Perceraian Menurut Hukum Adat Tionghoa

66 2. Bapak yang bertanggungjawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu; bilamana bapak dalam kenyataan tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut; 3. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan danatau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas isteri.

b. Perceraian Menurut Hukum Adat Tionghoa

Sebagian besar masyarakat etnis Tionghoa beragama Buddha atau Konghucu, dimana perkawinan menurut etnis Tionghoa barulah sah apabila telah dilakukan secara adat istiadat Tionghoa. Perkawinan secara adat di kalangan masyarakat etnis Tionghoa kebanyakan dilakukan di Kelenteng ataupun lembaga keagamaan lainnya. Dimana pemuka agama layaknya seorang pendeta menjadi saksi dari pengikatan tali perkawinan, dan menyaksikan upacara adat sembahyang kepada Dewa Langit dan Dewa Bumi pada saat upacara pengikatan perkawinan tersebut. Hal ini membuat lembaga keagamaan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkawinan maupun perceraian dari masyarakat etnis Tionghoa. Sebagai akibat dari pengaruh agama yang sangat besar, pemutusan perkawinan menurut hukum adat selalu terjadi campur tangan aturan – aturan keagamaan. Pengertian perceraian menurut adat Tionghoa adalah putusnya hubungan perkawinan antara seorang laki – laki dan seorang perempuan yang telah hidup bersama sebagai suami isteri. Universitas Sumatera Utara 67 Terdapat dua keadaan perceraian dalam adat istiadat Tionghoa yaitu : 90 1. Pemisahan meja dan tempat tidur Dalam keadaan ini pasangan suami isteri hidup terpisah dan berhenti untuk tinggal bersama sebagai suami isteri, tetapi masih terikat dengan perkawinan dan tidak ada kebebasan untuk menikah lagi dengan orang lain ketika pasangannya masih hidup. 2. Perceraian secara hukumresmi Dalam keadaan ini pasangan suami isteri telah bercerai secara hukum dan resmi. Dikatakan bercerai secara resmi, apabila perkawinan tersebut dicatatkan, dan perceraian juga dilakukan dengan keputusan Pengadilan. Pasangan suami isteri ini tidak lagi terikat hubungan perkawinan dan keduanya bebas menikah lagi dengan orang lain. Adat Tionghoa tidak melarang terjadinya perceraian, namun tidak mendukung terjadinya perceraian. Apabila terjadi pertengkaran antara suami isteri, biasanya isteri akan kembali ke rumah orang tuanya. Kemudian dari pihak keluarga akan terlebih dahulu melakukan upaya perbaikan terhadap hubungan pasangan suami isteri tersebut. Bagi suami isteri yang sedang mengalami kegoncangan rumah tangga, dapat ditempuh dengan cara pisah meja dan tempat tidur. Upaya tersebut dimaksudkan agar kedua belah pihak lambat laun akan tumbuh rasa rindu dan menyadari kekeliruannya dan pada akhirnya akan kembali rujuk. Dalam hukum adat Tionghoa, perceraian dianggap suatu kegagalan dan aib, membawa penderitaan bagi anak-anak yang dilahirkan, menimbulkan efek psikologis yang negatif bagi kedua pasangan suami istri. Sehingga apabila terjadi kegoncangan rumah tangga, hal tersebut akan terlebih dahulu diselesaikan secara kekeluargaan. 90 Hasil wawancara dengan Bhaktiar Kamil, Ketua Majelis Agama Konghucu MAKIN Medan Utara, tanggal 15 April 2013 Universitas Sumatera Utara 68 Misalnya para kerabat terdekat akan terlebih dahulu mengusut pemicu persoalan dan berusaha untuk mendamaikan pasangan yang akan bercerai. Terhadap perceraian yang terjadi, emas kawin yang telah diberikan oleh pihak mempelai pria kepada pihak mempelai wanita tidak dapat dimintakan kembali. Karena dalam adat Tionghoa, perkawinan tidak dianggap sebagai perjanjian, melainkan sebuah kesepakatan. Menurut adat istiadat Tionghoa, pasangan yang telah bercerai, hubungan kekerabatan antara keluarga, sanak saudara mantan isteri danatau telah berakhir pula. Hanya anak bila ada yang masih mempunyai hubungan dengan ayah dan atau ibunya. Menurut Wahyono Darmabrata, dalam hal perceraian, maka suami isteri yang akan bercerai juga harus memperhatikan ketentuan agama. Apakah ketentuan hukum agama yang dianut suami-isteri yang bersangkutan memungkinkan atau tidak bagi pasangan suami isteri yang bersangkutan untuk bercerai. Kalau hukum agama suami isteri yang bersangkutan melarang terjadinya perceraian, maka perceraian tersebut tidak dapat dilaksanakan meskipun Undang-Undang atau hukum negara memungkinkannya. 91 Menurut Bhaktiar Kamil, ikatan perkawinan di masyarakat etnis Tionghoa belakangan ini semakin rapuh karena kalangan generasi mudanya tidak lagi menghargai adat dan agama dalam kehidupan keluarga, keluarga baru yang terbentuk 91 Wahyono Darmabrata, Tinjauan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Beserta Undang – Undang dan Peraturan PelaksanAanya, Cetakan Ke-2, Gitama Jaya, Jakarta, 2003, hal.134. Universitas Sumatera Utara 69 di kalangan kaum muda kurang menghargai nilai – nilai sakral perkawinan karena pemahaman terhadap makna adat dan agama semakin merosot. Zaman sekarang agama hanya dianggap sebagai formalitas hidup, umat banyak yang kurang menghargai adat dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam perkawinan. 92 Pada hakekatnya perselisihan atau pertengkaran dalam keluarga yang menjurus kepada perceraian adalah disebabkan karena salah satu pihak ingin memaksakan kehendak kepada pihak yang lain. Jika dalam hal ini, salah satu pihak tidak bisa menuruti kehendak pihak yang lainnya, maka jalan yang paling bijaksana untuk ditempuh adalah salah satu pihak harus dapat mengubah pola pikir dirinya sendiri, sehingga pertengkaran tidak akan terjadi. 93 Dalam Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974, menentukan mengenai keabsahan perkawinan apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu serta harus dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akan tetapi di dalam masalah perceraian, kecuali yang dilakukan di hadapan Pengadilan Agama bagi umat Islam, tidak ditentukan keharusan misalnya keabsahan perceraian harus memenuhi hukum masing-masing agama dan kepercayaannya.

c. Syarat – Syarat Perceraian