Evaluasi Hasil Uji Coba Perancangan Alat Bantu Kerja

4.4 Evaluasi Hasil Uji Coba Perancangan Alat Bantu Kerja

4.4.1 Evaluasi hasil perancangan postur kerja melalui metode REBA

Penilaian postur kerja berdasarkan metode REBA dilakukan pada aktivitas loading (pengangkatan), pengangkutan maupun unloading (penurunan peti). Hasil pengukuran sudut posisi postur kerja buruh angkut dengan menggunakan worksheet REBA. Hasil penilaian postur kerja kondisi setelah menggunakan alat bantu kerja pada saat melakukan aktivitas loading (pengangkatan), pengangkutan maupun unloading (penurunan peti) secara lebih jelas ditunjukkan, sebagai berikut:

Fase gerakan pertama

Gambar 4.60 Sudut segmen tubuh pekerja

buruh angkut saat melakukan aktivitas loading (pengangkatan peti)

Sumber : Pasar Gede, 2010

Hasil kode REBA dari postur kerja tersebut adalah sebagai berikut :

1. Grup A

a. Punggung (Trunk)

Dari gambar 4.60 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk dalam posisi condong kedepan (flexion) dengan sudut 17 o , (Skor REBA

untuk pergerakan punggung adalah 2) untuk pergerakan punggung adalah 2)

Dari gambar 4.60 dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut sebesar 15 o terhadap sumbu tubuh

( Skor REBA untuk pergerakan leher adalah1)

c. Kaki (Legs)

Dari gambar 4.60 dapat diketahui bahwa kaki tertopang ketika beraktivitas dengan bobot rata – rata seimbang, sehingga dikenai skor 1

(Skor REBA untuk pergerakan kaki adalah 1) Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup A yaitu :

 Kode REBA adalah : Punggung (trunk)

Leher (neck)

Kaki (legs)

 Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 2 kemudian tarik garis ke arah kanan.  Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 1 dan dilanjutkan ke baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 1. Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk punggung (trunk).

 Diketahui skor untuk grup A adalah 2 Berikut ini hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A.

Tabel 4.33 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.60

Table A

Sumber : Pengolahan data, 2010

Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk beban (load) pada saat melakukan aktivitas loading (pengangkatan peti) Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk beban (load) pada saat melakukan aktivitas loading (pengangkatan peti)

Skor total A setelah ditambah beban adalah : Nilai tabel A = 2 Berat beban = 2 Total skor A = 2 + 2 = 4

2. Grup B

a. Lengan atas (upper arm)

Dari gambar 4.60 dapat diketahui bahwa susut pergerakan lengan atas kedepan (flexion) terhadap sumbu tubuh sebesar 23 0 termasuk dalam range

pergerakan > 20 0 flexion bernilai 2. ( Skor REBA untuk pergerakan lengan atas adalah 2).

b. Lengan bawah (lower arm)

Dari gambar 4.60 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah bawah ke arah depan (flexion) terhadap lengan atas sebesar 23° termasuk dalam range pergerakan < 60° flexion bernilai 2.

(Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah adalah 2).

c. Pergelangan tangan (wrist)

Dari gambar 4.60 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah sebesar 19° termasuk dalam range pergerakan > 15° flexion bernilai 2. Pada kegiatan ini pergelangan tangan mempunyai posisi memegang handle atas pada handtruck . (Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan adalah 2).

Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA WorkSheet . Langkah – langkah penentuan skor untuk grup B yaitu :

 Kode REBA adalah : Lengan atas (upper arm)

Lengan bawah (lower arm) : 2 Pergelangan tangan (wrist) :2

 Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 2 kemudian tarik garis ke arah kanan.  Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan yaitu 2. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk upper arm.

