Kewenangan Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI dalam Penyelesaian Sengketa Non Litigasi

BAB IV PEMBERDAYAAN BADAN ARBITRASE NASIONAL INDONESIA BANI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA NON LITIGASI

A. Kewenangan Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI dalam Penyelesaian Sengketa Non Litigasi

Belakangan ini sangat banyak penyelesaian sengketa dilakukan dengan cara arbitrase, karena kelebihan-kelebihan dari lembaga ini yang membuat para pelaku usaha lebih memilih dan percaya menyelesaiakan sengketa melalui lembaga Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI. Kewenangan Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI akan dapat dilihat bila mana para pihak yang bersengketa memilih penyelesaian sengketa mereka melalui lembaga arbitrase, dimana terdapat dalam klausula arbitrase, jika dalam klausula tersebut menyepakati menyelesaikan sengketa melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI sebagai lembaga yang akan menyelesaikan sengketa mereka, maka Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI lah yang berwenang untuk memeriksa dan menyelesaikan sengketa-sengketa mereka tersebut termaksud bagaimana pelaksanaannya, dan lainnya. Secara umum klausula arbitrase akan mencakup : 46 46 Felix. O. Soebagjo, 1995, Seri Dasar-Dasar Hukum Ekonomi 2 Arbitrase di Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, halaman 93 1. Komitmen para pihak untuk melaksanakan arbitrase. 2. Ruang lingkup arbitrase. 3. Apakah arbitrase akan berbentuk arbitrase konstitusional atau ad-hoc, apabila memilih bentuk ad-hoc maka klausula tersebut merinci metode penunjukan arbiter atau majelis arbitrase. Universitas Sumatera Utara 4. Aturan prosedural yang berlaku. 5. Tempat dan bahasa yang digunakan dalam arbitrase. 6. Pilihan terhadap hukum subtantif yang berlaku bagi arbitrase. 7. Klausula-klausula stabilisasi dan hak kekebalan imunitas, jika relefan. Jika para pelaku usaha menyerahkan kewenangan pada Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI untuk menyelesaikan perkara-perkara yang terjadi diantara mereka, maka Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI menyarankan kepada pihak tersebut yang ingin menggunakan arbitrase Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI untuk mencantumkan dalam perjanjian mereka sebagai berikut : “Semua sengketa yang timbul dari perjanjian ini akan diselesaikan dalam tingkat pertama dan terakhir menurut peraturan dan prosedur Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI. 47 Kedudukan arbitrase dalam sistem peradilan di Indonesia tergolong extra judicial atau peradilan semu, namun dalam tata cara pemeriksaan sengketa pada arbitrase memiliki kemiripan dengan tata cara di peradilan umum. Faktor yang membedakannya adalah, pengadilan mengedepankan metode bertentangan adversarial, sehingga para pihak bertarung satu sama lain dengan hasil akhir yang kuat yang akan memenangkan sengketa. Sedangkan dalam arbitrase lebih mengutamakan itikad baik, non- konfrontatif, serta lebih koopreratif, para pihak Maka dengan demikian, Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI mempunyai wewenang yang penuh dalam rangka penyelesaian sengketa sengketa perdagangan tersebut. Namun harus diperhatikan juga disini tidaklah berarti arbitrase dapat mengadili segala sesuatu yang berhubungan dengan hukum publik. Jika dilihat dari ketentuan dalam pasal 5 ayat 1 Undang Undang Nomor 30 Tahun 1999, jelas mengatakan bahwa sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase ini bersifat terbatas. 47 Ibib. Universitas Sumatera Utara mengajukan argumentasi dihadapan pihak ketigayang akan bertindak sebagai pemutus sengketa. Oleh karena itu, arbitrase seharusnya diberikan kompetensi yang lebih luas. Arbitrase jangan hanya diakui sebagai lembaga pemutus sengketa, melainkan juga berwenang penuh dalam mengeksekusi putusan yang dibuatnya. Padahal sebagai salah satu lembaga yang menyelesaikan sengketa non litigasi, Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI telah memperoleh otoritas sebagai lembaga pemutus sengketa meskipun sangat limitatif, yakni hanya sengketa dibidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundang undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa. Jadi untuk menjamin diperolehnya kepastian hukum bagi para pihak yang bersengketa pada Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI, norma dan terkesan mensubordinatkan Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI dari pengadilan negeri harus dihapuskan dari Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999. Hal tersebut dikarenakan terdapatnya beberapa pasal di dalam Undang Undang tersebut yang dianggap “memandulkan” peran dan fungsi Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI. Hal ini guna terwujudnya status mandiri dan kompeten terhadap Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI agar dapat melaksanakan putusannya tanpa bantuan Pengadilan Negeri, terutama berkenaan dengan pelaksanaan putusan arbitrase, baik putusan arbitrase nasional maupun putusan arbitrase internasional. Pemberian status mandiri terhadap arbitrase akan membawa konsekuensi hukum yang amat luas. Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI yang telah Universitas Sumatera Utara memiliki karakter berbeda dengan Peradilan Umum serta prosedur penyelesaian sengketa yang terikat dengan berbagai formalitas, akan menjadi lembaga penyelesaian sengketa dagang yang lebih diminati oleh para pencari keadilan dari kalangan bisnis karena akan lebih mampu memenuhi tuntutan mereka. Khusus nya bagi kalangan pebisnis, karena sampai saat ini tidak ada badan peradilan umum yang dapat memeriksa sengketa dagang yang dapat diandalkan dan efektif. Dengan demikian, tidak diragukan lagi dalam Pemberdayaan Lembaga Arbitrase Dalam Penyelesaian Sengketa Non Litigasi dimasa masa yang akan datang akan menjadi model penyelesaian sengketa dagang yang lebih berkeadilan, sekaligus menjamin kepastian hukum, serta benar benar bermanfaat dan memberi dampak yang positif bagi para penggunanya karena prosesnya yang cepat dan biaya yang relatif murah. Hal ini berarti bahwa Pemberdayaan Lembaga Arbitrase dalam Penyelesaian Sengketa Non Litigasi menjadi suatu pilihan hukum yang dapat diambil para pelaku usaha untuk menyelesaikan sengketa mereka. Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI merupakan salah satu lembaga pelaksana hukum akan mampu merealisasikan ketiga unsur dalam penegakan hukum yang harus di perhatikan, yaitu Kepastian Hukum, Kemanfaatan, dan Keadilan secara proporsional seimbang.

B. Pelaksanaan Putusan oleh Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI