45 Pengukuran denyut jantung setelah perancangan alat

Tabel 4.45 Pengukuran denyut jantung setelah perancangan alat

No. Name

Age

Height

Hearth Rate ( bpm )

(years)

( inchi )

Resting Heart Working

Heart Rate 1 Santoso

59 106 Sumber: Pengolahan data, 2010

Setelah melakukan pengukuran data denyut jantung setelah uji coba perancangan alat sesuai dengan Tabel 4.45 diatas, selanjutnya kita dapat melakukan perhitungan manual regresi kuadratis yaitu hubungan bentuk regresi energi dengan kecepatan denyut jantung dengan persamaan:

E - Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G  Contoh perhitungan manual energy cost Bapak Budiman (37 tahun).

E – Cost = -1967 + 8,58 HR + 25,1 HT + 4,5 A – 7,47 RHR + 67,8 G = -1967 + 8,58.(60) + 25,1 (66,54) + 4,5.(37) – 7,47 (109) + 67,8 (0) = - 1967 +514,8 + 1670,154 – 814,23 + 0 = 356,56 watt  5,10 kcal/min

Hasil perhitungan energy cost untuk seluruh pekerja setelah perancangan alat dapat dilihat dalam Tabel 4.46. dibawah ini.

Tabel 4.46 Perhitungan energy cost setelah perancangan alat

No. Name

Heart Rate

Energy Energy ( bpm ) Cost

Cost

Resting

Working ( kcal/min )

( years )

( inchi )

(m=0 ;f=1)

Heart Rate 1 Santoso

Heart Rate

59 106 4,91 Sumber: Pengolahan data, 2010

male

Hasil penghitungan dari Tabel 4.46 energy cost diatas, kemudian dibandingkan dengan Tabel 4.47 kriteria beban kerja berdasarkan hasil perhitungan energy cost, sehingga diketahui kriteria pekerjaan untuk tiap pekerja setelah uji coba perancangan alat dapat dilihat dalam Tabel 4.47 dibawah ini.

Tabel 4.47 Kriteria grade of work (beban kerja) menurut hasil perhitungan energy cost setelah perancangan alat

Energy Cost Grade of Work

(years)

(inchi)

( kcal/min )

No.

Moderate Work 2 Anwar

1 Santoso

Moderate Work 3 Budi

Moderate Work 4 Coirul

Moderate Work 5 Amin

Moderate Work 6 Hardi

Moderate Work 7 Rusmanto

Moderate Work 8 Sartono

Moderate Work 9 Bambang

Moderate Work 10 Budiman

Heavy Work 11 Joko

Moderate Work 12 Andri

Moderate Work 13 Wawan

Moderate Work 14 Suwondo

Heavy Work 15 Juno

Moderate Work 16 Akbar

Moderate Work 17 Yono

Moderate Work 18 Fajar

Moderate Work 19 Ratman

Moderate Work 20 Togar

Moderate Work 21 Heru

Moderate Work 22 Tono

Heavy Work 23 Sujimin

Moderate Work 24 Harun

Moderate Work Sumber: Pengolahan data, 2010

Berdasarkan Tabel 4.47 diatas, besarnya hasil penilaian grade of work (beban kerja) menurut perhitungan energy cost yang dikeluarkan, maka kriteria beban kerja yang termasuk kategori pekerjaan sedang (moderate work) untuk pekerja Santoso, Anwar, Budi, Coirul, Amin, Hardi, Rusmanto, Sartono, Bambang, Joko, Andri, Wawan, Juno, Akbar, Yono, Fajar, Ratman, Togar, Heru, Sujimin, Harun. Sedangkan untuk pekerja Budiman, Suwondo dan Tono. tergolong kedalam jenis pekerjaan berat (heavy work ).

Berdasarkan perhitungan energy cost pekerja buruh angkut setelah uji coba perancangan alat, dapat diketahui bahwa energy cost yang paling besar dialami oleh Pak Budiman dengan usia 37 tahun. Besarnya hasil perhitungan energy cost setelah melalui uji penggunaan rancangan alat bantu kerja sebesar 5,10 Berdasarkan perhitungan energy cost pekerja buruh angkut setelah uji coba perancangan alat, dapat diketahui bahwa energy cost yang paling besar dialami oleh Pak Budiman dengan usia 37 tahun. Besarnya hasil perhitungan energy cost setelah melalui uji penggunaan rancangan alat bantu kerja sebesar 5,10

Grafik perbandingan energy cost awal (sebelum menggunakan alat bantu) dan sesudah menggunakan perancangan alat bantu

10 it 9 )

en 8 l/m

Energy cost sebelum

ca 6

menggunakan alat bantu

(k 5 st Energy cost setelah

4 co mengguanakan alat bantu gy

3 er 2 En 1

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23

Responden (Pekerja buruh angkut ke...)

