FRAME BERITA DI HARIAN KOMPAS

A. FRAME BERITA DI HARIAN KOMPAS

Harian Kompas dalam pemberitaannya seputar keistimewaan DIY pada edisi Desember 2010 - Januari 2011 menurunkan sebanyak 24 berita, yang terbagi ke dalam beberapa rubrik seperti yang terlihat pada daftar di bawah ini:

Tabel 5. Berita Seputar Isu Keistimewaan Yogyakarta Pada Harian KOMPAS

Edisi Desember 2010 – Januari 2011 NO.

Judul Berita

Rubrik

Hari & Tanggal

1. Salah Paham soal Yogyakarta

Presiden Akan Jelaskan Sikapnya

Headline &

Umum

Rabu, 1 Desember 2010

2. KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA (1) ”Bung Sultan” yang Demokratis

Politik &

Hukum

Rabu, 1 Desember 2010

3. Ketenangan DIY Terganggu

Tajuk Rencana

Rabu, 1 Desember 2010

Penetapan Gubernur dan Wakil Gubernur

Kamis, 2 Desember 2010

5. KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA (2 – HABIS) Lebih Suka Penetapan

Politik &

Hukum

Kamis, 2 Desember 2010

6. Pemerintah Usul Gubernur Dipilih

Presiden: Sultan HB X Masih Tepat

Headline &

Umum

Jumat, 3 Desember 2010

Masih Mengungsi Bapak Presiden...

Headline &

Umum

Jumat, 3 Desember 2010

8. Sikap Pemerintah Disesalkan SBY: Saya Tidak Ada Masalah dengan Sultan HB X

Headline &

Umum

Sabtu, 4 Desember 2010

9. ”Sejarah Saya Memang Parah”

Umum (Kolom Politik

– Ekonomi)

Sabtu, 4 Desember 2010

10. Survei Menjadi Acuan Kemendagri

Kepala Desa Se – DIY Ancam Boikot Pemilihan

Politik &

Hukum

Minggu, 5 Desember 2010

11. Negara Akui Keistimewaan DPRD Kota Yogyakarta Akan Gelar Sidang Paripurna Penetapan

Headline &

Umum

Senin, 6 Desember 2010

12. JAJAK PENDAPAT ”KOMPAS”

Senin, 6 Desember 2010

13. KEISTIMEWAAN

Daerah

”Khusus” Memang Harus Beda...

Politik &

Hukum

Rabu, 8 Desember 2010

14. Warga Dukung Penetapan Ketua DPD Partai Demokrat DI Yogyakarta GBPH Prabukusumo Mundur

Headline &

Umum

Kamis, 9 Desember 2010

15. KEISTIMEWAAN

Setgab

Membahas RUU

Headline &

Umum

Jumat, 10 Desember 2010

16. KEISTIMEWAAN DIY Penetapan

sebagai Harga Diri

Politik &

Hukum

Jumat, 10 Desember 2010

17. Setgab Terpecah soal Yogyakarta

Konsep Gubernur Utama Ditolak

Headline &

Umum

Sabtu, 11 Desember 2010

Minggu, 12 Desember 2010

19. KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA

Ribuan Orang Akan Hadiri Sidang Paripurna

Headline &

Umum

Senin, 13 Desember 2010

20. KEISTIMEWAAN DIY Dengarkan

Aspirasi Yogyakarta

Politik &

Hukum

Senin, 13 Desember 2010

21. Angelina Pimpin DPD Partai Demokrat

Politik &

Hukum

Senin, 13 Desember 2010

22. JAJAK PENDAPAT ”KOMPAS”

Komodifikasi Survei Opini Publik

Politik &

Hukum

Senin, 13 Desember 2010

23. Yogyakarta Tentukan Sikap Djoko Suyanto: RUU Belum Final

Headline &

Umum

Selasa, 14 Desember 2010

24. KEISTIMEWAAN DIY Muladi: Perlu Kepala Dingin

Politik &

Hukum

Selasa, 14 Desember 2010

25. RUU KEISTIMEWAAN DIY Rakyat

Sudah Menabur Tambur...

Nusantara

Selasa, 14 Desember 2010

26. KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA

Warga Kecewa Tanggapan Pusat

Headline &

Umum

Rabu, 15 Desember 2010

27. KEISTIMEWAAN DIY Presiden Yudhoyono Ajak Cari Titik Temu

Headline &

Umum

Kamis, 16 Desember 2010

28. Upacara Mengenang Maklumat 5 September

Nusantara (Berita Foto)

Kamis, 16 Desember 2010

29. KEISTIMEWAAN Dewan Bahas

RUU DIY pada Awal 2011

Headline &

Umum

Jumat, 17 Desember 2010

30. KEISTIMEWAAN Aburizal Pimpin

Tim Membahas RUU DIY

Headline &

Umum

Sabtu, 18 Desember 2010

Hukum (Berita Foto)

Sabtu, 18 Desember 2010

Versi Pemerintah

Politik &

Hukum

Sabtu, 18 Desember 2010

33. KEISTIMEWAAN DIY Suasana Tenang Kini di DIY

Politik &

Hukum

Sabtu, 18 Desember 2010

34. Indonesia Bersatu Maju

Tajuk Rencana

Sabtu, 18 Desember 2010

35. PKB: Cermati Gubernur Utama

Aburizal Bakrie Tunggu Sekretariat Gabungan

Politik &

Hukum

Senin, 20 Desember 2010

POLITIK DAN HUKUM (1) SBY

Tidak Pandai Bersolek

Politik &

Hukum

Senin, 20 Desember 2010

37. Aburizal Tidak Urus Tim Lobi Ada Usul Kepala Pemerintahan Harian DIY

Politik &

Hukum

Selasa, 21 Desember 2010

38. KEISTIMEWAAN

DIY Sultan:

Penetapan Itu Aspirasi Rakyat

Headline

Kamis, 23 Desember 2010

39. Datangi Rumah Ikhlasul Amal

Nusantara (Berita Foto)

Jumat, 24 Desember 2010

40. KEISTIMEWAAN DIY Sosialisasi

Kamis, 30 Desember 2010

41. KALEIDOSKOP POLITIK DAN HUKUM

September

Desember: Rakyat Yogyakarta Berteriak Melawan

Politik &

Hukum

Jumat, 31 Desember 2010

42. KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA

Warga Ajukan Gugatan ke PTUN

Politik &

Hukum

Senin, 3 Januari 2011

43. SEJARAH POLITIK Pengukuhan

Yogyakarta Kota Republik

Politik &

Hukum

Selasa, 4 Januari 2011

44. KEISTIMEWAAN DIY Mendagri

Tegur Wali Kota Yogyakarta

Politik &

Hukum

Selasa, 4 Januari 2011

Rabu, 5 Januari 2011

46. KEISTIMEWAAN DIY Gunung Kidul Dukung Penetapan Sultan HB dan Paku Alam

Politik &

Hukum

Kamis, 6 Januari 2011

47. Bom Molotov di Yogyakarta

Korban, Ketua Paguyuban Lurah Se – DIY Ismaya

Nusantara

Jumat, 7 Januari 2011

48. BOM MOLOTOV Pelemparan Bom

Dinilai sebagai Teror

Nusantara

Sabtu, 8 Januari 2011

49. Paguyuban Dukuh Dikirimi Surat

Nusantara (Kilas Daerah)

Rabu, 12 Januari 2011

Yogyakarta Dukung Penetapan

Politik &

Hukum

Jumat, 14 Januari 2011

51. KEISTIMEWAAN DIY Penetapan

Sesuai Demokrasi Pancasila

Politik &

Hukum

Senin, 17 Januari 2011

52. KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA

RUUK DIY Mulai Dibahas

Politik &

Hukum

Jumat, 21 Januari 2011

53. RUU DIY Dibahas Lagi

Politik & Hukum

Rabu, 26 Januari 2011

Hanya Dijadikan Simbol

Politik &

Hukum

Kamis, 27 Januari 2011

Sumber : harian Kompas Guna mempermudah proses analisis data, dari berita yang disajikan di harian Kompas pada periode Desember 2010 – Januari 2011 di atas, Peneliti kemudian memilih beberapa berita dan mengelompokkan berita-berita tersebut kedalam tema pokok sesuai dengan kategori masalah. Pengelompokan didasarkan pada isu yang dianggap paling penting dari kasus keistimewaan Yogyakarta ini, dan mendapat porsi besar dalam pemberitaan. Tema pokok tersebut antara lain: RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah, Survei

Mengenai Keistimewaan Yogyakarta, Sikap Setgab Terkait RUU

Keistimewaan Yogyakarta. Untuk mengetahui lebih jelasnya dapat dilihat pada daftar pengelompokan berita di bawah ini:

Tabel 6. Pengelompokan Berita Seputar Isu Keistimewaan Yogyakarta pada

Harian KOMPAS Edisi Desember 2010 – Januari 2011 ke dalam Tema Pokok sesuai Kategori Masalah

NO.

TEMA

Judul Berita

Rubrik Hari & Tanggal

a. Pemerintah

Usul

Gubernur Dipilih

Headline & Umum

Jumat, 3 Desember 2010

X Masih

Tepat

Pimpin DIY

b. RUU KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA

Keistimewaan Versi Pemerintah

Politik & Hukum

Sabtu, 18 Desember 2010

c. KEISTIMEWAAN DIY Sultan Hanya

Dijadikan Simbol

Politik & Hukum

Kamis, 27 Januari 2011

2. Survei

Mengenai

Keistimewaan Yogyakarta

a. KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA (2

– HABIS) Lebih Suka Penetapan

Politik & Hukum

Kamis, 2 Desember 2010

b. Survei

Menjadi

Acuan Kemendagri

Kepala Desa Se – DIY Ancam Boikot Pemilihan

Politik & Hukum

Minggu, 5 Desember 2010

c. JAJAK PENDAPAT ”KOMPAS” Publik

Cenderung Terima Keistimewaan

Politik & Hukum

Senin, 6 Desember 2010

3. Sikap Setgab Terkait RUU Keistimewaan DIY

a. Setgab

Utama Ditolak

Headline & Umum

Sabtu, 11 Desember 2010

Sumber : harian Kompas

Pemerintah

a) Berita I

Elemen struktur berita pilihan pertama di harian Kompas mengenai RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah adalah berita berjudul Pemerintah Usul Gubernur Dipilih yang terbit pada edisi Jumat, 3 Desember 2010.

Tabel 7. Analisis Berita dengan Judul Pemerintah Usul Gubernur Dipilih Harian KOMPAS (Jumat, 3 Desember 2010)

Kal. Par

Tematik Retoris

Pemerintah

Usul

Gubernur Dipilih

Headline

Who, What

Huruf dicetak tebal, terdapat

Grafis & Tabel (berisi poin kesepakatan Keistimewaan Yogyakarta &

rujukan penentuan kepala daerah), disertai link website berisi rekaman video ucapan Menkopolhukam yang berjudul:

”Djoko: Gubernur DIY

Dipilih” di

/gubernurdiy, Leksikon: Usul

Presiden: Sultan HB X Masih Tepat Pimpin DIY

Kickers

Who, What

Label jabatan, Singkatan, Leksikon:

Tepat

Kal1. Par1

JAKARTA, KOMPAS – Pemerintah, dalam draf Rancangan Undang-Undang tentang

Yogyakarta selaku kepala pemerintahan

provinsi

dipilih secara demokratis.

Lead

Where,

Who, What

Koherensi Penjelas

Leksikon:

selaku, demokratis

Kal1. Par2

Dalam draf RUU itu, Sultan Hamengkubuwono

(HB)

dan Sri Paduka Paku Alam (PA) diposisikan sebagai pemimpin tertinggi.

Latar

Who, What

Koherensi Penjelas

Leksikon:

diposisikan

Kal2. Par2

Usulan itu sudah selesai dituangkan dalam draf RUU Keistimewaan DIY dan siap diajukan ke DPR.

Latar

What

Koherensi Penjelas

Leksikon:

dituangkan

Kal1. Par3

Pandangan

Pemerintah

adalah hasil sidang kabinet

Parafrase

What, Where,

Koherensi Penjelas

Leksikon:

memfinalisasi

Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (2/12).

