memiliki karakter berbeda dengan Peradilan Umum serta prosedur penyelesaian sengketa yang terikat dengan berbagai formalitas, akan menjadi lembaga
penyelesaian sengketa dagang yang lebih diminati oleh para pencari keadilan dari kalangan bisnis karena akan lebih mampu memenuhi tuntutan mereka. Khusus
nya bagi kalangan pebisnis, karena sampai saat ini tidak ada badan peradilan umum yang dapat memeriksa sengketa dagang yang dapat diandalkan dan efektif.
Dengan demikian, tidak diragukan lagi dalam Pemberdayaan Lembaga Arbitrase Dalam Penyelesaian Sengketa Non Litigasi dimasa masa yang akan
datang akan menjadi model penyelesaian sengketa dagang yang lebih berkeadilan, sekaligus menjamin kepastian hukum, serta benar benar bermanfaat dan memberi
dampak yang positif bagi para penggunanya karena prosesnya yang cepat dan biaya yang relatif murah.
Hal ini berarti bahwa Pemberdayaan Lembaga Arbitrase dalam Penyelesaian Sengketa Non Litigasi menjadi suatu pilihan hukum yang dapat diambil para
pelaku usaha untuk menyelesaikan sengketa mereka. Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI merupakan salah satu lembaga pelaksana hukum akan mampu
merealisasikan ketiga unsur dalam penegakan hukum yang harus di perhatikan, yaitu Kepastian Hukum, Kemanfaatan, dan Keadilan secara proporsional
seimbang.
B. Pelaksanaan Putusan oleh Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI
Putusan arbitrase merupakan suatu putusan yang diberikan oleh arbitrasead hoc maupun lembaga arbitrase atas suatu perbedaan pendapat, perselisih paham
Universitas Sumatera Utara
maupun persengketaan mengenaisuatu pokok permasalahan yang lahir dari suatu perjanjian dasar yang memuat klausula arbitrase yang diajukan pada arbitrase ad
hoc, maupun lembaga arbitrase untuk diputuskan olehnya sebagai suatu pranata hukum.
48
48
Rachmadi Usman, op. cit., halaman 84
Dalam penjelasan pasal 56 ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 menyatakan bahwa dalam hal arbiter atau majelis arbitrase tidak berwenang untuk
memberikan putusan berdasarkan kaedah hukum materil, sebagaimana dilakukan oleh Hakim.
Di dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tidak menyebutkan dengan tegas kapan suatu putusan arbitrase diputuskan. Namun di dalam pasal 57 Undang
Undang Nomor 30 Tahun 1999 ada ditegaskan bahwa apabila pemeriksaan telah ditutup maka putusan diucapkan dalam waktu 30 tiga puluh hari setelah
ditutupnya pemeriksaan. Sedangkan koreksi terhadap putusan dapat dilakukan paling lama 14 empat belas hari setelah putusan diterima oleh para pihak.
Koreksi ini dapat diajukan para pihak kepada arbitrase yang menyangkut kekeliruan administrasi dan atau menambah atau mengurangi sesuatu tuntutan
putusan. Putusan putusan arbiter atau wasit sama halnya dengan putusan-putusan
hakim di pengadilan. Bahwa didalam pasal 54 ayat 1 Undang Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian sengketa menyebutkan
sebagai berikut : “putusan arbitrase harus memuat:
Universitas Sumatera Utara
1. Kepala putusan yang berbunyi “ Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa. 2.
Nama lengkap dan alamat para pihak. 3.
Uraian singkat sengketa. 4.
Pendirian para pihak. 5.
Nama lengkap dan alamat arbiter. 6.
Pertimbangan dan kesimpulan arbiter atau majelis arbitrase mengenai keseluruhan sengketa.
7. Pendapat tiap-tiap arbiter dalam hal terdapat perbedaan pendapat dalam
majelis arbitrase. 8.
Amar putusan. 9.
Tempat dan tanggal putusan 10.
Tanda tangan arbiter atau majelis arbitrase”. Selain putusan tersebut, para arbiter juga berkewajiban mendeponir
menyampaikan tentang pengangkatan mereka sebagai arbiter dalam salinan resmi pada panitera Pengadilan Negeri setempat.
Pelaksanaan putusan arbitrase dilakukan jika penyelesaian sengketa arbitrase selesai dilakukan dan putusan telah diberikan oleh arbiter atau majelis arbitrase.
