Tata Cara Pelaksanaan Perkawinan

41 Secara garis besar, syarat – syarat perkawinan dalam hukum adat Tionghoa sangat sederhana dan hanya terfokus kepada cara pandang dan kebiasaan – kebiasaan serta adat- istiadat dari suku danatau keluarga. Tidak terdapat sanksi apabila syarat- syarat perkawinan tidak dipenuhi atau dilaksanakan oleh para pihak yang melangsungkan perkawinan. Sanksi lebih kepada sanksi sosial seperti berupa cemoohan dari pihak keluarga, kerabat dekat, maupun masyarakat.

3. Tata Cara Pelaksanaan Perkawinan

Terdapat 3 tahap upacara dalam melangsunkan perkawinan menurut adat Tionghoa yaitu : 64 a. Upacara adat Tionghoa b. Upacara tata cara agama yang diyakini c. Upacara Resepsi Pernikahan Pesta dan upacara pernikahan merupakan saat peralihan sepanjang kehidupan manusia yang sifatnya universal. Perkawinan penting untuk mengkekalkan institusi keluarga. Melalui perkawinan, keturunan nenek moyang dapat diteruskan daripada satu generasi kepada generasi yang lain. Walaupun perkawinan pada masa kini perlu didaftarkan, tetapi upacara dan kenduri perkawinan penting untuk mengikiraf perkawinan. 65 A. Upacara Adat Tionghoa Upacara ini terdiri atas beberapa tahapan yaitu : 66 1. Melamar 64 Vasanti Puspa, Kebudayaan Orang Tionghoa Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1996, hal.43. 65 Aan Wan Seng, Op.Cit.,hal.33. 66 Hasil wawancara dengan Bhaktiar Kamil, Majelis Agama Konghucu Indonesia MAKIN, tanggal 5 April 2013 Universitas Sumatera Utara 42 Untuk menghindari kesia – siaan dan rasa malu, lazimnya lamaran dilakukan setelah pihak keluarga pria mendapat kepastian bahwa lamaran akan diterima. Ketika proses lamaran berlangsung pun, pihak pelamar belum akan menyentuh makanan dan minuman yang disajikan sebelum keluarga calon mempelai wanita memastikan lamaran telah diterima. Saat akan pulang, ayah atau wali dari calon mempelai pria akan menyelipkan angpau berisi uang di bawah cangkir teh yang disajikan calon mempelai wanita sebagai tanda kasih kepada calon menantu. Sebagai balasan, jika lamaran diterima, keluarga pengantin wanita akan memberi perhiasan sebagai tanda ikatan. Selepas kedua belah pihak berpuas hati dengan latar belakang masing-masing, ibu bapa pengantin lelaki akan menghantar wakil untuk meminang. Wakil pihak lelaki dipilih dari kalangan emak saudaranya sendiri atau saudara mara tua yang terdekat. Wakil ini mesti seorang perempuan. 67 Setelah ada kecocokan dari keluarga calon mempelai pria dan wanita, maka orang tua dan pihak keluarga dari calon mempelai pria akan mengutus seseorang, biasanya wanita, baik itu saudara maupun sanak famili perempuan dari keluarga calon mempelai pria yang bertindak sebagai perantara untuk mendatangi keluarga dari pihak calon mempelai perempuan untuk menyampaikan maksud dan tujuan untuk melamar anak perempuan mereka sebagai menantu. Dalam tahap ini, keluarga calon mempelai pria dan sekaligus juga meminta persetujuan dari keluarga calon mempelai wanita 67 Aan Wan Seng, Op.Cit. Universitas Sumatera Utara 43 mengenai rencana pelaksanaan pernikahan anak-anak mereka. Pembicaraan antara kedua keluarga calon mempelai hanya sebatas adanya persetujuan dan kata sepakat untuk melaksanakan perkawinan antara kedua calon mempelai, namun belum ada tanggal pasti tentang kapan perkawinan akan dilaksanakan. 