Kal2. Par3

Menteri Koordinator Bidang Politik,

Hukum,

dan

Keamanan Djoko Suyanto didampingi Menteri Dalam Negeri Gumawan Fauzi, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar,

pemerintah itu seusai sidang kabinet, Kamis.

Latar

Who, What, When

Koherensi Penjelas

Label jabatan

Kal1. Par4

dari sisi politik praktis, sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, ia berpendapat,

posisi

Gubernur DIY lima tahun mendatang yang terbaik tetap dipegang Sultan HB

Who, What

Koherensi Penjelas, Kalimat tak langsung

Leksikon: sisi,

terbaik,

dipegang, Singkatan,

Label jabatan

Kal1. ”Itu posisi saya sebagai

Kutipan

Who,

Kata ganti Label jabatan, Kata ganti Label jabatan,

dewan

pembina

sebuah partai politik, tentu

saya akan mengalirkan

pandangan dan pendapat ini sebagai politik partai yang saya bina,” papar Presiden, yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat di Istana Negara.

How

Kalimat langsung, Koherensi Penjelas

kapasitas,

mengalirkan

Kal1. Par6

Keistimewaan DIY yang akan diajukan pemerintah sama sekali tidak berkaitan dengan politik praktis.

Parafrase

Who, What,

Koherensi Pembeda,

Kalimat tak langsung

Singkatan, Idiom: sama

sekali

Kal1. Par7

Nasional, Presiden bertemu dengan

Gubernur

DIY

Sultan HB X.

Koherensi Pembeda

Foto dari fotografer KOMPAS/Alif Ichwan dengan

caption: Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono memberikan penghargaan

Satyalancana Pembangunan Satyalancana Pembangunan

Puncak Peringatan Hari Guru

Nasional 2010 dan HUT Ke-

65 PGRI di Jakarta, Kamis (2/12). Label jabatan, Singkatan

Kal2. Par7

Presiden

menyerahkan

penghargaan ke sejumlah kepala daerah, termasuk Sultan HB X.

Latar

Who, What

Koherensi Penjelas

Singkatan

Kal3. Par7

Namun, Sultan enggan

Who, What

Koherensi Pembeda

Leksikon:

enggan

Kal4. Par7

”Saya tak mau berkomentar. Saya sudah bilang, itu tidak baik bagi pejabat. Apalagi dengan Presiden Berdebat,” ujarnya.

Koherensi Pembeda,

Kalimat langsung, Kata ganti orang

Idiom:

Apalagi dengan

Kal1. Par8

Dari Yogyakarta, Kamis, dilaporkan

warga

Yogyakarta kecewa dengan penjelasan Presiden soal masa depan keistimewaan DIY.

Koherensi sebab- akibat

Idiom: masa depan, Singkatan

Kal2. Par8

Presiden dinilai tidak tegas mendukung

mekanisme

penetapan kepala daerah DIY.

Koherensi Penjelas

Leksikon: tidak tegas, mekanisme,

Singkatan Kal3.

Par8

Pendukung penetapan akan melanjutkan berbagai aksi massanya.

Latar

Who, What

Koherensi sebab- akibat

Kal1. Par9

”Pidato Beliau normatif. Isinya biasa saja. Cuma ingin

ngeneng-ngenengi (menenangkan) warga DIY, tetapi tidak mengarah pada suatu putusan yang sesuai dengan

aspirasi

rakyat

DIY,” papar Sukirman, Ketua Paguyuban Dukuh DIY Semarsembogo, seusai menonton siaran penjelasan Presiden

Hadiningrat di Yogyakarta.

Why, Who,

Where

Kalimat langsung, Kata ganti orang

Singkatan, Label jabatan, Leksikon: ngeneng-

ngenengi

Secara Demokratis

Sub Judul

Huruf dicetak

Kal1. Par 10

Menurut

Presiden,

pemerintah dan DPR akan membahas

RUU

yang

memberikan kepastian bagi keistimewaan Yogyakarta dalam pengertian utuh dan menyeluruh.

Parafrase

Who, What

Koherensi Penjelas, Kalimat tak langsung

Singkatan, Leksikon:

kepastian, utuh

Kal2. Par 10

UU Keistimewaan DIY bukan hanya menggariskan kedudukan,

kekuasaan,

masa jabatan, dan cara pengangkatan Gubernur dan Wagub DIY.

Koherensi Penjelas, Kalimat tak langsung

Label jabatan, Singkatan

Kal3. Par 10

khusus dan peran istimewa bagi pewarisan Kesultanan dan Pakualaman secara permanen, hak eksklusif pengelolaan tanah di DIY yang otoritas Kesultanan dan

Pakualaman,

Tata

Ruang khusus, serta upaya pelestarian budaya dan warisan sejarah.

Koherensi Penjelas, Detail, Kalimat tak langsung

Singkatan, Leksikon:

otoritas

Kal1. Par 11

memimpin sidang kabinet

Latar

Who, What

Koherensi Penjelas

Kal1. Par 12

menyampaikan hasil sidang kabinet,

menempatkan Sultan dan Paku

Alam

sebagai

pemimpin tertinggi di DIY.

Parafrase

Who, What

Koherensi Penjelas, Kalimat tak langsung

Singkatan

Kal2. Par 12

Namun, gubernur sebagai penyelenggara kekuasaan eksekutif di daerah itu akan dipilih secara demokratis.

Parafrase

Who, What

Koherensi Pembeda,

Kalimat tak langsung

Leksikon:

penyelenggara

Kal1. Par 13

”Gubernur

itu menjadi

amanat UUD harus dipilih secara demokratis. Kita ikuti formulasi itu. Tetapi, kita ingin menempatkan Sultan pada posisi yang tertinggi di wilayah itu,” ujar Djoko.

Kutipan

Who, What

Kalimat langsung

Kal1. Par 14

Secara terpisah, puluhan pendukung

penetapan

kepala daerah DIY, yang tergabung dalam Kawulo Ngayogjokarto mendatangi kediaman Wakil Presiden Boediono di Condongcatur, Sleman.

Latar

Who, What,

Where

Koherensi Pembeda

Singkatan

Kal2. Aries Herususeno, sesepuh

Kutipan

Who,

Kalimat

Boediono yang tahu DIY tidak memberi masukan dan pertimbangan kepada SBY.”

Why

Kal. Par 15

Wakil Ketua DPR Pramono Anung

menilai

pernyataan Presiden soal RUU Keistimewaan DIY tak menjawab pertanyaan rakyat

Yogyakarta.

Penjelasan itu juga tidak tuntas.

Parafrase,

Penutup

Who, What

Koherensi pembeda, Kalimat tak langsung

Singkatan, Leksikon:

tidak tuntas

Sumber : Berita 1, tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah Pada tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah dalam berita pilihan pertama, harian Kompas mengangkat judul Pemerintah Usul Gubernur Dipilih, dilihat dari judul tersebut tampak pada leksikon: Usul yang berarti gagasan /ide, menunjukkan bahwa Kompas ingin menggambarkan bahwa

pihak Pemerintah menginginkan pemilihan dalam mekanisme pengangkatan gubernur Yogyakarta. Dalam kickersnya sendiri yang berbunyi Presiden: Sultan HB X Masih Tepat Pimpin DIY, Kompas menampilkan poin dari pidato Presiden dengan leksikon: Tepat yang menunjukkan bahwasanya Presiden menilai orang yang cocok, pas, dan layak untuk menjabat Gubernur Yogyakarta adalah tetap Sultan Hamengku Buwono X. Hal tersebut coba diperkuat dengan lead yang bunyinya:

Undang tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, tetap mengusulkan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta selaku kepala pemerintahan provinsi dipilih secara demokratis. (Lihat Tabel 7,

Kalimat 1. Paragraf 1)

Pada lead diatas dengan mengatasnamakan demokratis, dimana tampak dalam leksikonnya, digambarkan bahwa Pemerintah memang benar-benar ingin agar Gubernur Yogyakarta dalam statusnya secara eksekutif sebagai kepala pemerintahan harus dipilih, hal tersebut coba dituangkan Pemerintah dalam draf RUUK DIY. Lalu Kompas memberi latar dengan leksikon: diposisikan, yang menjelaskan (koherensi penjelas) bahwa dalam draf pemerintah itu Sultan dan Paku Alam ditempatkan/diletakkan sebagai pimpinan tertinggi, dan usulan tersebut telah selesai dituangkan dalam draf RUU dan tinggal diserahkan ke DPR, seperti yang terlihat dalam kedua kalimat berikut:

Dalam draf RUU itu, Sultan Hamengkubuwono (HB) dan Sri Paduka Paku Alam (PA) diposisikan sebagai pemimpin tertinggi. (Lihat Tabel

7, Kalimat 1. Paragraf 2)

Usulan itu sudah selesai dituangkan dalam draf RUU Keistimewaan DIY dan siap diajukan ke DPR. (Lihat Tabel 7, Kalimat 2. Paragraf 2)

Pada paragraf selanjutnya Kompas memberi latar yang menjelaskan (koherensi penjelas) bahwa pandangan pemerintah tersebut dijelaskan oleh Menkopohukam Djoko Suyanto didampingi Mendagri Gumawan Fauzi, Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar, dan Sekretaris Kabinet Dipo Alam pasca sidang kabinet, dan merupakan hasil sidang kabinet paripurna yang khusus membahas dan

memfinalisasi RUU Keistimewaan DIY, (Lihat Tabel 7, Kalimat 1 dan 2.

Paragraf 3). Kata memfinalisasi dalam kalimat di atas dipakai untuk menandakan bahwa hasil tersebut merupakan keputusan akhir dari pemerintah.

pidato Presiden SBY dalam parafrase yang menyatakan bahwa dari sisi politik praktis dalam posisinya sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, ia menganggap posisi Gubernur DIY lima tahun mendatang yang terbaik tetap dipegang Sultan HB X (Lihat Tabel 7, Kalimat 1. Paragraf 4). Dari parafrase yang dibuat Kompas mengutip ucapan SBY tersebut, leksikon: sisi dipakai untuk menjelaskan sudut pandang, terbaik untuk menjelaskan paling pas dibanding yang lain, dan dipengang menjelaskan dijabat. Kompas melanjutkan dengan mengutip langsung pidato SBY yang bunyinya:

”Itu posisi saya sebagai presiden. Dalam kapasitas saya yang lain, sebagai ketua dewan pembina sebuah partai politik, tentu saya akan mengalirkan pandangan dan pendapat ini sebagai politik partai yang saya bina,” papar Presiden, yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat di Istana Negara.(Lihat Tabel 7, Kalimat 2. Paragraf 4)

Dengan mengutip langsung pernyataan Presiden SBY tersebut Kompas berusaha menekankan bahwa parafrase sebelumnya benar-benar merupakan substansi pidato Presiden SBY, dan kutipan langsung ini adalah sambungannya. Kutipan ucapan Presiden SBY menjelaskan (koherensi penjelas) kedudukan lain dari SBY yang merupakan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat dengan leksikon: kapasitas, dimana SBY akan menyalurkan pandangan itu serupa pandangan partainya, yang tampak dalam leksikon: mengalirkan. Kemudian Kompas memberi koherensi pembeda dengan parafrase dari substansi lain pidato SBY, bahwa RUU Keistimewaan DIY yang akan diajukan pemerintah

sama sekali tidak berkaitan dengan politik praktis. (Lihat Tabel 7, Paragraf 1.