Pelaksanaan putusan arbitrase terdiri dari dua jenis sebagai berikut :
49
1. Putusan arbitrase nasional.
2. Putusan dari arbitrase internasional.
Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tidak dirumuskan pengertian putusan arbitrase nasional, yang ada rumusan pengertian putusan arbitrase
49
Jimmy Joses Sembiring, op. cit., halaman 91
Universitas Sumatera Utara
internasional, disebut bahwa putusan arbitrase internasional adala putusan yang dijatuhkan oleh suatu lembaga arbitrase atau arbiter perorangan diluar wilayah
hukum Republik Indonesia, atau putusan suatu lembaga arbitrase atau arbiter perorangan yang menurut ketentuan hukum Republik Indonesia dianggap sebagai
putusan arbitrase internasional.
50
Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI bersifat mandiri, final, dan mengikat, sehingga Ketua Pengadilan Negeri tidak diperkenankan untuk
memeriksa alasan atau pertimbangan dari putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI. Dalam pasal 62 ayat 2 Undang Undang Nomor 30 Tahun 1999
menegaskan bahwa Ketua Pengadilan Negeri sebelum memberikan perintah Jadi untuk menentukan apakah putusan arbitrase itu merupakan putusan
arbitrase nasional atau internasional, didasari oleh prinsip kewilayahanterritory dan hukum yang digunakan dalam menyelesaikan sengketa arbitrase tersebut.
Walaupun putusan dilakukan diwilayah hukum Republik Indonesia jika dalam penyelesaian sengketanya menggunakan hukum asing sebagai dasar penyelesaian
sengketanya arbitrase tersebut tetap merupakan suatu putusan arbitrase internasional.
Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI harus dilaksanakan oleh para pihak secara sukarela, maka putusan Badan Arbitrase Nasional
Indonesia BANI itu dilaksanakan secara paksa. Agar putusan arbitrase nasional dapa dilaksanakan, putusan tersebut harus dideponir dulu dalam akta pendaftaran
di kepanitraan Pengadilan Negeri. Tindakan deponir ini dilakukan dengan cara menyerahkan dan mendaftarkan lembar asli atau salinan autentik putusan Badan
Arbitrase Nasional Indonesia BANI.
50
Racmadi Usman, op.cit., halaman 101
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan, memeriksa terlebih dahulu apakah putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI memenuhi pasal 4 dan pasal 5, serta tidak bertentangan
dengankesusilaan dan ketertiban umum. Ketua Pengadilan berhak menolak suatu permohonan pelaksanaan eksekusi
jika terdapat alasan alasan eksekusi putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI jika terdapat alasan-alasan sebagai berikut :
1. Putusan dijatuhkan oleh arbiter atau badan arbitrase yang tidak berwenang
untuk memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara sengketa arbitrase yang bersangkutan.
2. Putusan dijatuhkan melebihi batas kewenangan arbiter atau majelis
arbitrase yang diberikan oleh para pihak yang bersengketa yaitu kepada Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI.
3. Putusan yang dijatuhkan ternyata tidak memenuhi syarat-syarat
penyelesaian sengketa melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI
a. Sengketa yang diputuskan bukan sengketa dibidang perdagangan atau
tidak termaksud dalam ruang lingkup hukum perdagangan yang menjadi wewenang oleh Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI
untuk menyelesaikannya. b.
Sengketa yang diputuskan bukan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh para
pihak yang bersengketa.
Universitas Sumatera Utara
c. Sengketa yang diputuskan ternyata termaksud sengketa yang menurut
peraturan perundang-undangan tidak dapat diadakan perdamaian. 4.
Putusan yang dijatuhkan ternyata bertentangan dengan kesusilaan dan yang dijatuhkan ternyata bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban
umum. Perintah pelaksanaan eksekusi Ketua Pengadilan Negeri tadi ditulis pada
lembaran asli dan salinan autentik putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI yang dikeluarkan.
Bahwa putusan dari Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI dikatakan bersifat final dan binding, namun dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
menyatakan adanya upaya hukum luar biasa terhadap putusan yang dihasilkan oleh Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI yaitu berupa perlawanan ke
Pengadilan Negeri. Upaya perlawanan tersebut hanya dapat dilakukan kepada Ketua Pengadilan Negeri, itu pun sangat terbatas yaitu :
1. Surat atas dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah pemeriksaan
dijatuhkan, diakui palsu atau dinyatakan palsu. 2.
Setelah putusan diambil, ditemukan semacam “novum” yakni ditemukan dokumen yang bersifat menentukan yang disembunyikan oleh para pihak
lawan. 3.
Putusan arbitrase diambil dari tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam pemeriksaan sengketa.
Universitas Sumatera Utara
C. Eksistensi dan Masa Depan Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI sebagai Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Dalam perkembangannya sekarang sudah mulai banyak pelaku usaha yang mempergunakan arbitrase dalam menyelesaikan sengketa bisnisnya, hal ini
didasarkan kelebihan kelebihan yang dimiliki Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI sebagai Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa, dimana kita ketahui
bahwa beracara di peradilan umum cukup memakan waktu yang lama dan berbelit belit dan biaya yang besar dalam proses penyelesaian sengketanya.
