Tinjauan umum tentang hasannah card (kartu kredit)

4. Tinjauan umum tentang hasannah card (kartu kredit)

a. Pengertian kartu kredit

Kartu kredit merupakan suatu kartu yang umumnya dibuat dari bahan plastik, dengan dibubuhkan dentitas dari pemegang dan penerbitnya, yang memberikan hak terhadap siapa kartu kredit diisukan unutk menandatangani tanda pelunasan pembayaran harga dari barang atau jasa yang dibeli di tempat tempat tertentu,

commit to user commit to user

Selanjutnya membebankan kewajiban kepada pihak penerbit kartu kredit untuk melunasi harga barang atau jasa. Kemudian kepada pihak penerbitnya diberikan hak untuk menagih kembali pelunasan harga tersebut dari pihak pemegang kartu kredit plus biaya biaya lainnya, seperti bunga, denda, iuran tahunan, uang pangkal, dan sebagainya.

Credit cards are plastic cards bearing an account number assigned to a cardholder with a credit limit than can be used to purchase goods, services, and interest is charged on the outstanding balance.(international research journal of finance and economics, issue 11 2007)

Adapun pendapat lain yang mengatakan, “kartu kredit adalah alat pembayaran melalui jasa bank/perusahaan pembiayaan dalam transaksi jual beli barang/jasa, atau alat untuk menarik uang tunai dari bank/perusahaan pembiayaan” (munir fuady,2000:263).

b. Sejarah singkat Hasanah Card

Bisnis kartu kredit di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Jumlah kartu yang beredar saat ini telah mencapai lebih dari 13 juta kartu yang diterbitkan oleh 22 bank dan lembaga pembiayaan. Berbagai macam penawaran yang menarik, dari sisi joint promo maupun fitur. Bahkan saat ini jenis kartu kredit yang beredar telah ada yang menggunakan sistem Syariah. Bertepatan dengan Festival Ekonomi Syariah (FES) pada bulan Februari 2009 yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia, BNI Syariah telah meluncurkan salah satu jenis pembiayaan yang berbasis Kartu Kredit yaitu iB Hasanah Card dengan menggandeng provider MasterCard International . Untuk peluncuran produk Hasanah Card sendiri diawali di Jakarta pada tahun 2008, kemudian disusul di Semarang pada tahun 2009 untuk wilayah Surakarta sendiri, Bank BNI Syariah meluncurkan Hasanah Card pada tahun 2010, tepatnya pada bulan Februari.

commit to user

Dasar yang dipakai dalam penerbitan iB Hasanah Card adalah fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.54/DSN-MUI/X/2006 mengenai Syariah Card dan surat persetujuan dari Bank Indonesia No.10/337/DPbs tangal 11-03-2008. Sesuai dengan fatwa DSN No.54/DSN-MUI/X/2006 Syariah Card didefinisikan sebagai kartu yang berfungsi sebagai Kartu Kredit yang hubungan hukum antara para pihak berdasarkan prinsip syariah sebagaimana diatur dalam fatwa.

c. Akad Hasanah Card

Dalam Hasanah Card, ada beberapa akad (Akad Syariah Card)

yang menjadi acuan sesuai dengan yang diatur dalam Fatwa DSN No. 54/DSN-MUI/X/2006

Kafalah

Penerbit kartu adalah penjamin (kafil) bagi Pemegang Kartu terhadap merchant atas semua kewajiban bayar (dayn) yang timbul dari transaksi antara Pemegang Kartu dengan Merchant dan atau penarikan uang tunai selain Bank atau ATM Bank Penerbit Kartu.

Qard

Penerbit kartu adalah pemberi pinjaman kepada pemegang iB Hasanah Card atas seluruh transaksi penarikan tunai dengan menggunakan kartu dan transaksi pinjaman dana.

Ijarah

Penerbit kartu adalah penyedia jasa sistem pembayaran dan pelayanan terhadap Pemegang Kartu.

Tabel.1

d. Pengertian hasannah card (kartu kredit)

Hasannah card adalah kartu berbasis syariah yang berfungsi seperti kartu kredit sehingga diterima di seluruh tempat yang bertanda master card dan semua ATM yang bertanda CIRRUS di seluruh dunia.(www.BNI.co.id)

commit to user commit to user

Transaksi yang dilakukan dengan mengunakan hasannah card (kartu kredit) melibatkan berbagai pihak yang saling berkepentingan. Masing masing pihak satu sama lain terikat perjanjian baik mengenai hak maupun kewajibannya. Pihak pihak yang terlibat ini pada akhirnya akan membentuk suatu suatu sistem kerja kartu kredit itu sendiri.