Kalimat 6) Idiom: sama sekali maksudnya adalah tidak sedikitpun.

yang ada kaitannya dengan Presiden SBY dan Sultan Hamengku Buwono X, yaitu pertemuan keduanya dalam peringatan Hari Guru Nasional yang merupakan pertemuan pertama setelah ucapan SBY yang mempersoalkan Keistimewaan Yogyakarta, dimana dalam pertemuan itu Presiden SBY memberikan penghargaan kepada beberapa Kepala Daerah termasuk Sultan Hamengku Buwono X. Kompas juga menambahkan tampilan foto kejadian bertemunya Presiden SBY dan Sultan Hamengku Buwono tersebut sebagai penekanan. (Lihat Tabel 7, Kalimat 1 dan

2. Paragraf 7). Pada latar berikutnya Kompas mencoba menanyakan pendapat Sultan Hamengku Buwono X tentang pidato Presiden SBY sebelumnya, dengan menampilkan isi kutipan langsung pendapat Sultan, Kompas memberi parafrase bahwa Sultan tidak mau mengomentari pendapat Presiden SBY (Lihat Tabel 7, Kalimat 3. Paragraf 7), disusul kutipan langsung ucapan Sultan yang berbunyi:

”Saya tak mau berkomentar. Saya sudah bilang, itu tidak baik bagi pejabat. Apalagi dengan Presiden Berdebat,” ujarnya. (Lihat Tabel 7,

Kalimat 4. Paragraf 7)

Di paragraf selanjutnya, tampak Kompas mencoba mencari keberimbangan informasi, dimana selain menanyakan pendapat Sultan, Kompas lanjut menampilkan sikap dan pendapat warga Yogyakarta sendiri dalam menanggapi pidato Presiden SBY. Dalam latar, warga Yogyakarta kecewa pendapat Presiden akan masa depan keistimewaan Yogyakarta (Lihat Tabel 7, Kalimat 1. Paragraf 8), Kompas menggunakan idiom: masa depan yang menjadi label nasib keistimewaan itu sendiri. Dilanjutkan parafrase yang menjelaskan (koherensi penjelas) bahwa warga menilai Presiden tidak tegas

Paragraf 8), Leksikon: tidak tegas menggambarkan sikap presiden yang setengah-setengah menyikapi masalah ini, dan Leksikon: mekanisme menunjukkan proses, metode, atau teknik yang digunakan. Di akhiri dengan latar yang berisi sikap warga pendukung penetapan yang akan melanjutkan berbagai aksi massanya (Lihat Tabel 7, Kalimat 3. Paragraf 8) sebagai koherensi kausalitas (sebab-akibat) dari pidato Presiden SBY.

Kompas melanjutkan dengan mengutip langsung pendapat narasumber, yakni Sukirman, Ketua Paguyuban Dukuh DIY Semarsembogo yang bunyinya:

”Pidato Beliau normatif. Isinya biasa saja. Cuma ingin ngeneng-ngenengi (menenangkan) warga DIY, tetapi tidak mengarah pada suatu putusan yang sesuai dengan aspirasi rakyat DIY,” papar Sukirman, Ketua Paguyuban Dukuh DIY Semarsembogo, seusai menonton siaran penjelasan Presiden di Markas Komando Keistimewaan Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat di Yogyakarta. (Lihat Tabel 7, Kalimat 1.

Paragraf 9)

Leksikon ngeneng-ngenengi dikutip langsung dari ungkapan bahasa jawa narasumber yang notabene orang jawa, yang artinya ditunjukkan oleh Kompas dalam tanda kurung yaitu menenangkan. Kemudian Kompas menambah latar yang menunjukkan bahwa pendapat tersebut diambil seusai narasumber menonton siaran pidato Presiden SBY di Markas Komando Keistimewaan Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat di Yogyakarta.

Kompas menanamkan sub judul guna memperkokoh judul utamanya dengan label Secara Demokratis, yang dalam beritanya diawali parafrase pandangan Presiden SBY tentang opsi dalam draf RUUK Yogyakarta, sebagai berikut: Kompas menanamkan sub judul guna memperkokoh judul utamanya dengan label Secara Demokratis, yang dalam beritanya diawali parafrase pandangan Presiden SBY tentang opsi dalam draf RUUK Yogyakarta, sebagai berikut:

utuh dan menyeluruh.” (Lihat Tabel 7, Kalimat 1, Paragraf 10)

”UU Keistimewaan DIY bukan hanya menggariskan kedudukan, kekuasaan, masa jabatan, dan cara pengangkatan Gubernur dan Wagub DIY.” (Lihat Tabel 7, Kalimat 2, Paragraf 10)

”Hal Penting lain menyangkut perlakuan khusus dan peran istimewa bagi pewarisan Kesultanan dan Pakualaman secara permanen, hak eksklusif pengelolaan tanah di DIY yang otoritas Kesultanan dan Pakualaman, Tata Ruang khusus, serta upaya pelestarian budaya dan warisan sejarah.”

(Lihat Tabel 7, Kalimat 3, Paragraf 10)

Leksikon: kepastian yang dipakai menggambarkan janji pemerintah akan suatu kejelasan keputusan tentang masalah ini, sedangkan leksikon: utuh menjelaskan bahwa keputusan yang diambil akan mencakup penyelesaian keseluruhan aspek masalah, yang substansi isinya disebut di atas, dengan salah satu poin memakai leksikon: otoritas untuk menggambarkan daulat dari Kasultanan dan Pakualaman. Kompas melanjutkan dengan memberi latar, bahwa setelah menyampaikan hal itu Presiden melanjutkan memimpin sidang kabinet paripurna.

Kompas melengkapi berita dengan mengutip paparan Menkopolhukam Djoko Suyanto dari hasil sidang kabinet paripurna, dengan parafrase bahwa Sultan dan Paku Alam menjadi pemimpin tertinggi di DIY, tapi Gubernur sebagai penyelenggara kekuasaan eksekutif di daerah itu akan dipilih secara demokratis

(Lihat Tabel 7, Kalimat 1 dan 2. Paragraf 12), memakai leksikon:

penyelenggara menunjukkan pelaksana/pemangku jabatan. Kutipan langsung dari ucapan Menkopolhukam Djoko Soeyanto yang mewakili pemerintah tersebut berbunyi:

”Gubernur itu menjadi amanat UUD harus dipilih secara demokratis. Kita ikuti formulasi itu. Tetapi, kita ingin menempatkan Sultan pada

Kalimat 1. Paragraf 13)

Kompas selanjutnya menggabungkan dengan berita dari masyarakat Yogyakarta pendukung penetapan sebagai pembeda (koherensi pembeda), dengan latar, masyarakat yang tergabung dalam Kawulo Ngayogjokarto mendatangi kediaman Wapres Budiono. Kompas mengutip pendapat salah satu anggota organisasi tersebut untuk mencari keberimbangan informasi dan alasan aksi mereka, yang bunyinya:

Aries Herususeno, sesepuh Kawulo Ngayojokarto, menyebutkan, ”Kami kecewa mengapa Pak Boediono yang tahu DIY tidak memberi masukan dan pertimbangan kepada SBY.” (Lihat Tabel 7, Kalimat 2. Paragraf

Kemudian ditutup dengan parafrase dari pendapat pihak DPR, yakni Pramono Anung W selaku Wakil Ketua DPR yang menilai bahwa pernyataan Presiden SBY menyangkut RUUK Yogyakarta tidak menjawab apa yang menjadi pertanyaan rakyat, dengan memakai leksikon: tidak tuntas, Kompas menggabarkan penilaian bahwa pernyataan tersebut belum selesai /belum semua tercakup didalamnya.

Dari pembedahan berita di atas, unsur sintaksis yang terlihat adalah Kompas meminta pendapat dari berbagai narasumber yang berkepentingan dalam masalah ini, mulai dari pendapat Pemerintah, Sultan, dan rakyat Yogyakarta sendiri, selain itu juga pihak DPR. Dari pihak pemerintah adalah Presiden SBY dan Menkopolhukam Djoko Suyanto (pemapar hasil sidang kabinet paripurna), dari pihak Sultan adalah Sultan sendiri, sedangkan dari rakyat Yogyakarta adalah Sukirman, Ketua Paguyuban Dukuh DIY Semarsembogo dan Dari pembedahan berita di atas, unsur sintaksis yang terlihat adalah Kompas meminta pendapat dari berbagai narasumber yang berkepentingan dalam masalah ini, mulai dari pendapat Pemerintah, Sultan, dan rakyat Yogyakarta sendiri, selain itu juga pihak DPR. Dari pihak pemerintah adalah Presiden SBY dan Menkopolhukam Djoko Suyanto (pemapar hasil sidang kabinet paripurna), dari pihak Sultan adalah Sultan sendiri, sedangkan dari rakyat Yogyakarta adalah Sukirman, Ketua Paguyuban Dukuh DIY Semarsembogo dan

Dari unsur skrip sudah mencakup 5W+1H, yaitu Pemerintah, Sultan, warga pro pentapan, dan DPR (Who), RUU Keistimewaan DIY (What), Kamis (2/12) (When), Kantor Presiden Jakarta, dan kota Yogyakarta (Where), Presiden dinilai tidak tegas mendukung mekanisme penetapan kepala daerah DIY dan rakyat kecewa mengapa Pak Boediono yang tahu DIY tidak memberi masukan dan pertimbangan kepada SBY (Why), Pemerintah dalam draf Rancangan Undang-Undang tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, tetap mengusulkan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dipilih (How), namun yang paling mendominasi adalah unsur who dan what.

Dari unsur tematik, tema yang diambil oleh Kompas adalah mengenai usulan pemerintah dalam RUU Keistimewaan DIY agar gubernur DIY dipilih secara demokratis. Dan dari unsur retoris, Kompas menekankan pemberitaan dengan menggunakan leksikon, idiom, singkatan, label jabatan, serta menampilkan grafis dan tabel yang berisi poin kesepakatan Keistimewaan Yogyakarta yang bersumber dari penjelasan Menteri Dalam Negeri tanggal 1/12/2010, adapun poin yang telah disepakati itu antara lain: Parardya: lembaga yang terdiri dari Sultan Hamengkubuwono dan Adipati Paku Alam sebagai satu kesatuan yang berfungsi sebagai simbol, pelindung, penjaga, pengayom, serta pemersatu , Kultur/Adat, Kepemilikan dan pengelolaan tanah, Tata ruang, dan

Selain itu juga terdapat tabel lain yang berisi rujukan dalam penentuan kepala daerah yang bersumber dari penjelasan Presiden RI tanggal 2/12/2010, rujukan tersebut adalah:

Pasal 18B ayat (1) UUD 1945, yang berbunyi ”Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintah daerah yang bersifat khusus atau istimewa yang diatur dalam undang-undang.”

Pasal 18 ayat (4) UUD 1945, yang berbunyi ”Gubernur, Bupati, dan walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.”

Terdapat juga foto Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat memberikan penghargaan Satyalancana Pembangunan Pendidikan kepada Sultan Hamengku Buwono selaku Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, dan link website berisi rekaman video ucapan Menkopolhukam yang berjudul: ”Djoko: Gubernur DIY Dipilih” di vod.kompas.com/gubernurdiy.

Dari paparan di atas dapat dilihat bahwasanya Kompas telah menerapkan prinsip berita berimbang dengan mencari pendapat dan pandangan kedua belah pihak yang menjadi aktor utama dalam masalah ini, yaitu Presiden SBY dan Sultan Hamengku Buwono X (Cover Both Side) meski Sultan Hamengku Buwono tidak memaparkan secara gamblang pandangannya, melainkan hanya menyatakan keengganannya mengomentari pernyataan Presiden SBY. Kompas bahkan juga mencari pendapat narasumber dari pihak lain yang ada sangkut pautnya dengan masalah ini, yakni warga Yogyakarta pro penetapan dan pihak DPR (Cover All Dari paparan di atas dapat dilihat bahwasanya Kompas telah menerapkan prinsip berita berimbang dengan mencari pendapat dan pandangan kedua belah pihak yang menjadi aktor utama dalam masalah ini, yaitu Presiden SBY dan Sultan Hamengku Buwono X (Cover Both Side) meski Sultan Hamengku Buwono tidak memaparkan secara gamblang pandangannya, melainkan hanya menyatakan keengganannya mengomentari pernyataan Presiden SBY. Kompas bahkan juga mencari pendapat narasumber dari pihak lain yang ada sangkut pautnya dengan masalah ini, yakni warga Yogyakarta pro penetapan dan pihak DPR (Cover All

b) Berita 2

Elemen struktur berita pilihan kedua di harian Kompas mengenai RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah adalah berita berjudul Keistimewaan Versi Pemerintah yang terbit pada edisi Sabtu, 18 Desember 2010.

Tabel 8. Analisis Berita dengan Judul Keistimewaan Versi Pemerintah

Harian KOMPAS (Sabtu, 18 Desember 2010) Kal.