2. Penentuan Hari Baik Masyarakat Tionghoa percaya bahwa dalam setiap melaksanakan suatu upacara, harus dilihat hari dan bulannya. Apabila hari, jam, dan bulan pernikahan kurang tepat akan dapat mencelakakan kelanggengan pernikahan mereka. Oleh karena itu harus dipilih jam, hari, dan bulan yang baik. Biasanya serba muda yaitu jam sebelum matahari tegak lurus, hari tergantung perhitungan bulan Tionghoa, dan bulan yang baik adalah bulan naik menjelang purnama. 68 Perkawinan yang dilaksanakan pada jam, hari, dan bulan yang tepat akan membawa pengaruh yang baik terhadap perkawinan tersebut di kemudian hari, baik kelanggengan rumah tangga, rezeki,dan anak-anak yang lahir kelak. Penentuan jam, hari, dan bulan ditentukan berdasarkan hari, bulan, tahun lahir serta shio zodiak Cina dari kedua belah pihak calon mempelai. Sampai saat ini penentuan hari baik masih dipraktekkan oleh sebagian besar masyarakat Tionghoa di berbagai daerah, karena hal ini telah menjadi kebiasaan yang hidup dan berlaku secara turun temurun dari generasi ke generasi. 3. Sangjit prosesi hantaran secara adat Tionghoa 68 Loc.Cit Universitas Sumatera Utara 44 Sangjit mrerupakan prosesi hantaran rantang bambu yang disusun bulat atau persegi empat, berisi aneka buah dan kue yang jumlahnya harus genap. Namun, semua tergantung kemampuan calon mempelai pria. Hantaran ini akan dibawa oleh pria lajang. Tradisi ini diyakini akan membuat para pembawa hantaran ini menjadi “enteng jodoh”. Diantara sekian banyak barang hantaran terdapat barang bermakna simbolis. Sangjit merupakan acara pertemuan kedua orang tua dan keluarga dari keluarga calon mempelai dan biasanya kedua calon mempelai tidak hadir dalam pembicaraan tersebut. Pada budaya Tionghoa suku tertentu, hantaran yang diterima tidak diambil seluruhnya , melainkan hanya separuh. Bahkan uang susu sebagai ungkapan terima kasih kepada ibu pengantin wanita yang telah membesarkan anak gadisnya sama sekali tidak diambil. Ini sebagai isyarat si ibu tidak mempunyai pamrih atas jasa itu. Hantaran yang telah diterima akan dibalas dengan hantaran pula. Sangjit biasanya dilakukan setelah acara lamaran. Hari dan waktu yang baik untuk melakukan Sangjit ini ditetapkan pada saat proses lamaran. Dalam prakteknya Sangjit sering digabung dengan proses lamaran. Dalam Sangjit juga dibicarakan mengenai permintaan-permintaan dari pihak keluarga calon mempelai wanita mengenai jumlah undangan resepsi, barang-barang hantaran, dan hal-hal lain yang dianggap perlu. 4. Menata kamar pengantin Universitas Sumatera Utara 45 Seusai melaksanakan prosesi Sangjit, keluarga calon mempelai pria akan mempersiapkan ranjang baru untuk kamar pengantin. Ada tradisi unik, anak- anak akan diminta meloncat-loncat di atas ranjang pengantin sebelum ranjang ditata. Selain bisa untuk menguji kekuatan ranjang, ada mitos tradisi ini dapat membuat pengantin cepat mendapat momongan. 5. Menyalakan lilin Ada keharusan bagi orang tua kedua calon pengantin untuk menyalakan lilin perkawinan beberapa hari menjelang pernikahan digelar. Nyala lilin perkawinan dipercaya bisa mengusir pengaruh buruk yang dapat mengacaukan jalannya prosesi pernikahan. Biasanya lilin dinyalakan mulai pukul satu dini hari. Lilin harus tetap menyala hingga tiga hari setelah pernikahan. 