Dalam sistem kerja hasannah card ( kartu kredit) ada 4 pihak, yaitu:

a. Pihak penerbit (issuer)

Pihak penerbit kartu kredit ini terdiri dari :

a) Bank

b) Lembaga keuangan yang khusus bergerak di bidang

penerbitan kartu kredit

c) Lembaga keuangan yang disamping bergerak didalam penerbitan kartu kredit bergerak juga di bidang kegiatan kegiatan lembaga keuangan lainnya.

Kepada pihak penerbit ini, oleh hukum dibebankan kewajiban sebagai berikut :

a) Memberikan kartu kredit kepada pemegangnya

b) Melakukan pelunasan pembayaran harga barang atau jasa atas tagihan yang disodorkan oleh penjual

c) Memberitahukan kepada pemegang kartu kredit terhadap setiap tagihannya dalam suatu periode tertentu.

d) Memberitahukan kepada pemegang kartu kredit berita berita lainnya yang menyangkut dengan hak, kewajiban dan kemudahan bagi pemegang tersebut.

Selanjutnya bagi pihak penerbit kartu kredit oleh hukum hukum diberikan hak-hak sebagai berikut :

commit to user commit to user

b) Menagih dan menerima dari pemegang kartu kredit pembayaran lainnya, seperti bunga, denda, iuran tahunan, dll.

c) Menerima komisi dari pembayaran tagihan kepada perantara penagihan atau kepada penjual.

b. Pihak pemegang kartu kedit (card holder)

Secara hukum, pihak pemegang kartu kredit mempunyai kewajiban sebagai berikut :

a) Tidak melakukan pembelian dengan kartu kredit yang

melebihi batas maksimum.

b) Menandatangani slip pembelian yang disodorkan oleh

pihak penjual.

c) Melakukan pembayaran kembali harga pembelian sesuai dengan tagihan oleh pihak penerbit kartu kredit.

d) Melakukan pembayaran pembayaran lainnya. Selanjutnya pihak pemegang kartu kredit mempunyai hak hak

sebagai berikut :

a) Hak untuk membeli barang atau jasa dengan menggunakan kartu kredit, dengan atau tanpa batas maksimum.

b) Kebanyakan dari kartu kredit juga memberikan hak kepada pemegangnya untuk mengambil uang cash, baik pada mesin teller tertentu, ataupun via bank bank lain atau bank penerbit. Biasanya jumlahnya pengambilan uang cash tersebut dibatasi sampai pada batas plafond tertentu.

c) Hak untuk menapatkan informasi dari penerbit tentang perkembangan kreditnya dan tentang kemudahan kemudahan sekiranya ada yang diperuntukan baginya.

c. Pihak penjual barang/jasa.

commit to user

Sedangkan pihak penjual barang atau jasa, terhadap mana kartu kredit akan atau telah dipergunakan, secara hukum mempunyai kewajiban-kewajiban sebagai berikut :

a) Memperkenankan pihak pemegang kartu kredit untuk membeli barang atau jasa dengan memakai kartu kredit.

b) Bila perlu melakukan pengecekan atau otorisasi tentang pengunaan dan keabsahan kartu kredit yang bersangkutan.

c) Menginformasikan kepada pemegang kartu kredit tentang

charge tambahan selain harga jika ada.

d) Menyodorkan slip pembelian untuk ditandatangani oleh

pihak pembeli.

e) Membayar komisi ketika melakukan penagihan kepada perantara atau kepada penerbit kartu kredit.

Sedangkan yang menjadi hak dari pihak penjual adalah :

a) Meminta pelunasan harga barang atau jasa yang dibeli oleh

pembeli.

b) Meminta pembeli atau pemegang kartu kredit untuk

menandatangani slip pembelian.

c) Menolak unutk menjual barang aau jasa jika tidak terdapat

otorisasi dari penerbit kartu kredit.

d. Pihak perantara

Pihak perantara ini terdiri dari perantara penagihan (antara penjual dan penerbit), dan perantara pembayaran (antara pemegang dan penerbit.)

