Analisis desain, konstruksi dan kinerja fyke net untuk penangkapan ikan karang ramah lingkungan

(1)

ANALISIS DESAIN, KONSTRUKSI DAN KINERJA

FYKE NET

UNTUK PENANGKAPAN IKAN KARANG

RAMAH LINGKUNGAN

ANDI ASSIR

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Analisis, Desain, Konstruksi dan Kinerja Fyke Net untuk Penangkapan Ikan Karang Ramah Lingkungan adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dari atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2012

Andi Assir NIM C561040041


(3)

(4)

ANDI ASSIR,Analysis of Design, Construction and Performance of Fyke Net for Environmental Friendly Catching of Reef Fish. Supervised by ARI PURBAYANTO, INDRA JAYA,andDANIEL R. MONINTJA.

Study on fishing operation of fyke net was conducted at reef waters at the west coast of Selayar Island from November 2008 to October 2010. The main objective of this research is to determine the best design and technical operation for environmental friendly catching of reef fish. Fyke net is chosen as an experimental fishing gear because its shape is a combination between basket trapnet ”bubu”, traditional fishing gear which is cosidered as environmental friendly fishing gear for catching coral reef fish and fence setnet (sero) shape. The first design of the experimantal fyke net follows the original shape, support with 5 rectangular steel frames and surrounding by 0.75 inch of webbing 5 m in length, 1.8 m in width and 1.2 m in height. It has two 2 m fixed and 15 m flexible extended wings. Unlike ”bubu”, fyke net has not use bait for attracting the fish, therefore the entrance of fyke net should be large enough to make the fish entering freely. In two months of operations the fyke net did not show satisfactory results because the fish moved back and forward through the entrance of fyke net easily and the main problem was bycatch of turtels, therefore the second fyke net was designed. The new feature of the second fyke net was playground with rectangular vertical opening. The size of the opening was 150 x 15 cm devided into seven small entrances in order to protect the turtles entering the gear. To keep the fish inside the playground some 40 cm cableties are tied at the frame of the entrance functioning as shieves. In two months of operations the second fyke net was show better results however the new problem was the weight of the gear became heavier because of the increase of diameter of steelframe used, therefore, the third fyke net was designed to find a lighter gear. The third fyke net was supported by a rectangular polyvinil chloride (PVC) tube frames combined by polyethylene ropes, covered by 1.25 inch of webbing. No more turtles was caught but more life reef fish was caught. To evaluate which design and methods of operation was better, three types of fyke nets and two methods of operations were examined. RAPFISH (Rapid Appraisal of Fish Status) is used to analyze which type of fyke net is the most suitable for reef fishing and to analyze the status of fyke net as an environmental friendly fishing gear. RAPFISH applies a statistical ordination technique called multi-dimensional scaling (MDS). Based on this analysis the third fyke net, lighter gear with PVC tube frames, shows the best value for it performance and technical operations, and fyke net is an environmental friendly fishing gear (value >50.0 in the range of 0 - 100). Ecological asapects gave the highest value for the status of fyke net as an environmental friendly fishing gear followed by ethical, technological, social and economical aspects.

Key words: fyke net, fish behavior, coral reef fishing, selectivity, environmental friendly, RAPFISH


(5)

(6)

ANDI ASSIR, Analisis Desain, Konstruksi dan Kinerja Fyke Net untuk Penangkapan Ikan Karang Ramah Lingkungan. Dibimbing oleh ARI PURBAYANTO, INDRA JAYA dan DANIEL R. MONINTJA

Studi tentang pengoperasianfyke netdilaksanakan di perairan karang pada pesisir barat Pulau Selayar dari Nopember 2008 hingga Oktober 2010. Penelitian ini bertujuan untuk dapat menentukan desain dan teknik pengoperasian terbaik dalam penangkapan ikan karang yang ramah lingkungan. Fyke net dipilih sebagai alat uji penangkap ikan karena bentuknya merupakan kombinasi antara bubu yang merupakan alat penangkap ikan tradisional yang diketahui ramah lingkungan dan bentuk sero. Bentuk aslifyke net adalah terdiri atas 5 ruangan yang dipisahkan oleh bingkai segi empat, bulat dan setengah bulat yang diselimuti oleh jaring polyethylene. Ukuranfyke netpanjang 7-8 m, lebar 0,7 – 1,2 m dan tinggi 0,6 – 1,0 m. Terdapat paling sedikit dua pintu masuk bentuk corong yang merupakan jalan masuk satu arah yang kecil seperti pada perangkap. Terdapat dua sayap pendek dan penaju panjang tetapi kadang tidak digunakan pada kondisi perairan berarus kuat. Pada tempat asalnya alat ini dioperasikan secara menetap di dasar perairan dengan menggunakan tiang pancang dan menggunakan jangkar untuk pengoperasian secara berpindah. Desainfyke net yang pertama mengikuti bentuk yang asli, dengan 5 bingkai baja yang diselimuti oleh jaring bermata 0,75 inci dengan panjang 5 m, lebar 1,8 m, dan tinggi 1,2m. Terdapat dua sayap permanen yang pendek dan ditambah 15 m sayap lentur. Alat ini dipasang di dasar perairan menggunakan empat pasang jangkar 10 kg. Jangkar-jangkar tersebut terpasang secara permanen untuk pengoperasian secara menetap di antara terumbu karang. Fyke net dipasang pada tali jangkar menggunakan cincin. Alat ini diangkat ke perahu dan diturunkan ke dasar perairan secara vertikal. Pada pengoperasian secara berpindah yang digunakan hanya tiga jangkar 5 kg. Alat ini dipasang pada laguna karang dan paparan karang di luar tubir. Dengan cara ini alat diangkat ke perahu bersama ketiga jangkar tersebut. Tidak seperti pada bubu, fyke net tidak menggunakan umpan untuk memikat ikan. Oleh sebab itu jalan masuknya dibuat sebesar mungkin agar ikan dapat bebas masuk. Namun dalam dua bulan operasifyke net tersebut tidak menunjukkan hasil tangkapan yang memuaskan karena ikan dapat dengan laluasa keluar masuk pintufyke net dan permasalah utama adalah tertangkapnya penyu. Oleh sebab itu dilakukan pengkajian desain fyke net yang kedua. Hal yang baru pada desain keduafyke netadalah bagian plyground denga mulut segiempat yang memanjang ke arah vertikal. Ukuran pintu masuk tersebut 150 x 15 cm yang terdiri atas tujuh buah pintu kecil yang bersusun untuk mencegah masuknya penyu ke dalam alat ini. Untuk dapat menahan keluarnya ikan dari dalam alat ini dipasang beberapa lembar cableties berukuran panjang 40 cm pada bingkainya yang berfungsi sebagai penyaring. Selama dua bulan pengoperasian fyke net kedua ini telah menunjukkan hasil yang lebih baik tetapi masalah baru yang dihadapi adalah alat yang semakin berat dengan banyaknya lumut yang melekat pada jaring. Oleh sebab itu fyke net desain ketiga dibuat untuk mendapatkan alat yang lebih ringan. Alat yang ketiga tersebut terbuat dari pipa PVC yang dirangkaikan dengan menggunakan tali polyethylene dan diselimuti oleh jaring berdiameter 1,25 inci. Penyu tidak tertangkap lagi tetapi ikan-ikan karang sudah mulai banyak yang tertangkap hidup-hidup. Untuk dapat mengevaluasi desain dan metode penangkapan yang mana yang lebih baik, tiga type fyke net dan dua metode pengoperasian diuji. RAPFISH (Rapid Appraisal of Fish Status) digunakan untuk mengevaluasi tipe fyke net yang paling sesuai untuk pengoperasian di perairan terumbu karang dan untuk mengevaluasi status fyke netsebagai alattangkap yang ramah lingkungan. RAPFISHmenggunakan pendekatan teknik ordinasi statistika


(7)

yang disebut Multi-Dymension Scaling (MDS). Berdasarkan analisis ini dibuktikan bahwafyke nettipe ketiga yang menggunakan bahan yang lebih ringan berupa pipa PVC menunjukkan performa desain dan teknik pengoprasian yang lebih baik serta membuktikan bahwa fyke net merupakan alat penangkap ikan yang ramah lingkungan (nilai > 50,0 dalam kisaran 0 - 100) dari setiap bidang penilaian dan nilai tertinggi diperoleh dari penilaian bidang ekologi dan disusul oleh bidang etika, teknologi, sosial/budaya dan ekonomi.

Kata kunci: fyke net, tingkah laku ikan, perikanan terumbu karang, selektivitas, ramah lingkungan, RAPFISH


(8)

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotocopy, microfilm dan sebagainya tanpa izin tertulis dari IPB.


(9)

N LISIS DES IN, KONSTRUKSI D N KINERJ

FYKE NET

UNTUK PEN NGK P N IK N K R NG

R M H LINGKUNG N

NDI SSIR

Dsert

Se s s u s r untuk memperoleel Doktor

p

Dep temen Pemfaatan Sumberdaya Perikanan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(10)

Penguji Luar Ujian Tertutup : 1. Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc 2. Prof. Dr. Ir. Bambang Murdiyanto, M.Sc

Penguji Luar Ujian Terbuka : 1. Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc 2. Dr.Ir. Diniah, M.Si


(11)

Judul Disertasi : Analisis Desain, Konstruksi dan Kinerja untuk Penangkapan Ikan Karang Ramah Lingkungan

Nama : Andi Assir

NIM : C 561040041

Program Studi : Teknologi Kelautan (TKL)

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof.Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc Ketua

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc Prof. Dr. Ir. Daniel R. Monintja

Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Teknologi Kelautan

Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.


(12)

(13)

PR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini bisa diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober 2008 hingga Nopember 2010 dengan judul “Analisis Desain, Konstruksi dan Kinerja ! " #" untuk Penangkapan Ikan Karang Ramah Lingkungan”.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc sebagai ketua komisi pembimbing, Prof. Dr. Ir. Indr Jaya, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Daniel R. Monintja sebagai anggota komisi pembimbing atas arahan dan saran dalam penelitian dan penulisan disertasi ini. Terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Ahmad Fauzi, M.Sc atas bantuannya dalam analisis $ %&' (. Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc, Prof. Dr. Ir. Bambang Murdiyanto, M.Sc, sebagai penguji luar komisi pada sidang ujian tertutup dan juga kepada Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc dan Dr. Ir. Domu Simbolon M.Si atas masukan dan sarannya. Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc, dan Ibu Dr. Ir. Diniah, M.Si. sebagai penguji luar komisi pada sidang ujian terbuka dan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Muh. Fedy A. Sondita, M.Sc atas koreksi dan sarannya.

Terimakasih kepada Dirjen Dikti Depdiknas RI atas bantuan beasiswa pendidikan BPPS dan Hibah Penelitian Doktor. Kepada Universitas Hasanuddin yang telah memberi izin dan bantuan dana pendidikan. Terimakasih kepada COREMAP-KKP-RI, Pemda Prov. Sulawesi Selatan, Pemda Kab. Maros dan Yayasan Gemilang atas bantuan dana penelitian. Terima kasih kepada Pemda Kab. Kepulauan Selayar atas izin untuk melaksanakan penelitian.

Tidak lupa penulis menghaturkan terima kasih kepada Ibunda Hj. Deya Opu Marimba yang terus berdoa untuk kesuksesan putranya, kepada istri tercinta Andi Matahari,SE, ananda tersayang Andi Muhammad Raditya Ramadan dan Andi Muhammad Indra Ashary atas segala dukungan, dorongan, kasih sayang dan pengorbanannya selama mengikuti ayahnya sekolah di Bogor. Terima kasih kepada seluruh keluarga besar Achmad dg Marimba dan keluarga besar Andi Mappesangka. Terima kasih kepada teman-teman seangkatan: Alfa, Kohar, Desy, Noni, Nusa, dan Jamal atas kerjasamanya selama mengikuti perkuliahan, juga kepada Syawaluddin Soadiq, Hasmunandar, A. Muhtar, A. Rajuddin, A. Muh. Natsir dan Latif (alm) yang membantu dalam pelaksanaan penelitian di lapangan, juga kepada rekan di Wisma Pinus IPB, dan di Pondok Tanadoang dan dari banyak pihak dan perorangan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga disertasi ini bermanfaat bagi pengembangan perikanan di Indonesia.

