Pembangunan Prasarana

2.3 Pembangunan Prasarana

Salah satu prioritas dalam program PNPM MP adalah pembangunan sarana prasarana lingkungan. Infrastruktur atau prasarana dan sarana diartikan sebagai fasilitas fisik suatu kota atau negara yang disebut pekerjaan umum (Grigg dalam Suripin, 2004:1). Menurut UU No.1 th 2011 tentang Perumahan dan kawasan Permukiman, Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman.sedangkan kelengkapan prasarana adalah jalan, air bersih, drainase, dan sanitasi.

Oleh Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, prasarana dan sarana didefinisikan sebagai bangunan dasar yang sangat diperlukan untuk mendukung kehidupan manusia yang hidup bersama-sama dalam suatu ruang yang terbatas agar manusia dapat bermukim dengan nyaman dan dapat bergerak dengan mudah dalam segala waktu dan cuaca, sehingga dapat hidup dengan sehat dapat berinteraksi satu dengan lainnya dalam mempertahankan kehidupannya.

Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, yang didefinisikan sebagai fasilitas- fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Kodoatie, 2003:9).

Pengelolaan sistem infrastruktur yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan mempunyai beberapa dimensi yang harus dintegrasikan ke semua aspek pembangunannya, salah satunya political sustainability; link birokrasi (pemerintah) dan masyarakat. Para pemimpin formal dan informal untuk suatu sector tertentu dalam masyarakat local harus mampu menjalin komunikasi dengan struktur-struktur politik dan birokrasi (Kodoatie, 2003:173). Kualitas infrastruktur suatu negara berbanding lurus dengan tingkat perekonomian negara tersebut. Semakin maju suatu negara, semakin besar pula kemampuan pemerintah membangun infrastruktur dengan dana sendiri (Kompas dalam Kodoatie, 2003:14).

2.3.1 Prasarana Jalan

Prasarana yang biasanya dikelola oleh masyarakat merupakan prasarana yang dimanfaatkan secara bersama-sama oleh masyarakat bukan individu-individu tertentu dan pengoperasian serta pemeliharaannya sesuai dengan kemampuan masyarakat yang ada, salah satunya adalah prasarana jalan. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan

commit to user

tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. (PP no 34 tahun 2006).

2.3.2 Kondisi Prasarana Jalan yang baik

Jalan perumahan yang baik harus dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi pergerakan pejalan kaki, pengendara sepeda dan pengendara kendaraan bermotor. Selain itu harus didukung pula oleh ketersediaan prasarana pendukung jalan, seperti perkerasan jalan, trotoar, drainase, lansekap, rambu lalu lintas, parkir dan lain-lain. Kondisi Jalan merupakan salah satu bagian yang mempengaruhi kelancaran lalu lintas. Kondisi jalan ini merupakan aspek-aspek yang mempengaruhi jalan secara fisik. Kondisi jalan ini terdiri dari kondisi permukaan jalan, kondisi perkerasan jalan, kondisi iklim dan cuaca, ukuran lebar. Menurut (Salmani Saleh: 2011) Kondisi Lingkungan dan pengaruhnya terhadap konstruksi perkerasan jalan adalah mempengaruhi sifat teknis konstruksi perkerasan dan komponen material perkerasan, pelapukan bahan material, mempengaruhi penurunan tingkat pelayanan dan tingkat penyamanan perkerasan jalan. Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi kondisi jalan adalah air tanah dan hujan, adanya aliran air disekitar badan jalan mengakibatkan perembesan air ke badan jalan yang mengakibatkan perlemahan ikatan antar butiran agregat dengan aspal, dan perubahan kadar air akan mempengaruhi daya dukung tanah dasar, selain itu juga kemiringan medan untuk mempercepat pengaliran air, dan perubahan temperatur.

Kriteria desain untuk setiap jenis infrastruktur yang direncanakan harus mengacu pada kriteria desian standar yang dikeluarkan oleh instansi teknis terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum atau instansi teknis terkait lainnya. Untuk pelaksanaan PNPM MP ini maka dapat dapat dilihat atau mengacu pada buku Pedoman Teknis Sederhana Pembangunan Sarana & Prasarana yang telah diperbanyak ulang oleh PNPM MP. Berikut diuraikan Kriteria desain pembangun jalan yang perlu diperhatikan:

1) Jalan Aspal (Buras/Lapen/Lasbutag):

a. Lebar badan jalan minimal 2,50 m;

b. Lebar bahu jalan / berm minimal 0,50 m (kiri + kanan = 1,00m)

c. Kemiringan tanjakan / menurun jalan maximal 12 %

d. Panjang tanjakan / turunan maximal 150 Mtr

e. Memakai saluran kiri dan kanan (kondisional)

f. Harus sudah ada Lapis Pondasi Bawah (LPB) minimal 1 tahun;

2) Jalan Telford / Macadam:

a. Lebar badan jalan minimal 2,50 M

commit to user

b. Lebar badan jalan / berm minimal 0,50 M (kiri + kanan = 1,00 Mtr)

c. Memakai batu tepi

d. Kemiringan tanjakan /menurun jalan maximal 12 %

e. Panjang tanjakan / turunan maximal 150 M

f. Memakai saluran kiri dan kanan (kondisional) Catatan

3) Jalan Rabat Beton:

: dijalan menurun / tanjakan kemiringan yang lebih dari 12 % dapat diberi konstruksi beton/aspal.

a. Lebar badan jalan minimal 1,50 M

b. Kemiringan tanjakan /menurun jalan maximal 12 %

c. Tebal rabat minimal 7 cm (kondisional)

d. Permukaan rabat dibuat kasar/tidak licin;

e. Memakai saluran kiri dan kanan (kondisional) Dalam penilaian pekerjaan konstruksi adalah dengan melihat apakah terjadi penyimpangan negative dari standar teknis atau rencana yang telah ditetapkan, seperti apakah kualitas bahan yang digunakan kurang, apakah volume atau dimensi pekerjaan kurang, apakah secara keseluruhan bangunan dapat berfungsi atau bermanfaat, apakah kualitas hasil pekerjaan sudah sesuai atau baik (pedoman infrastruktur PNPM MP, 2008).