 Diketahui skor untuk grup B adalah 2. Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan

Tabel B. Tabel 4.34 Skor REBA grup B untuk

Gambar 4.60

Lower Arm Table B

Sumber : Pengolahan data, 2010

Skor grup B adalah 2, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang digunakan adalah good karena kekuatan pegangan (handle) baik dan dapat dijangkau oleh genggaman tangan. Pada tabel 4.34 jenis coupling good diberikan skor coupling sebesar 0, maka skor B menjadi 2 + 0 = 2. Penentuan skor total untuk fase gerakan loading (menaikkan peti) dilakukan dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel

C. Skor A = 4 Skor B = 2 Pada kolom skor A masukkan kode 4 dan tarik garis ke kanan. Kemudian

pada baris skor B masukkan kode 2 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 4

Tabel 4.35 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.60

( ( s s c c o o r r e e f f r r o o m m Score B, (table B value + coupling score)

Sumber : Pengolahan data, 2010

Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh pekerja normal. Berdasarkan tabel 4.35, kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 0.

Skor REBA = Skor C + skor aktivitas

Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.61 berikut ini :

Batang tubuh 2

Leher

Tabel A

Beban

Skor A

Kaki 1

Skor C

Skor aktivitas

Final Skor

Lengan atas 2

Lengan bawah

Tabel B

Kopling

Skor B 2

Pergelangan tangan

Gambar 4.61 Bagan rekapitulasi penilaian total

Sumber : Pengolahan data, 2010

Berdasarkan gambar 4.61, dari skor REBA tersebut nilai penilaian akhir 4. Dari penilaian akhir tersebut dapat diketahui level tindakan 2 dengan level resiko pada muskuloskeletal yaitu sedang (medium) dan perlu dilakukan perbaikan (necessary) untuk mengurangi resiko kerja.

Fase gerakan kedua

Gambar 4.62 Sudut segmen tubuh pekerja

buruh angkut saat melakukan aktivitas pengangkutan (posisi mendorong)

Sumber : Pasar Gede, 2010

Hasil kode REBA dari postur kerja tersebut adalah sebagai berikut :

1. Grup A

d. Punggung (Trunk)

Dari gambar 4.62 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk dalam posisi condong kedepan (flexion) dengan sudut 22 o , (Skor REBA

untuk pergerakan punggung adalah 2)

e. Leher (Neck)

Dari gambar 4.62 dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut sebesar 20 o terhadap sumbu tubuh, dengan posisi leher normal.

( Skor REBA untuk pergerakan leher adalah1)

f. Kaki (Legs)

Dari gambar 4.62 dapat diketahui bahwa kaki tertopang ketika beraktivitas dengan bobot rata – rata seimbang, sehingga dikenai skor 1

(Skor REBA untuk pergerakan kaki adalah 1) Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup A yaitu :

 Kode REBA adalah : Punggung (trunk)

Leher (neck)

Kaki (legs)

 Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 2 kemudian tarik garis ke arah kanan.  Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 1 dan dilanjutkan ke baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 1. Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk punggung (trunk).

 Diketahui skor untuk grup A adalah 2 Berikut ini hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A.

Tabel 4.36 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.62

Table A

Neck

Trunk

Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Lanjutan Tabel 4.36 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.62

Table A

Sumber : Pengolahan data, 2010

Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk beban (load) pada saat melakukan aktivitas pengangkutan peti dengan ketentuan jika beban > 10 kg, maka penilaian scor beban adalah 2. Pada kondisi aktual, setelah menggunakan handtruck terutama posisi tangan pekerja saat memegang handle ke dua aktivitas pengangkutan, maka beban yang diterima pekerja turun menjadi 27,5 kg, sehingga memiliki skor beban 2.

Skor total A setelah ditambah beban adalah : Nilai tabel A = 2 Berat beban = 2 Total skor A = 2 + 2 = 4

2. Grup B

a. Lengan atas (upper arm)

Dari gambar 4.62 dapat diketahui bahwa susut pergerakan lengan atas kedepan (flexion) terhadap sumbu tubuh sebesar 53 0 termasuk dalam range

0 pergerakan 45 0 - 90 flexion bernilai 3. (Skor REBA untuk pergerakan lengan atas adalah 3).

b. Lengan bawah (lower arm)

Dari gambar 4.62 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah ke depan (flexion) terhadap lengan atas sebesar 18° termasuk dalam range pergerakan < 60°Flexion bernilai 2.

(Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah adalah 2).

c. Pergelangan tangan (wrist)

Dari gambar 4.62 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah sebesar 24° termasuk Dari gambar 4.62 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah sebesar 24° termasuk

(Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan adalah 2). Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA WorkSheet . Langkah – langkah penentuan skor untuk grup B yaitu :

 Kode REBA adalah : Lengan atas (upper arm)

Lengan bawah (lower arm) : 2 Pergelangan tangan (wrist) :2

 Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 3 kemudian tarik garis ke arah kanan.  Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan yaitu 2. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk upper arm.

 Diketahui skor untuk grup B adalah 5. Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan Tabel B.

Tabel 4.37 Skor REBA grup B untuk Gambar 4.62

Lower Arm Table B

Sumber : Pengolahan data, 2010

Skor grup B adalah 5, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang digunakan adalah good karena kekuatan saat memegang pegangan (handle) baik Skor grup B adalah 5, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang digunakan adalah good karena kekuatan saat memegang pegangan (handle) baik

C. Skor A = 4 Skor B = 5 Pada kolom skor A masukkan kode 4 dan tarik garis ke kanan. Kemudian

pada baris skor B masukkan kode 5 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 5.

Tabel 4.38 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.62

( ( s s c c o o r r e e f f r r o o m m Score B, (table B value + coupling score)

Sumber : Pengolahan data, 2010 Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh pekerja normal. Berdasarkan tabel 4.38, kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 0.

Skor REBA = Skor C + skor aktivitas

Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.63 berikut ini :

Batang tubuh 2

Leher

Tabel A

Beban

Skor A 1 2 2 4

Kaki 1

Skor C

Skor aktivitas

Final Skor

Lengan atas 3

Lengan bawah

Tabel B

Kopling

Skor B 5 5

Pergelangan tangan

Gambar 4.63 Bagan rekapitulasi penilaian total

Sumber : Pengolahan data, 2010

Berdasarkan gambar 4.63, dari skor REBA tersebut nilai penilaian akhir 5Dari penilaian akhir tersebut dapat diketahui level tindakan 2 dengan level resiko pada muskuloskeletal yaitu sedang (medium) dan perlu dilakukan perbaikan (necessary) untuk mengurangi resiko kerja.

Fase gerakan ketiga

Gambar 4.64 Sudut segmen tubuh pekerja

buruh angkut saat melakukan aktivitas unloading (menurunkan peti)

Sumber : Pasar Gede, 2010

Hasil kode REBA dari postur kerja tersebut adalah sebagai berikut :

1. Grup A

a. Punggung (Trunk)

Dari gambar 4.64 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk dalam posisi condong kedepan (flexion) dengan sudut 20 o , (Skor REBA

untuk pergerakan punggung adalah 2)

b. Leher (Neck)

Dari gambar 4.64 dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut sebesar 23 o terhadap sumbu tubuh, dengan posisi leher normal.

( Skor REBA untuk pergerakan leher adalah 2)

c. Kaki (Legs)

Dari gambar 4.64 dapat diketahui bahwa kaki tertopang ketika beraktivitas dengan bobot rata – rata seimbang, sehingga dikenai skor 1

(Skor REBA untuk pergerakan kaki adalah 1) Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup A yaitu :

 Kode REBA adalah : Punggung (trunk)

Leher (neck)

Kaki (legs)

 Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 2 kemudian tarik garis ke arah kanan.  Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 2 dan dilanjutkan ke baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 1. Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk punggung (trunk).

 Diketahui skor untuk grup A adalah 4 Berikut ini hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A.

Tabel 4.39 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.64

Table A

Neck

Trunk

Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Lanjutan Tabel 4.39 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.64

Table A

Sumber : Pengolahan data, 2010

Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk beban (load) pada saat melakukan aktivitas unloading (menurunkan peti) peti dengan ketentuan jika beban > 10 kg, maka penilaian scor beban adalah 2. Pada kondisi aktual, setelah menggunakan handtruck terutama posisi tangan pekerja saat memegang handle pertama aktivitas unloading, maka beban yang diterima pekerja turun menjadi 24,81 kg, sehingga memiliki skor beban 2.