Grafik 4.4 Perbandingan energy cost awal (sebelum menggunakan

alat bantu) dan sesudah menggunakan perancangan alat bantu Sumber : Pengolahan data, 2010

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Pada bab ini akan dilakukan analisis dan interpretasi hasil penelitian yang telah dikumpulkan dan diolah pada bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil tersebut akan diuraikan dalam sub bab di bawah ini.

5.1 Analisis Perbandingan Postur Kerja

Analisa perbandingan postur kerja bertujuan untuk mengetahui apakah kondisi postur kerja setelah perancangan yang diilustrasikan melalui gambar ini masih berpotensi menimbulkan cidera musculoskeletal. Setelah pembuatan model, maka dilakukan penilaian terhadap gambar tersebut dengan menggunakan metode REBA. Hasil penilaian postur kerja dengan kondisi awal (sebelum) dan kondisi setelah perancangan dapat dilihat dalam tabel 5.1 berikut ini.

Tabel 5.1 Hasil REBA kondisi awal (sebelum) dan kondisi setelah perancangan Kondisi Awal

Kondisi Setelah Perancangan Level

Level Gerakan

Level

Level

Tindakan Tindakan Resiko

Tindakan

Gerakan

Tindakan Resiko

Pengangkatan

2 sedang perlu peti posisi

3 tinggi

perlu

Pengangkatan peti

segera

(loading), posisi

membungkuk

perbaikan berdiri badan tegap

2 sedang perlu peti posisi lutut

Pengangkutan peti

segera

posisi posisi berdiri

menekuk

perbaikan badan tegap dan

lengan tangan memegang handle

2 sedang perlu posisi

Penurunan peti

4 sangat

perbaikan Penurunan peti

tinggi

saat ini

(unloading), posisi

punggung

juga

berdiri badan tegap

membungkuk, lutut menekuk

Sumber : Pengukuran dan pengolahan data postur kerja, 2010

Berdasarkan tabel 5.1, dapat dilihat bahwa hasil penilaian dengan metode REBA sesudah perancangan terjadi penurunan level resiko. Untuk posisi ke-1 (mengangkat peti dengan posisi membungkuk), sebelum perancangan memiliki skor 3 dengan level resiko tinggi. Sesudah perancangan dengan menggunakan Berdasarkan tabel 5.1, dapat dilihat bahwa hasil penilaian dengan metode REBA sesudah perancangan terjadi penurunan level resiko. Untuk posisi ke-1 (mengangkat peti dengan posisi membungkuk), sebelum perancangan memiliki skor 3 dengan level resiko tinggi. Sesudah perancangan dengan menggunakan

Penurunan level resiko pada gerakan loading, pengangkutan maupun unloading karena terjadinya perubahan postur kerja pekerja buruh angkut sesudah perancangan dengan menggunakan handtruck.Kondisi awal postur pekerja buruh

angkut yang semula pungggung membungkuk dengan sudut 90 o , pergerakan leher menekuk (fleksion) dengan sudut sebesar 34 o terhadap sumbu tubuh dan posisi kaki dan lutut menekuk dengan 9 0 .

Dengan menggunakan handtruck sebagai alat bantu kerja postur kerja berubah menjadi berdiri badan tegap dengan sudut 26 o , dengan leher membentuk

sudut 23 o terhadap sumbu tubuh, posisi kaki yang semula menekuk berubah menjadi tertopang ketika beraktivitas dengan bobot rata – rata seimbang. Selain

itu, beban yang semula diterima pekerja buruh angkut dengan cara manual (memanggul beban pada bagian punggung) 110 kg setelah menggunakan handtruck beban yang diterima atau dirasakan pekerja buruh angkut turun menjadi 24,81 kg (pada aktivitas loading, unloading) dan 27,5 kg (pada aktivitas pengangkutan).