Pihak perantara penagihan yang disebut juga dengan aquirer adalah pihak yang meneruskan tagihan kepada pihak penerbit berdasarkan tagihan yang masuk kepadanya yang diberikan oleh penjual. Pihak perantara penagihan inilah yang melakukan pembayaran kepada pihak penjual tersebut. Apabila pihak perantara penagihan ini terpisah dari pihak penerbit, maka

commit to user commit to user

Selanjutnya yang dimaksud dengan perantara pembayaran adalah bank-bank dimana pembayaran kredit/harga dilakukan oleh pemegang kartu kredit. Selanjutnya bank-bank ini akan mengirim uang pembayaran tersebut kepada penerbit. Pihak perantara pembayaran ini berkedudukan dan mempunyai hak dan kewajiban yang sama saja seperti pemberian jasa pengiriman uang lainnya yang biasa dilakukannya. Dalam hal ini bank perantara ini akan mendapatka bayaran berupa fee tertentu (munir fuady, 1999 :175).

f. Macam macam hasannah card/kartu kredit

Keleluasaan dan kebebasan dalam menggunakan sangat dibatasi kepada jenis kartu kredit yang dimilikinya. Setiap jenis kartu kredit memiliki keunggulan dan kekurangannya. Oleh karena itu nasabah harus pandai dalam memilih kartu kredit yang sesuai dengan keinginannya.

Jenis hasanah card/kartu kredit yang ada saat ini dilihat dari berbagai sisi adalah :

Dilihat dari segi fungsi

1) Charge card

Adalah kartu kredit dimana pemegang kartu kredit harus membayar semua tagihan yang terjadi atas dirinya secara sekaligus pada saat jatuh tempo.

2) Credit card

Adalah suatu sistem dimana pemegang kartu kredit dapat melunasi semua tagihan yang terjadi atas dirinya secara sekaligus ataupun secara angsuran pada saat jatuh tempo.

3) Debit card

Adalah kartu kredit dimana pembayaran atas penagihan nasabah melalui pendebitan atas rekening yang ada di bank dimana saat membuat kartu kredit.

commit to user

4) Cash card

Adalah kartu kredit yang berfungsi sebagai alat penarikan tunai pada ATM maupun langsung di teller bank. Namun pembayaran cash ini tidak dapat dilakukan diluar bank.

5) Check guarantee

Adalah kartu kredit yang digunakan sebagai jaminan dalam penarikan cek dan dapat pula digunakan untuk menarik uang tunai.

Berdasarkan wilayah

1) Kartu lokal Adalah kartu kredit yang hanya dapat digunakan

dalam suatu wilayah tertentu saja.

2) Kartu internasional Adalah kartu kredit yang dapat digunakan antar

lintas negara, atau tidak terbatas hanya dalam suatu wilayah tertentu saja. (kasmir,2002 :320).

g. Dasar hukum hasanah card

1) Perjanjian para pihak sebagai dasar hukum Sebagaimana diketahui bahwa sistem hukum kita menganut

asas kebebasan berkontrak (Pasal 1338 ayat (1) KUHPer). Dengan berdasarkan kepada Pasal 1338 ayat (1) KUHPer maka asal saja dibuat secara tidak bertentangan dengan hukum atau kebiasaan yang berlaku maka setiap perjanjian lisan maupun tertulis yang dibuat oleh para pihak dalam kegiatan kartu kredit, akan berlaku sebagai Undang-undang bagi para pihak tersebut. Dan memang ternyata ada perjanjian perjanjian yang dibuat oleh mereka yang berhubungan dengan penerbitan dan pengoperasian kartu kredit tersebut.

Karena itu Pasal 1338 ayat (1) KUHPer dapat menjadi salah satu dasar hukum berlakunya. Dengan demikian pula, tentunya pasal pasal tentang perikatan dalam buku ke III berlaku terhadap perjanjian perjanjian yang berkenaan dengan kartu kredit, secara mutatis mutandis.

2) Perundang-undangan sebagai dasar hukum

commit to user

Seperti telah disebutkan bahwa baik KUHD maupun KUHPer tidak dengan tegas memberikan dasar hukum bagi eksistensi kartu kredit, tetapi ada berbagai perundang undangan lain yang dengan tegas menyebut dan memberi landasan hukum bagi penerbitan dan pengoperasian kartu kredit ini. Yaitu sebagai berikut :

a) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992, tentang Perbankan seperti yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

Sejauh yang berhubungan dengan perbankan, maka kegiatan yang berkenaan dengan kartu kredit mendapat legitimasinya dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992, seperti yang telah diubah dengan Udang-undang Nomor 10 Tahun 1998. Pasal