Skor total A setelah ditambah beban adalah : Nilai tabel A = 3 Berat beban = 2 Total skor A = 3 + 2 = 5

2. Grup B

a. Lengan atas (upper arm)

Dari gambar 4.64 dapat diketahui bahwa susut pergerakan lengan atas kedepan (flexion) terhadap sumbu tubuh sebesar 23 0 termasuk dalam range

pergerakan > 20 0 flexion bernilai 2. (Skor REBA untuk pergerakan lengan atas adalah 2).

b. Lengan bawah (lower arm)

Dari gambar 4.64 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah ke depan (flexion) terhadap lengan atas sebesar 19° termasuk dalam range pergerakan < 60°Flexion bernilai 2.

(Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah adalah 2).

c. Pergelangan tangan (wrist)

Dari gambar 4.64 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah sebesar 22° termasuk Dari gambar 4.64 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah sebesar 22° termasuk

(Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan adalah 2). Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA WorkSheet . Langkah – langkah penentuan skor untuk grup B yaitu :

 Kode REBA adalah : Lengan atas (upper arm)

Lengan bawah (lower arm) : 2 Pergelangan tangan (wrist) :2

 Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 2 kemudian tarik garis ke arah kanan.  Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan yaitu 2. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk upper arm.

 Diketahui skor untuk grup B adalah 2. Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan Tabel B.

Tabel 4.40 Skor REBA grup B untuk Gambar 4.64

Lower Arm Table B

Sumber : Pengolahan data, 2010

Skor grup B adalah 6, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang digunakan adalah good karena kekuatan saat memegang pegangan (handle) baik Skor grup B adalah 6, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang digunakan adalah good karena kekuatan saat memegang pegangan (handle) baik

C. Skor A = 5 Skor B = 2 Pada kolom skor A masukkan kode 5 dan tarik garis ke kanan. Kemudian

pada baris skor B masukkan kode 2 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 4.

Tabel 4.41 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.64

( ( s s c c o o r r e e f f r r o o m m Score B, (table B value + coupling score)

9 9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12 Sumber : Pengolahan data, 2010

Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh pekerja adalah normal Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh pekerja normal. Berdasarkan tabel 4.41, kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 0.

Skor REBA = Skor C + skor aktivitas

Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.65 berikut ini :

Batang tubuh 2

Leher

Tabel A

Beban

Skor A

Kaki 1

Skor C

Skor aktivitas

Final Skor

Lengan atas 2

Lengan bawah

Tabel B

Kopling

Skor B 2

Pergelangan tangan

Gambar 4.65 Bagan rekapitulasi penilaian total

Sumber: Pengolahan data, 2010

Berdasarkan gambar 4.65, dari skor REBA tersebut nilai penilaian akhir 4 Dari penilaian akhir tersebut dapat diketahui level tindakan 2 dengan level resiko pada muskuloskeletal yaitu sedang (medium) dan perlu dilakukan perbaikan (necessary) untuk mengurangi resiko kerja.

4.4.2 Evaluasi berdasarkan fisiologi kerja

Sikap kerja yang diterapkan saat ini oleh pekerja MMH khususnya pekerja buruh angkut Lokasi Pasar Gede Surakarta termasuk beresiko terhadap sistem musculoskeletal dilihat dari hasil penilaian menggunakan metode REBA. Berdasarkan penilaian menggunakan REBA didapat masukan untuk perancangan alat bantu kerja sebagai usulan untuk perbaikan postur kerja dan beban kerja. Rancangan usulan perancangan alat bantu kerja yang diaplikasikan, selanjutnya dibandingkan dengan sikap kerja yang lama dan dievaluasi menggunakan energy expenditure dan energy cost. Apabila pekerja menerapkan usulan rancangan alat bantu kerja dan hasil perhitungan energy expenditure mapun energy cost yang lebih kecil, maka rancangan usulan perancangan alat bantu kerja usulan lebih baik dibandingkan sikap kerja awal (mengangkut beban pada bagian punggung). Pencatatan data pengukuran denyut jantung pada pekerja buruh angkut pada saat dilakukan uji coba hasil perancangan alat dilakukan pada hari Jumat tanggal 26 Maret 2010 s/d hari Sabtu tanggal 27 Maret 2010 pukul 09.00 –12.00 WIB.