Dari keseluruhan penilaian postur kerja setelah perancangan dapat diperoleh hasil level resiko yang kecil terhadap cidera musculoskeletal dengan rekomendasi perbaikan beberapa waktu ke depan. Terjadinya penurunan level resiko ini karena adanya perubahan postur kerja yang disebabkan oleh penggunaan handtruck disertai dengan desain yang lebih ergonomis dan penurunan beban kerja, sehingga memungkinkan pekerja buruh angkut untuk Dari keseluruhan penilaian postur kerja setelah perancangan dapat diperoleh hasil level resiko yang kecil terhadap cidera musculoskeletal dengan rekomendasi perbaikan beberapa waktu ke depan. Terjadinya penurunan level resiko ini karena adanya perubahan postur kerja yang disebabkan oleh penggunaan handtruck disertai dengan desain yang lebih ergonomis dan penurunan beban kerja, sehingga memungkinkan pekerja buruh angkut untuk

5.2 Analisis Perbandingan Fisiologi Kerja

Analisis fisiologi kerja diperlukan untuk menentukan tingkat konsumsi energi (energy expenditure), tingkat pengeluaran energi total (energy cost) dan menggolongkan kriteria beban kerja yang dialami oleh 24 pekerja buruh angkut. Analisis perbandingan fisiologi kerja secara terperinci akan akan diuraikan, sebagai berikut:

5.2.1 Analisis energy expenditure

Energy exspenditure merupakan energi yang dikeluarkan untuk melakukan suatu aktivitas. Pada tahap penelitian ini akan dilakukan analisis besarnya perhitungan energy expenditure yang dikeluarkan oleh 24 pekerja buruh angkut pada saat kondisi awal (sebelum), kemudian dibandingkan kondisi setelah perancangan. Berikut ini ditunjukkan kedalam grafik perbandingan energy expenditure antara kondisi awal (sebelum) dibandingkan kondisi setelah perancangan antara sebagai berikut:

Grafik perbandingan energy expenditure awal (sebelum mengguankan alat bantu) dan sesudah

menggunakan perancangan alat bantu

7 re 6

u it ) d it 5 en Energy Expenditure awal

p en 4 ex

3 Energy Expenditure setelah gy perancangan alat bantu k a l/m er (k

En 2 1

Responden (Pekerja buruh angkut ke...)

Grafik 5.1 Pengukuran kriteria beban kerja berdasarkan energy expenditure antara kondisi awal (sebelum perancangan) dibandingkan kondisi setelah perancangan.

Sumber : Pengolahan data, 2010

Berdasarkan grafik 5.1 diatas, dapat dilihat bahwa kondisi awal saat dilakukan perhitungan energy expenditure pada 24 orang pekerja buruh angkut, terutama aktivitas pengangkatan, pengangkutan maupun perunan peti dengan berat 55 kg dapat diketahui bahwa lima belas responden tergolong dalam kategori Berdasarkan grafik 5.1 diatas, dapat dilihat bahwa kondisi awal saat dilakukan perhitungan energy expenditure pada 24 orang pekerja buruh angkut, terutama aktivitas pengangkatan, pengangkutan maupun perunan peti dengan berat 55 kg dapat diketahui bahwa lima belas responden tergolong dalam kategori

Berdasarkan hasil perbandingan pada grafik 5.1 diatas, energy expenditure kondisi setelah perancangan dapat dikatakan 24 pekerja buruh angkut secara keseluruhan energi yang dikeluarkan lebih rendah dibandingkan sebelum menggunakan alat bantu (kondisi awal). Hal ini dapat dibuktikan bahwa enam belas responden tergolong kedalam kategori jenis light work atau dapat dikatakan pekerjaan ringan. (< 2,5 kkal/menit). Sedangkan untuk delapan responden lainnya tergolong kedalam jenis pekerjaan moderate work atau dapat dikatakan pekerjaan sedang (5,0 s/d 7,5 kkal/menit ).

Rata – rata penurunan energy expenditure ini disebabkan karena pekerja buruh angkut dapat merasakan kegunaan alat bantu yang berupa handtruck bila dilihat dari ilmu fisiologi kerja, yaitu dapat mengurangi beban kerja, mengurangi kecepatan denyut jantung sebelum maupun sesudah bekerja, dan yang paling frontal untuk mengurangi tingkat pengeluaran energi yang berlebihan.