6. Upacara Sembahyang kepada leluhur Pada pagi hari di acara pernikahan dilakukan sembahyang kepada leluhur dari kedua mempelai yang telah meninggal dunia untuk meminta doa restu agar pernikahan dapat berjalan langgeng dan diberikan keturunan yang baik. Sembahyang leluhur terlebih dahulu dilakukan di rumah keluarga mempelai pria, yang kemudian dilanjutkan di rumah keluarga mempelai wanita. 7. Prosesi Minum Teh Phang Teh Phang Teh dilakukan untuk menghormati orang tua serta saudara dan sanak keluarga yang lebih tua, dimana kedua calon mempelai mempersembahkan teh sebagai rasa hormat dan terima kasih kepada orang yang lebih tua untuk Universitas Sumatera Utara 46 memohon doa restu dari keluarga. Setiap persembahan teh kepada para orang yang lebih tua, akan dibalas dengan pemberian “angpao”. Angpao dapat berisi uang atau dapat berupa kalung emas, cincin emas, ataupun gelang emas. Phang teh lebih dahulu dilakukan di rumah keluarga mempelai pria yang kemudian dilanjutkan di rumah keluarga mempelai wanita. 8. Siraman mempelai wanita dimandikan dengan air yang telah dibubuhi dengan wewangian alami. Selain itu untuk membersihkan mempelai dan membuatnya wangi, ritual ini juga bermaksud mengusir pengaruh jahat yang bisa menganggu mempelai. 9. Chiao Thao menyisir rambut Chio Thao biasanya dilakukan oleh orang yang telah menikah dan memiliki keturunan. Mempelai akan disisir sebanyak tiga kali. Mempelai yang akan menjalani prosesi ini didudukkan di atas kursi yang telah dialasi tampah besar bergambar yin-yang. Di hadapan mereka terdapat meja kecil yang di atasnya telah diletakkan penakar beras yang terisi penuh oleh beras dan Sembilan benda simbolis, yaitu timbangan obat khas Tionghoa, alat pengukur panjang, cermin, sisir, gunting, pedang, pelita. Selain itu terdapat juga benang sutra yang terdiri dari lima warna. Semua benda-benda ini mengandung makna ajaran moral bagi calon pengantin untuk membereskan keruwetan rumah tangga yang akan dihadapi serta mampu menimbang baik buruknya suatu tindakan. Universitas Sumatera Utara 47 10. Makan 12 jenis sayur Memasuki detik-detik penyambutan pengantin pria, mempelai wanita yang telah dipakaikan busana pengantin oleh orang tuanya, dibimbing menuju meja makan. Di atas meja telah tersaji 12 mangkuk yang masing – masing berisi satu jenis makanan yang memiliki rasa yang berbeda-beda. Manis, asin, asem, pedas, pahit, gurih, dan sebagainya. Semua rasa ini menjadi pelambang suka- duka hidup berumah tangga yang harus dijalani dan dinikmati. Pengantin pria juga menjalani prosesi yang sama di rumahnya, sebelum berangkat menuju rumah pengantin wanita. 11. Penjemputan mempelai wanita Mempelai pria yang datang untuk menjemput mempelai wanita akan disambut dengan taburan beras kuning, biji buncis merah dan hijau, uang logam, serta bunga. Aneka taburan ini bermakna kesejahteraan yang melimpah bagi mempelai. Masih dalam keadaan wajah ditutupi kerudung, mempelai wanita dipertemukan dengan pengantin pria yang telah datang menjemput. Dalam prosesi ini, kerudung pelambang kesucian belum boleh dibuka. 