Pengukuran ini kemudian digunakan untuk menghitung energy expenditure dan energy cost yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan MMH.

A. Perhitungan energy expenditure menurut Sanders et al, 1993

Berikut ini adalah data pengukuran denyut jantung setelah uji coba perancangan alat dapat dilihat dalam table 4.42.

Tabel 4.42 Pengukuran denyut jantung setelah perancangan alat

Kondis Setelah Perancangan Nama

Denyut Jantung (Per Menit) No.

Umur Berat Badan

1 Santoso 30 53 50 93 2 Anwar

36 60 59 106 Sumber: Pengolahan data, 2010

Menurut Sanders et al, (1993) bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan sebagai berikut :

Y = 1,80411 2 – (0,0229038)X + (4,71733 x 10 )X dimana : Y = energi (kilokalori per menit)

X = kecepatan denyut jantung (denyut per menit) Untuk mengetahui energy expenditure (konsumsi energi) saat melakukan kegiatan manual material handling, penghitungan dilakukan pada kecepatan denyut jantung sebelum bekerja (X b ) dan kecepatan denyut jantung sesudah bekerja (X t ). Sehingga didapatkan persamaan berikut ini : Energi sebelum bekerja :

b = 1,80411 – (0,0229038)X b + (4,71733 x 10 )X b dimana :

b X = pengukuran denyut jantung sebelum bekerja Energi setelah bekerja :

t Y = 1,80411 – (0,0229038)X t + (4,71733 x 10 )X t dimana : t = pengukuran denyut jantung setelah bekerja X Sehingga persamaan energy expenditure adalah :

EE = Y t –Y b (kilokalori per menit)

 Contoh perhitungan manual energy expenditure Bapak Santoso (30 tahun).  Energi sebelum bekerja :

b = 1,80411 – (0,0229038)X b + (4,71733 x 10 )X b

= 1,80411 2 – (0,0229038 x 60) + (4,71733 x 10 x (60) ) = 1,80411 – 1,3742 + 1,6982

= 2,1281 kkal/menit  Energi setelah bekerja :

Y 2 t = 1,80411 – (0,0229038)X t + (4,71733 x 10 )X t

= 1,80411 2 – (0,0229038 x 115) + (4,71733 x 10 x (115) ) = 1,80411 – 2,4965 + 5,6047

= 4,9123 kkal/menit Sehingga persamaan energy expenditure adalah :

EE = Y t –Y b (kilokalori per menit) = 5,4088 kkal/menit - 2,0626 kkal/menit = 2,7841 kkal/menit

Hasil perhitungan energy expenditure untuk seluruh pekerja setelah uji coba perancangan alat dapat dilihat dalam Tabel 4.43. dibawah ini. Tabel 4.43 Perhitungan energy expenditure setelah perancangan alat

Kondisi Setelah Perancangan Alat

Yt EE No. Pekerja

Denyut Jantung

Yb

Badan

(per menit)

(kkal/menit)

Sebelum Setelah Bekerja Bekerja

1 Santoso 30 53 50 93 1,8383 3,7541 1,9158 2 Anwar

2,0949 4,6767 2,5818 Sumber: Pengolahan data, 2010

Hasil penghitungan dari Tabel 4.43 energy expenditure diatas, kemudian dibandingkan dengan Tabel 4.44 kriteria beban kerja berdasarkan hasil perhitungan energy expenditure, sehingga diketahui kriteria pekerjaan untuk tiap pekerja setelah uji coba perancangan alat dapat dilihat dalam Tabel 4.44 dibawah ini. Tabel 4.44 Kriteria beban kerja menurut hasil perhitungan energy expenditure

kondisi setelah perancangan alat

Lanjutan Tabel 4.44 Kriteria beban kerja menurut hasil perhitungan energy expenditure kondisi setelah perancangan alat

EE Kriteria No.