5.2.2 Analisis energy cost

Energy cost merupakan total (keseluruhan) pengeluaran energi untuk melakukan suatu aktivitas. Pada tahap penelitian ini akan dilakukan analisis besarnya perhitungan energy cost yang dikeluarkan oleh 24 pekerja buruh angkut pada saat kondisi awal (sebelum), kemudian dibandingkan kondisi setelah perancangan. Berikut ini ditunjukkan kedalam grafik perbandingan energy cost antara kondisi awal (sebelum) dibandingkan kondisi setelah perancangan antara sebagai berikut:

Grafik perbandingan energy cost awal (sebelum menggunakan alat bantu) dan sesudah menggunakan

perancangan alat bantu

Energy cost sebelum

menggunakan alat bantu

st (k

Energy cost setelah

co

mengguanakan alat bantu

Responden (Pekerja buruh angkut ke...)

Grafik 5.2 Pengukuran kriteria beban kerja berdasarkan energy cost antara kondisi awal (sebelum) dibandingkan kondisi setelah perancangan. Sumber : Pengolahan data, 2010

Berdasarkan grafik 5.2 diatas, dapat dilihat bahwa kondisi awal saat dilakukan perhitungan energy cost pada 24 orang pekerja buruh angkut, terutama aktivitas pengangkatan, pengangkutan maupun perunan peti dengan berat 55 kg dapat diketahui bahwa sebelas responden tergolong dalam kategori jenis heavy work atau dapat dikatakan pekerjaan berat (5,0 s/d 7,5 kcal/menit). Sedangkan untuk tiga belas responden lainnya tergolong kedalam jenis pekerjaan moderate work atau dapat dikatakan pekerjaan sedang (2,5 s/d 5,0 kcal/menit ).

Berdasarkan hasil perbandingan pada grafik 5.2 diatas, energy cost kondisi setelah perancangan dapat dikatakan 24 pekerja buruh angkut secara keseluruhan energi yang dikeluarkan lebih rendah dibandingkan sebelum menggunakan alat bantu (kondisi awal). Hal ini dapat dibuktikan bahwa dua puluh satu responden tergolong kedalam kategori jenis moderate work atau dapat dikatakan pekerjaan sedang (2,5 s/d 5,0 kcal/menit ). Sedangkan untuk tiga responden lainnya tergolong kedalam jenis pekerjaan heavy work atau dapat dikatakan pekerjaan berat (5,0 s/d 7,5 kkal/menit).

Rata – rata penurunan energy cost ini disebabkan karena pekerja buruh angkut dapat merasakan kegunaan alat bantu yang berupa handtruck bila dilihat dari ilmu fisiologi kerja, yaitu dapat mengurangi beban kerja, mengurangi kecepatan denyut jantung sebelum maupun sesudah bekerja, dan yang paling frontal untuk mengurangi tingkat pengeluaran energi yang berlebihan.

5.3 Analisis Rancangan Alat

Dalam proses pembuatan produk, belum tentu produk yang diproduksi akan sesuai dengan hasil rancangan yang diinginkan. Hal ini disebabkan karena kemampuan rancangan untuk diproduksi yang terkadang tidak memungkinkan produk tersebut dibuat sesuai rancangan. Selain itu, produk yang dibuat mempertimbangkan segi proporsional ukuran. Hal inilah yang memungkinkan adanya perubahan dalam produk apabila dibandingkan dengan rancangan yang dibuat.

Dalam proses pembuatan produk, terjadi perubahan tinggi pegangan (handle) pada desain kedua sebanyak 6 cm. Hal ini dikarenakan adanya perubahan jangkauan pegas (shock absorber) digunakan dari jangkauan 33 cm jangkauan 27 cm. Perubahan ukuran tersebut terjadi karena terjadi beban tekan dari peti berkapasitas 110 kg sehingga menyebabkan letak ataupun posisi ketinggian pegangan (handle) desain kedua mengalami perubahan. Ukuran ketinggian pegangan (handle) desain kedua disesuaikan dengan ukuran tinggi siku berdiri 130 cm menjadi 124 cm.