12. Penyambutan pengantin wanita Di rumah segala keperluan untuk menyambut kedatangan pengantin telah dipersiapkan. Begitu rombongan pengantin datang, di muka pintu, ibu, dan nenek pengantin pria yang telah menunggu akan menyambut dengan taburan beras kuning, biji kacang buncis hijau dan merah sebagai simbol kesuburan, serta uang logam sebagai lambang rezeki dan kemakmuran. Setelah pasangan Universitas Sumatera Utara 48 pengantin masuk rumah, keduanya akan dibimbing menuju kamar, barulah kerudung pengantin wanita boleh dibuka. B. Upacara Tata Cara Agama yang Diyakini 1. Upacara sembahyang Dewa Langit dan Dewa Bumi Upacara sembahyang kepada Dewa Langit dan Dewa Bumi dilakukan pada tengah malam menjelang hari pernikahan, untuk memohon pada para Dewa agar acara berlangsung dengan lancar dan diberkahi rezeki dan segala harapan- harapan yang baik. 2. Upacara Sembahyang di Kelenteng Setelah upacara sembayang di rumah masing-masing keluarga mempelai, hendaknya pemberkatan dilanjutkan ke lembaga keagamaan, misalnya Kelenteng. Di Kelenteng terdapat pemuka agama yang juga akan memberkati perkawinan dan pesta perkawinan agar berjalan dengan langgeng dan lancar. Untuk pemberkatan perkawinan di Kelenteng dibutuhkan dokumen-dokumen yakni sebagai berikut : 69 a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk KTP masing – masing calon mempelai pria dan wanita yang masih berlaku sebanyak 2 lembar. b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk KTP orang tua danatau wali dari calon mempelai pria dan wanita yang masih berlaku sebanyak 2 lembar. 69 Wawancara dengan Ibu Dewi, Pengurus Kelenteng Gunung Timur, bagian perkawinan, tanggal 10 April 2013 Universitas Sumatera Utara 49 c. Fotokopi akta kelahiran masing – masing calon mempelai pria dan wanita sebanyak 2 lembar. d. Fotokopi kartu keluarga masing – masing calon mempelai pria dan wanita sebanyak 2 lembar. e. Pas foto berwarna berukuran 2x3 masing-masing calon mempelai pria dan wanita sebanyak 3 lembar. f. Fotokopi undangan pernikahan sebanyak 2 lembar. g. Fotokopi surat ganti nama masing-masing calon mempelai pria dan wanita sebanyak 2 lembar bila ada. C. Upacara Resepsi Pernikahan Resepsi pernikahan dalam adat Tionghoa bisa dibagi menjadi 2 bagian yakni : a. Resepsi pernikahan dari pihak keluarga mempelai wanita. Pada resepsi ini, keluarga dari mempelai pria tidak diundang untuk hadir karena dianggap tabu dan akan memberi akibat yang kurang baik terhadap perkawinan tersebut. Jadi pada resepsi ini hanya mempelai pria saja yang hadir untuk mendampingi mempelai wanita hingga resepsi selesai. Setelah acara selesai, maka mempelai pria dan wanita akan kembali ke rumah masing- masing. b. Resepsi pernikahan dari pihak keluarga mempelai pria. Berbeda dengan resepsi pernikahan dari pihak keluarga mempelai wanita. Pada resepsi ini, seluruh pihak keluarga mempelai wanita juga turut diundang. Keluarga mempelai wanita ditempatkan pada meja khusus untuk keluarga Universitas Sumatera Utara 50 mempelai wanita. Setelah acara selesai, maka tiba saat perpisahan mempelai wanita dengan orang tuanya dan melanjutkan hidup sebagai isteri dan menantu keluarga serta akan mengikuti suaminya, dan hidup serumah sebagai sepasang suami-isteri. Namun sekarang banyak masyarakat Tionghoa yang menggabungkan resepsi pernikahan dari pihak keluarga mempelai wanita dan pihak keluarga mempelai pria menjadi satu dengan alasan untuk menghemat biaya dan waktu penyelenggaraannya. Maka resepsi diselenggarakan di satu hari, dan tempat yang sama. Dimana segenap keluarga, sanak saudara, teman, dan kerabat dari mempelai pria dan wanita akan bertemu dan berkumpul.

4. Sahnya Perkawinan Pada Warga Negara Indonesia Keturunan Tionghoa