6 huruf I hanya dengan tegas menyatakan bahwa salah satu kegiatan bank adalah melakukan usaha kartu kredit.

b) Undang-undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat surat Berharga Syariah

Dalam undang-undang ini tepatnya dalam Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa “surat berharga syariah negara selanjutnya disingkat SBSN, atau dapat disebut sukuk negara, adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing”

c) Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Keberadaan sistem bagi hasil dalam kegiatan

operasional perbankan di Indonesia untuk pertama kali diadopsi secara formal melalui pemberlakuan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Namun demikian, Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan tersebut dinilai belum memberikan landasan hukum yang

commit to user commit to user

7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 belum spesifik sehingga perlu diatur secara khusus dalam suatu Undang-undang itu sendiri, maka pada tahun 2008, diresmikanlah Undang- undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, yang mengatur mengenai seluruh kegiatan perbankan syariah. Menimbang bahwa kebutuhan masyarakat Indonesia akan jasa-jasa perbankan syariah semakin meningkat, perbankan syariah juga memiliki

kekhususan

dibandingkan dengan perbankan konvensional, dan pengaturan mengenai perbankan syariah di dalam Undang-undang Nomor

7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 belum spesifik sehingga perlu diatur secara khusus dalam suatu Undang-undang tersendiri. Oleh karena hal ini maka diresmikan undang undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008, maka yang pengertian dari Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (Pasal 1 angka 7). Bank Umum Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Pasal 1 angka 8). Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Pasal 1 angka 9). Sejauh yang berhubungan dengan

commit to user commit to user

d) Keppres Nomor 6 tahun 1998, tentang Lembaga Pembiayaan

Pasal 2 ayat 1 dari Keppres Nomor 6 ini antara lain menyebutkan bahwa satu kegiatan dari lembaga pembiayaan adalah melakukan usaha kartu kredit. Sementara dalam Pasal 1 ayat (7) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan perusahaan kartu kredit adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam rangka pembelian barang atau jasa dengan menggunakan kartu kredit.

Selanjutnya menurut Pasal 3 dari keppres Nomor 6 ini, yang dapat melakukan kegiatan lembaga pembiayaan tersebut, termasuk kegiatan kartu kredit adalah :

a) Bank

b) Lembaga keuangan bukan Bank (sekarang sudah tidak ada lagi dalam sistem hukum keuangan kita)

c) Perusahaan pembiayaan

e) Keputusan Menteri Keuangan no.1251/ kmk.013/ 1998 tentang ketentuan dan tata cara pelaksanaan lembaga pembiayaan.

Pasal 2 dari Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251 ini kembali menugaskan bahwa salah satu dari kegiatan lembaga pembiayaan adalah usaha kartu kredit.

Selanjutnya dalam Pasal 7 ditentukan bahwa pelaksanaan kegiatan kartu kredit dilakukan dengan cara penerbitan kartu kedit yang dapat dipergunakan

commit to user commit to user

f) Peraturan Bank Indonesia Nomor. 10/8/PBI/2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor. 7/52/PBI/2005 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu. Berdasarkan Pasal 1 angka 3 maka yang dimaksud

dengan alat pembayaran dengan menggunakan kartu adalah alat pembayaran yang berupa kartu debet, kartu kredit, Automated Teller Machine (ATM), dan/atau kartu prabayar. Pengertian kartu kredit sendiri berdasarkan Pasal 1 angka 4 adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan/atau untuk melakukan penarikan tunai dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban melakukan pelunasan kewajiban pembayaran tersebut pada waktu yang telah disepakati baik secara sekaligus (charge card) ataupun secara angsuran.

g) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor. 54/DSN-MUI/X. 2006 Tentang Kartu Kredit Syariah. Berdasarkan Fatwa No. 54/DSN-MUI/X/2006

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang dimaksud dengan kartu kredit syariah adalah kartu yang berfungsi seperti Kartu Kredit yang hubungan hukum (berdasarkan sistem yang sudah ada) antara para pihak berdasarkan prinsip syariah. Para pihak sebagaimana dimaksud adalah pihak penerbit kartu (mushdir albithaqah),

commit to user commit to user

h) Berbagai peraturan perbankan lainnya Masih terdapat berbagai peraturan perbankan lainya

yang mengatur lebih lanjut atau menyinggung tentang kartu kredit ini, yang dikleuarkan dari waktu ke waktu (munir fuady, 1999:180).