2.3.4. Trismus
Trismus adalah kondisi kesulitan membuka rahang karena kejang otot.
4
Penyebab trismus pada injeksi anestesi lokal adalah trauma pada otot atau pembuluh darah. Selain itu, Larutan anestesi lokal yang terkontaminasi dengan alkohol juga
dapat mengiritasi jaringan, yang kemudian berpotensi menyebabkan trismus. Perdarahan adalah penyebab lain dari trismus, volume darah yang besar
menghasilkan iritasi jaringan yang menyebabkan disfungsi sampai darah diresorbsi secara perlahan.
4
Trismus dicegah dengan:
4
1. Gunakan jarum sekali pakai yang tajam, steril.
2. Perawatan dan pemeliharaan ampul
3. Jarum yang terkontaminasi harus segera diganti
4. Latih teknik insersi dan injeksi yang atraumatik
5. Hindari injeksi berulang dan insersi berkali-kali pada daerah yang sama.
6. Gunakan anestesi lokal dengan volume yang tepat.
2.3.5. Trauma jaringan lunak
Trauma pada bibir dan lidah biasanya disebabkan karena perilaku pasien yang tidak hati-hati atau tanpa sengaja menggigit-gigit bibir atau menghisap jaringan yang
teranastesi. Hal ini dapat menyebabkan pembengkakan dan nyeri yang siginifikan gambar 11.
4
Gambar 11: Trauma pada jaringan lunak.
4
Kejadian ini sering terjadi pada anak-anak ataupun orang dewasa yang memiliki disabilitas mental atau fisik. Trauma pada jaringan yang dianestesi dapat
menyebabkan pembengkakan dan rasa nyeri ketika efek anestesi mulai berkurang.
4
Kasus ini dapat dihindari dengan menempatkan gulungan kapas yang diikat dengan dental floss diantara bibir dan gigi selama berlangsungnya efek anestesi
gambar 12. Selain itu peringatkan pasien dan pendamping pasien agar tidak memakan atau minum yang panas dan menggigit bibir atau lidah selama efek anestesi
berlangsung.
4
Gambar 12: Penempatan gulungan kapas
4
2.3.6. Hematoma
Jaringan rongga mulut mempunyai cukup banyak pembuluh vaskular sehingga jarum suntik dapat menembus pembuluh darah secara tidak sengaja.
Hematom dapat terjadi jika pada saat jarum dimasukkan, kemudian menembus pembuluh darah mengakibatkan kebocoran sehingga darah merembes jaringan
sekitarnya Gambar 13.
24
Komplikasi ini paling jarang terjadi pada teknik infiltrasi dan paling sering terjadi pada blok saraf alveolar superior posterior. Hal ini umumnya disebabkan oleh
struktur dan posisi vena pleksus pterigoid yang bervariasi. Hematoma yang terjadi
setelah blok mandibula dapat dilihat secara intraoral sedangkan hematoma akibat blok saraf alveolar superior posterior dapat dilihat secara ekstraoral.
24
Gambar 13: Hematoma
4
Hematoma tidak selalu dapat dicegah, setiap jarum yang dimasukkan kedalam jaringan berisiko menyentuh pembuluh darah. Beberapa cara untuk mencegah resiko
hematoma adalah:
4
1. Pentingnya pengetahuan anatomi normal yang terlibat. 2. Pada pasien dengan wajah kecil kurangi kedalaman penetrasi pada blok
saraf alveolar superior posterior. 3. Gunakan jarum yang pendek pada blok zigomatik
4. Minimalkan jumlah penetrasi jarum ke dalam jaringan 5. Jangan gunakan jarum untuk menjajaki jaringan.
2.3.7. Nyeri saat penyuntikan