Tematik Retoris

RUU KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA

Kickers

What

Huruf dicetak tebal, dan diberi warna merah

Huruf dicetak tebal, Grafis (draf RUUK

DIY versi Pemerintah, lambang Keraton

Yogyakarta),

49 Eni Widiastuti, “Media dan Kampanye Politik (Analisis Framing Berita Kampanye Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota Solo dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Langsung

Solo di Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka periode 11-24 Juni 2005” , Universitas Sebelas Solo di Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka periode 11-24 Juni 2005” , Universitas Sebelas

tugu Jogja oleh fotografer Kompas/ Wawan H Prabowo, Leksikon:

Versi

Kal1. Par1

Satu hari setelah Rancangan Undang-Undang

Yogyakarta sampai ke DPR,

mengundang para pakar untuk berdiskusi.

Lead

What, When,

Who

Koherensi Penjelas

Label jabatan

Kal1. Par2

Mereka adalah peneliti LIPI Siti Zuhro, ahli tata negara Satya Arinanto, Saldi Isra, Refly Harun, serta pengamat politik J Kristiadi dan Andrinof Chaniago.

Latar

Who

Detail, Koherensi Penjelas

Label jabatan

Kal2. Par2

Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian dalam Negeri

Koherensi Penjelas

Label jabatan Label jabatan

Koherensi Penjelas

Singkatan, Leksikon:

kerangka

Kal1. Par3

Sejak awal, pemerintah memang

bersikukuh

Gubernur DIY harus dipilih.

Latar

What

Koherensi Penjelas

Singkatan, Leksikon:

bersikukuh

Kal2. Par3

Keistimewaan DIY mentok karena pemerintah dan DPR belum

menyepakati

mengenai pengisian jabatan Gubernur DIY.

Koherensi sebab- akibat

Singkatan, Leksikon:

mentok

Kal3. Par3

Pemerintah menginginkan pemilihan, sedangkan DPR tetap

Who, What

Koherensi Pembeda

Kal1. Par4

Kini, satu tahun menjelang habisnya

masa

jabatan

Sultan Hamengkubuwono X sebagai Gubernur DIY, pembahasan

RUU

Keistimewaan DIY akan dibuka lagi.

Koherensi Penjelas

Singkatan

Kal2. Par4

Sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 86/P Tahun 2008 tentang Perpanjangan masa Jabatan Gubernur dan wakil Guberbur DIY, masa jabatan Sultan diperpanjang hingga tiga tahun.

Detail, Koherensi Penjelas

Singkatan

Kal3. Par4

Artinya, jabatan

Sultan

sebagai Gubernur DIY akan berakhir 2011.

Koherensi Penjelas

Singkatan

Kal1. Par5

Keistimewaan DIY tidak mudah.

Latar

Who, What

Singkatan, Leksikon:

tidak mudah

Kal2. Par5

Sepertinya, draf

ini

memang istimewa.

Kal3. Par5

Berbagai upaya dilakukan pemerintah

untuk

bisa

menyusun draf RUU yang pas dan tidak melanggar peraturan atasnya.

Latar

How

Koherensi Penjelas

Leksikon: pas

Kal4. Par5

Bahkan, untuk kepentingan penyusunan draf RUU, Kementerian dalam Negeri juga meminta lembaga survei

untuk

membuat

survei mengenai apa yang diinginkan

How, What

Koherensi Penjelas

Singkatan

Kal1. Par6

”Ini bukan pesanan, tetapi kami menginginkan apa yang sebenarnya dimaui oleh masyarakat. Ada tiga survei dan itu hanya salah satu pertimbangan. Selain itu,

masih

banyak

pertimbangan yang lainnya, ”ungkap Gamawan Fauzi.

Kutipan

What, How, Who

Kalimat langsung

Kal1. Par7

Akankah draf yang dibuat istimewa oleh pemerintah akan menjadi istimewa juga untuk Yogyakarta? Kita tunggu saja.

Latar

What

Kata ganti tanya

Leksikon:

istimewa

Sumber : Berita 2, tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah

Pada tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah dalam berita pilihan kedua, harian Kompas mengangkat judul Keistimewaan Versi Pemerintah. Dari judul yang dipilih Kompas, tampak leksikon: versi yang dipakai menandakan bahwa RUUK DIY dalam bahasan ini adalah terbitan pemerintah, yang isinya merupakan hasil tafsiran pemerintah sebagai gambaran pandangan pemerintah atas status istimewa yang disandang kota Yogyakarta. Dalam lead berita, Kompas mengangkat ajakan diskusi pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri dengan beberapa pakar dalam kaitan isi draf RUU Keistimewaan Yogyakarta yang Pemerintah kirim ke DPR, bunyi lead tersebut sebagai berikut:

Suatu hari setelah Rancangan Undang-Undang tentang Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sampai ke DPR, Kamis (16/12),

berdiskusi. (Lihat Tabel 8, Kalimat 1. Paragraf 1) Dalam lead tersebut terlihat Kompas ingin menampilkan bahwa pihak Pemerintah dalam menyusun Draf RUUK Keistimewaan ini, juga berusaha bersikap profesional dengan mencari pandangan-pandangan dari para ahli guna menemukan formulasi penyelesaian pengangkatan Gubernur DIY. Kompas kemudian memberi latar untuk menjelaskan (koherensi penjelas) siapa saja pakar yang diundang pemerintah melalui Kemendagri untuk berdiskusi, serta menunjukkan seperti apa jalannya diskusi tersebut, bunyi kalimatnya seperti berikut:

Mereka adalah peneliti LIPI Siti Zuhro, ahli tata negara Satya Arinanto, Saldi Isra, Refly Harun, serta pengamat politik J Kristiadi dan Andrinof Chaniago. (Lihat Tabel 8, Kalimat 1. Paragraf 2)

Diskusi yang dikawal Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian dalam Negeri Djohermansyah Djohan ini berlangsung santai tapi serius.

(Lihat Tabel 8, Kalimat 2. Paragraf 2)

Semua pakar menyampaikan pendapat mengenai pemilihan Gubernur DIY dalam kerangka keistimewaan Yogyakarta. (Lihat Tabel 8.

Kalimat 3. Paragraf 2)

Dari kalimat di atas, leksikon: kerangka yang dipakai Kompas dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa pertemuan ini diadakan hanya dalam konteks membahas RUUK DIY saja dan tidak ada bahasan hal-hal lain.

Latar selanjutnya yang dibuat Kompas tampak menggambarkan sikap pemerintah dan sebab-akibat (koherensi kausalitas) dari sikap pemerintah, berbunyi:

Sejak awal, pemerintah memang bersikukuh Gubernur DIY harus dipilih. (Lihat Tabel 8, Kalimat 1. Paragraf 3) Sejak awal, pemerintah memang bersikukuh Gubernur DIY harus dipilih. (Lihat Tabel 8, Kalimat 1. Paragraf 3)

Pemerintah menginginkan pemilihan, sedangkan

DPR tetap menginginkan penetapan. (Lihat Tabel 8. Kalimat 3, Paragraf 3)

Tampak leksikon: bersikukuh yang digunakan Kompas adalah untuk menggambarkan bahwa sejak masalah status keistimewaan DIY ini muncul, pemerintah memang berkeras hati dan bersiteguh akan sikapnya yang menginginkan pemilihan dalam mekanisme pemilihan Gubernur DIY. Leksikon: mentok digunakan Kompas untuk menjelaskan bahwa akibat dari sudah pol atau maksimalnya pembahasan RUUK DIY pada tahun 2009, adalah disebabkan tidak adanya kesepahaman antara pemerintah dan DPR dalam mekanisme pengisian jabatan Gubernur DIY, dimana Pemerintah ingin Gubernur dipilih sedangkan DPR inginnya Gubernur ditetapkan.

Latar selanjutnya yang dibuat Kompas adalah mengenai Pembahasan RUUK DIY yang akan dibuka kembali, mengingat masa perpanjangan jabatan Sultan selama tiga tahun, dalam Keputusan Presiden Nomor 86/P Tahun 2008 sudah habis pada tahun 2011 ini. Hal tersebut dituangkan Kompas dalam latar kalimat berikut:

Kini, satu tahun menjelang habisnya masa jabatan Sultan Hamengkubuwono X sebagai Gubernur DIY, pembahasan RUU Keistimewaan DIY akan dibuka lagi. (Lihat Tabel 8, Kalimat 1.

Paragraf 4)

Sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 86/P Tahun 2008 tentang Perpanjangan masa Jabatan Gubernur dan wakil Guberbur DIY, masa jabatan Sultan diperpanjang hingga tiga tahun. (Lihat Tabel 8, Kalimat

2. Paragraf 4)

Artinya, jabatan Sultan sebagai Gubernur DIY akan berakhir 2011.

(Lihat Tabel 8, Kalimat 3. Paragraf 4) (Lihat Tabel 8, Kalimat 3. Paragraf 4)

Bagi pemerintah, penyusunan RUU Keistimewaan DIY tidak mudah.

(Lihat Tabel 8, Kalimat 1. Paragraf 5)

Sepertinya, draf ini memang istimewa. Lihat Tabel 8, Kalimat 2.

Paragraf 5)

Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk bisa menyusun draf RUU yang pas dan tidak melanggar peraturan atasnya. Lihat Tabel 8,

Kalimat 3. Paragraf 5)

Kompas juga mengungkap salah satu cara yang dilakukan pemerintah tersebut, Salah satunya adalah dengan survei dari lembaga survei, yang ditulis Kompas dalam latar berikut:

Bahkan, untuk kepentingan penyusunan draf RUU, Kementerian dalam Negeri juga meminta lembaga survei untuk membuat survei mengenai apa yang diinginkan masyarakat Yogyakarta. (Lihat Tabel 8, Kalimat 4.

Paragraf 5)

Kompas kemudian mengutip pertanyaan Mendagri menyangkut survei yang dilakukan pemerintah ini, berikut isi kutipannya: ”Ini bukan pesanan, tetapi kami menginginkan apa yang sebenarnya

dimaui oleh masyarakat. Ada tiga survei dan itu hanya salah satu pertimbangan. Selain itu, masih banyak pertimbangan yang lainnya, ”ungkap Gamawan Fauzi. (Lihat Tabel 8, Kalimat 1. Paragraf 6)

Kutipan tersebut sepertinya coba dipakai Kompas untuk menegaskan bahwasannya Kemendagri melalui Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, mengiyakan telah melakukan survei untuk melihat aspirasi rakyat Yogyakarta dalam mekanisme pengangkatan Gubernur propinsi tersebut. Meskipun Gamawan Kutipan tersebut sepertinya coba dipakai Kompas untuk menegaskan bahwasannya Kemendagri melalui Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, mengiyakan telah melakukan survei untuk melihat aspirasi rakyat Yogyakarta dalam mekanisme pengangkatan Gubernur propinsi tersebut. Meskipun Gamawan

Dari pembedahan berita di atas, unsur sintaksis yang terlihat adalah Kompas hanya mewawancarai satu narasumber sebagai narasumber tunggal untuk dimintai keterangannya, beliau adalah Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi.