Bogor, Januari 2012


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 11 Juli 1962 sebagai anak kedua dari ayah Achmad Dg. Marimba dan ibu Deya Opu. Pendidikan Sarjana (S1) ditempuh di Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor dan lulus tahun 1986. Pendidikan Master (S2) ditempuh di Biology Department, Faculty of Pure and Applied Science, Acadia University, Canada dan lulus tahun 1993. Penulis mulai mengikuti pendidikan Program Doktor (S3) di Program Studi Teknologi Kelautan (TKL), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor pada tahun akademik 2004/2005.

Penulis bekerja di Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin sejak tahun 1988. Pernah menjabat sebagai Ketua di Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan Balik Diwa Makassar tahun 2002 – 2004. Pada tahun 1994 - 2001 penulis aktif menjadi supervisor Kuliah Kerja Nyata mahasiswa Universitas Hasanuddin. Sejak tahun 1995 penulis aktif membantu Yayasan Gemilang Makassar sebagai staf ahli dalam melaksanakan kegiatan pendampingan masyarakat pada proyek COREMAP fase pertama di Kabupaten Selayar.

Penulis banyak melakukan survei penelitian bersama Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin dan Dinas Perikanan Propinsi Sulawesi Selatan. Selama mengikuti program S3, penulis telah menyusun dua karya ilmiah dengan judul: “ Studi Performa Desain dan Pengoperasian)*+ ,-,. untuk Penangkapan Ikan Karang “ yang akan diterbitkan di Jurnal “Torani” Volume 22, No. 1, April 2012 dan “Evaluasi Tingkat Keramahan )*+, -,. yang Dioperasikan di Perairan Terumbu Karang” yang akan diterbitkan di Jurnal “Torani Volume 22, No. 2, Agustus 2012.


(15)

D/0 1 /2ISI

H3 43 53n

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxvii

I PENDAHULUAN UMUM... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan umum ... 6

1.3.2 Tujuan khusus ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Hipotesis... 7

1.6 Kerangka Pemikiran... 7

1.7 Metodologi Umum... 10

1.7.1 Waktu dan tempat penelitian... 10

1.7.2 Tahapan Penelitian... 10

Daftar Pustaka... 12

2 RANCANG BANGUN PLATFORM PERALATAN UNTUK OBSERVASI TINGKAH LAKU IKAN... 15

2.1 Pendahuluan... 15

2.2 Metode Perancangan... 17

2.2.1 Rancang bangun stasiun pengamatan... 17

2.2.2 Rancang bangun bingkai tempat pemasangan kamera digital di dalam Air... 19

2.2.3. Rancang bangun ”67 89 :6;< = >;? @:7 : A;9 ;8B” (CCTV) ... 20


(16)

2.3.1 Rancang bangun stasiun pengamatan... 21

2.3.2 Rancang bangun bingkai berkaki tempat pemasangan kamera di dalam air... 23

2.3.3 Teknik pengoperasian kamera digital di dalam air... 23

2.3.4 Pengamatan dengan kamera digital yang dioperasikan seorang penyelam... 24

2.3.5 Pengamatan secara visual oleh pengamat dan dengan kamera digital dari setasiun pengamat di atas air... 24

2.3.6 Hasil observasi menggunakan kamera digital ... 25

2.3.7 Rangkaian ”Close Circuit Television” (CCTV) saat pengoperasian... 33

2.3.8 Hasil observasi menggunakan ”C DE FG C H I JKHLMGDGNHFHE O” (CCTV) ... 33

2.4 Kesimpulan dan Saran ... 34

2.4.1 Kesimpulan ... 34

2.4.2 Saran ... 34

Daftar Pustaka... 35

3 POLA GERAK IKAN KARANG SEBAGAI DASAR PERANCANGAN ALAT PENANGKAPAN IKAN... 37

3.1 Pendahuluan ... 37

3.2 Metode Penelitian ... 41

3.3 Hasil dan Pembahasan ... 44

3.3.1 Pola pergerakan ikan karang berdasarkan waktu siang dan malam... 44

3.3.2 Pola pergerakan ikan karang secara acak... 48

3.3.3 Sifat ”POQIG F F” dan ”RGSITHGDU” pada ikan terhadap TV WG OGL... 56

3.4 Kesimpulan dan Saran ... 57

3.4.1 Kesimpulan ... 57

3.4.2 Saran ... 58


(17)

4 KONSTRUKSI DAN TEKNIK PENGOPERASIAN

X YZ [\[ ]IKAN KARANG... 61

4.1 Pendahuluan... 61

4.2 Metode Penelitian... 63

4.2.1 Alat dan bahan... 63

4.2.2 Daerah pengoperasian^_ `abacdi lokasi penelitian……….. 65

4.3 Hasil dan Pembahasan... 65

4.3.1 Konstruksi dan teknik pengoperasian^_`abac desain pertama... 65

4.3.1.1 Rancangan desain rangka dan rinding ^_ `a\ac... 66

4.3.1.2 Rancangan desain dinding^ _`aba c desain pertama……… 68

4.3.1.3 Rancangan pintu masuk^_ `abac desain pertama... 72

4.3.1.4 Rancangan pintu pengambilan hasil tangkapan ^_ `aba cdesain pertama... 74

4.3.1.5 Teknik pengoperasian^_`aba cdesain pertama... 75

4.3.1.6 Evaluasi desain dan teknik pengoperasian ^ _`aba cdesain pertama... 76

4.3.2 Konstruksi dan teknik pengoperasian^_`aba c desain kedua... 78

4.3.2.1 Rancangan desain rangka dan dinding ^ _ `aba cdesain kedua... 79

4.3.2.2 Rancangandef_gh ijbkpada ^ _`aba c desain kedua... 82

4.3.2.3 Performa^_ `abacdesain kedua di dasar perairan.. 85

4.3.2.4 Teknik pengoperasian^ _`abacdesain kedua... 86

4.3.2.5 Evaluasi desain dan teknik pengoperasian ^_ `aba cdesain kedua... 88 4.3.3 Konstruksi dan teknik pengoperasian^_`aba c


(18)

desain ketiga... 90

4.3.3.1 Rancangan desain rangka dan dinding l mnopoqdesain ketiga... 90

4.3.3.2 Rancanganr stmuv wx py, dua pintu jebakan dan pintu pengambilan hasil tangkapan pada l mnopoqdesain ketiga... 94

4.3.3.3 Teknik pengoperasianl mn op oqdesain ketiga... 96

4.3.3.4 Evaluasi performa desain alat dan teknik pengoperasianlmn opo qz... 100

4.4 Kesimpulan dan Saran... 104

4.4.1 Kesimpulan... 104

4.4.2 Saran... 105

Daftar Pustaka... 105

5 MODEL SELEKTIVITAS PADA{| }~ ~€... 107

5.1 Pendahuluan... 107

5.2 Metode Penelitian... 109

5.3 Hasil dan Pembahasan... 111

5.3.1 ~pwxpqo v‚o soqƒ„ƒq m... 112

5.3.2 ~pqo v‚osoqƒ„ƒqm... 116

5.3.3 …o qtƒp‚o soqƒ„ƒq m... 119

5.4 Kesimpulan dan Saran... 123

5.4.1 Kesimpulan... 123

5.4.2 Saran... 123

Daftar Pustaka... 123

6 TINGKAT KERAMAHAN FYKE NET... 127

6.1 Pendahuluan... 127

6.2 Metode Penelitian... 129

6.3 Hasil dan Pembahasan... 132

6.4 Kesimpulan dan Saran... 150


(19)

6.4.2 Saran... 150

Daftar Pustaka... ... 151

7 PEMBAHASAN UMUM... 155

7.1 Sifat-sifat ikan yang menjadi acuan dalam modifikasi konstruksi†‡ˆ‰Š‰ ‹... 155

7.2 Konstruksi†‡ˆ‰Š‰‹... 159

7.3 Selektivitas pada†‡ ˆ‰Š‰ ‹... 160

7.4 Tingkat keramahan†‡ ˆ‰Š‰‹pada perikanan terumbu karang... 163

7.5 Penelitian lanjutan... 165

7.6 Prospek penggunaan†‡ˆ‰Š‰ ‹dimasa datang... 165

8 KESIMPULAN DAN SARAN ... 166

8.1 Kesimpulan... 166

8.2 Saran... 166

DAFTAR PUSTAKA... 167


(20)

DŒ ŽŒ TŒEL

Nomor Halaman

1 Waktu aktivitas dan kebiasaan makan beberapa jenis

ikan karang... 44

2 Hasil tangkapan‘’ “”•”–berdasarkan waktu

penangkapan... 45

3 Hasil tangkapan‘’ “”•”–berdasarkan daerah

penangkapan... 53

4 Bahan dan alat yang digunakan pada pembuatan‘’“”• ”–

desain pertama... 63

5 Bahan dan alat yang digunakan pada pembuatan‘’“”• ”–

desain kedua... 64 6 Bahan dan alat yang digunakan pada pembuatan‘’“”• ”–

desain ketiga... 64 7 Perhitungan pemotongan jaring untuk dinding‘’“”• ”–desain

pertama dengan—˜•™š•™› ˜–š œ(E) 62 % dan ukuran mata

jaring (d) 1,9 cm... 70

8 Perhitungan pemotongan jaring untuk membuat corong jalan masuk pada‘’“”•”–desain pertama dengan hanging ration 62%

dan diameter jaring 1,9 cm... 74

9 Perhitungan pemotongan jaring untuk dinding‘’“”• ”–desain Kedua dengan—˜•™š•™›˜–šœ(E) 62 % dan ukuran mata jaring

(d) 2,5 cm... 63

10 Perhitungan pemotongan jaring untuk membuat corong jalan Masuk pada‘’“ ”•”–desain kedua dengan hanging ration 62%

dan diameter jaring 2,5 cm... 83

11 Perhitungan pemotongan jaring untuk membuat corong jalan masuk kedua dan ketiga pada‘’“ ”• ”–desain kedua dengan

hanging ration 62% dan diameter mata jaring 2,5 cm... 85

12 Perhitungan pemotongan jaring untuk dinding‘’“”• ”–desain ketiga dengan—˜•™š•™›˜–š œ(E) 62 % dan ukuran mata jaring


(21)

Nomor Halaman

13 Perhitungan pemotongan jaring untuk membuat corong pintu masuk kedua dan ketiga padažŸ ¡  ¢desain ketiga dengan

£ ¤¡¥ ¦¡¥§ ¤¢¦¨(E) 62 % dan ukuran mata jaring (d) 3,125 cm... 96 14 Kelebihan dan kekurangan antara teknik pengoperasian secara

menetap dan berpindah... 100

15 Prinsip dasar dan alasan yang mendasari penilaian keramahan

žŸ ¡ ¢pada lingkungan terumbu karang... 133 16 Nilai yang telah diurutkan untuk mencari nilai median untuk


(22)

D©ª « ©¬G©­ ® ©¬

Nomor Halaman

1 Skema kerangka pemikiran penelitian... 9

2 Peta lokasi penelitian di perairan karang sebelah barat

Pulau Selayar... 11

3 Rancang bangun setasiun pengamatan menetap di atas air... 18

4 Rancang bangun setasiun pengamatan bergerak di atas air... 18

5 Rancang bangun bingkai penahan kamera untuk observasi

mendatar... 19

6 Rancang bangun bingkai penahan kamera untuk observasi

dari atas... 19

7 Rancang bangun peralatan observasi bawah air dengan kamera

digital... 20

8 Rangkaian alat ”Close Circuit Television” (CCTV)……… 20

9 Setasiun pengamatan menetap dari rakit bambu... 21 10 Stasiun pengamatan menetap setelah menara pengawas

terpasang... 22

11 Perahu bercadik yang digunakan untuk stasiun pengamatan

bergerak... 22

12 Rancang bangun bingkai berkaki tempat pemasangan kamera

digital... 23

13 Hasil pemantauan¯°±²³² ´dari kamera digital secara vertikal yang terpasang pada bingkai penahan kamera dari jarak 5 m

terhadap obyek dengan kondisi perairan cerah pada siang hari... 26

14 Hasil pemantauan¯°±²³² ´dari kamera digital secara horizontal yang terpasang pada bingkai penahan kamera dari jarak 5 m terhadap obyek dengan kondisi perairan sedikit keruh pada

pagi hari... 26

15 Hasil pemantaua terhadap¯°±²³² ´dari kamera digital dengan program ”movie” yang dioperasikan oleh operator penyelam dari jarak 1 m dengan kondisi perairan sedikit keruh


