119 Selanjutnya kembali dilakukan perubahan konstruksi bukaan pintu masuk
±² ³ ´
µ´¶
desain kedua menjadi 150 cm x 15 cm dan dibuat kisi dari tali sebanyak 6 buah yang membagi pintu tresebut menjadi 7 buah pintu kecil segi empat yang
bersusun mulai dari dua buah berukuran 15 x 15 cm pada bagian atas kemudian empa buah 20 x 15 cm dibawahnya dan 1 buah pintu 40 x 15 cm pada bagian
terbawah. Dengan menggunakan kisi tersebut ternyata selama penelitian berlangsung tidak didapati lagi penyu yang tertangkap.
Pada konstruksi
± ²
³ ´
µ´¶
yang ketiga bingkai pintu masuk dibuat dari tali PE dengan diameter 10 cm agar lebih kaku. Dengan demikian diharapkan penyu
tidak dapat memaksakan diri masuk menerobos pintu. Ukuran pintu masuk dibuat 100 x 15 cm dibagi menjadi 4 bagian, dua bagian atas berukuran 20 x 15 cm yang
bersusun ke bawah dan dua bagian terbawah berukuran 30 x 15 cm untuk lebih memberi keleluasaan ikan dasar masuk ke dalam
± ²
³ ´
µ´¶
. Dengan adanya kisi yang membuat ukuran terbesar pintu masuk
± ² ³
´ µ
´ ¶
tersebut adalah 40 x 15 cm pada
± ² ³
´ µ´¶
desain kedua, ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran pintu tersebut akan terhalang untuk masuk sehingga model
selektivitas pada pintu masuk
±²³ ´
µ ´¶
juga merupakan fungsi logistik dengan asumsi bahwa alat penyaring dipintu masuk utama berfungsi dengan baik
sehingga tidak ada ikan yang keluar melalui pintu utama tersebut. Fungsi logistik pada pintu masuk berlawanan arah dengan fungsi logistik
· ´ ¶ ¸¹µ
º ´ » ´¼¶¹½¹ ¶
²
yang diberikan oleh mata jaring pada dinding
± ² ³
´ µ´ ¶
.
5.3.3 Retain selectivity
Besar
· ´ ¶ ¸
¹ µ º
´ » ´ ¼¶¹
½ ¹¶²
atau ”
¾ ·
´ ¶ ¸¹µ
” pada
± ² ³
´ µ´¶
ditentukan oleh 2 hal, yaitu:
1 Besarnya ukuran mata jaring yang digunakan untuk dinding alat. 2 Efektivitas saringan pada pintu masuk alat dalam menahan keluarnya ikan-
ikan tangkapan melalui jalan masuk semula sehingga asumsi utama yang digunakan untuk dapat menghitung retain selektivity pada
± ²
³ ´
µ´ ¶
adalah saringan yang dipasang pada pintu masuk betul-betul efektif dapat
120 menahan ikan yang telah masuk untuk keluar kembali melalui pintu
tersebut. Walaupun dinding
¿ÀÁÂ ÃÂ Ä
berupa jaring yang sama dengan gillnet tetapi model selektivitas
¿ ÀÁ Â
ÃÂ Ä
berbeda dengan model pada gillnet. Menurut Bevacqua
ÂÄ Å Æ
. 2009 kurva selektivitas utama pada gill net adalah berbentuk lonceng unimodal, sedangkan kurva selektivitas pada
¿ À ÁÂ
ÃÂÄ
berbentuk ”monotone”, yaitu tidak ada fungi penurunan kurva setelah mencapai titik
puncaknya dan berarti semua ikan yang berukuran tubuh di atas dari ukuran mata jaring yang digunakan akan tertahan. Bentuk kurva selektivitas seperti ini dapat
digambarkan berupa fungsi sigmoid yang dikemukakan oleh De Leo dan Gatto 1995 berikut ini:
ϕS = {1 + e
[−ηS 50
−S]
}
−1
S adalah ukuran panjang ikan, S
50
adalah ukuran panjang ikan yang 50 tertahan
pada dinding jaring, η adalah parameter bentuk yang menggambarkan kemiringan
kurva pada saat S = S
50
. ϕ
Ç
simetris pada
Ç
50
dan nilai η menunjukkan selang ukuran hasil tangkapan.