Selebihnya Kompas memberi latar berita dari bahan-bahan hasil liputan di lapangan yang dikonstruksi. Unsur skrip yang terlihat, berita ini tidak sepenuhnya memenuhi unsur 5W+ 1H karena unsur where tidak ada, unsur-unsur dalam berita ini yaitu: Pemerintah, para pakar, dan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi (Who), Diskusi Kemendagri dengan para pakar, Draf RUU Keistimewaan DIY versi Pemerintah (What), Kamis (16/12) (When), RUU Keistimewaan DIY mentok pada tahun 2009 karena pemerintah dan DPR belum menyepakati mengenai pengisian jabatan Gubernur DIY (Why), Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk bisa menyusun draf RUU yang pas dan tidak melanggar peraturan atasnya, bahkan menurut Gamawan Fauzi Kementerian dalam Negeri punya tiga survei yang dibuat lembaga survei, dan itu hanya salah satu pertimbangan selain banyak pertimbangan lain (How), Namun tidak dijelaskan

Who, dan What. Dari unsur tematik, tema dalam berita ini adalah tentang isi draf RUU Keistimewaan DIY versi pemerintah. Dimana setelah draf dikirim ke DPR, Kemendagri mengadakan diskusi dengan beberapa pakar menyoal draf versi pemerintah ini, dan menjelaskan survei yang dilakukan. Sedangkan dari unsur unsur Retoris, Kompas memakai beberapa leksikon, label jabatan, singkatan, serta menampilkan Grafis yang berisi rincian dari draf RUUK DIY versi Pemerintah, lambang Keraton Yogyakarta, & Foto Abdi dalem Keraton dalam bingkai tugu Jogja oleh fotografer Kompas/ Wawan H Prabowo. (Lihat

Lampiran)

Dari paparan di atas dapat dilihat bahwa Kompas menyampaikan pemberitaan dengan cara bercerita (feature), hal yang diberitakan disini konsen pada draf RUU Keistimewaan DIY dari sudut pandang pemerintah. Dengan memberi lead deskriptif Kompas kelihatan mencoba menarik minat pembaca, isinya tentang upaya lanjutan Kemendagri setelah sehari sebelumnya menyerahkan draf RUU Keistimewaan DIY kepada DPR. Pada berita ini Kompas memang menceritakan kejadian dari satu sisi saja, yaitu dari sisi pemerintah melalui Kemendagri dalam menyikapi RUU Keistimewaan DIY, dengan menyertakan kutipan ucapan Mendagri Gamawan Fauzi sebagai narasumber tunggal untuk menguatkan pemberitaan. Di bagian akhir berita sendiri, Kompas seakan memberi kesan bersambung dengan tujuan mengajak pembacanya untuk mengikuti kelanjutan pemberitaan ini kedepannya. Hasil analisis dengan Dari paparan di atas dapat dilihat bahwa Kompas menyampaikan pemberitaan dengan cara bercerita (feature), hal yang diberitakan disini konsen pada draf RUU Keistimewaan DIY dari sudut pandang pemerintah. Dengan memberi lead deskriptif Kompas kelihatan mencoba menarik minat pembaca, isinya tentang upaya lanjutan Kemendagri setelah sehari sebelumnya menyerahkan draf RUU Keistimewaan DIY kepada DPR. Pada berita ini Kompas memang menceritakan kejadian dari satu sisi saja, yaitu dari sisi pemerintah melalui Kemendagri dalam menyikapi RUU Keistimewaan DIY, dengan menyertakan kutipan ucapan Mendagri Gamawan Fauzi sebagai narasumber tunggal untuk menguatkan pemberitaan. Di bagian akhir berita sendiri, Kompas seakan memberi kesan bersambung dengan tujuan mengajak pembacanya untuk mengikuti kelanjutan pemberitaan ini kedepannya. Hasil analisis dengan

c) Berita 3

Elemen struktur berita pilihan ketiga di Harian Kompas mengenai RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah adalah berita berjudul Sultan Hanya Dijadikan Simbol yang terbit pada edisi Kamis, 27 Januari 2010.

Tabel 9. Analisis Berita dengan Judul Sultan Hanya Dijadikan Simbol

Harian KOMPAS (Kamis, 27 Januari 2011)

Kal. Par

Tematik Retoris

KEISTIMEWAAN DIY

Kickers

What

Huruf dicetak tebal, dan diberi warna merah

Sultan Hanya Dijadikan Simbol

Headline

Who, What

Huruf dicetak tebal, Foto dari fotografer KOMPAS/ Yuniadhi Agung dengan caption : Anggota Komite

I Dewan Perwakilan Daerah, I Wayan

50 Danang Pidekso, “Media dan Sengketa Sriwedari (Analisis Framing terhadap Berita Sengketa Tanah Sriwedari Solo pada Harian Solopos dan Suara Merdeka periode Desember 2006-Februari

Anwar, serta Menteri dalam Negeri Gamawan Fauzi (dari kiri ke kanan) hadir dalam rapat kerja dengan Komisi II

DPR, Rabu (26/1). Rapat terutama membahas Rancangan

Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta, disertai link

website berisi rekaman video berjudul

”Pemerintah Ingin Gubernur DIY Dipilih

DPRD” di vod.kompas.com /dipilihdprd

Kal1. Par1

JAKARTA, KOMPAS – Keinginan

untuk menjadikan Sultan

Koherensi Penjelas

Leksikon:

tidak diindahkan tidak diindahkan

Kal.2. Par1

Sultan dan Paku Alam hanya

Who, What

Koherensi Penjelas

Leksikon:

simbol

Kal.1. Par2

Demikian salah satu intisari pemaparan Menteri dalam Negeri

(Mendagri)

Gamawan Fauzi mengenai Rancangan

Yogyakarta (RUUK DIY) dalam rapat kerja dengan Komisi

II Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR), Rabu, (26/1).

Latar, Parafrase

What, When

Koherensi Penjelas, Kalimat tak langsung

Label jabatan, Singkatan

Kal2. Par2

perwakilan Komite I Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

Koherensi Penjelas

Singkatan

Kal1. Par3

Who, What

Kohernsi Penjelas,

Kalimat tak Kalimat tak

adanya figur yang memiliki kapasitas simbolik untuk

Provinsi DIY.

Parafrase Who, How Koherensi Penjelas, Kalimat tak langsung

Leksikon: figur, simbolik,

mengikat

Kal3. Par3

dijalankan lembaga baru, yaitu gubernur utama dan wakil gubernur utama.

Parafrase

How

Koherensi Penjelas, Kalimat tak langsung

Leksikon;

sibolis

Kal1. Par4

Dalam RUUK DIY yang diusulkan

pemerintah

disebutkan, Sultan HB dan Paku Alam yang bertahta secara langsung dan sah diangkat menjadi gubernur utama dan wakil gubernur utama.

Latar

What, Who, How

Koherensi Penjelas

Singkatan, Leksikon: sah

Kal2. Par4

Selain berfungsi sebagai pelindung, pengayom, dan penjaga budaya, keduanya adalah simbol pemersatu masyarakat Yogyakarta.

Latar

How

Koherensi Penjelas

Leksikon:

simbol

Kal1. Par5

Pengangkatan gubernur dan wakil gubernur utama itu diusulkan

agar

harkat,

martabat, serta kewibawaan Sultan HB dan Paku Alam tetap terjaga, terutama untuk

menghindari

keduanya dari masalah hukum.

Latar

What, Why, Who

Koherensi penjelas

Idiom: tetap

terjaga

Kal2. Par5

”Akan menjadi miris kalau Sultan tersangkut masalah hukum. Karena itu, kami buat

bagaimana

untuk

menjaga itu, bahwa The King can do no wrong, ” kata Gamawan.

Kutipan

Why, What,

Who

Kalimat langsung

Idiom: Karena itu, Leksikon: miris, tersangkut, Perumpamaan dengan istilah

asing dan ditulis memakai huruf miring

Kal1. Par6

Sultan HB dan Paku Alam juga

pertanahan, serta penataan ruang.

Latar

Who, What

Koherensi Penjelas, Kalimat tak langsung

Leksikon:

keistimewaan

Kal2. Par 6

Selain itu, gubernur dan wakil gubernur utama diberi kewenangan

memberikan

arah kebijakan umum,

Latar

Who, What

Koherensi Penjelas, Kalimat tak

Leksikon:

arah, veto arah, veto

rancangan

peraturan daerah DIY. Kal1.

Par7

Sementara pengisian jabatan gubernur

dan

wakil

gubernur yang bertugas sebagai

melalui pemilihan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Latar

What, How, Who

Koherensi Penjelas

Kal2. Par7

Gamawan

menegaskan,

mekanisme pemilihan oleh DPR sudah sesuai dengan ketentuan konstitusi.

Parafrase

Who, What

Koherensi Penjelas, Kalimat tak langsung

Leksikon: mekanisme, Idiom:

ketentuan konstitusi

Kal1. Par8

Rapat kerja dengan agenda pemaparan

pemerintah

tentang RUUK DIY itu

perwakilan DPD.

Koherensi pembeda

Singkatan, Leksikon:

diwarnai

Kal2. Par8

Mereka meminta dilibatkan dalam seluruh pembahasan RUUK DIY oleh Komisi II dan pemerintah.

Latar

Who, What

Koherensi sebab- akibat

Singkatan

Kal3. Par8

Menurut anggota Komite I DPD, I Wayan Sudirta, pelibatan DPD penting karena mereka merupakan

Parafrase

Who, What

Koherensi penjelas, Kalimat tak

Label jabatan, Leksikon:

representasi

Kal4. Par8

Ketua komisi II DPD

kepentingan semua pihak.

Parafrase

Who, What

Koherensi penjelas, kalimat

tak langsung

Label jabatan, Leksikon:

mengakomodasi

Sumber : Berita 3, tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah Pada tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah dalam berita pilihan ketiga, harian Kompas mengangkat judul Sultan Hanya Dijadikan Simbol. Judul tersebut diturunkan Kompas setelah dilaksanakannya rapat kerja antara Kemendagri dengan Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat yang juga dihadiri perwakilan Komisi I Dewan Perwakilan Daerah. Dalam pemberitaan ini, Kompas tampak lebih menonjolkan pandangan pemerintah dengan mengambil garis besar paparan Kemendagri yang disampaikan langsung oleh Mendagri Gamawan Fauzi.

Dari unsur Sintaksis, hal tersebut tampak dari judul yang diberikan yaitu Sultan Hanya Dijadikan Simbol. Judul tersebut tak lain merupakan is i representasi dari niatan dan pandangan pemerintah, yang tertuangkan dalam draf RUU Keistimewaan DIY terbitan pemerintah. Kompas menggambarkan bahwa pemerintah selama ini memang kurang menggubris dari sisi aspirasi masyarakat Yogyakarta yang kebanyakan menginginkan Sultan Hamengku Buwono dan Paku Alam menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DIY. Lead yang digunakan Kompas juga dengan jelas menunjukkan hal ini, berikut bunyinya: Dari unsur Sintaksis, hal tersebut tampak dari judul yang diberikan yaitu Sultan Hanya Dijadikan Simbol. Judul tersebut tak lain merupakan is i representasi dari niatan dan pandangan pemerintah, yang tertuangkan dalam draf RUU Keistimewaan DIY terbitan pemerintah. Kompas menggambarkan bahwa pemerintah selama ini memang kurang menggubris dari sisi aspirasi masyarakat Yogyakarta yang kebanyakan menginginkan Sultan Hamengku Buwono dan Paku Alam menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DIY. Lead yang digunakan Kompas juga dengan jelas menunjukkan hal ini, berikut bunyinya:

Tabel 9, Kalimat 1. Paragraf 1)

Sultan dan Paku Alam hanya akan dijadikan simbol pemersatu keberagaman masyarakat Yogyakarta. (Lihat Tabel 9, Kalimat 2.

Paragraf 1)

Leksikon: tidak diindahkan, yang digunakan Kompas pada lead menekankan sikap pemerintah terhadap pandangan rakyat Yogyakarta.

Dalam teks berita ini Kompas mengambil tiga narasumber, Kompas lebih memilih memberi porsi lebih besar ucapan satu narasumber dengan kutipan langsung yaitu Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi karena mewakili pendapat pemerintah, tetapi sebaliknya memberikan porsi kecil pada substansi ucapan narasumber lain. Pendapat anggota Komite I DPD I Wayan Sudirta dikesankan sebagai pembeda dengan leksikon: diwarnai, tampak bahwa pendapat I Wayan Sudirta dipakai untuk menggambarkan suasana rapat terdapat ketikpuasan dari pihak DPD, yang berharap DPD ikut dilibatkan dalam pembahasan RUUK DIY. Sedangkan pendapat Ketua komisi II DPD Chairuman Harahap dalam kutipan tak langsungnya hanya digunakan sebagai pelengkap.

Dari unsur Skrip, pola 5W+1H dalam berita ini sudah semua terpenuhi yaitu: Mendagri Gamawan Fauzi, Ketua komisi II DPD Chairuman Harahap, dan Komite I DPD I Wayan Sudirta (Who), Dalam RUUK DIY usulan pemerintah Sultan dan Paku Alam hanya menjadi simbol pemersatu keberagaman masyarakat Yogyakarta (What), Rabu (26/1) (When), Jakarta (Where), Diusulkan agar harkat, martabat, serta kewibawaan Sultan HB dan Paku Alam tetap terjaga, terutama untuk menghindari keduanya dari masalah hukum, sebab menurut Mendagri

(Why), Sultan Hamengku Buwono dan Paku Alam yang bertahta secara langsung dan sah diangkat menjadi gubernur utama dan wakil gubernur utama, selain berfungsi sebagai pelindung, pengayom, dan penjaga budaya, keduanya adalah simbol pemersatu masyarakat Yogyakarta. Sementara pengisian jabatan gubernur dan wakil gubernur yang bertugas sebagai kepala pemerintahan dilakukan melalui pemilihan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) (How). Unsur dalam kelengkapan berita yang paling mendominasi adalah Who dan What.