(23)

Nomor Halaman

16 Pergerakan ikan (sudut kiri bawah) yang tidak tertangkap

secara visual oleh penyelam tetapi tertangkap oleh kamera... 29

17 Hasil pemantauan terhadapµ¶·¸¹¸ º5 m di bawah permukaan air dengan kamera digital dari atas permukaan air dengan

kondisi perairan cerah pada pagi hari... 31

18 Sketsa pemasangan CCTV pada bingkai penahan kamera dari

setasiun pengamatan bergerak... 33

19 Lokasi penempatanµ¶ ·¸¹¸º(titik merah) di perairan terumbu

karang Desa Parak... 42

20 Proporsi hasil tangkapanµ¶ ·¸¹¸ºpada operasi penangkapan

siang hari... 46

21 Proporsi hasil tangkapanµ¶ ·¸¹¸ºpada operasi penangkapan

malam hari... 46

22 Pola gerak acak beberapa jenis ikan karang secara horizontal

berdasarkan posisi tertangkap... 54

23 Pola gerak acak beberapa jenis ikan karang secara vertikal

berdasarkan hasil pengamatan pada siang hari... 54

24 Konstruksi dasarµ¶ ·¸¹¸ºmenetap dengan menggunakan tiang pancang (Gebhards 1979; Welcomme 2001;

Hemingway dan Elliott 2002)... . 62

25 Konstruksi dasarµ¶ ·¸¹¸ºberpindah dengan menggunakan tali

berjangkar (Gebhards 1979Liangming¸º»¼½2007)... 62

26 Daerah pengoperasianµ¶ ·¸¹¸ ºdi diantara terumbu karang dan

di luar area terumbu karang (laguna dan luar tubir karang)... 65

27 Konstruksi rangkaµ¶·¸¹¸ ºyang menggunakan pipa PVC... 67

28 Cara penyambungan pipa PVC pada sudut dan bercabang empat... 67

29 Konstruksi rangkaµ¶·¸¹¸ ºmenggunakan besi baja pada

µ¶ ·¸¹¸ºdesain pertama... 68 30 Sketsa dinding jaringµ¶·¸¹¸ºdesain pertama……… 71


(24)

Nomor Halaman

32 Konstruksi pintu masuk yang berbentuk corong pada¾¿À ÁÂÁ Ã

desain pertama (a) tampak depan, (b) tampak samping... 73

33 Konstruksi perangkap jeruji bambu (a) tampak depan,

(b) tampak samping... 73

34 Konstruksi lubang dengan corong pelindung jaring untuk

pengambilan hasil tangkapan... 74

35 Teknik ”ÄÅ ÆÇ ÈÂÉ” pada

¾ ¿À ÁÂÁÃdesain pertama yang dipasang

menetap pada ”tali tegak” sebagai pengganti tiang pancang... 75

36 Teknik pengambilan hasil tangkapan dari¾¿ÀÁÂÁÃdesain pertama... 76

37 Konstruksi rangka menggunakan besi beton pada¾ ¿ÀÁÂÁ Ã

desain kedua... 79

38 Sketsa dinding jaring¾ ¿ÀÁÂÁ Ãdesain kedua... 80

39 Desain ÊÇÅ¿ÉË Ì ÆÂÍpada¾¿À ÁÂÁ Ãdesain kedua... 82

40 Pintu masuk utama pada¾ ¿À ÁÂÁÃdesain kedua... 84

41 Pintu masuk kedua dan ketiga pada fyke net desain kedua... 84

42 Performa¾ ¿À ÁÂÁ Ãdesain kedua di dasar perairan... 86

43 TeknikÄÅ ÆÇ ÈÂÉvertikal ¾¿ÀÁÂÁÃdesain kedua (a), (b), dan (c) yang dipasang menetap pada ”Tali tegak” sebagai pengganti

tiang pancang... 88

44 Teknik pengoperasian secara berpindah pada ¾ ¿À ÁÂÁ Ãdesain

kedua... 89

45 Konstruksi rangka¾¿ÀÁÂÁÃdesain ketiga dengan menggunakan

tali Polyethylene (PE) dan pipa PVC... 91

46 Teknik penyambungan pipa PVC menggunakan tali

ÎÌ Ç¿ ÁÃÄ¿ÇÁ ÂÁ(PE)... 91 47 Sketsa dinding jaring¾ ¿ÀÁÂÁ Ãdesain ketiga... 92

48 Konstruksi pintu utamaÊÇ Å¿ÉË Ì ÆÂÍ, pintu masuk kedua dan


(25)

Nomor Halaman

49 PintuÏ ÐÑÒÓÔ Õ Ö×Ø(a) Tampak samping; (b) Tampak depan... 95

50 Desain corong pintu (a) kedua dan (b) ketigaÙÒÚÛ×Û Üdesain ketiga. 95

51 Sketsa dinding jaring pintu (a) kedua dan (b) ketigaÙÒÚÛ×ÛÜ

desain ketiga... 95

52 TeknikÝÑÖÐÞ ×Óvertikal

ÙÒÚÛ×ÛÜdesain ketiga (a), (b) dan (c) yang dipasang menetap pada ”Tali tegak” sebagai pengganti

tiang pancang... 97

53 Proses penurunanÙÒÚÛ×Û Üdesain ketiga (a), (b), (c), (d) dan (e)

dengan metode pemasangan berpindah... 100

54 Hasil analisisßÑÏÙÞà Ýyang menunjukkan (a) Hasil penilaian

performa dan (b) Teknik pengoperasianÙÒÚÛ×ÛÜdesain 1, 2 dan 3... 101

55 Leverageyang menunjukkan atribut yang paling

sensitif pada penilaian performa desainfyke net... 102

56 Leverageyang menunjukkan atribut yang paling

sensitif pada penilaian teknik pengoperasianfyke net... 103

57 Paduan model sebaran frekuensi hasil tangkapanfyke net

dangillnetberdasarkan panjang tubuh ikan... 115

58 Model hipotesis kurva selektivitas pintu masukfyke net

dengan panjang vertikal maksimum 40 cm dan lebar 15 cm

dengan nilai hipotesis L50=50cm... 117

59 Model kurva selektivitas dinding jaringfyke netdengan ukuran mata (d) 2,5cm dan hanging ratio (E) 62% dengan

nilai hipotesis L50= 0,75 cm... 121

60 Ikan damselAbudafduf vaigiensisyang tertangkap olehfyke net.... 122

61 Ikan kardinalApogon margaritophorusyang dapat lolos

melalui mata jaring……… 122

62 Ikan barakudaSphyraena barracudayang sedang berusaha

meloloskan diri dari jeratan dinding jaring……….. 123

63 Tingkat keramahan lingkungan pengoperasianfyke netdi


(26)

Nomor Halaman

64 Hasil analisisLeveragepada semua atribut pada aspek (a) ekologi, (b) sosial/ budaya, (c) ekonomi, (d) teknik dan


(27)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Daftar Istilah dan singkatan yang digunakan………. 179

2 Konversi ukuran………. 183

3 Contoh perhitungan dalam pemotongan jaring padaáâãäåä æ

desain pertama... 184

4 Contoh perhitungan dalam pemotongan jaring padaáâãäåä æ

desain kedua... 186

5 Contoh perhitungan dalam pemotongan jaring padaáâãäåä æ

desain ketiga... 188

6 çèæèé êää æáâãäåä ædesain pertama………. 192

7 çèæèé êä ä æáâãäå äædesain kedua………. 193

8 çèæèé êää æáâãäåä ædesain ketiga………. 194

9 Harga per unit alat……… 195

10 Gambar-gambar ikan hasil tangkapan………. 197

11 Gambar-gambar hasil tangkapan non ikan……….. 202

12 Proses pembuatan titik acuan (reference points) untuk penentuan rangking yang digunakan dalam analisis

ë ìí î ïðñuntuk dasar penilaian performa desain dan teknik

pengoperasianáâ ãäåä æyang terbaik……… 203

13 Proses pembuatanòóäéæôõååè ôöäanalisisëìí îïðñuntuk dasar penilaian performa desain dan teknik pengoperasian

áâãäåäæyang terbaik ……… .. 208 14 Tabulasi nilai dari responden untuk penggunaan analisis

ë ìí î ïðñdalam penilaian performa desaináâãäåä æ... 211 15 Tabulasi nilai dari responden untuk penggunaan analisis

ëìí îïðñdalam penilaian teknik pengoperasian

áâãäåäæ... 217 16 ë ìí î ïðñæ ä÷ø ùèæäuntuk penilaian performa desaináâãäåäæ... 223


(28)

Nomor Halaman

17 ú ûü ý þÿ untuk penilaian teknik pengoperasian

... 224 18 Proses Pembuatan titik acuan (reference points) untuk

penentuan rangking yang digunakan dalam analisisúûüýþ ÿ

dalam menentukan tingkat keramahan ……….. 225

19 Proses pembuatan questionnaire analisisú ûü ý þÿ dalam

menentukan tingkat keramahan ………... 245

20 Tabulasi nilai dari responden untuk analisisúûüýþÿ ………… 263

21 ú ûü ý þÿ untuk penilaian tingkat keramahan


(29)

P UUUU

aaaa

! "# # $% & $'( $) *# '* + "* #"#$ ) , #) 85.707 " 2

-#$% . '* * # .#). ! . +* -# $%.'#+#. '*95 % +,# & $'( $) *#-# $% / ,# 0 $-# 17.500 !#0, . ! + $%0# ,# $% -#$% .'# +#. '* ! !# +# . +# . '* 1,# . 2# "#) )# '#$ 3# ,* #$.# $ * , . ! 4*$4 * $ # .# #.(, '* #"# 5 ($ # . '#$ 6 789 :;<8 =>:?@7A B A99@” (Dahuri 2003). Luas terumbu karang di Indonesia hanya sekitar 15 % dari luas terumbu karang dunia, sungguhpun demikian dengan melihat tingkat keragaman jenis terumbu karang Indonesia yang sangat tinggi terutama dikawasan Maluku dan Sulawesi menjadikan Indonesia sebagai pusat kawasan terumbu karang dunia (Dahuri 2003; Tim penyusun Pedoman Umum COREMAP II 2004).

Seperti halnya di negara-negara kepulauan di dunia, ekosistem terumbu karang Indonesia menyediakan sumber makanan yang penting berupa ikan,

krustasea, dan moluska. Produksi ikan karang Indonesia dapat mencapai 30

ton/km2/tahun (Tim penyusun Pedoman Umum COREMAP II 2004). Hal inilah

yang membuat perikanan terumbu karang merupakan salah satu sumber penghidupan utama bagi masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil (King 1995).

Ikan karang adalah sumberdaya yang dapat terbaharukan. Secara alami ikan-ikan dapat memperbaharui kondisi stoknya dengan cara bereproduksi. Seekor induk ikan karang dapat menghasilkan anak dalam jumlah yang cukup besar, namun sifat ikan karang yang bertumbuh secara lambat, membuat stok ikan karang sangat rentan terhadap upaya penangkapan berlebih (McManus 1996). Agar sumberdaya ikan karang dapat tetap lestari upaya pengelolaan yang bertanggungjawab harus ditegakkan dengan cara menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan.

