tugas arbiter berhenti, jika salah satu pihak yang bersengketa meninggal dunia tidaklah membuat tugas seorang arbiter tersebut berakhir, hanya saja ditunda paling lama 60 enam puluh hari setelah salah satu pihak yang bersengketa meninggal dunia.

D. Hukum Acara Arbitrase Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI

Dalam setiap lembaga yang mempunyai kewenangan dalam menyelesaikan suatu sengketa, pasti ada hukum acara yang dipakai dalam menyelesaikan sengketa yang terjadi antara pihak-pihak yang bersengketa. Hal tersebut di pakai guna menjadi pedoman demi memberikan keadilan dalam penyelesaian sengketa. Adapun hukum acara yang dipakai LembagaBadan Arbitrase Nasional Indonesia BANI dalam penyelesaian sengketa non litigasi mempunyai prinsip-prinsip untuk penyelesaian sengketa yang tejadi : 1. Efisien Kalau dibandingkan dengan penyelesaian sengketa melalui badan-badan peradilan umum, penyelesaian sengketa lewat Badan Arbitrase Nasional Universitas Sumatera Utara Indonesia BANI lebih efisien, hal ini dilihat dari lamanya waktu yang dibutuhkan dalam penyelesaian sengketa pada peradilan umum sedangkan dalam Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI tidak membutuhkan waktu yang lama karena proses dalam penyelesaian sengketa melalui lembaga Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI langsung menghadirkan para pihak pihak yang bersengketa saja, dan tidak perlu cara formil digunakan dalam mempertemukan pihak-pihak yang bersengketa, karena itu semua berada di kedua belah pihak mau mengadakan pertemuan dimana dan juga biaya yang murah . 2. Accessibilitis Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI harus terjangkau dalam arti biaya, waktu dan tempat. 3. Proteksi Para Pihak Khusus bagi pihak yang kurang mampu misalnya dalam hal menghadirkan saksi ahli, atau untuk menyewa pengacara terkenal, harus mendapat perlindungan yang wajar. 4. Final dan Binding Keputusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI haruslah final dan binding kecuali memang para pihak tidak menghendaki demikian atau jika ada alasan-alasan yang berhubungan dengan “due process”. 5. Fair dan Just Tepat dan adil untuk para pihak yang bersengketa, sifat sengketa dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara 6. Sesuai dengan Sense Of Justice dari Masyarakat Dengan demikian akan lebih terjamin unsur “deterrant” dari si pelanggar dan sengketa akan dapat dicegah. 7. Kredibilitas Para arbiter dan Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI yang bersangkutan haruslah orang-orang yang diakui kredibilitasnya, sehingga keputusannya akan lebih dihormati. Dari prinsip-prinsip diatas tadi merupakan suatu cara yang digunakan Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI dalam penyelesaian sengketa non litigasi. Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, hukum acara yang dipakai untuk suatu arbitrase diserahkan kepada para pihak yang bersengketa, para pihak juga dapat memilih acara yang berlaku dari suatu lembaga arbitrase yang ada untuk menjadi acara arbitrase dalam penyelesaian sengketanya. Dengan demikian maka berlaku ketentuan ketentuan diantaranya berlaku ketentuan dari lembaga arbitrase nasionaldan internasional yang telah dipilih oleh para pihak.Jika tidak dipilih arbitrase lembaga seperti BANI, maka para arbiter tersebut dengan tetap memperhatikan ketentuan dalam Undang-Undang arbitrase tersebut dan peraturan yang berlaku lainnya.lihat pasal 31 ayat 2 dua Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999. Pada Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI hukum acara yang mengatur materi sengketa adalah hukum yang dipilih dalam perjanjian komersil bersangkutan yang menimbulkan sengketa antara pihak. Dalam hal oleh para pihak dalam perjanjian tidak ditetapkan tentang hukum yang mengatur, para pihak Universitas Sumatera Utara bebas memilih hukum yang berlaku berdasarkan kesepakatan bersama. Dalam hal kesepakatan itu tidak ada, majelis Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI berhak menerapkan ketentuan-ketentuan hukum yang dianggap perlu, dengan mempertimbangkan keadaan-keadaan yang menyangkut permasalahannya. Prosedur penyelesaian sengketa melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI, diantaranya mulai dari :