Dari unsur Tematik, tema yang diambil Kompas dalam berita ini meliputi isi paparan Mendagri bahwa Sultan dan Paku Alam hanya dijadikan Simbol pada RUUK DIY usulan Pemerintah, yang disampaikannya dalam rapat kerja dengan Komisi II DPR, dan dihadiri pula oleh perwakilan Komite I Dewan Perwakilan Daerah. Hal tersebut tampak dalam parafrase pada kalimat berikut:

Gamawan memaparkan, pemerintah menggunakan empat prinsip, yakni kerakyatan, Bhinneka Tunggal Ika, efektivitas pemerintahan, dan pendayagunaan kearifan lokal. (Lihat Tabel 9, Kalimat 1. Paragraf 3)

Pemerintah merancang adanya figur yang memiliki kapasitas simbolik untuk mengikat keberagaman dalam sistem tata kelembagaan Pemerintah Provinsi DIY. (Lihat Tabel 9, Kalimat 2. Paragraf 3)

Fungsi simbolis akan dijalankan lembaga baru, yaitu gubernur utama dan wakil gubernur utama. (Lihat Tabel 9, Kalimat 3. Paragraf 3)

Dari kalimat yang dibuat Kompas diatas, Kompas tampak menyusun tema dengan cara bercerita tertentu, dengan mengambil substansi paparan Mendagri Gamawan Fauzi melalui beberapa parafrase, antara lain: Parafrase: figur dipakai untuk menggambarkan sosok seseorang, yang dalam hal ini adalah Sultan dan Paku Alam, parafrase: simbolik artinya dijadikan bentuk representasi, parafrase: Dari kalimat yang dibuat Kompas diatas, Kompas tampak menyusun tema dengan cara bercerita tertentu, dengan mengambil substansi paparan Mendagri Gamawan Fauzi melalui beberapa parafrase, antara lain: Parafrase: figur dipakai untuk menggambarkan sosok seseorang, yang dalam hal ini adalah Sultan dan Paku Alam, parafrase: simbolik artinya dijadikan bentuk representasi, parafrase:

”Akan menjadi miris kalau Sultan tersangkut masalah hukum. Karena itu, kami buat bagaimana untuk menjaga itu, bahwa The King can do no wrong, ” kata Gamawan.(Lihat Tabel 9, Kalimat 2. Paragraf 5)

Dengan kalimat itu Mendagri Gamawan Fauzi secara langsung mengandaikan bila raja tidak pernah berbuat salah, dengan harapan bahwa melalui draf buatan pemerintah yang didalamnya mengatur peran Sultan tersebut, hal ini dapat diwujudkan.

Dari unsur retoris, Kompas menggunakan label jabatan, leksikon, idiom, dan foto dari fotografer KOMPAS/ Yuniadhi Agung dengan caption : ”Anggota Komite I Dewan Perwakilan Daerah, I Wayan Sudirta dan Dani Anwar, serta Menteri dalam Negeri Gamawan Fauzi (dari kiri ke kanan) hadir dalam rapat kerja dengan Komisi II DPR, Rabu (26/1). Rapat terutama membahas Rancangan Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta”, disertai juga dengan link website berisi rekaman video berjudul ”Pemerintah Ingin Gubernur DIY Dipilih DPRD” di vod.kompas.com/dipilihdprd, semua itu dilakukan Kompas untuk menekankan frame yang dibuatnya.

Dari paparan di atas, secara keseluruhan frame yang dibuat Kompas dalam berita ini mengunggulkan kemenonjolan sisi Kemendagri sebagai pihak yang diprioritaskan dalam pemberitaan karena mewakili pendapat pemerintah, yakni dengan cara memberi porsi besar dari paparan Kemendagri Gamawan Fauzi yang disertai kutipan langsungnya. Sebaliknya memberi porsi kecil dari pendapat

Sudirta dikesankan berada di luar topik, dan pendapat Ketua komisi II DPD Chairuman Harahap hanya digunakan sebagai pelengkap berita. Hasil analisis dengan membagi elemen berita berdasarkan struktur penyusunnya ini serupa dengan penelitian yang pernah ada tentang wacana terorisme pasca teror bom

bali. 51

2. Analisis Teks Berita Dengan Tema Survei Mengenai Keistimewaan

Yogyakarta

a) Berita 1

Elemen struktur berita pilihan pertama di harian Kompas mengenai Survei Keistimewaan Yogyakarta adalah berita berjudul Lebih Suka Penetapan yang terbit pada edisi Kamis, 2 Desember 2010.

Tabel 10. Analisis Berita dengan Judul Lebih Suka Penetapan

Harian KOMPAS (Kamis, 2 Desember 2010)

Kal. Par

Tematik Retoris

KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA

Huruf dicetak tebal, dan diberi warna merah

Lebih Suka Penetapan

Headline

What

Huruf dicetak tebal,

51 Muhammad Amin M, Wacana Terorisme Pasca Teror Bom Bali dalam Media Massa (Analisis Framing Berita-Berita Seputar Wacana Terorisme Pasca Teror Bom Bali di Surat Kabar 51 Muhammad Amin M, Wacana Terorisme Pasca Teror Bom Bali dalam Media Massa (Analisis Framing Berita-Berita Seputar Wacana Terorisme Pasca Teror Bom Bali di Surat Kabar

Kal1. Par1

Tak salah jika

pusat tak belajar sejarah.

Kal2. Par1

Bukan hanya salah paham soal sistem monarki yang berlawanan dengan nilai– nilai demokrasi.

Lead

What

Kata ganti tak tentu

Idiom: salah

paham

Kal3. Par1

Yang parah, pemerintah pusat seharusnya paham, mulai tahun 1998, soal gubernur

DIY

selalu

menjadi masalah pelik, selalu bergejolak.

Lead

What,

Who, When

Koherensi sebab- akibat

Leksikon: parah, pelik, Prefiks

Kal4. Par1

Ini berkelanjutan sampai 2010, soal penggantian gubernur

dan

wakil

gubernur DIY tak juga usai.

Lead

What, When,

Who

Koherensi penjelas

Leksikon: usai

Kal1. Par2

Di bawah kepemimpinan Sultan Hamengku Buwono no

kemerdekaan sampai tahun 1980–an, jabatan gubernur

Latar

What,

Who, When

Koherensi Penjelas

Leksikon:

goyang

Kal2. Par2

HB IX bahkan pernah

merangkap sebagai wakil presiden

pada

era

pemerintahan Soeharto.

Latar

Who, What

Kohetensi Penjelas

Singkatan

Kal3. Par2

Ia ditawarkan untuk dua periode

Who, What

Kata ganti orang

Kal1. Par3

berkedudukan di Jakarta, yang

menjalankan

pemerintahan

sehari–hari

adalah Wakil Gubernur Paku Alam VIII.

Latar

What, Where,

Who

Kata ganti tak tentu

Leksikon;

otomatis

Kal2. Par3

Pada tahun 1988, HB IX wafat di Amerika Serikat dan kemudian dimakamkan di pemekaman raja–raja Mataram,

Who, What,

Where

Koherensi Penjelas

Singkatan

Kal1. Par4

Tahun itu juga, Paku Alam menggantikan peran kepala daerah.

Latar

When,

Who, What

Koherensi Penjelas

Kal2. Par4

Semua berlangsung mulus walaupun Presiden Soeharto pada waktu itu menyimpan kekecewaan besar terhadap

HB IX yang menolak

Koherensi Pembeda

Singkatan Singkatan

Par4

Masalah mulai muncul 10 tahun kemudian,

tahun

1998, sewaktu Paku Alam

VIII meninggal.

Koherensi sebab- akibat

Kal1. Par5

Mau tak mau, harus ada yang menggantikan sebagai gubernur DIY.

Latar

What

Koherensi penejelas

Kal2. Par5

Sultan Hamengku Buwono X–saat itu sudah menjadi raja

menggantikan

ayahandanya–lantas menjadi gubernur mulai masa jabatan pertama.

Latar

Who, What

Koherensi Penjelas

Kal3. Par5

kepala daerah DIY, DPRD Provinsi

DIY

harus

melakukan voting.

Latar

What

Koherensi Penjelas

Leksikon:

voting

Kal4. Par5

Kal5. Par5

Berhari–hari

proses

pemilihan menemui jalan buntu karena salah satu fraksi,

yaitu

F–PP,

mencalonkan

Alfian

Darmawan, padahal fraksi lainnya (F–KP, F–ABRI,

Latar

What,

Why, Who, How

Koherensi sebab- akibat

Jabatan, Singkatan Jabatan, Singkatan

DIY. Kal1.

Par6

Bertolak dari pengalaman sejak penetapan HB X sebagai gubernur DIY tahun 1998, dilanjutkan dengan masa jabatan kedua dimulai tahun 2003, kondisi sosial dan politik di DIY memang selalu panas menjelang masa berakhirnya jabatan kepala daerah.

Latar

What,

Who, When,

How

Koherensi penjelas

Singkatan, Leksikon;

panas

Kal2. Par6

Pemerintah pusat selalu

lamban menyikapi aspirasi

langsung ditetapkan sebagai gubernur DIY tanpa melalui pemilihan.

Latar

Who, What

Koherensi Penjelas

Leksikon: lamban,

aspirasi

Kal3. Par6

Keinginan model penetapan sudah muncul sejak sepuluh tahun lalu.

Latar

What

Koherensi Penjelas

Tidak rinci

Sub Judul

What

Huruf dicetak tebal

Kal1. Memang benar, ini semua

What,

Detail, Leksikon:

Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang kemudian direvisi menjadi Undang– Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, tidak mengatur secara rinci mengenai apa yang

disebut

dengan

keistimewaan Yogyakarta.

sebab- akibat

Kal2. Par7

Hal ini berbeda dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

(Aceh),

Provinsi Papua, ataupun Daerah Khusus Ibukota Jakarta

undang–undang terinci.

Koherensi Pembeda,

Kata ganti tak tentu

Kal1. Par8

Karena tak ada ketegasan tentang apa yang disebut keistimewaan DIY, setiap pihak menafsirkan menurut

Koherensi sebab- akibat

Leksikon: ketegasan, Idiom: cara

pandang

Kal2. Par8

Pemerintah pusat cenderung memakai pola yang sama dengan daerah lain dalam pergantian kepala daerah sesuai yang tertera dalam

Latar

Who, What,

How

Koherensi penjelas

Leksikon: pola

Kal3. Par8

Namun,

banyak rakyat

Yogyakarta menentang hal itu karena berarti sebutan keistimewaan DIY tak ada artinya.

Latar

What, How, Why

Koherensi sebab- akibat

Kal1. Par9

pemerintah pusat maupun rakyat Yogyakarta yang pro–penetapan, mendasarkan diri pada kata– kata: sesuai konstitusi dan atas nama demokrasi.

Latar

What, Who, How

Koherensi sebab- akibat,

Kata ganti tak tentu

Leksikon: argumen,

perumpamaan

Kal2. Par9

Akhirnya tak pernah ada titik temu dan berlarut– larut

sampai bertahun–

Koherensi sebab- akibat,

Kata ganti tak tentu

Idiom: titik

temu

Kal3. Par9

Hal ini masih ditambah dengan

konflik

dan

persaingan politik antara Presiden

SBY

dengan

Sultan HB X sehingga komunikasi politik menjadi tidak berjalan.

Latar

What, Who, How

Koherensi sebab- akibat

Leksikon: konflik, Idiom:

komunikasi politik

Libatkan rakyat

Sub Judul

Who

Huruf dicetak tebal

Kal1. Par10

Untuk

menyelesaikan

masalah ini, sebaiknya

Koherensi penjelas

Leksikon:

aspirasi aspirasi

undang–undang

otonomi

khusus untuk Aceh dan Papua

rakyat di dua provinsi itu.

Latar

What, Who, How

Koherensi Pembeda

Leksikon:

kemauan

Kal1. Par11

Harian Kompas sejak tahun 2008

hingga

mengadakan jajak pendapat, apakah sebaiknya Gubernur DIY dipilih langsung oleh rakyat atau penetapan.

Latar

Who, When,

What

Koherensi Pembeda

Kal2. Par 11

Pada umumnya, sebagian besar

masyarakat

Yogyakarta menginginkan penetapan.