Saat ini banyak dilaporkan bahwa telah terjadi kerusakan terumbu karang di berbagai wilayah dunia. Kerusakan ini diakibatkan oleh proses alami dan faktor antropogenik pada berbagai skala, mulai skala kecil yang disebabkan oleh benturan jangkar, predasi oleh biota laut, hingga berskala besar berupa pemutihan


(30)

(CDE FG HI JK) pada suatu ekosistem terumbu karang yang luas akibat kenaikan suhu perairan yang berkepanjangan. Namun kerusakan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia jauh lebih besar dampaknya dibandingkan kerusakan yang terjadi secara alamiah tersebut (Pet-SoedeELF D. 2001; Akimichi 2006).

Salah satu aktivitas terbesar manusia di perairan terumbu karang adalah kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan berbagai alat penangkap ikan, misalnya bubu, KI DDJEL, M NO P FMI, pancing, panah, dan sero. Selain itu ada dua cara lain yang juga banyak digunakan secara tersembunyi adalah penggunaan bahan peledak dan bahan beracun yang keduanya telah terbukti sangat merusak

habitat terumbu karang (Pet-SoedeELFD. 2001).

Dari sekian banyak alat penangkap ikan tersebut di atas,M NO PFMIatau di

Selayar dikenal dengan nama ”samba’” yang secara fisik hampir tidak bersentuhan dengan terumbu karang, tetapi pada pengoperasiannya, tongkat-tongkat para nelayan yang digunakan untuk menggiring ikan karang menuju alat ini ternyata dapat menghancurkan terumbu karang terutama karang bercabang sehingga alat ini dikategorikan sebagai alat yang tidak ramah lingkungan.

GI D DJEtyang merupakan alat pasif dan selektif yang dikategorikan sebagai

alat yang ramah lingkungan. Namun KIDD JEt menjadi tidak ramah lingkungan

apabila dioperasikan di perairan berkarang pada malam hari karena berpeluang besar untuk berbeturan dengan karang (Kushima and Miyasaka 2003).

Pancing merupakan salah satu alat yang banyak digunakan oleh para nelayan tradisional untuk menangkap ikan karang. Peralatan pancing sendiri tidak merusak karang tetapi benturan jangkar perahu yang digunakan pada saat memancing yang merusak karang. Untuk dapat meningkatkan keramahan alat pancing yang dioperasikan di perairan terumbu karang, modifikasi yang dilakukan bukan pada alatnya tetapi metode penangkapan yang digunakan. Di daerah-daerah konservasi terumbu karang misalnya di Taka Bonerate, Kabupaten Selayar telah dilakukan pemasangan jangkar permanen dibeberapa tempat untuk dapat digunakan oleh para nelayan pemancing menambatkan perahunya saat melakukan operasi penangkapan sehingga para nelayan tidak lagi membuang jangkar di sembarang tempat yang dapat mengakibatkan kehancuran karang.


(31)

3 Saat ini bubu (QR S T) dan sero (UV WXVQR ST) adalah sejenis alat yang paling banyak digunakan untuk menangkap ikan karang (Alcala dan Russ 2002) dan telah banyak dioperasikan di Indonesia dengan hasil yang memuaskan. Akan tetapi kedua alat ini memiliki banyak keterbatasan. Hasil tangkapan per unit bubu relatif sangat terbatas dan pada pengoperasiannya umumnya menggunakan terumbu karang untuk alat kamuflase. Oleh karena hasil tangkapan per unit bubu terbatas akibat sifat kejenuhan alat (Jennings VQ SY. 2001), maka dioperasikan sekaligus cukup banyak bubu yang diikatkan pada satu untaian tali. Dengan cara ini pada saat penurunan dan penarikan alat sering terjadi benturan antara bubu dengan dasar perairan yang dapat mengakibatkan kerusakan pada dasar perairan terutama apabila terdapat terumbu karang (Valdemarsen and Suuronen 2003).

Keterbatasan pada sero adalah hanya bisa dioperasikan di wilayah pesisir yang dangkal di pesisir pantai sehingga alat ini dapat menghalangi alur pelayaran. Selain itu dimensi alat yang besar membuat harganya juga mahal. Keterbatasan lain sero pada beberapa tempat di wilayah perairan pesisir barat Pulau Selayar adalah pada musim angin muson barat alat tersebut harus dibongkar agar tidak hancur oleh hempasan gelombang dan terpaan batang kayu yang hanyut dibawa gelombang.

Dengan melihat keterbatasan-keterbatasan pada kedua alat ini maka diperlukan suatu alat penangkap ikan karang yang diharapkan mampu menutupi keterbatasan-keterbatasan tersebut. Dari sekian banyak alat penangkap ikan yang

telah ada, UZ [V WVQ dianggap cocok berdasarkan penilaian dari bentuknya yang

serupa dangan sero juga serupa dengan bubu.

Kelebihan UZ[V WV Q terhadap bubu dilihat dari segi konstruksi \Z[V W VQ yang memiliki ruang penampungan ikan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan apa yang dimiliki oleh bubu sehingga kemampuan tangkapnya juga relatif lebih besar dibandingkan dengan kemampuan bubu ditinjau dari segi kejenuhan alat. Dengan demikian alat ini tidak perlu dioperasikan sekaligus dalam jumlah yang banyak seperti pada bubu yang sering menimbulkan permasalah dengan terbenturnya bubu pada terumbu karang.

Kelebihan UZ [V WV Q terhadap sero adalah pada konstruksi tempat


(32)

ini membuat ^_`a bac dapat dioperasikan di perairan yang lebih dalam

dibandingkan tempat pengoperasian sero. Dengan demikian pengoperasian ^_ `a

bactidak menghalangi alur pelayaran dan selain itu alat ini memiliki peluang yang

lebih besar untuk menangkap ikan-ikan karang dengan ukuran yang lebih besar.

Sungguhpun terlihat bahwa ^_ `a ba c memiliki banyak kelebihan tetapi

apakah pada pengoperasian diperairan terumbu karang ^_`a ba c akan mampu

menangkap ikan karang seperti yang diharapkan dan apakah teknik pengoperasiannya akan memenuhi kriteria ramah lingkungan masih merupakan hal yang perlu diuji. Oleh sebab itu pada penelitian ini dilakukan serangkaian pengujian terhadap alat tersebut karena ^_ `a bac selama ini bukanlah alat yang digunakan untuk menangkap ikan karang.

d_`a ba c adalah sejenis perangkap ikan yang banyak dioperasikan oleh

para nelayan di seluruh dunia. Menurut O’Neal (2006) ^_ `a ba c berasal dari

Finlandia dan telah dioperasikan di laut untuk menangkap ea ff g bh,ieg ca ^gje dan

jk lmn b. Alat ini merupakan modifikasi dari alat ”jk lm n b i g bh ba c” yang telah

digunakan beratus tahun yang lalu. d_ `a bac adalah alat penangkap ikan yang

banyak dioperasikan di perairan dangkal. Alat ini banyak digunakan pada kegiatan penangkapan ikan di sungai karena dapat dioperasikan pada perairan yang berarus. Dalam kondisi demikian alat ini biasa dioperasikan tanpa menggunakan sayap atau penaju (Gebhards 1979). Pada daerah dengan arah arus

yang tidak tetap ^_ `a bac memiliki sayap yang pendek sedangkan di perairan

pesisir dengan arus yang relatif lebih lemah, ^_ `a bac dioperasikan dengan

menggunakan sayap yang panjang untuk menangkap ^ ln o bpa f dan ikan demersal

lainnya. Pada kondisi seperti ini sayap ^_ `a ba c diberi pemberat dan pelampung agar bisa berdiri tegak tanpa harus ditopang oleh tiang patok. Di sungai yang berarus, ^_ `a bac biasanya banyak menangkap udang. Alat ini juga digunakan untuk menangkap ikan peruaya misalnya sidat (q bho gl lk sp) (Rounsefell and Everhart 1962; Schneider dan Merna 2000; O’Neal 2006).

Terpilihnya^_`abacterpilih sebagai alat uji berdasarkan serangkaian studi pustaka yang menemukan bahwa alat ini secara hipotesis bersifat ramah terhadap lingkungan terumbu karang karena sifatnya yang pasif terhadap ikan target sehingga kecil peluang bagi alat ini untuk membentur terumbu karang,


(33)

5 sebagaimana halnya pada alat penangkapan ikan yang bersifat pasif yang

menjadikan ikan yang aktif bergerak sebagai target penangkapannya (Jenningsrs

tu. 2001; Soadiq 2010). Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan untuk mengamati

pola gerak ikan di sekitar vwx r y rs dalam proses penangkapan maupun proses melepaskan diri untuk dapat mengetahui desain yang baik bagi alat ini untuk menjadi alat yang lebih efektif dalam menangkap ikan.

Penelitian pola gerak ikan karang biasanya ditujukan untuk penemuan

jalur ruaya ikan-ikan tertentu untuk tujuan kegiatan penangkapan. Selain itu

penelitian tersebut juga dapat ditujukan untuk dapat mencegah penempatan alat tangkap di jalur ruaya ikan yang sedang menuju tempat pemijahannya agar upaya plestarian ikan karang dapat dilakukan. Dalam penelitian ini pola gerak ikan yang diamati tidak mencakup pola gerak migrasi menuju tempat pemijahan (pola gerak musiman) tetapi hanya dibatasi pada pola gerak acak di sekitar alat tangkap uji dan pola gerak aktif yang dipengaruhi oleh kondisi siang dan malam.

zwxr yrs adalah alat tangkap uji dalam penelitian ini. Alat ini dipilih berdasarkan hasil studi pustaka yang dilakukan selama 3 bulan untuk menelusuri alat penangkap ikan yang ada di dunia saat ini yang secara hipotesis mampu menangkap ikan karang dalam jumlah yang memadai dari segi ekonomis seperti didaerah asalnya 5-8 kg perhari operasi (Hemingway dan Elliott 2002) namun tidak merusak stok ikan karang maupun terumbu karang sebagai habitat ikan tersebut.

{| } P~ €€ ‚aƒ„a‚a…a†

Hal utama yang dituntut dari suatu alat tangkap yang dioperasikan di terumbu karang adalah tingkat keramahannya pada lingkungan, yakni tidak merusak terumbu karang sebagai habitat utama pada ekosistem tersebut dan memiliki tingkat selektivitas yang tinggi agar alat tidak menangkap juvenil ikan dan penyu yang banyak terdapat di ekosistem tersebut. Namun alat tangkap yang dianggap ramah di tempat lain ternyata tidak ramah di perairan terumbu karang karena dapat merusak terumbu karang.


(34)

Sungguhpun pada kegiatan perikanan di terumbu karang para nelayan menggunakan alat tangkap tradisional dan berskala kecil yang dioperasikan untuk menangkap ikan secara individu atau berkelompok, beberapa alat dikategorikan sebagai alat yang tidak merusak lingkungan, misalnya pancing, ada yang dikategorikan merusak karang yang rapuh, misalnya perangkap dan jaring insang tetap dan ada yang dikategorikan sangat merusak, misalnya penggunaan bahan peledak dan bahan beracun dalam kegiatan penangkap ikan. (Amar ‡ˆ ‰Š. 1996; Alcala dan Russ 2002).

Anggapan bahwa alat penangkap yang tergolong pasif misalnya pancing sebagai alat yang tidak merusak lingkungan tetapi secara tidak langsung jangkar yang digunakan untuk menahan perahu dalam pengoperasian pancing dapat membentur terumbu karang hingga rusak. Bubu yang dianggap alat yang tidak merusak lingkungan menjadi alat yang merusak karena nelayan menggunakan karang sebagai pemberat dan untuk penyamaran alat tersebut. ‹ Œ Ž ‰‘ adalah alat tangkap pasif yang hampir tidak bersentuhan dengan terumbu karang tetapi benturan tongkat para nelayan saat menggiring ikan ke dalam kantong alat tersebut dapat menghancurkan karang (McManus 1996).