(kkal/menit)

Light Work

2 Anwar

Light Work

Light Work 4 Coirul

3 Budi

Light Work 5 Amin

Moderate Work 6 Hardi

Light Work 7 Rusmanto

Light Work 8 Sartono

Moderate Work 9 Bambang

Light Work 10 Budiman

Moderate Work 11 Joko

Light Work 12 Andri

Light Work 13 Wawan

Light Work 14 Suwondo

Moderate Work 15 Juno

Light Work 16 Akbar

Light Work 17 Yono

Light Work 18 Fajar

Moderate Work 19 Suwondo

Light Work 20 Togar

Light Work 21 Heru

Light Work 22 Tono

Moderate Work 23 Sujimin

Moderate Work 24 Harun

Moderate Work Sumber: Pengolahan data, 2010

Berdasarkan Tabel 4.44 diatas, besarnya beban kerja menurut perhitungan energy expenditure yang dikeluarkan, maka kriteria beban kerja yang termasuk kategori pekerjaan ringan (light work) untuk pekerja Santoso, Anwar, Budi, Coirul, Hardi, Rusdmanto, Bambang, Joko, Andri, Wawan, Juno, Akbar, Yono, Ratman, Togar dan Heru. Sedangkan untuk pekerja Amin, Sartono, Budiman, Suwondo, Fajar, Tono, Sujimin dan Harun. Penggolongan beban kerja tersebut tergolong kedalam jenis pekerjaan sedang (moderate work ).

Berdasarkan perhitungan energy expenditure (konsumsi energi) pekerja buruh angkut setelah uji coba perancangan alat, dapat diketahui bahwa energy expenditure (konsumsi energi) yang paling besar dialami oleh Pak Budiman dengan usia 37 tahun. Besarnya hasil perhitungan energy expenditure (konsumsi energi) sebesar 2,7841 kkal/menit. Sedangkan besarnya hasil pengukuran energy Berdasarkan perhitungan energy expenditure (konsumsi energi) pekerja buruh angkut setelah uji coba perancangan alat, dapat diketahui bahwa energy expenditure (konsumsi energi) yang paling besar dialami oleh Pak Budiman dengan usia 37 tahun. Besarnya hasil perhitungan energy expenditure (konsumsi energi) sebesar 2,7841 kkal/menit. Sedangkan besarnya hasil pengukuran energy

Grafik perbandingan energy expenditure awal (sebelum mengguankan alat bantu) dan sesudah menggunakan perancangan alat bantu

7 re 6 itu it) 5

nd Energy Expenditure awal en pe

ex l/m

gy perancangan alat bantu ka er (k 2

3 Energy Expenditure setelah

En

Responden (Pekerja buruh angkut ke...)

Grafik 4.3 Perbandingan energy expenditure awal (sebelum

menggunakan alat bantu) dan sesudah menggunakan perancangan alat bantu

Sumber : Pengolahan data, 2010

B. Perhitungan besarnya pengeluaran energi ( energy cost) menurut Kamalakannan et al, 2007

Menurut Kamalakannan et al, 2007 bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan dibawah ini:

E - Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G

dimana :

E – Cost = Energy Cost (watt) HR

= Working Heart Rate (bpm) HT

= Height (inch)

A = Age (yrs) RHR

= Resting Heart Rate (bpm)

G = Gender (m = 0 ; f = 1)

1 watt  0,0143 kcal / min

Untuk mengetahui regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung pada perhitungan energy cost terlebih dahulu kita dapat lakukan pengukuran denyut jantung sebelum maupun setelah bekerja. Berikut ini adalah data pengukuran denyut jantung setelah perancangan alat, dapat dilihat dalam Tabel 4.45.