Koherensi Penjelas

Kal3. Par11

Angkanya berkisar 53,5 persen–79,9 persen.

Kal1. Par12

Sebagai sebuah polling , hasil nya tidak dimaksudkan untuk mewakili pendapat seluruh

Koherensi Penjelas

Leksikon: polling

Kal2. Par12

Apalagi dilakukan dengan cara menelepon, yang tentu saja responden menjadi terbatas secara ekonomis maupun geografis karena jaringan telepon belum merata sampai di desa–desa.

Latar

How, Who Koherensi Penjelas, Kata ganti tak tentu

Kal1. Par13

Jika menyangkut Keraton Yogyakarta, penduduk DIY terutama di pelosok desa masih sangat loyal.

Latar

Who, What

Koheensi Penjelas

Leksikon:

loyal

Kal2. Par13

Sebagai contoh, ketika GKR Hemas, istri Sultan HB X, mencalonkan diri sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah,

suara

yang

diperoleh selam dua periode sangat tinggi.

Latar

What, Who, How

Koherensi Pembeda

Singkatan

Kal3. Par13

Jauh sekali mengungguli kandidat lain.

Latar

What

Koherensi Penjelas

Idiom: Jauh

sekali

Kal1. Par14

Karena itu, tak begitu sulit memperkirakan jika semua penduduk desa ataupun kota ditanyakan ingin penetapan atau pemilihan, hasilnya pastilah mirip perolehan GKR Hemas itu.

Latar, Penutup

How, Who Koherensi Penjelas

Leksikon:

mirip

Sumber :Berita 1, tema Survei Keistimewaan Yogyakarta

pertama, Harian Kompas mengangkat judul Lebih Suka Penetapan, Dalam berita ini Kompas menyusun berita dengan cara bercerita (feature), untuk menekankan pada hasil jajak pendapat yang dilakukan Kompas mengenai mekanisme pengangkatan Gubernur DIY. Dari unsur Sintaksis, dapat dilihat judul Lebih Suka Penetapan yang diturunkan Kompas merupakan gambaran hasil jajak pendapat yang dilakukan Kompas bahwa mayoritas responden memilih mekanisme penetapan. Dilanjutkan dengan lead berita, yang isinya menyindir pemerintah atas sikap yang dilakukannya selama ini terkait masalah RUUK DIY:

Tak salah jika orang mengatakan, pemerintah pusat tak belajar sejarah.

(Lihat Tabel 10, Kalimat 1. Paragraf 1)

Bukan hanya salah paham soal sistem monarki yang berlawanan dengan nilai–nilai demokrasi. (Lihat Tabel 10, Kalimat 2. Paragraf 1)

Yang parah, pemerintah pusat seharusnya paham, mulai tahun 1998, soal gubernur DIY selalu menjadi masalah pelik, selalu bergejolak.

(Lihat Tabel 10, Kalimat 3. Paragraf 1)

Ini berkelanjutan sampai 2010, soal penggantian gubernur dan wakil gubernur DIY tak juga usai. (Lihat Tabel 10, Kalimat 4. Paragraf 1)

Dari lead yang digunakan Kompas di atas, Kompas mencoba menggambarkan kesalahan yang dilakukan pemerintah dalam menyikapi masalah RUUK DIY. Kompas menggambarkan bahwa masalah ini timbul sudah ada sejarahnya yakni sejak 1998, namun dalam menyikapinya pemerintah tidak belajar dari kesalahan. Fakta disusun Kompas dengan melakukan pemisahan masalah, masalah pertama tentang sejarah pengisian jabatan Gubernur DIY model penetapan disusun dalam payung judul utama, pemisahan berikutnya dilakukan dengan batas berupa subjudul. Subjudul pertama, Tidak rinci digunakan untuk menggambarkan

Pemerintah Daerah, tidak mengatur mengenai keistimewaan Yogyakarta secara rinci. Kemudian subjudul Libatkan rakyat, untuk menggambarkan bahwa pelibatan aspirasi rakyat dalam penyelesaian masalah ini sangatlah diperlukan.

Dari unsur skrip, unsur pembentuk berita dalam beita ini sudah memenuhi unsur 5W+1H, yaitu Presiden Soeharto, Sultan Hamengku Buwono IX dan Paku Alam XIII, Sultan Hamengku Buwono X, Presiden SBY, Rakyat Yogyakarta (Who), Sejarah jabatan Gubernur DIY dan pembahasan RUUK, Hasil jajak pendapat Kompas (What), Sejak tahun 2008 hingga tahun 2010 (When), Jakarta, Amerika Serikat, Yogyakarta(Where), karena berarti sebutan keistimewaan DIY tak ada artinya bila pergantian kepala daerah sesuai yang tertera dalam UU Pemerintah Daerah (Why), Hasil polling Kompas dengan angka berkisar 53,5 persen–79,9 persen menunjukkan responden menginginkan penetapan (How).

Dari Unsur tematik, tema yang diambil Kompas dalam berita ini meliputi tiga tema, tema pertama mengenai sejarah pengisian jabatan Gubernur DIY yang coba dijelaskan Kompas dengan bercerita, bahwa sejak sepuluh tahun lalu model penetapan sudah menjadi keinginan masyarakat Yogyakarta yang diwujudkan dalam bentuk aspirasi, dimana sejarah mencatat bahwa selalu terjadi ketegangan setiap memasuki masa akhir jabatan Gubernur. Tema kedua meliputi status keistimewaan Yogyakarta yang tidak rinci UU yang mengaturnya, Kompas mencoba menceritakan bahwa terjadi multi tafsir antara kedua belah pihak yaitu Dari Unsur tematik, tema yang diambil Kompas dalam berita ini meliputi tiga tema, tema pertama mengenai sejarah pengisian jabatan Gubernur DIY yang coba dijelaskan Kompas dengan bercerita, bahwa sejak sepuluh tahun lalu model penetapan sudah menjadi keinginan masyarakat Yogyakarta yang diwujudkan dalam bentuk aspirasi, dimana sejarah mencatat bahwa selalu terjadi ketegangan setiap memasuki masa akhir jabatan Gubernur. Tema kedua meliputi status keistimewaan Yogyakarta yang tidak rinci UU yang mengaturnya, Kompas mencoba menceritakan bahwa terjadi multi tafsir antara kedua belah pihak yaitu

pro–penetapan, mendasarkan diri pada kata–kata: sesuai konstitusi dan atas nama demokrasi. (Lihat Tabel 10, Kalimat 1. Paragraf 9)

Tema ketiga adalah tentang jajak pendapat yang dilakukan Kompas sejak tahun 2008 sampai tahun 2010 tentang mekanisme pengangkatan Gubernur DIY, dimana Kompas berusaha mengungkapkan bahwa Kompas melakukan jajak pendapat dengan menghasilkan angka berkisar 53,5 persen–79,9 persen menunjukkan responden menginginkan penetapan. Namun Kompas menjelaskan bahwa hasil ini tidak mewakili seluruh aspirasi masyarakat karena dilakukan melalui media telepon.

Sebagai sebuah polling, hasil nya tidak dimaksudkan untuk mewakili pendapat seluruh masyarakat Yogyakarta. (Lihat Tabel 10, Kalimat 1.

Paragraf 12)

Apalagi dilakukan dengan cara menelepon, yang tentu saja responden menjadi terbatas secara ekonomis maupun geografis karena jaringan telepon belum merata sampai di desa–desa. (Lihat Tabel 10, Kalimat 2.

Paragraf 12)

Kata Polling yang dipakai Kompas menjelaskan hal itu, bahwa jajak pendapat ini dilakukan dengan cara menelepon responden yang dipilih secara acak. Hal tersebut juga coba diperkuat Kompas dengan menggunakan unsur retoris berupa grafik penggambaran detail hasil jajak pendapat Kompas mulai tahun 2008- 2010, yang dilakukan secara acak pada responden berusia minimal 17 tahun, dengan metode pencuplikan sistematis. (Lihat Lampiran)

Dari paparan di atas, dapat dilihat bahwa Kompas pada berita ini menyampaikan fakta dengan cara bercerita (feature), dan menekankan fakta Dari paparan di atas, dapat dilihat bahwa Kompas pada berita ini menyampaikan fakta dengan cara bercerita (feature), dan menekankan fakta

cawali dan cawawali dalam pilkada Solo. 52

b) Berita 2

Elemen struktur berita pilihan kedua di harian Kompas mengenai Survei Keistimewaan Yogyakarta adalah berita berjudul Survei Menjadi Acuan Kemendagri yang terbit pada edisi Minggu, 5 Desember 2010.

Tabel 11. Analisis Berita dengan Judul Survei Menjadi Acuan Kemendagri

Harian KOMPAS (Minggu, 5 Desember 2010) Kal.

Tematik Retoris

Survei Menjadi Acuan Kemendagri

Huruf dicetak tebal, Leksikon:

Se–DIY

Ancam Boikot Pemilihan

Kickers

Who, What

Kata ganti jumlah

Leksikon:

Boikot

Kal1. Par1

JAKARTA,

KOMPAS–

Direktur Jenderal Otonomi

Koherensi Penjelas

Label jabatan, Leksikon;

Negeri

Djohermansyah

Djohan menegaskan, dalam menyususn

RUU

Keistimewaan Yogyakarta, pemerintah mengacu pada survei.

Kal2. Par1

Survei menunjukkan, 71 persen

responden

menghendaki pemilihan.

Lead

What, Who, How

Koherensi Penjelas

Leksikon: Survei,

responden

Kal1. Par2

”Kami punya data survei, 71 persen

Diskusi ”Daerah Istimewa Kecewa” di Trijaya FM, Jakarta, Sabtu (4/12)

Kutipan

What,

Who, Where,

When

Koheensi Penjelas,

Kalimat Langsung

Leksikon:

Diskusi

Kal1. Par2

Hasil survei Kementrian Dalam Negeri (Kemdagri) itu yang menjadi bahan pertimbangan

pemerintah

bahwa pengisian jabatan Gubernur–Wagub Yogyakarta

Koherensi Penjelas

Leksikon:

survei

Kal1. Par3

Data survei yang menjadi pegangan Kemdagri itu bertolak belakang dengan

Latar

What,

Who When

Koherensi Pembeda

Leksikon:

survei,

pegangan,

Kompas yang dilakukan sejak tahun 2008 hingga 2010.

bertolak

belakang,

jajak pendapat

Kal2. Par3

sebaiknya Gubernur DIY dipilih langsung oleh rakyat atau penetapan, sebagian besar

masyarakat

Yogyakarta menginginkan penetapan.

Koherensi Penjelas

Kal3. Par3

persen dan 79,9 persen (Kompas,2/12)

Latar

How, When

Detail, Koherensi Penjelas

Kal1. Par4

keistimewaan Yogyakarta.

Parafrase

Who, What

Koheensi Pembeda,

Kalimat tak langsung

Kal2. Par4

Hal itu dibuktikan dengan penyusunan RUUK DIY.

Parafrase

How

Koherensi Penjelas, Kalimat tak langsung

Singkatan

Kal3. Par4

Kemdagri

menargetkan,

penyusunan naskah RUUK dapat segera diselesaikan sehingga

Who, What, When

Koherensi Penjelas, Kalimat tak

Desember ini. Kal4.

RUUK DIY sudah dapat disahkan menjadi undang– undang paling lambat tahun 2011.

Latar

Who, What, When

Koherensi penjelas

Singkatan

Kal1. Par5

Namun, para kepala desa siap memboikot pemilihan umum kepala daerah.

Koherensi Pembeda

Leksikon:

memboikot

Kal2. Par5

”Kami para kepala desa yang berhadapan langsung dengan masyarakat. Saya dan

teman–teman

siap

memboikot pemilu kepala daerah jika pemerintah tetap

memaksakan

pemilihan dalam RUUK DIY,” tutur Ketua Persatuan Rakyat

Desa

(Parade)

Nusantara DIY Jiono seusai diskusi.

Kutipan

Who, What,

Koherensi Penjelas, Kalimat langsung, Kata ganti tak tentu

Singkatan

Kal1. Par6

Jiono meminta pemerintah mempertimbangkan sejarah serta

menyusun RUUK DIY.