Alat tangkap aktif misalnya pukat harimau, pukat cincin dan pukat pantai dikategorikan sebagai alat yang sangat merusak terumbu karang. Menurut Bjordal (2002) saat ini telah banyak paparan terumbu karang dunia yang telah dirusak oleh trawl dan memerlukan lebih dari seratus tahun untuk dapat memulihkannya. Berdasarkan hal tersebut di atas maka sebetulnya yang menyebabkan suatu alat tangkap menjadi alat yang merusak lingkungan sangat ditentukan oleh metode pengoperasian yang digunakan oleh nelayan. Disinilah pentingnya penerapan suatu manajemen dalam perikanan agar dampak negatif yang dapat timbul dari kegiatan penangkapan ikan dapat diminimalkan.

’ “ ” T•j• –—P˜ —˜ ™š ›š–—

1.3.1 Tujuan umum

Mendapatkan alat penangkap ikan yang lebih efektif dalam menangkap ikan dan lebih ramah pada lingkungan terumbu karang.


(35)

7

1.3.2 Tujuan khusus

(1) Mengkaji desain konstruksi dan teknik pengoperasian œ žŸ  Ÿ¡ untuk

pengoperasian di perairan terumbu karang.

(2) Mengkaji tingkat keramahan model œž Ÿ   Ÿ¡ berdasarkan kondisi hasil

tangkapan, selektivitas dan teknik pengoperasian alat.

¢£ ¤ ¥ ¦§¨ ¦¦ © pª§ ª«¬© ¬¦§

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan kemampuan œž Ÿ  Ÿ¡

dalam menangkap ikan karang dan dapat menunjukkan tingkat keramahan alat tersebut terhadap ekosistem terumbu karang sehingga dapat menjadi alat penangkap alternatif dalam menangkap ikan karang.

¢£­ ®¬p¯©ª°¬°

(1)± žŸ Ÿ¡mampu menangkap ikan karang.

(2)± žŸ   Ÿ¡ merupakan alat yang ramah lingkungan di perairan terumbu karang.

¢£ ² ³ª´ ¦§µ ¶¦pª·¬ ¶¬ ´ ¦§

Terumbu karang adalah habitat di laut yang memiliki tingkat kesuburan tertinggi dengan berdasarkan pada kelimpahan biota yang menggantungkan hidup padanya. Salah satu biota yang melimpah pada wilayah perairan tersebut yang memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan adalah ikan karang.

Satu hal yang menimbulkan masalah dalam pemanfaatan ikan karang di Indonesia adalah penggunaan metode penangkapan yang dapat merusak terumbu

karang misalnya pengoperasian ¸¹º » ¼½ ¸¾ yang secara tidak langsung dapat

mengakibatkan kehancuran pada karang bercabang akibat terkena hantaman tongkat dan terinjak oleh kaki para nelayan yang mengoperasikan alat tersebut. Pengoperasian¿¾ÀÀ  Ÿ¡/ tr½ ¸¸ŸÀ  Ÿt di dasar perairan yang berkarang juga dapat


(36)

merusak terumbu karang. Penggunaan bubu juga dapat mematikan karang batu yang digunakan untuk menindih alat penangkap tersebut.

Studi pustaka dilakukan untuk mengkaji alat tangkap yang paling sesuai untuk kondisi terumbu karang, yaitu bersifat pasif agar tidak membentur karang. Selain itu juga alat tersebut harus dapat menangkap ikan cukup banyak sehingga dari segi ekonomis cukup memberikan keuntungan. Ada sejenis alat baru yang

secara hipotesis memenuhi persyaratan tersebut, yakni ÁÂÃÄ ÅÄ Æ. ÇÂ ÃÄÅÄÆadalah

alat penangkap ikan yang bersifat pasif dan lebih ramah lingkungn karena hasil tangkapannya diperoleh dalam keadaan hidup sehingga keputusan untuk pemanfaatan ikan tersebut berada pada nelayan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji teknik pengoperasian ÁÂ ÃÄ Å ÄÆ

dalam menangkap ikan karang agar dapat dikembangkan sehingga tidak menimbulkan dampak yang dapat merusak lingkungan terumbu karang dan sekaligus dapat memberi hasil tangkapan yang memadai sehingga dapat menggantikan pengguanan sianida dan bahan peledak dalam operasi penangkapan ikan.

Dalam mengkaji teknik pengoperasian alat penangkap, informasi tentang tingkah laku ikan merupakan hal yang terpenting karena keberhasilan suatu operasi penangkapan untuk menangkap jenis ikan tertentu sangat ditentukan oleh kesesuaian tingkah laku ikan. Ikan yang bersifat aktif beruaya ditangkap dengan menggunakan alat penangkap yang dipasang pada jalur ruayanya. Ikan-ikan yang bersifat bergerombol ditangkap dengan alat penangkap yang mampu mengurung ikan di dalam area penangkapan. Ikan-ikan yang bersifat bersembunyi di dalam liang batu ditangkap dengan menggunakan perangkap yang menyerupai lubang persembunyiannya dan ikan yang bersifat membenamkan diri di dasar perairan ditangkap dengan menggunakan alat yang dapat menyapu dasar perairan.

Gambar 1 di bawah ini adalah skema yang menggambarkan alur pemikiran peneliti dalam melakukan penelitian ini.


(37)

9

È ÉÊËÌ ÍÎÍÏÐÑ Í ÒÐÑ ÐÓ Ð Ô

PÊËÕ ÊÓ Ê ÑÐÍÐË ÒÐÑ ÐÓ Ð Ô

ÖÊÌ×ÉÊ

ÌÍÉÐÏ Ì Í ÉÐÏ

Õ Ð

ØÐÑ Í Ó

Gambar 1 Skema kerangka pemikiran penelitian

PENANGKAPAN IKAN KARANG

KARANG

Penggunaan bahan peledak

Meningkatkan efektivitas alat tangkap dan ramah lingkungan

Hipotesis alat dan metode penangkapan yang ramah lingkungan

Pengggunaan Bahan Beracun Efektif tetapi merusak lingkungan Efektif tetapi merusak lingkungan Penggunaan alat tangkap

Secara tidak langsung merusak karang Hasil tangkapan terbatas

Modifikasi alat dan metode penangkapan

Kajian teoritis pada tingkah

laku ikan Hipotesis sifat ikan yang dapat dimanfaatkan

Ujicoba di Lapangan

Alat penangkap ikan yang efektif dan ramah lingkungan

Muro ami Gillnet Bubu Pancing Sero Panah

Pengoperasian terbatas

Ù ÚÛ ÜÝ ÜÞ (alat tangkap alternatif)

Kajian teoritis pada alat dan metode

penangkapan

Efektif dan ramah lingkungan Studi pustaka


(38)

ß à á â ãäå æå çå èéêë ê ë

ß à á.ß Wì íä êæì îä ãëpì äpã îãçé äéìî

Penelitian lapangan dilakukan selama dua tahun, yaitu bulan Nopember 2008 hingga Oktober 2010. Daerah yang menjadi lokasi penelitian ini adalah perairan pesisir barat Pulau Selayar di bagian timur laut Pulau Pasi (06o05’ 21.4”

LS dan 120o 27’ 34.0” BT) yang merupakan wilayah Desa Parak, Kecamatan

Bontomanai, Kabupaten Selayar, Propinsi Sulawesi Selatan. Pulau Selayar adalah pulau yang dikelilingi oleh terumbu karang tepi di sepanjang pesisirnya. Panjang pulau kira-kira 100 km dan lebar terbesar kira-kira 7 km. (Gambar 2) Pada sisi sebelah barat pulau terdapat paparan lamun dan terumbu karang sejauh 100 hingga 500 m dari garis pantai dengan kedalaman saat air surut 0 s/d 100 cm. Dibagian tepi luar padang lamun terdapat tubir karang yang curam hingga kedalaman 5 s/d 25 m. Di pesisir timur pulau hanya terdapat sedikit paparan karang dan yang selebihnya adalah tubir karang yang curam hingga ke kedalaman 3000 m.

Suhu perairan permukaan adalah 29 oC s/d 31 oC. Perairan di lokasi

penelitian cukup cerah dengan kemampuan pantau secara visual hingga pada kedalaman 10 m pada waktu pagi hingga siang hari. Menjelang sore hari jarak pandang di dalam air semakin menurun terutama bila terjadi turbulensi air laut oleh tiupan angin di siang hari.

ß à á.ï Tìðì ñì îPã îãç éäéì î

Secara keseluruhan penelitian ini terdiri atas beberapa tahapan, yaitu :

(1) Studi pustaka untuk mendapatkan jenis alat yang sesuai bagi

penangkapan ikan di terumbu karang dan studi pustaka tingkah laku ikan

(2) Pengambilan data lingkungan dan geografis di lapangan

(3) Pembuatan desain dan konstruksiò óô õöõ÷yang sesuai dengan hasil studi


(39)

11

Gambar 2 Peta lokasi penelitian di perairan karang sebelah barat Pulau Selayar

(4) Uji coba pengoperasian ø ùúû üûý untuk menangkap ikan karang yang

dikaitkan dengan tingkah laku ikan berdasarkan studi literatur.

(5) Observasi bawah air dengan menggunakan program “þÿ û” pada

kamera digital untuk mengetahui jenis ikan yang berada di sekitar mulut ø ùúûüû ý.

(6) Pengkajian hasil observasi tingkah laku ikan terhadapø ùú ûü ûý.

(7) Studi pustaka dan wawancara dengan para nelayan untuk mengatasi

temuan permasalahan di lapangan.


(40)

(9) Uji coba alat yang telah dimodifikasi

(10) Observasi terhadap tingkah laku ikan lanjutan

(11) Pengkajian hasil observasi. Kalau hasilnya belum sesuai dengan hasil yang diharapkan (hipotesis nol), maka dilakukan kembali studi pustaka, modifikasi desain alat, uji coba alat, observasi tingkah laku ikan dan evaluasi.

(12) Penulisan disertasi

PUST

Akimichi T. 2006. Inappropriate activities around coral reefs. P. 69 – 76. :

Ministry of the Environment and Japaneese Coral Reef Society [eds]. . (www.coremoc.go.jp.english/pub/coralreefjapan/

0206.pdf; 21 Agustus 2007).

Alcala AC. and Russ GR. 2002. Status of Philippines coral reef fisheries.

s . . 15: 177 – 192.

Amar EC. Cheong MRT, and Cheong MVT. 1996. Small-scale fisheries of coral reefs and the need for community-based resource management in

Malalison Island, Philipppines. s .s.25: 265 – 277.

Bjordal A. 2002. The use of technical measures ini responsible fisheries:

regulation of fishing gear. p. 21 – 47. I : Cochrane KL. s ry

r’s G : ! " urs t r " .

FAO Fisheries Technical Paper 424, Rome.

Dahuri R. 2003. K ! H# t $": t %!

Br

&ut I s . PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 412 hal.

Gebhards S. 1979. Type and Operation of Inland Commercial Fishing Gear. Idaho Department of Fish and Game 59 (5) 28 p. (https://research. idfg.idaho.gov/Fisheries Research Report/Volume 059Article005.pdf; 15 Maret 2008)

King M. 1995. s rs B#, sss! " ! " . 2

nded. Fishing News Books. Oxford. 382 p.


(41)

13 Kushima J-A and Miyasaka A. 2003. Report on the discussions to manage the use of lay nets. State of Hawaii. Department of Land and Natural Resources. Division of Aquatic Resources. 22 p. (hawaii.gov/ dlnt/dar/pubs/net_report02.pdf; 11 Maret 2008).

McManus JW. 1996. Social and economic aspects of reef fisheries and their

management. p. 249 – 281' (PoluninVC and Roberts CM (eds). )* *+

, -. /*0 -*.. Chapman and Hall.

O’Neal JS. 2006. Fyke Net (in Lentic Habitats and Estuaries). p. 411 – 424' (

Johnson DH, Shrier BM, O’Neal JS, Knutzen JA, Augerot S, O’Neal TA and Pearsons TN (eds).123 45(-6,-*3 670 5 85953.:2(6;5 5<: =*9/(->?*. +5 0 @. .*. . -(A

182 8? .