a. Surat permohonan

Prosedur arbitrase dimulai dengan didaftarkannya surat permohonan untuk mengadakan arbitrase, dalam register Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI, oleh sekretaris surat permohonan untuk mangadakan arbitrase itu harus memuat : a. nama lengkap dan tempat tinggal tempat kedudukan kedua belah pihak b. suatu uraian ringkasan tentang duduknya sengketa c. apa yang dituntut Pada surat permohonan harus dilampirkan salinan dari naskah atau perjanjian yang secara khusus menyerahkan pemutusan sengketa kepada arbiterbadan arbitrase atau perjanjian yang membuat klausula, yaitu ketentuan yang menetapkan sengketa sengketa yang timbul dari perjanjian tersebut akan diputuskan oleh arbiterbadan arbitrase. Apabila surat permohonan diajukan oleh seorang juru kuasa khusus dalam surat permohonan tersebut. Dalam surut permohonan tersebut pemohon dapat menunjuk memilih seorang arbiter, atau menyerahkan penunjukan arbiter itu Universitas Sumatera Utara kepada ketua Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI. Syarat lain yang harus dipenuhi untuk pendaftaran itu adalah biaya lain administrasipemeriksaan harus dibayar lunas terlebih dahulu. Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI memiliki kewenangan untuk menyatakan bahwa surat permohonan itu dapat diterima atau tidak dalam jangka waktu 30 tiga puluh hari. Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI akan menyerahkan permohonan tidak dapat diterima, apabila perjanjian yang menyerahkan putusan sengketa kepada arbiterbadan arbitrase atau klausula arbitrase tersebut dianggapnya tidak cukup untuk diajukan dasar kewenanganBadan Arbitrase Nasional Indonesia BANI untuk memeriksa sengketa yang diajukan itu. Apabila Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI menyatakan bahwa permohonan itu tidak diterima maka biaya pemeriksaan dikembalikan kepada pemohon.