Selain perubahan tinggi pegangan (handle) pada desain kedua, hasil perancangan produk juga dilakukan penambahan komponen berupa roda belakang dengan ukuran 4 inchi (10 cm). Penambahan komponen roda, bertujuan agar pekerja tidak terlalu berat saat menahan beban vertikal yang diterima oleh tangan pekerja saat pekerja mengoperasikan handtruck. Hasil produk perancangan alat ini tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan.

1. Penilaian segi positif penggunaan produk yang dirancang Ada beberapa segi positif penggunaan produk yang dirancang, yaitu:

a. Pengguna nyaman memakai, Desain yang ada mempertimbangkan aspek dimensi anthropometri pekerja buruh angkut, sehingga membuat pengguna merasa nyaman saat mengoperasikan handtruck.

b. Mengurangi resiko nyeri pada pemakai, Rancangan handtruck dibuat dengan memperbaiki postur kerja sebagai usaha pengurangan nyeri pada pekerja buruh angkut. Dari hasil perhitungan postur kerja dengan menggunakan metode REBA didapatkan b. Mengurangi resiko nyeri pada pemakai, Rancangan handtruck dibuat dengan memperbaiki postur kerja sebagai usaha pengurangan nyeri pada pekerja buruh angkut. Dari hasil perhitungan postur kerja dengan menggunakan metode REBA didapatkan

c. Mengurangi tingkat beban kerja, Berdasarkan hasil perbandingan pada perhitungan energy expenditure setelah perancangan, secara keseluruhan energi yang dikeluarkan lebih rendah dibandingkan sebelum menggunakan alat bantu (kondisi awal). Hal ini dibuktikan bahwa enam belas responden tergolong kedalam kategori beban kerja light work, delapan responden lainnya tergolong kategori beban kerja moderate work. Sedangkan hasil perbandingan pada perhitungan energy cost setelah perancangan, dapat dibuktikan bahwa dua puluh satu responden tergolong kedalam kategori beban kerja moderate work , tiga responden lainnya tergolong kategori beban kerja heavy work.

d. Alat kuat Dengan mempertimbangkan dan memperhitungkan faktor beban peti (kapasitas 110 kg), maka bahan material yang terpilih adalah pipa baja kadar karbon 0,2% roll panas dengan ketebalan 2mm yang dijadikan sebagai rangka dalam perancangan handtruck Hal ini membuktikan bahan material yang digunakan kuat dan aman untuk digunakan sebagai sarana aktivitas pengangkutan peti maupun sebagai alat bantu kerja.

e. Dapat digunakan dalam lokasi atau permukaan jalan yang bergeronjal maupun keadaan permukaan jalan menajak Alat dilengkapi shock absorber pada batang penyangga, sehingga pada saat roda depan masuk kedalam lubangan (pada keadaan permukaan jalan yang berlubang maupun bergeronjal) memudahkan pekerja untuk mengungkit, kemudian memposisikan roda agar kembali kepermukaan jalan yang rata. Selain itu fungsi dari shock absorber dapat digunakan untuk kekuatan penopang rangka penyangga bagian belakang pada saat permukaan jalan menanjak dengan ketinggian 2,5 meter ) (Sumber : pengolahan data, 2010).

f. Memberikan kemudahan akses keluar masuk kios antar pedagang Dengan menggunakan tiga komponen roda yang berguna untuk memudahkan pengoperasian dan dapat dijadikan sebagai arah kemudi pada saat keluar gang masuk kios antar pedagang.

2. Penilaian segi pengembangan produk yang dirancang Ada beberapa pengembangan produk yang dirancang tahap selanjutnya, yaitu:

a. Menekan atau mengurangi investasi biaya perancangan, Biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan alat cukup besar yaitu Rp 1.180.650,00 Hal ini disebabkan karena terjadi perubahan ukuran pada pegangan (handle) dan penambahan biaya permesinan. Selain itu, karena produk dibuat secara khusus sehingga membutuhkan biaya lebih besar dibandingkan produk yang dibuat secara massal. Investasi yang ada dapat dikurangi dengan mengganti material yang ada dipasaran dengan material yang memiliki harga lebih rendah (ekonomis) dan penggunaan konstruksi yang lebih ringan dari material terpilih saat ini.

b. Pengembangan ide perancangan khususnya pada aktivitas unloading Pada saat melakukan aktivitas unloading masih menggunakan cara manual, karena mengingat ketinggian dari bak truck hingga permukaan jalan terpaut sekitar satu meter. Untuk melakukan aktivitas tersebut (aktivitas menurunkan peti dari truck hingga dasar permukaan jalan) masih menggunakan cara manual yaitu memanggul kemudian menurunkan peti kedalam pallet (tatakan peti yang terbuat dari kayu sengon) dengan menggunakan tenaga buruh angkut. Ide pengembangan handtruck dapat menggunakan papan luncur dari bahan papan kayu sengon.

5.4 Analisis Biaya Produksi

Biaya pembuatan handtruck terdiri dari biaya material dan non material biaya tenaga kerja. Biaya maerial yang harus dikeluarkan sebesar Rp 756.500,00. dengan rincian yang tertera pada Tabel 4.25. Sedangkan biaya non material terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya biaya tenaga kerja sebesar Rp 130.000,00 biaya permesinan (pengelasan dan roll) Rp 35.000,00 dan biaya ide pembuatan rancangan dengan rincian yang tertera pada Tabel 4.26. Maka, perkiraan biaya Biaya pembuatan handtruck terdiri dari biaya material dan non material biaya tenaga kerja. Biaya maerial yang harus dikeluarkan sebesar Rp 756.500,00. dengan rincian yang tertera pada Tabel 4.25. Sedangkan biaya non material terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya biaya tenaga kerja sebesar Rp 130.000,00 biaya permesinan (pengelasan dan roll) Rp 35.000,00 dan biaya ide pembuatan rancangan dengan rincian yang tertera pada Tabel 4.26. Maka, perkiraan biaya

Namun pada tahap perakitan, terdapat error biaya untuk penggantian ukuran komponen material dan biaya pengelasan. Biaya yang tak terduga tersebut diantaranya:

1. Perubahan bentuk pegangan (handle) desain pertama Bahan : Pipa baja roll 0,2% Ukuran : diameter luar pipa dari ukuran 2,6 cm tebal 2mm, diganti dengan

diameter luar 3,0 dengan ketebalan 2 mm Kebutuhan : 0.5 meter Biaya : Rp 48.000,00 (per 1 meter)

2. Perubahan bentuk pegangan (handle) desain kedua Bahan : Pipa baja roll 0,2% Ukuran : diameter luar pipa dari ukuran 2,6 cm tebal 2mm Kebutuhan : 1 meter Biaya : Rp 35.000,00 (per 1 meter)

3. Perubahan ukuran plat dudukan shock absorber Bahan : Plat baja karbon Ukuran : 3cm x 2,5cm x 3 mm, diganti dengan ukuran 4cm x 3 x 3mm Kebutuhan : 0.5 meter Biaya : Rp 23.000,00 (per 1 meter)

4. Biaya permesinan Biaya pengelasan : Rp 35.000,00 Roll pada baja siku : Rp 26.000,00 Biaya error tahap perancangan handtruck adalah: = Rp 48.000,00 + Rp 35.000,00 + Rp 23.000,00 + Rp 35.000,00 +

Rp 26000,00 = Rp 167.000,00 Jika di hitung kedalam persentase biaya error pada tahap perancangan:

Rp 1 . 180 . 650 , 00

x 100 %

Rp 167 . 000 , 00 = 7,09 %  7%

Jadi total biaya akhir dalam perancangan handtruck adalah: = Rp 1.013.650,00 + Rp 167.000,00 = Rp 1.180.650,00

Dari hasil perhitungan total biaya akhir dalam perancangan handtruck (cost trial end error) diatas, diharapkan untuk penyempurnaan hasil perancangan pada tahap selanjutnya dapat di minimasi dengan cara menggunakan spesifikasi ukuran akhir perancangan handtruck, menggunakan material dengan harga yang ekonomis yang sesuai dengan kebutuhan, menekan biaya pengecetan, menekan ongkos ataupun biaya tenaga kerja dan biaya permesinan. Adapun penjabaran minimasi total biaya akhir dalam perancangan handtruck dapat dilihat dalam Lampiran L.12.

Sehingga dari hasil perhitungan diatas, dapat di asumsikan biaya total biaya akhir untuk penyempurnaan hasil perancangan handtruck pada tahap selanjutnya sebesar Rp 719.750,00

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan berdasarkan analisis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya serta saran untuk penelitian selanjutnya.