2(6 =0*(6. -( 12345( 2(6 =0 5? 8

75B?3 2 8 -5(.. American Fisheries Society in Association with State of the Salmon,

Portland, Oregon. (www.Stateofthesalmon.org/field protocols/downloads/

SFPH_supp.pdf; 14 Mei 2008).

Pet-Soede C, van Densen WLT, Pet JS, and Machiels MAM. 2001. Impact of Indoensian coral reef fisheries on fish community structure and the resultant catch composition. ,-. /C) *.C51: 35-51

Rounsefell GA. and Everhart WH. 1962. ,-. /*0 D19 -* (9*E'8.F*8/5 6.2(6

@B B3 - 928-5(.. John Wiley and Sons, Inc. Newyork. 444 p.

Schneider JC and Merna JW. 2000. Fishing Gear. Chapter 3 -( Schneider JC. (ed.) 2000. F2(?23 5++-. /*0 -*.. ?0G*D 4*8/56 .''EH - 8/B*0 -56 - 9 ?B62 8*.. Michigan Department of Nature Science, Fisheries Special Report 25, Ann Arbour.(www. Michigandnr.com/publications/…/ifr/ifrhome/manual/SMII Chapter 03.pdf; 2 April 2008).

Soadiq S. 2010. I< .B*0 - 4* ( 7* (2( A< 2B2( '< 2( J20 2(A 6* (A2( F* (AA?(2 <2( , D<* K *8 F56-+-< 2. - 6 - < 2; ?B28* ( 1*32D 20. Thesis. Institut Pertanian Bogor. 72 hal.

Tim penyusun Pedoman Umum COREMAP II. 2004. Pedoman Umum Pengelolaan Proyek COREMAP II. Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Program Rehabilitasi dan Pengelolaan terumbu Karang Tahap II. 185 hal.

Valdemarsen JW and Suuronen P. 2003. Modifying Fishing Gear to Achieve Ecosystem Objective. P. 321 – 341. ' (: Sinclair M and Valdimarsson G [eds]. Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem. Food and Agriculture Organization of the United Nations and CABI Publishing, Cambridge, MA


(42)

RN URZWQ[ Y L\ M[ ]U] N PZM^T MZR]ZMN

_` a bc defguluf d

hi ji kl mlnj mijmnjo ml jop n q kn p r l pnj sl nkn t ti t i u krpn j pin q kl n j snj viunknmnjpq rw rwmi u rmn tnpnuijnxyzi pzn jon pnjs l klqnmyiun snslsn kn tn l usn j vn sn pisn kn tnj znjo { rp rv yi w n u wi qljoon n pnj t ijltyr kpnj vi utnw nkn qn j xki qn sn jzn mi pnjnj nl uzn j oyi w nuvn sn viunknmn jvitnjmnr snj vijziknt znjo t ijox vi unw l pnjjzn w iumn p imi uynmnwnj { nqn zn sls n knt nlu znjo t i t y rnm xyzip znjo s ln tnml prunjo |i kn w miukl qnm} ~i m xs xk xol zn j o rtrt s l or jnp n j s n knt t i t x jl m xu npmll mnw lpn j sl qnylm nw kljzn€ t lw nk jzn sl miurty r p n un j o€ n snknq sijon j tijoor jn pnj vij on tnmn j w i{nun kn j ow rjo x ki q vnun vijzikn t ‚uxj x ƒ„… ƒ† ‡uxw yz s n j ˆi iwi ƒ „„‰ † Šit l j o‹n z s nj Œkkl xmm ŽŽ  } hijon t nmnj w i {nun kn j ow rjo t iurvn pnj ti m xsi zn j o yn orw p n ui jn vijziknt snvn m t ijoq l mr jo s n j t i j oi wml tn wl rp r un j lp n j znjo miuw i tyrjzl s l k rynjo snj sl w ikn pnunjo zn jo w rkl m sl knprpnj s i j onj tij oorjnp n j pn ti un nmn r |n ul jo Ši k tnjƒ„‘’}

~ijrur m Šikt n j ƒ„‘ ’ |ron Ši t l j o‹n z snj Œk kl x mm ŽŽ€ xywiun w l kn j ow rjo “” • “– — s lor jn pnj rjm rp t ijijmrpn j slw m ul y rw l€ pikltvn qnj€ ylxt nw wn€ p xtvxw lw l w vi wliw€ pn unpmiu vx vrknw l€ npmll mn w sn j mljopn q kn p r l pnj zn l m r t i tl|n q€ tn pnj€ yiuoiun p w iumn n p mllmn w znjo yiupn l mn j sijonj snw nu vi un lunj nmnr w rn mr xyzip snknt n l u} ˜kiq wiyny lmr t i mxsi ljlkn q znjo vnkl j o iip ml snkntti tvi kn|nulmljop nq knpr lpnj snjvi tnj nnmnjqnylmnmxki qlpnj} ~i m xsi xyw i un wl l w rnk yl nw njzn s l ynjm r si jon j viunkn mnj ™‡š› ‚€ w jx up kl jo€ pn t i un l six h x umm œ–ž } ŽŽ‰€

pijsnunnj

yn‹n qn l u€

w mn w l r jvijont n msl n mnw nl uznjo t n w l joŸt n w l jo nknmynjmr miuwiyrm ti t lkl pl pi pq rw rw n j mi uw ijs l ul} ™rjo orq v rj t imxsi miuwiyrm zn jo mi u yn lp n pnj mimnvl vnsn |nun p znjo uiknml sipnm sijon j xyzi p€ piyiun snnj vijzikn t np n j titvijonurql p xjs lw l nknt l sl k xpn wl vijont nmnj miuwiyrm n pl ynm oikityr jo rsnun znjo sl pikrn up n j x ki q vi jzikn t znjon pnjt ijn p rmll pnjw i ql j oonn pnjt ijoonjoorvijn t vl kn jjzn›unsyi i uœ– ž } ŽŽ } ˜kiq


(43)

£ ¤¥ ¦¤ §¨ ©ª ¤«¨ ¬ ­¥ ¦¨®¨ ¥¦¨© ¤¥ ¯¯°¥ ¨ ­¨¥£ ¤±¨§¨ ²¨ ¥ª¥³± ­ §¬ ¥¯´µ ¤ §¶ ©¨ ¥¡· ¸¹º»¨¥ »¨ £¨ ²© ¤¥¯¯ °¥¨­¨ ¥­¨ ©¤±¨°¥ ² °­

©¤±¤­¨©¼ ½¤²¤± «¨² ¨ª¨ ¥

­¤©¨ ©£ °¨¥ £¨¥»¨ ¥¯¨ ¥ »¬ »¨§¨© ¨¬ ± © ¤©« °¨² £ ¤ ©¨ ¥²¨ °¨¥ ª ¤¾¨ ±¨ ¿¬ª°¨ § ²¬»¨­ »¨£¨ ² ©¤ ©«¤±¬ ­¨¥ ¬¥ ¶³± ©¨ª¬ £ ¤¥ ²¬¥ ¯ ¦¨ ¥¯ §¤«¬® ¨­°± ¨² ´À±³¥³¿ ¡·Á¡º¼ §¤ ® ª¤«¨ « ¬² ° £¨»¨ £ ¤¥¤ §¬ ²¬ ¨¥ ¬¥ ¬ °¥²°­»¨£ ¨² ©¤¥¯¤²¨®°¬ £³§¨ £ ¤±¯¤±¨­¨ ¥ ¬­¨ ¥ ²¤± ®¨»¨£ à ÄÅ Æ Ç ÆÈ »¬ ¯°¥ ¨ ­¨¥ É « °¨® ­¨ © ¤±¨ »¬¯¬²¨§ ¦¨ ¥¯ »¬ « ¤± ¬ £ ¤ §¬ ¥ »°¥¯ ¨¥ ²¬ ¨¬ ± ¦¨ ¥¯ »¬£ ¨ ª¨ ¥¯ £¨»¨ £³ª¬ ª¬ ©¤¥»¨²¨ ± ´ ª¤Ê¨Ê¨ ± »¨ª¨± §¨ °²º »¨ ¥ ¿¤±² ¬ ­¨§ ´²¤¯¨ ­ § °± ° ª »¨ ª¨ ± §¨°² º ¨¯¨± £¤¥ ¯¨©¨²¨¥ »¨ £¨ ² »¬§¨­°­¨¥ »¨± ¬ »°¨ ¨± ¨® ¦¨ ¥¯ « ¤± « ¤ »¨¼ ˨ ²¨ ¦¨¥¯ »¬ ®¨ ±¨ £ ­¨¥ ²¤±²¨ ¥¯ ­¨£ ³ §¤ ® ­¨ ©¤±¨ ²¤± ª ¤« °² ¨ »¨§¨® ¯¨©«¨ ± £±³ª¤ ª ² ¤±²¨¥¯­¨ £¥¦¨ ¬­¨ ¥ £¨»¨ à ÄÅÆ ÇÆÈÌ £±³ ª¤ ª £¤¥¯®¬¥ »¨±¨¥ ¬ ­¨¥ ² ¤± ®¨ »¨£Ã ÄÅ ÆÇ ÆÈ»¨ ¥± ¤¨ ­ª¬¬ ­¨ ¥² ¤± ®¨»¨ ££¤¥¨Ê°»¨ ¥ª¨¦¨ £Ã ÄÅ ÆÇÆȼ

ͨ¨ ² ¬¥ ¬ ² ¤ §¨® « ¨¥¦¨­ »¬ ­¤ ©«¨ ¥¯­¨¥ £¤±¨§¨² ¨¥ ¦¨ ¥¯ ©¨©£° © ¤ ©¨¥²¨ ° ³«¦¤­ »¬ »¨ §¨ © ¨¬ ± »¤¥¯¨¥ ®¨ ±¯¨ ¦¨ ¥¯ ± ¤ §¨ ²¬¶ ª¤ ©¨ ­¬ ¥ ²¤±Ê¨ ¥¯ ­¨ °¼ Í ¤§¨ ©¨ ¬ ¥¬ ¿¬»¤³ «¨ Ψ® ¨ ¬±©¤±°£¨ ­¨ ¥ £ ¤±¨ §¨ ²¨ ¥¦¨¥ ¯«¨ ¥ ¦¨ ­ »¬¯ °¥¨­¨ ¥ °¥² ° ­£¤¥¯¨ ©¨ ²¨¥ « ¤¥ »¨Ï«¤¥ »¨ ¦¨¥ ¯ «¤±¯ ¤±¨­ ¥ ¨ © °¥ ª¨ ¨² ¬¥ ¬ ­¨© ¤±¨ »¬ ¯¬ ²¨§ « ¨Î¨ ® ¨ ¬± »¤¥¯¨ ¥ ­¤ ©¨©£ °¨¥ £¤¥¨¥¯ ­¨ £¨ ¥ ¯¨©« ¨± ¦¨¥ ¯ ª¤©¨ ­¬¥ ª¤ ©£ °±¥¨ »¨ ¥ »¤¥¯¨¥ © ¤¥ ¯¯°¥¨­¨¥ £±³ ¯±¨© ÐÑÒ Ó Æ »¨ £¨² © ¤¥¯®¨ª¬§­¨ ¥ ¯¨ ©«¨ ± ¦¨ ¥¯ «¤± ¯¤± ¨ ­ ª ¤ ®¬¥ ¯¯¨ ¯ ¤± ¨ ­¨¥ ¬­¨ ¥ »¬ »¨§¨© ¨ ¬± »¨ £¨² ²¤± ¤ ­¨©¼ §¤ ® ª¤«¨ « ¬²° °¥²°­ £ ¤¥ ¤ §¬ ²¬¨ ¥¦¨ ¥¯ª ¤ »¤±®¨ ¥¨»¨ ¥»¨§¨ ©