b. Prosedur pemeriksaan

Apabila Ketua Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI sudah merasa bahwa perjajian yang menyerahkan putusan sengketa kepada arbiterbadan arbitrase atau klausula arbitrase dianggapnya sudah mencukupi maka ketua Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI mengeluarkan perintah untuk menyampaikan salinan dari surat permohonan kepada termohon dengan perintah untuk menanggapinya dan memberikan jawabannya secara tertulis dalam waktu 30 tiga puluh hari. Dalam jawaban tersebut termohon harus pula menunjuk Universitas Sumatera Utara memilih seorang arbiter atau menyerahkan penunjukan arbitrase itu kepada ketua Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI. Jika dalam jalan tersebut tidak ditunjuk seorang arbiter, maka dianggap bahwa termohon menyerahkan penunjukan arbiter itu kepada ketua Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI. Jika pihak telah menunjuk arbiter mereka masing-masing, maka Ketua Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI menunjuk Ketua dari majelis arbiter yang bersangkutan yang akan memeriksa sengketa. Penunjukkan ini dilakukan dengan mengindahkan usul-usul dari para arbiter masing-masing pihak dan mereka ini dipersilahkan masin-masing mengajukan dua calon yang dipilihnya dari para anggota Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI. Apabila para pihak tidak menunjuk arbiter, maka Ketua Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANIlah yang akan menunjuk arbiter ini terdiri dari 3 tiga orang. Jika sengketa dianggapnya sederhana dan mudah, maka cukup ditunjuk seorang arbiter tunggal saja. Arbiter-arbiter yang ditunjuk oleh Ketua Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI tersebut diatas dipilih dari para anggota Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI. Ketua Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI juga dapat menunjuk dirinya sendiri atau wakil ketua Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI untuk mengetahui majelis arbiter yang akan memeriksa dan memutusi suatu sengketa. Majelis arbiter inilah yang menjalankan semua kewenangan Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI yang berkenaan dengan pemeriksaan dan pemutusan sengketa. Universitas Sumatera Utara Apabila suatu pihak mempunyai keberatan terhadap seorang arbiter yang ditujukan oleh Ketua Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI, harus dijelaskan alasannya. Apabila alasan itu diterima, maka Ketua Badan arbitrase Nasional Indonesia BANI akan menunjuk arbiter lain. Selanjutnya segera setelah jawaban dari si termohon, atas perintah Ketua Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI, selain dari jawaban tersebut diserahkan kepada pemohon. Para pihak kemudian, atas perintah Ketua Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI menghadap dimuka sidang arbitrase yang ditetapkan selambat-lambatnya 14 empat belas hari terhitung mulai hari dikeluarkan perintah itu. Jika para pihak tidak dapat hadir mereka boleh mewakilkan kepada seorang kuasa dengan surat kuasa khusus. Dalam hal tidak ada jawaban dari pihak si termohon, maka dikeluarkan perintah pemanggilan kedua setelah lewatnya waktu 30 tiga puluh hari.Dalam jawaban atau paling lambat pada hari sidang pertama termohon dapat mengajukan tuntutan balasan. Tuntutan balasan ini akan diperiksa dan diputus bersama-sama dengan tuntutan asli pemohon.

c. Gugurnya permohonan

Jika sidang pertama tidak hadir, tanpa adanya alasan yang sah, maka permohonan arbitrase akan dinyatakan gugur. Namun jika termohon yang tidak datang pada sidang pertama, tanpa alasan yang sah, maka akan dipanggil sekali lagi untuk menghadap dimuka persidangan pada waktu kemudian yang ditetapkan Universitas Sumatera Utara selambat-lambatnya 14 empat belas hari lagi sejak dikeluarkannya perintah tersebut. Jika termohon tidak datang juga maka pemeriksaan diteruskan tanpa hadirnya si termohon dan tuntutan si pemohon akan dikabulkan, kecuali tuntutan itu oleh Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI dianggap tidak berdasarkan hukum atau keadilan.

d. Perdamaian

Apabila kedua belah pihak menghadap, sesuai dengan acara sidang perkara perdata menurut HIR, maka terlebih dahulu Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI akan mengusahakan tercapainya suatu perdamaian. Jika upaya perdamaian dan menghukum kedua belah pihak untuk memenuhi perdamaian tersebut. Namun jika usaha perdamaian gagal tidak berhasil, maka Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI akan meneruskan pemeriksaan terhadap pokok sengketa yang dimintakan keputusan itu.

e. Pembuktian

Selama pemeriksaan, kedua belah pihak dipersilahkan untuk menjelaskan masing-masing pendirian serta mengajukan bukti yang oleh mereka dianggap perlu untuk menguatkannya jika perlu, Ketua, baik atas permintaan para pihak maupun atas prakarsa Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI sendiri, dapat Universitas Sumatera Utara memanggil saksi-saksi atau ahli-ahli untuk didengar keterangan mereka. Saksi dan ahli ini dapat disumpah terlebih dahulu.

f. Pencabutaan Permohonan

Sejalan dengan ketentuan hukum acara yang diatur dalam HIR, dalam pemeriksaan perkara perdata, pencabutan permohonan arbitrase dapat dilakukan sebelum dijatuhkan keputusan. Namun jika sudah ada jawaban dari termohon, maka pencabutan tersebut hanya diperbolehkan dengan persetujuan termohon.