Model retain selectivity dengan fungsi logistik juga dikemukakan oleh MacLennan 1995 dengan fungsi sebagai berikut:
SL = 11+ exp[ln9L
50
– LSR] Kedua rumus tersebut pada dasarnya sama. Variabel η = ln9SR. Model
hipotesis kurva r
Â
t
Å ÈÃ
s
 Æ
 É
t
È
v
È
ty pada
¿
y
Á Â
ÃÂ
t tertera pada gambar 59 berikut ini. Penggunaan jaring bermata kecil pada
¿
y
Á Â
à Â
t diperairan terumbu karang tidak menjadi masalah dalam keramahannya pada lingkungan terumbu karang
karena di perairan terumbu karang larva ikan karang umumnya bersifat pelagis Leis 1991 dan juvenil ikan karang mulai mencari tempat menetap dikarang saat
malam hari dan langsung bersembunyi di sela-sela karang Mann 2000 sehingga kecil kemungkinan juvenil ikan karang tertangkap oleh
¿
y
Á Â ÃÂ
t . Selain itu
121 walaupun juvenil ikan tertangkap, mereka masih dapat hidup setelah
Ê Ë Ì
Í ÎÍÏ
diturunkan kembali ke perairan asalkan alat ini tidak berada cukup lama di atas perahu. Oleh sebab itu setelah pengambilan hasil tangkapan,
Ê Ë ÌÍ
Î Í Ï
harus segera diturunkan kembali ke dasar perairan agar juvenil ikan memiliki kesempatan
kembali untuk melepaskan diri.
Gambar 59 Model kurva selektivitas dinding jaring
Ê Ë
Ì Í
Î Í
Ï
dengan ukuran mata d 2,5cm dan hanging ratio E 62 dengan nilai hipotesis L
50
= 2,1 cm
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan tidak ditemukan juvenil ikan karang pada hasil tangkapan
Ê ËÌÍ
ÎÍ Ï
. Hal ini mungkin karena Ikan kecil bebas keluar masuk melalui pintu masuk tanpa terhalang oleh rumbai plastik sebagai
penghalang yang terpasang di pintu masuk alat ini. Hal ini dibuktikan oleh hasil pemantauan di dalam air sebelum alat ini diangkat dan terlihat banyak sekali ikan
damsel yang tertangkap Gambar 60. Setelah alat ini ditarik dipermukaan air ternyata semua ikan damsel sudah tidak ada.
Menurut Psuty-Lipska dan Draganik 2005 di Polandia ukuran mata jaring
ÊË Ì Í
ÎÍ Ï
pada bagian kantong yang diizinkan adalah 16 mm ~34 inci. Namun pada saat musim pemijahan ikan, banyak anak ikan yang tersangkut pada
mata jaring yang berakibat mematikan sejumlah besar ikan kecil. Ukuran mata jaring yang digunakan pada
Ê Ë Ì
Í ÎÍ
Ï
desain ke 2 dan ke 3 adalah 1 ¼ ~ 31 mm
H as
il T
an gk
ap an
Panjang Ikan cm 1,125
2,1 3,375
50
25 75
100
4,5 L
50
SR
122 inci, dengan harapan anak ikan yang banyak terdapat di perairan karang dapat
lolos dengan mudah. Hal ini terlihat pada saat
Ð ÑÒ
Ó ÔÓ Õ
diangkat ke permukaan air banyak anak ikan yang dapat meloloskan diri dan jatuh ke geladak perahu
Gambar 61. Namun demikian ada ikan yang tetap masih tersangkut pada jaring Gambar 62.
Gambar 60 Ikan damsel
Ö ×ØÙ ÚÐÙ Ø Ð
Û Ú
Ü Ý ÜÓ Ô Þ
ÜÞ
yang tertangkap oleh
Ð Ñ
Ò Ó
ÔÓÕ
Gambar 61 Ikan kardinal
Ö ßà Ýà
Ô á Úâ Ý Úâ
ÜÕ àßãà â
ØÞ
yang dapat lolos melalui mata jaring