ʨ¥ ¯­¨

Ψ­² °¦¨ ¥ ¯ª¬¥¯­¨ ²£¤± ¨ §¨² ¨¥² ¤± ª ¤« °² »¨ £¨ ²»¬¯ °¥¨­¨ ¥¼

Ô¤±¨§¨ ²¨ ¥ §¨¬ ¥ ¦¨ ¥¯ ª¨ ¨ ² ¬¥ ¬ ª ¤ ©¨­¬ ¥ « ¤± ­¤©«¨ ¥¯ »¨ ¥ « ¨¥¦¨­ »¬¯°¥¨­¨¥ °¥ ² °­ £ ¤ ©¨ ¥²¨ °¨¥ «¨ Ψ ® ¨ ¬± ¨ »¨ §¨ ® Õ ÖÑ ×Æ ÕÓ Ø ÙÚÓ È ÛÆ ÖÆÒÓ ×ÑÇ ´ÜÜ Ý Þºß ¥¨© °¥ ®¨ ±¯¨ £ ¤±¨§¨ ²¨ ¥ ¬ ¥¬ ©¨ª¬® ¾°­ °£ ©¨ ®¨§ ª ¤ »¨¥¯­¨¥ ­¤ ©¨©£°¨ ¥ ¨ §¨ ² °¥ ² °­ © ¤¥»¨ £¨ ² ­¨ ¥ ®¨ ª¬§ ¦¨¥¯ ¾°­°£ «¨ ¯°ª ©¨ ª¬ ® ª¨¥¯¨² ² ¤±« ¨² ¨ ª¼ ਪ¬® »¬£¤± § °­¨¥ «¨ ¥ ¦¨­ £ ¤±¨§¨ ²¨ ¥ ²¨ ©«¨®¨ ¥ »¨ ¥ £ ¤¥¯¤ ©«¨ ¥¯¨ ¥ ² ¤ ­¥¬­ ¨¯¨±

Ü ÜÝ Þ »¨ £¨ ² © ¤¥¯®¨ ª¬§­¨ ¥£ ¤ ©¨ ¥²¨ °¨¥¦¨ ¥¯§¤«¬ ®ª ¤©£ °±¥¨¼

Ô¨»¨ £¤¥ ¤§¬² ¬¨ ¥ ¬ ¥¬ »¬ ¯°¥¨­¨ ¥ ª²¨ª¬ °¥ £ ¤¥¯¨©¨² « ¤± °£¨ ±¨­¬ ² ¨ £ °¥¯ »¨ ¥ £ ¤±¨®° « ¤±¾¨ »¬ ­¼ À§¨² £¤ ©¨¥²¨° «¨ Ψ® ¨¬± »¬ ¯°¥ ¨ ­¨¥ ­¨© ¤±¨ »¬ ¯¬² ¨ § ᬠ­³ ¥ ܳ ³ §£ ¬â ±¤ª³ § °ª¬ ¸ßã ÐÆäåæÓ çÆ Ö »¨ ¥ ͳ ¥ ¦ ܦ« ¤± Ï ª ®³² » ¤¥ ¯¨ ¥ ± ¤ ª³ §°ª¬ ¡ ãß ¡ ÐÆ äåæ Óç ÆÖ

ª¤± ²¨

ÕÖÑ × ÆÕÓØ Ù ÚÓÈÛÆÖÆÒ Ó ×Ó ÑÇ´Ü ÜÝÞº¼

Ý°Ê°¨ ¥ £¤¥¯¯°¥¨ ¨¥ £ ¤±¨ §¨ ²¨ ¥ ²¤±ª¤« °² »¬ ¨² ¨ª¨»¨§¨® °¥ ² °­ »¨£¨² © ¤§¬ ®¨² ²¬ ¥¯­¨ ®§¨­°¬ ­¨¥»¬ª ¤ ­¬² ¨±»¨ ¥ »¬»¨ §¨ © à ÄÅÆÇÆȨ¯¨±£¤± ¶³± ©¨¨ §¨² »¬»¨§¨ ©¨¬±


(44)

êë ìë íêîïð íëñ òîóðñ îô õõëêë ìëíêîöëï òïëô ìð ÷ø ëîïëôøëîïìë êëïùôó í ÷òïóîú ë òìòô í ðï ô îï

ì ðôõù ìð ÷ë ó îëôôûë

ó ðñ îô õõë ìð ÷ùöðñ ëô ñëóîö í ëôõï ë ìëô

ú ðôüë ìë î

íîô õïëí ûëô õù ì íîú òúýý

2þ2 ÿ t r

2þ2þ1 st u

ô í òï ê ëì ëí úðöëï òïëô ìðô õëú ëíëô øë ëñ ë î÷ ê î öùïëó î ì ðôðöîíî ëô êî ìð ÷ö òï ëô ó í ëó îòô ìðôõëú ë íëô òôíòï úðô ë êî íð ú ìë í ìðôðö î íî úðö ëïòï ëô ìðô õëú ë íëô ø ëîï êë ÷î ëíë ó ë î ÷ úëò ìòô êî êëöë ú ëî ÷ íðú ìë í òô í òï ì ë÷ ë ìðô ðöî íî øð ÷î ó íî ÷ëñ ëí êëô í ðú ìë í ì ðôûîú ì ëô ëô ì ð÷ëö ëí ëô òô í òï ì ðô õëú ë íëôý íë ó îòô ìðô õëú ë íëô ûëô õ êîìð ÷ö òï ëô ëêëö ëñ êòë øòëñ ûë îíò óí ëó î òô úðô ð íë ì ëú øë ÷ êëôóí ëó î òôøð ÷õð ÷ëï ëú øë÷ý íë óîòôú ðô ðíëì êî ìð ÷ö òï ëôòô í òï ìðô õëú ëíëô ûëô õ êîöëïòï ëô êë ÷î ìë õî ñ îô õõë óù÷ð ñë÷ î êëô òõë ó ðø ëõëî íð úìëí øð ÷îó í î÷ëñ ëí êëôíðúì ëíøð ÷ö îô êòô õê îï ëöëøëêëîý ð êëô õïëô ó íë ó îòôøð ÷õð ÷ëïêî ìð ÷öòï ëôòôíòï ìðô õëú ë íëôì ëêë ûëôõêîù ìð ÷ë ó îï ëôóðüë ÷ëøð ÷ìîô êëñý

íë ó îòô ø ð÷õð÷ ëï ûëôõ êî õòô ëï ëô ë êëö ëñ ìð ÷ëñò øð ÷üëêîï ê ðôõëô íðô êë ûëô õ

êë ìë í êîï ð ú øëôõï ëô ïð ó ëú ìîôõ

ûëôõ òòô õôûë

êî îï ë í ìë êë üë êîï

ìð ÷ëñ ò ìë êë óë ëí ê îöëï òï ëô ìðôõëú ë íëô êëô ê ëìëí êîõòöòôõ êî ó ë ëí ëô õîô ï ðôüëô õ øð ÷í îòìý ð÷ ëñò íð ÷ó ð øòíòõë ê îö ðô õï ëìîêðô õëô! "#$ # %&' òô íòï ú ðô êð íðïë óî ï ð êëöë úëôêëôìùó î óîíð÷ò úø òï ë÷ëô õý

íë ó îòô ú ðô ðíëì ë íë ò ìð÷ú ëôðô ûëô õ êî õòôëïëô ë êëöëñ óðø òëñ ÷ ëï îí êë ÷î øë ú øò êðô õëô òïò÷ëô é ( ) ú ê ëô ê îë ìòôõï ëô ù ö ðñ * ø òëñ ê÷òú ìöë ó íîï êëô øò ëñ

ð ÷îõðôý

+î ë íë ó ó íë ó îòô íð ÷ó ð øòí êî øòëí ú ðô ë ÷ë ëöë òìòô ñëö îô î íî êëï êî ó ðí òòî ù öðñ ìë ÷ë ôðöëûëô ïë ÷ðôë ê îïñ ëëíî÷ïëô ÷ëïîí í ð÷ óðø òí êë ìëí íð÷òô õï ëö ùöðñëô õîô êëôê î øë ëñ ú ðô ë ÷ëíð ÷ó ð øòíêî ìë óëô õíðô êëûëôõ êë ìë íú ðöîôêòôõî ìðô õëú ë í êë ÷î ó îô ë ÷ ú ëíëñë÷ î êëô ë õë ÷ ïîö ëò ìð ÷ú òïëëô ëî÷ í îêëï úðô õñ ëö ëô õî ìëô ê ëôõëôìðô õëúë íïðêëö ëúë î÷ý


(45)

./ 01 /23 4/56/5 71 /57859 :/9 ;85<=5 7/0 / :/50=5 =:/ <> ;/:/9/;2


(46)

2C2C2 DEFG EFHI EFH J FIKFHL EKtM NOEtOM N EP EFH EFL E NMrE QK HKtERQK QE RE N EKr

ST UVW XTYZ [\ Z U ] Z^TYZ _\V\ ` Za [Tb Z YZ `T` Z X_\ _ZaZ ^ Z\Y_\ a Z ]c]ZU _TUVZ U bZYZ ^TUT^ XZ` ]Z U ]Z ^T Y Z `TY[T d c` XZ _Z d\UV] Z\ ef Z^dZ Y g _Z U hi jZUV ` T a Zk _\ dTY\ XT ^dTYZ` ZVZ Y _Z XZ` _\a cUb c Y]Z U _Z Y\ [T d c Zk XT YZkc Z` Zc YZ ]\` _\ XTY^ c] ZZ UZ\ Y ]T XW [\ [\UjZ_\_T]Z`_Z [Z Ya Z c` _\_T ]Z`WdjT]j ZUV Z ]Z U_\Z^Z`\l mZ ^T Y Z ` T Y [Tdc` _Z XZ` _\ ` Z Y\ ] ]T^d Za \ ]T Z`Z [ _TUVZ U ^TUVV cUZ ]Z U [Tc` Z [ ` Za\ jZ UV `T a Zk _\\ ]Z`]Z U XZ _Z d\ UV]Z\ ` T Y [Tdc` ef Z^d Z Y ni cU`c] XTUV Z^d\ a ZU _Z`Z k Z [\a Wd [TYoZ [\l STUVWXT Y Z[\ ZU ]Z ^TYZ _\a Z ]c]Z U [Tb Z YZ kW Y\pW U`Za cU`c] ^TUVZ ^d\a VZ ^dZ Y [TbZYZ ^TU_Z`Z Y `T Yk Z _Z X _Z[ Z Y XTYZ\ Y ZU _Z U oT Y`\ ]Za cU` c] ^TUVZ ^d\aVZ ^d Z Y_Z Y\Z` Z[l

fZ ^d Z Yg qZ Ub ZUVdZ UV cUd \ UV ]Z\XT U ZkZ U]Z^TYZcU` c]Wd[TYoZ[\^TU_Z`ZY


(47)

t uv w uxy zu{ |u{ }wu{}~{€xuu‚u{ƒw „ €x …u„ †wu‡ uˆu †x‰€ {}u{Š uv € x u‰†}† ‚u 

2‹2‹ Œ Ž Ž‘’ Ž‘ “”• –— ˜”™š › œ™ž˜•˜Ÿ ™ —™– ¡¢ ¢£ ¤¥

t uv w ux¦ z u{ }Š u †u{u u‚”§¨ ©ª«§¬ ­ ®¯¬°±« ¨«²¬ ª¬ ©³” (CCTV)

Rangkaian CCTV (Gambar 8) terdiri atas Kamera CCTV yang terlindung dalam kemasan kedap air berbentuk torpedo, kabel video dan kabel power yang


(1)

Z[ \ ]^ _[ `Wa

bc[ `d ef[ ` g

9.

hijk lm inopkq

milrosotmiju vklkl

w xnuy kvm ij lktky kmilrosotk l

n ilnk l pmisiqn kjuklkskzykl

mil ppolk klksk nn klpvk mrkl p

jkzktsul pvol pk l

{ xky kmilrosotkln ilnk l pm isiqnk juk l

sulpvolpk lqijnkm il p polkk lkskn

nk l pvkmrkl pjkzktsulpvo lpk l

n ink mutksn ijq i|o nkvkl

zi l ptkskl puvi pukn klliskrkl

zi l}k jlk ~vkt

€ x hk jkmilrosotkvnu~ziz|ijuvk l

m i lrosotklni lnk l pmisiqnk jukl

sul pvol pk lqijn kmilppolkk lkskn

nkl pvkmrkl pjkzktsulpvol pkl

zilo ovikjktmiju vk lklrkl p

|ijnk l ppo l p k ‚k|


(2)