g. Putusan

Apabila Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI menganggap pemeriksaan telah cukup, maka Ketua akan menutup pemeriksaan itu dan menetapkan suatu hari sidang untuk mengucapkan putusan yang diambil. Putusan ini dilakukan dalam waktu satu bulan setelah ditutupnya pemeriksaan. Pengucapan putusan adalah dalam sidang yang terbuka untuk umum. Dalam putusan dapat ditetapkan suatu jangka waktu dalam mana putusan itu harus dipenuhi. Jika setelah lewat jangka waktu ini, maka Ketua Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI akan menyerahkan putusan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang, untuk dijalankan.

h. Biaya-Biaya

Universitas Sumatera Utara Biaya arbitrase ditetapkan dalam suatu peraturan tersendiri yang menjadi lampiran dari “ Peraturan Prosedur” Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI . Biaya itu ditetapkan sebagai berikut : Biaya arbitrase terdiri atas : 45 A. Uang pendaftaran : Rp.50.000 lima puluh ribu rupiah B. Biaya administrasipemeriksaan, yang dihitung sebagai berikut : Jumlah yang dituntut biaya administrasipemeriksaan Rp. 5 juta – Rp. 10 juta Rp. 150.000 ditambah 2 persen dari jumlah yang melebihi Rp. 5 juta Rp. 10 juta – Rp. 50 juta Rp. 250.000 ditambah 1 persen dari jumlah yang melebihi Rp. 10 juta Rp. 50 juta – Rp. 100 juta Rp. 650.000 ditambah 0,5 persen dari jumlah yang melebihi Rp. 50 juta Rp. 100 juta atau lebih Rp. 900.000 ditambah 0,25 persen dari jumlah yang melebihi Rp. 100 juta Biaya pemanggilan dan perjalanan saksiahli dipikul oleh pihak yangmeminta dipanggil saksiahli tersebut, biaya harus dibayar lebih dahulu kepada Sekretaris Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI. Apabila arbitermajelis arbiter perlu melakukan perjalanan untuk melakukan pemeriksaan setempat, maka biaya perjalanan itu dibebankan kepada kedua belah pihak masing-masing setengah, biaya mana harus dibayar lebih dahulu Sekretaris Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI.

i. Honorium arbiter

Ini ditetapkan oleh Ketua Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI untuk tiap-tiap sengketa, tetapi jumlah honorarium untuk semua arbiter tidak melebihidua kali biaya administrasipemeriksaan yang telah ditetapkan untuk 45 Gunawan wijaya dan Ahmad Yani, op.cit., halaman 104 Universitas Sumatera Utara sengketa tersebut. Biaya administrasipemeriksaan dibebankan kepada termohon, jika tuntutannya sepenuhnya dibenarkan. Sebaliknya apabila tuntutan ditolak, biaya administrasipemeriksaan dipikulkan kepada pemohon. Apabila tuntutan sebagian dikabulkan, biaya administrasipemeriksaan dibagi antara kedua belah pihak menurut ketetapan yang dianggap adil oleh Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI. Sedangkan honorarium bagi para arbiter selamanya dipikul oleh kedua belah pihak, masing masing setengah. Untuk biaya pelaksanaan eksekusi suatu putusan arbitrase ditetapkan dengan suatu peraturan bersama antara Ketua Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI dengan para Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan. Biaya ini dibebankan kepada pihak yang telah dikalahkan dan tidak secara sukarela memenuhi. Jika sebelum dijatuhkan putusan pemohon mencabut permohonannya, jika pemeriksa belum dimulai, maka biaya pemeriksaan dikembalikan seluruhnya kepada pemohon. Jika pemeriksaan sudah dimulai, dari biaya tersebut dikembalikan sebagian menurut ketetapan Ketua Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI sebagaimana dianggapnya pantas. Universitas Sumatera Utara BAB IV PEMBERDAYAAN BADAN ARBITRASE NASIONAL INDONESIA BANI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA NON LITIGASI

A. Kewenangan Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI dalam Penyelesaian Sengketa Non Litigasi