Di Indonesia minat untuk menyelesaikan sengketa melalui arbitrase mulai meningkat dan mendapatkan momentumnya dengan terbentuknya Badan
Arbitrase Nasional Indonesia pada tanggal 3 Desember 1977 dan diperkuat lagi sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase
dan Alternative Penyelesaian Sengketa UU arbitrase dan APS. Perkembangan ini sejalan dengan arah globalisasi, dimana penyelesaian sengketa non litigasi
telah menjadi pilihan pelaku bisnis untuk menyelesaikan sengketa bisnis mereka. Selain karakteristik cepat, efesian, dan tuntas, arbitrase menganut prinsip win-win
solution, serta tidak berbelit-belit karena tidak ada lembaga banding dan kasasi. Bagi kalangan pebisnis atau pelaku usaha, waktu itu sangat berharga sekali
artinya, penyelesaian sengketa yang lama dan berlarut larut sangat merugikan. Lagi pula dunia usaha memerlukan keahlian khusus untuk memutuskan sengketa
sengketa khusus di dunia usaha, karena hal tersebut dibutuhkan cara penyelesaian sengketa yang lain diluar pengadilan untuk menyelesaikan sengketa.
Universitas Sumatera Utara
Dalam eksistensinya Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI sebagai lembaga arbitrase pertama di Indonesia, ini didirikan dengan tujuan sebagai
berikut. - Dalam rangka turut serta pada upaya penegakan hukum di Indonesia,
menyelenggarakan penyelesaian sengketa atau beda pendapat yang terjadi diberbagai sektor perdagangan, industri, dan keuangan melalui arbitrase dan
bentuk bentuk alternatif penyelesaian sengketa lainnya, antara lain dibidang- bidang korporasi, asuransi, lembaga keuangan, fabrikasi, hak kekayaan
intelektual, lisensi, franchise, kontruksi, pelayaranmaritime, lingkungan hidup, pengindraan jarak jauh, dan lain lain dalam lingkup peraturan
perundang-undangan dan kebiasaan internasional. - Menyediakan jasa-jasa bagi penyelenggaraan penyelesaian sengketa melalui
arbitrase atau bentuk bentuk alternative penyelesaian sengketa lainnya, seperti negoisasi, mediasi, konsiliasi, pemberian pendapat yang mengikat
sesuai dengan peraturan prosedur Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI atau prosedur lainnya yang disepakati oleh para pihak yang
berkepentingan. - Bertindak secara otonom dan independen dalam penegakan hukum dan
keadilan. - Menyelenggarakan pengkajian dan riset, serta program program
pelatihanpendidikan mengenai arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa.
Universitas Sumatera Utara
Dengan semakin banyaknya pelaku usaha yang memilih Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI dalam menyelesaikan sengketa bisnisnya, diharapkan
Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI membenahi setiap struktur kelembagaannya guna memberikan hasil yang bagus, seperti kemampuan dan
integritas para arbiter harus ditingkatkan karena arbiter sangatlah menentukan nasib dan masa depan Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI itu sendiri.
Sebab setiap keputusan yang di buat oleh arbiter harus benar benar berdasarkan keadilan tanpa ada keberpihakan kepada salah satu pihak yang bersengketa
sehingga prinsip win win solution itu bisa diterapkan. Arbiter sama halnya seperti hakim, juga merupakan penegak hukum dan
tempat mencari keadilan, sehingga independenBadan Arbitrase Nasional Indonesia BANI harus selalu dijaga, dan para pelaku usaha bisnis memberikan
perhatiannya dalam hal menyelesaikan sengketa bisnis mereka melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI.
Pendirian Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI dilakukan rangka untuk mencari solusi penyelesaian sengketa diluar pengadilan. Dalam
memberikan dukungan kelembagaan yang diperlukan untuk bertindak secara otonomi serta independen dalam penegakan hukum dan keadilan, Badan Arbitrase
Nasional Indonesia BANI telah mengembangkan aturan serta tata cara sendiri, termaksud batasan waktu dimana Majelis Arbitrase harus memberikan putusan.
Aturan ini dipergunakan dalam arbitrase domestik dan internasional yang dilaksanakan di Indonesia. Pada saat ini Badan Arbitrase Nasional Indonesia
Universitas Sumatera Utara
BANI memiliki lebih dari 100 arbiter berlatar belakang berbagai profesi, 30 diantaranya adalah asing.
Jika lembaga Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI telah memberikan perubahan atau perbaikan kelembagaan dengan baik, maka akan semakin
mendapat tempat dihati masyrakat khususnya didunia usaha, sehingga masa depan Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI sebagai lembaga penyelesaian
sengketa non litigasi semakin jelas.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan