Problematika hukum dalam pembiayaan Hasanah Card
1. Problematika hukum dalam pembiayaan Hasanah Card
a. Prosedur pengajuan Hasanah Card
Dalam memperoleh Hasanah Card, ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh nasabah calon pemegang Hasanah Card yaitu selain mengisi aplikasi aplikasi yang telah disediakan oleh pihak Bank, ada beberapa syarat umum yang harus diperhatikan. Hal tersebut adalah :
1) Golongan kartu Hasanah Platinum:
Calon pemegang kartu harus memiliki penghasilan 500 juta rupiah per tahun, dengan usia minimal 21 tahun maksimal 65 tahun
2) Golongan kartu Hasanah Gold
Calon pemegang kartu harus memiliki penghasilan 60 juta rupiah per tahun, dengan usia minimal 21 tahun dan maksimal
65 tahun
3) Golongan kartu Hasanah Classic
Calon pemegang kartu harus memiliki pengahasilan 25 juta rupiah per tahun, dengan usia minimal 21 tahun dan maksimal
65 tahun.
Dokumen pendukung yang juga harus dilampirkan beserta formulir isian aplikasi iB Hasanah Card :
1) karyawan/TNI/polisi : foto kopi KTP/paspor dan juga bukti penghasilan asli
commit to user
2) dokter/Profesioal : foto kopi KTP/paspor, bukti penghasilan asli, dan surat ijin profesi
3) pengusaha : foto kopi KTP/paspor, bukti penghasilan asli, dan foto kopi akte pendirian/SIUP/TDP
“Untuk Dokter/Profesional lainnya dapat berupa fotokopi Tabungan/SPT dan untuk Pengusaha fotokopi Rekening Koran 3 bulan terakhir/SPT. Bila Anda mendapat limit kartu Rp. 50 juta atau lebih akan diperlukan NPWP.”(wawancara dengan Bp Mujiyono, kep Hasanah Card BNI Syariah Surakarta)
Informasi Limit Kartu dan Biaya
No Parameter
1 Limit Kartu Kategori 1 4 Juta Kategori 1 10 Juta Kategori 1 50 Juta
Kategori 2 6 Juta Kategori 2 15 Juta Kategori 2 75 Juta
Kategori 3 8 Juta Kategori 3 20 Juta
Kategori 4 25 Juta
Kategori 5 30 Juta
2 Annual Membership Fee
Kartu Utama
Kartu Tambahan 60,000
3 Monthly Fee
Kategori 1 118,000 Kategori 1 295,000 Kategori 1 1,475,000
Kategori 2 117,000 Kategori 2 442,500 Kategori 2 2,212,500
commit to user
Kategori 3 236,000 Kategori 3 590,000
b. Problematika hukum dalam pembiayaan Hasanah Card Dalam era globalisasi di mana IPTEK telah mengalami perkembangan dengan begitu pesatnya, tingkat intelegensi serta kebutuhan masyarakat juga turut berkembang seiring dengan segala pemenuhannya. Guna memenuhi berbagai kebutuhan tersebut diperlukan suatu alat ataupun jasa yang dapat menjembatani aspek pemenuhan tersebut. Dalam hal ini Hasanah Card atau yang lebih dikenal dengan nama kartu kredit hasanah card merupakan salah satu bentuk layanan perbankan yang bertujuan untuk memberikan kemudahan dengan berbagai fasilitas yang disediakan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat terutama dalam penyediaan modal secara instan.
Berbagai kemudahan yang disediakan oleh Hasanah Card di samping memberikan kemudahan serta biaya yang lebih murah dibandingkan dengan kartu kredit lain ternyata juga menciptakan dampak negatif baik bagi nasabah sebagai pengguna jasa ataupun bank sebagai penjamin. Masalah tersebut antara lain munculnya sifat konsumerisme dalam pola hidup masyarakat yang menjadi kurang terkendali yang tidak jarang tanpa diikiuti dengan perhitungan yang matang akan kemampuan untuk melakukan pembayaran. Beberapa hal yang menjadi alasan semakin maraknya kejahatan dalam dunia perbankan terutama dalam penggunaan kartu kredit :
1) Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi
2) Ketentuan hukum yang kurang mengikat
commit to user
3) Ekspresive dalam hal ini adanya tekanan ekonomi dalam masyarakat
4) Ketidakseimbangan antara kebutuhan hidup dengan
kemampuan masyarakat.
Dengan berbagai permasalahan yang muncul di samping berbagai fasilitas yang ditawarkan, dalam kesempatan ini penulis bermaksud untuk mengupas mengenai berbagai permasalahan yang sering timbul dalam penggunaan kartu kredit khususnya Hasanah Card, baik dari sisi nasabah maupun dari sisi penjamin. Masalah – masalah tersebut antara lain :
1) Kredit macet / kredit bermasalah Kredit macet sering timbul disebabkan karena adanya perhitungan yang kurang tepat mengenai penggunaan kartu kredit dan juga karena kekurang akuratan pihak provider penyedia layanan jasa dalam memverifikasi data nasabah yang layak untuk mendapatkan kartu kredit adanya kredit macet disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1) Managemen usaha nasabah gagal
2) Kredit tidak sesuai dengan tujuan semula
3) Force majeur
4) Analisa kredit dan vefikasi data yang kurang
akurat
5) Karakter nasabah yang tidak memiliki itikad
baik
6) Nasabah memberi data palsu
7) Nasabah meninggal dunia
8) Kurangnya pengawasan dan pembinaan dari bank kepada debitur.
Selain itu, pada umumnya pemahaman masyarakat mengenai kartu kredit masih sangat minim, baik mengenai tata cara penggunaan, perhitungan ijarah/monthly fee
commit to user
yang akan ditagihkan maupun mengenai proses klaim apabila terjadi masalah. Selama ini pemahaman masyarakat terhadap kartu kredit adalah bentuk dari kredit tanpa agunan, sehingga masyarakat menjadi salah dalam menafsirkan yang pada akhirnya berdampak pada kesalahan penggunaan kartu kredit. Sistematika antara kredit tanpa agunan dengan kartu kredit sangatlah berbeda, dimana kredit tanpa agunan menggunakan sistem pembayaran flat ataupun anuitas dengan menerapkan sistem denda pada setiap keterlambatan, sedangkan pada kartu kredit menerapkan sistem bunga berbunga serta denda untuk setiap keterlambatan pembayaran diluar jatuh tempo yang pada akhirnya semakin lama tagihan dari nasabah akan semakin membengkak apabila terjadi keterlambatan.
2) Pemalsuan data Dalam proses permohonan kepemilikan kartu kredit, diperlukan data – data yang akurat dari seorang calon nasabah yang diantaranya meliputi identitas diri nasabah, sumber penghasilan nasabah, kepemilikan kartu kredit lain ataupun pinjaman lain. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan calon nasabah, kemampuan bayar pembayaran kredit. Dengan adanya proses verifikasi data calon nasabah, tidak jarang dan tidak sedikit nasabah – nasabah tersebut tidak mampu memenuhi persyaratan untuk membuat kartu kredit, sehingga permohonan untuk memiliki kartu kreditpun ditolak. Dengan adanya target yang harus dipenuhi oleh petugas serta kebutuhan maupun keinginan akan dana instan dari masyarakat, sedangkan syarat – syarat administrasi tidak dapat terpenuhi
commit to user commit to user
a) Manipulasi data yang sering dilakukan adalah dengan meningkatkan data penghasilan dari calon nasabah baik oleh petugas maupun oleh nasabah sendiri dengan tujuan agar proses pengajuan kartu kredit mendapatkan persetujuan ataupun mendapatkan limit kartu yang tinggi. Pemalsuan data ini tentunya sangat tidak dibenarkan, selain melanggar ketentuan peraturan perundang undangan, dan memenuhi rumusan pidana (KUHPidana) juga pada akhirnya akan mempersulit petugas ataupun nasabah sendiri. Ketika suatu keadaan dipaksakan dari kondisi seharusnya, tentunya akan menimbulkan dampak yang tidak baik terutama ketika terjadi hal – hal yang tidak diinginkan. Begitu pula dalam proses pengajuan kartu kredit, ketika kemampuan ekonomi seorang nasabah dimanipulasi dari kemampuan sebenarnya maka ketika nasabah mendapatkan kartu kredit dengan limit yang melebihi kapasitas kemampuannya serta menggunakan dengan berlebihan, pada akhirnya menimbulkan kewajiban pembayaran yang akan sangat membebani nasabah tersebut. Beban kewajiban tersebut belum tentu dapat dipenuhi oleh nasabah karena besarnya tagihan yang melebihi prosentase.
commit to user commit to user
c) Bekerjasama dengan petugas kasir
d) Menyadap jaringan Telkom karena mesin EDC pada merchant tersambung dengan telepon. Cara yang digunakan adalah dengan mencetak kartu kredit palsu, dengan cara mencetak kartu kosong bersama pita magnetig terlebih dahulu yang sudah dilekatkan pada kartu. Data nasabah bank pemegang kartu kredit dimasukkan dengan cara menggesek pada mesin gesek yang sudah diformat berdasarkan data kartu kredit bank yang hendak dicatut.
e) Pemalsuan dengan cara skimming yaitu dengan menduplikasi kartu kredit yang asli.
Dengan adanya pemalsuan data yang pada akhirnya menjerumuskan nasabah kedalam lilitan hutang yang susah untuk dapat dipenuhi, pada akhirnya juga memberikan dampak kepada petugas selaku pihak yang yang memiliki kewajiban untuk melakukan penagihan atas sejumlah hutang nasabah tersebut. Proses penagihan tidak selalu dapat berjalan lancar, karena tingkat kemampuan ekonomi nasabah yang tidak setara dengan pengeluaran akibat penggunaan kartu kredit. Ketidaklancaran pembayaran tersebut tentunya akan menimbulkan masalah baru, yang muncul sebagai
commit to user commit to user