Lampiran 21

†‡ ˆ ‰Š ‹ŒŽ ‘ ’ Ž“ ”•“ –— ˜ ”™ š›™ › ”• ™ ”œ–› •–˜›ž› Ÿ›” ¡¢Ž£ Ž

¤¥ ¥ ¦ §¨ ©¥ ª«

>

PEL

V

¬

­

­

®

¯

°

±

²

³

±

´

µ

·

¸

¹

¸

º

»

¼

¯

½

²

³

±

¾

²

µ

¿

¯

®

À

½

­

À

Á

²

®

²

µ

Â

¼

¯

µ

Â

Ã

²

µ

Ä

À

®

¾

²

µ

¿

¯

®

À

½

­

À

Á

²

®

²

µ

Â

¼

¯

½

²

³

±

¾

²

µ

Å

²

½

À

µ

¼

¯

®

À

Æ

²

¾

Å

²

½

À

µ

¼

¯

®

À

Æ

²

¾

Ç

²

Æ

²

®

È

¯

®

²

±

®

²

µ

¼

¯

½

²

³

±

¾

²

µ

É

¾

²

µ

¿

²

®

Â

¯

³

¼

¯

½

²

³

±

¾

²

µ

È

¯

µ

Ê

À

²

³

²

À

¼

²

½

²

Ë

±

²

¬

±

®

¼

¯

®

À

Æ

²

¾

Ì

³

®

À

¾

³

À

®

È

´

Í

À

Ë

²

Æ

±

É

¾

²

µ

Á

²

®

²

µ

Â

¼

¯

µ

±

½

­

À

Ë

¾

²

µ

Á

¯

¾

¯

®

À

Ã

²

µ

È

¯

®

²

±

®

²

µ

Tingkat Keramahan Fyke Net

1

2

1

1

0

1

1

1

1

Reference PEL

GOOD - best attribute values

Î Î Î Î Î Î Î Î Î

BAD - worst attribute values

Ï Ï Ï Ï Ï Ï Ï Ð Ï

UP - half good, half bad

Î Î Î Î Î Ï Ï Ð Ï

DOWN - opposite to UP

Ï Ï Ï Ï Ï Î Î Î Î

Anchor PEL

Î Î Î Î Î Î Î Î Ï

Î Î Î Î Î Î Î Ð Ï

Î Î Î Î Î Î Ï Ð Ï

Î Î Î Î Ï Ï Ï Ð Ï

Î Î Î Ï Ï Ï Ï Ð Ï

Î Î Ï Ï Ï Ï Ï Ð Ï

Î Ï Ï Ï Ï Ï Ï Ð Ï

Ï Ï Ï Ï Ï Ï Ï Ð Î

Ï Ï Ï Ï Ï Ï Ï Î Î

Ï Ï Ï Ï Ï Ï Î Î Î

Ï Ï Ï Ï Î Î Î Î Î

Ï Ï Ï Î Î Î Î Î Î

Ï Ï Î Î Î Î Î Î Î


(3)

Ñ Ò

L

a

m

p

ira

n

2

1

(

la

n

ju

ta

n

)

Ô Õ Õ Ö × ØÙ Õ ÚÛ Ü

P

E

L

V

Ý Þ Þ ßà á âãäâå æ

ç è ç éê ë

ì à ßãäí ßã æ î ãïâå æ ã ð ì àæ ñ àðå ðã ãæ ò í ó Þ à ßô ãõ ã ì à ßâö ã æ ã æ ì à ßô ã ÷ àæ äã æ ñ øùâæ ú ãïí ö ö à û âðã õ ã ü

ì àßãâßã æ ò à ðãõ ãß

ì à ßô ã ÷ à æ äã æ ñ øù âæ ì à æ ñ å ý à ßãïâã æ Ý ðãä ÷ ã æ ñ ö ãý

þ à ã ßâÿã æ å ö ã ð ì à æ ñ àðå ðã ãæ ò í ó Þ à ßô ãõ ã ì à ßãâßã æ

þ àÞ âã ïãã æ î àðãõ ãæ ÷ âô ã ö ú àðã í ä ã ßâ í ó ãä

Ý æ ñ ñ ã ý ã æ ú ãïõ ãßã ö ã ä ÷ à ßü ãô ã ý øö ã æ ò à ñ ãß õ ã æ ñ ÷ âô ã ö â Þ à ßâ ï þ à Þ âãïã ãæ î à ðã õ ã æ àßãðâü à ßäãæ â

âïã ã ä ú í ïâó í ã æ

÷ âæ ñ ö ã ä ì àæ ô âô âö ãæ î à ðã õ ã æ

í ô ãõ ã à ßö à ðå ó ý å ö å äå æ ñ å õ å æ ñ þ àÞ àßãô ã ã æ ò ú

T

ingk

at

K

er

a

ma

han

F

y

k

e

N

et

1

1

2

1

2

2

1

1

1

1

R

ef

er

en

c

e

P

E

L

G

O

O

D

-bes

t

at

tr

ib

ut

e

v

a

lu

es

B

A

D

-w

or

s

t

at

tr

ib

ut

e

v

a

lu

es

U

P

-h

al

f goo

d,

h

al

f

bad

D

O

W

N

-oppos

ite

to

U

P

A

n

c

hor

P

E

L


(4)

Lampiran 21 (lanjutan)

>

PEL

V

!

"

#

$

%

&

%

'

(

)

*

+

,

+

!

.

"

,

"

/

/

*

"

"

0

1

"

0

2

3

"

4

2

,

"

/

/

*

"

"

5

"

/

6

7

5

"

/

2

,

+

"

8

"

9

:

.

5

"

/

2

;

"

<

.

=

2

!

"

!

+

9

:

.

5

"

/

2

;

"

,

!

-*

2

:

.

6

"

"P

on

gg

aw

a"

K

eg

ia

ta

n

ya

ng

M

em

as

ok

I

ka

n

H

id

up

H

ar

ga

B

ah

an

U

ta

m

a

A

la

t T

an

gk

ap

Tingkat Keramahan Fyke Net

2

1

1

2

2

1

1

1

1

Reference PEL

GOOD - best attribute values

2

2

2

2

2

2

>

2

2

BAD - worst attribute values

? ? ? ? ? ? ? ? ?

UP - half good, half bad

2

2

2

2

2

? ? ? ?

DOWN - opposite to UP

? ? ? ? ?

2

>

2

2

Anchor PEL

2

2

2

2

2

2

>

2

?

2

2

2

2

2

2

> ? ?

2

2

2

2

2

2

? ? ?

2

2

2

2

? ? ? ? ?

2

2

2

? ? ? ? ? ?

2

2

? ? ? ? ? ? ?

2

? ? ? ? ? ? ? ?

? ? ? ? ? ? ? ?

2

? ? ? ? ? ? ?

2

2

? ? ? ? ? ? >

2

2

? ? ? ?

2

2

>

2

2

? ? ?

2

2

2

>

2

2

? ?

2

2

2

2

>

2

2


(5)

Lampiran 21 (lanjutan)

CDDE FG H DIJ

>

PEL

V

K

L

L

M

N

O

P

Q

R

P

S

T

U

V

W

X

Y

Z

Y

[

\

]

P

T

^

_

Q

R

`

N

Q

a

Q

T

Q

T

b

Q

^

P

c

N

d

Q

e

Q

T

f

P

a

N

T

g

P

K

d

Q

R

]

Q

T

^

_

Q

h

`

S

T

i

P

g

P

j

Q

g

P

d

]

Q

T

^

_

Q

h

Q

T

"G

ho

st

Fi

sh

in

g"

Se

le

kt

iv

ita

s

T

er

ha

da

p

Pe

ny

u/

M

am

al

ia

A

ir

Pe

ng

gu

na

an

B

ah

an

U

ta

m

a

A

la

t

T

an

gk

ap

y

an

g

A

m

an

D

ae

ra

h

Pe

na

ng

ka

pa

n

Ik

an

W

ak

tu

O

pe

ra

si

Pe

na

ng

ka

pa

n

Ik

an

Pe

ng

gu

na

an

A

la

t B

an

tu

G

PS/

Fi

sh

Fi

nd

er

Tingkat Keramahan Fyke

Net

2

3

2

1

2

1

1

2

0

Reference PEL

GOOD - best attribute

values

2

k

2

2

2

2

2

2

2

BAD - worst attribute

values

l l l l l l l l l

UP - half good, half bad

2

k

2

2

2

l l l l

DOWN - opposite to UP

l l l l l

2

2

2

2

Anchor PEL

2

k

2

2

2

2

2

2

l

2

k

2

2

2

2

2

l l

2

k

2

2

2

2

l l l

2

2

k

2

2

l l l l l

2

k

2

l l l l l l

2

k l l l l l l l

2

l l l l l l l l

l l l l l l l l

2

l l l l l l l

2

2

l l l l l l

2

2

2

l l l l

2

2

2

2

2

l l l

2

2

2

2

2

2

l l

2

2

2

2

2

2

2


(6)

Lampiran 21 (lanjutan)

pq q rstuqvw

>

PEL

V

x

y

y

z

{

|

}

~



}

€



‚

ƒ

„

…

†

‡

ˆ

‰

Š

‹

Œ

‹

‰



Ž

‰



ˆ

‰



‹

Œ

‘

‹

’

‹

‰



‡

ˆ

‰

Š

‹

Œ

‹

‰



Ž

‰



‹

“

”

ˆ

•

–

‹

—

˜

‘

‹

’

‹

‰



™

ˆ

Š

˜

š

‡

ˆ

‰

Š

‹

Œ

‹

‰



Ž

“

”

˜

‹

‰



›

‹

‰



Œ

‹

’

‘

Ž

‘

‹

’

‹

‰



‡

ˆ

‰

Š

‹

Œ

‹

‰



Ž

‰





˜

‰

‹

Œ

‹

‰

œ

‹

‰



Œ

‹

‰



‘

Ž

’

‹

‰



‡

ˆ

‰

Š

‹

Œ

‹

‰



Ž

‰

‹

‰



Œ

‹

š

‹

‰



Ž

‰

ž

˜

‡

ˆ

‰

Š

‹

Œ

‹

‰



Ž

‰



‹

“

”

ˆ

•

Ÿ

Ž

“

˜

‹

™

‹

 

ˆ

•

‡

‹

‰



Œ

‹

š

‹

‰

‘

Ž

”

Ž

’

‹

Š

‹

‹

‰

¡

Ÿ



‡

ˆ

‰

Š

‹

Œ

‹

‰



Ž

“

”

˜

‹

‰



Ÿ

‹

“

š

‹

¢

Œ

Ž

¡

‹

˜

—



Ž

’

‹

‰



Ž

—

˜



‹

 



Ž

‰

ž

˜

•

˜

¢

Tingkat Keramahan

Fyke Net

1

2

1

2

2

1

2

2

2

Reference PEL

GOOD - best attribute

values

2

2

2

2

2

2

2

2

2

BAD - worst attribute

values

£ £ £ £ £ £ £ £ £

UP - half good, half bad

2

2

2

2

2

£ £ £ £

DOWN - opposite to UP

£ £ £ £ £

2

2

2

2

Anchor PEL

2

2

2

2

2

2

2

2

£

2

2

2

2

2

2

2

£ £

2

2

2

2

2

2

£ £ £

2

2

2

2

£ £ £ £ £

2

2

2

£ £ £ £ £ £

2

2

£ £ £ £ £ £ £

2

£ £ £ £ £ £ £ £

£ £ £ £ £ £ £ £

2

£ £ £ £ £ £ £

2

2

£ £ £ £ £ £

2

2

2

£ £ £ £

2

2

2

2

2

£ £ £

2

2

2

2

2

2

£ £

2

2

2

2

2

2

2