Parafrase

Who, What

Kalimat tak langsung

Singkatan, Idiom:

kearifan lokal

Kal2. Par6

Koherensi Penjelas

Leksikon:

melekat

Sultan Hamengku Buwono. Kal3.

menginginkan Sultan HB dan Paku Alam otomatis ditetapkan jadi gubernur dan wakil gubernur.

Parafrase

What, How, Who

Koherensi Penjelas

Singkatan, Leksikon:

otomatis

Kal4. Par6

Keinginan itu sama sekali tidak didasari motif politik ataupun kekuasaan.

Kalimat tak langsung

Idiom: sama sekali, Leksikon:

motif

Kal1. Par7

Ahli hukum tata negara, Irmanputra Sidin, dalam diskusi

itu

juga

mengingatkan pemerintah untuk mempertimbangkan kearifan lokal Yogyakarta.

Parafrase

Who, What

Koherensi Pembeda,

Kalimat tak langsung

Idiom:

kearifan lokal

Kal2. Par7

“Kata kuncinya satu, yakni kearifan. Kearifan lokal dan kearifan Presiden dalam mengambil

Koherensi Penjelas, Kalimat langsung

Kal1. Par8

Menurut dia, pengisian jabatan

gubernur–wagub

melalui

mekanisme

penetapan tidak melanggar konstitusi karena telah dijamin dalam Pasal 18 UUD 1945.

Parafrase

What, How, Why

Koherensi Penjelas, Kalimat tak langsung, Kata ganti orang

Leksikon: mekanisme,

konstitusi

Kal2. Par8

perwakilan daerah

Hamengku Buwono dan Paku Alam yang sedang bertahta menjadi Gubernur dan Wagub DIY.

Parafrase

What, Who, How

Koherensi Penjelas, Kalimat tak langsung

Kal1. Par 9

”Itu sudah konstitusional, seluruh

anggota

DPD

(Dewan Perwakilan Daerah) sudah

menyepakati

penetapan. DPD itu, kan, wakil dari seluruh daerah di Indonesia, jadi sebenarnya sudah selesai semua, sudah konstitusional,” papar dia.

Kutipan

How, Who, Why

Koherensi Penjelas, Kalimat langsung, Kata ganti orang

Singkatan, Leksikon:

konstitusional

Kal1. Par10

Sebanyak 132 anggota DPD menyepakati

penetapan

Sultan Hamengku Buwono dan Paku Alam menjadi gubernur dan wagub sebagai satu dari tujuh keistimewaan Yogyakarta.

Latar

What. Who, How

Detail, Koherensi Penjelas

Kal2. Par10

Klusul penetapan itu masuk dalam naskah RUUK DIY yang disusun DPD dan sudah diserahkan kepada DPR pada Oktober lalu.

Latar

What,

How, Who,

When

Singkatan, Leksikon:

Klausul

Raja tidak salah

Sub Judul

Huruf dicetak tebal

Kal1. Par11

Marzuki Alie mengatakan, hak istimewa yang dimiliki DIY harus dihargai.

Parafrase

Where,

Who, What

Koherensi Pembeda,

Kalimat

tak langsung

Kal2. Par11

Sultan memiliki wewenang mengurus

wilayah,

mengurus keuangan, atau kewenangan lain.

Parafrase

What, Who, How

Koherensi Penjelas, Kalimat

tak langsung

Leksikon:

diformulasikan

Kal1. Par12

Marzuki mengkhawatirkan, seandainya

administrasi atau kesalahan

berdampak hukum.

Parafrase

Who, What,

Why

Koherensi Penjelas, Kalimat

tak langsung

Singkatan, Leksikon:

administrasi,

prosedur

Kal2. Par12

”Jangan sampai ada prinsip raja tidak pernah salah. Raja tidak pernah salah karena raja sebagai ratu adil. Nanti hukum susah ditegakkan. Itu yang

How, Who

Kalimat langsung

Pengandaian

Sumber : Berita 2, tema Survei Keistimewaan Yogyakarta Pada tema Survei Keistimewaan Yogyakarta dalam berita pilihan kedua, harian Kompas mengangkat judul Survei Menjadi Acuan Kemendagri, Dalam berita ini Kompas menyusun berita dengan melihat sudut pandang Kemendagri mengenai survei yang telah dilakukannya terkait mekanisme pengangkatan Gubernur DIY sebagai garis besar berita ini. Dari unsur Sintaksis, dapat dilihat dari judul Survei Menjadi Acuan Kemendagri tersebut, Kompas ingin menyampaikan fakta bahwasannya Kemendagri telah melakukan tanya jawab seputar aspirasi rakyat, tentang tata cara pengangkatan Gubernur DIY yang diberi tajuk survei. Dimana hal tersebut dijadikan headline dalam berita ini, yang juga digunakan untuk mewakili kutipan langsung narasumber pertama, yaitu Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian dalam Negeri Djohermansyah Djohan. Lead yang dipakai Kompas juga mendukung hal tersebut:

JAKARTA, KOMPAS–Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian dalam Negeri Djohermansyah Djohan menegaskan, dalam menyususn RUU

Keistimewaan Yogyakarta, pemerintah mengacu pada survei.(Lihat Tabel 11, Kalimat 1. Paragraf 1)

Survei menunjukkan, 71 persen responden menghendaki pemilihan.

(Lihat Tabel 11, Kalimat 2. Paragraf 1)

Dari Kickers sendiri yang berbunyi Kepala Desa Se–DIY Ancam Boikot Pemilihan, digunakan oleh Kompas untuk mewakili ucapan narasumber kedua, yaitu Ketua Persatuan Rakyat Desa (Parade) Nusantara DIY Jiono. Kickers tersebut pun menjadi payung dari pendapat narasumber ketiga yaitu Ahli Hukum Tata Negara, Irmanputra Sidin. Selain itu Kompas juga memberi sub judul raja

Marzuki Alie. Dengan mengisahkan melalui cara seperti ini, Kompas ingin menekankan kepada khalayak pembacanya bahwa masing-masing pendapat memiliki pembenarannya masing-masing.

Dari unsur Skrip, unsur pembentuk berita dalam berita ini terdiri dari: Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri Djohermansyah Djohan, Ketua Persatuan Rakyat Desa (Parade) Nusantara DIY Jiono, Ahli hukum tata negara Irmanputra Sidin, dan Ketua DPR Marzuki Alie (Who), Hasil Survei Kemendagri sebanyak

71 persen memilih pemilihan (What), Sabtu (4/12) (When), Jakarta (Where), Mekanisme penetapan tidak melanggar konstitusi karena telah dijamin dalam Pasal 18 UUD 1945, dan karena seluruh anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah) sebanyak 132 anggota sudah menyepakati penetapan sehingga sudah konstitusional (Why), Survei Kemendagri menunjukkan 71 persen responden menghendaki pemilihan, namun hal tersebut bertolak belakang dengan jajak pendapat Kompas, dan Kepala desa se-DIY siap memboikot pemilihan umum kepala daerah jika pemerintah tetap memaksa pemilihan dalam RUUK DIY (How). Jadi unsur 5W+1H sudah terpenuhi dalam berita ini, dengan porsi lebih besar pada unsur Who, What, dan How.

Dari unsur Tematik, Kompas mengambil tiga tema yaitu: pertama, tentang Survei Kemendagri yang menghasilkan 71 persen suara memilih pemilihan dalam mekanisme pengangkatan Gubernur DIY, kedua, tentang ancaman boikot dari kepala desa se-DIY jika pemerintah memaksakan pemilihan dalam RUUK DIY, dimana mekanisme penetapan sendiri tidak melanggar

susunan RUUK DIY yang diserahkan DPD ke DPR, ketiga, tentang raja tidak pernah salah. Dengan tema yang dipilih tersebut, tampaknya Kompas hendak mengkonstruksi berita ini dengan cara melihat berbagai argumen dari sisi narasumber, dimana masing-masing pendapat memiliki keterwakilan. Djohermansyah Djohan mewakili Kemendagri, Jiono mewakili masyarakat pro penetapan, Irmanputra Sidin mewakili masyarakat pro penetapan, dan Marzuki Alie mewakili pribadinya sebagai anggota DPR, namun pendapat Marzuki Alie ini sendiri tidak mendapat porsi besar karena tidak dikutip secara langsung, dan hanya dipakai sebagai pelengkap atau pemanis saja.

Dari unsur Retoris, Kompas menggunakan beberapa idiom disertai leksikon yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemenonjolan pada sisi tertentu dalam berita ini, berita Kompas ini menunjukkan bagaimana media menjadi ajang perang simbolik antara pihak-pihak yang merasa berkompeten terhadap isu. Masing-masing narasumber digambarkan saling mengedepankan alasan pembenaran dengan klaim, dimana pihak yang mewakili gagasan pemilihan memakai klaim hasil survei yang menyatakan 71 persen suara menyatakan dukungan atas mekanisme pemilihan. Sedangkan pihak yang mewakili gagasan penetapan memakai klaim kearifan lokal Yogyakarta, dan pasal 18 UUD 1945 serta suara mayoritas DPD.

Dari paparan di atas tampak bahwa Kompas berusaha menerapkan prinsip berita berimbang dengan mengutip langsung pendapat pihak yang mendukung mekanisme pemilihan dan pihak lain yang mendukung mekanisme Dari paparan di atas tampak bahwa Kompas berusaha menerapkan prinsip berita berimbang dengan mengutip langsung pendapat pihak yang mendukung mekanisme pemilihan dan pihak lain yang mendukung mekanisme

sriwedari Solo. 53

c) Berita 3

Elemen struktur berita pilihan ketiga di harian Kompas mengenai Survei Keistimewaan Yogyakarta adalah berita berjudul Publik Cenderung Terima Keistimewaan yang terbit pada edisi Senin, 6 Desember 2010.

Tabel 12. Analisis Berita dengan Judul Publik Cenderung Terima Keistimewaan

Harian Kompas (Senin, 6 Desember 2010)

Kal. Par

Tematik Retoris

Huruf dicetak tebal dan diberi warna merah

Publik Cenderung Terima Keistimewaan

Headline

Huruf dicetak tebal, Disertai

grafis berisi hasil detail jajak pendapat Kompas pada grafis berisi hasil detail jajak pendapat Kompas pada

Cenderung

Kal1. Par1

Polemik sistem monarki

dalam sistem pemerintahan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

tampak

memecah sikap masyarakat.

Leksikon: Polemik,

monarki

Kal2. Par1

diametral, secara umum opini publik cenderung menerima kesepakatan sifat kekhususan yang dimiliki oleh provinsi DIY.

Koherensi Penjelas

Leksikon: diametral, Idiom: opini

publik

Kal1 Par2

benang merah persepsi publik

dalam

jajak

pendapat yang dilakukan Litbang Kompas pada 1–3 Desember 2010, terkait Rancangan Undang-Undang (RUU)

Who, When

Metafora:

benang

merah, Idiom:

persepsi publik

Kal1. Par3

Lebih dari tiga perempat responden yang tinggal di DIY (88,6 pesen) memilih

Latar

How, Who

Detail Leksikon: responden ,

ketimbang ketimbang

ketimbang

melalui jalur pemilihan kepala daerah (pilkada) seperti yang dilakukan di provinsi lain.

Kal2. Par3

(sebagian besar di luar DIY) hampir berimbang, antara yang

menginginkan

penetapan Sultan

persen) dan pemilihan (45,5 persen).

Latar

How, Who

Detail Leksikon: responden,

hampir berimbang

Kal1. Par4

Menilik dari latar belakang pendidikan

responden,

bagi responden nasional tidak

terlalu

tampak

perbedaan jawaban yang diberikan

meski

ada

kecenderungan responden sarjana dan paskasarjana lebih banyak yang bersikap setuju penetapan (sekitar 56 – 66 persen).

Latar

What, Who, How

Leksikon: Menilik,

responden

Kal2. Par4

Secara umum, dilihat dari tingkat intensitas yang diberikan, tampak pula bahwa responden nasional yang menaruh perhatian

Latar

How, Who

Leksikon: intensitas, responden, soal, cenderung, Leksikon: intensitas, responden, soal, cenderung,

Kal3. Par4

Sementara bagi responden DIY, profil yang paling tinggi menyuarakan model penetapan

kalangan berusia sekitar 30 tahun ke atas, tidak bekerja hingga sarjana, karyawan swasta, serta pensiunan dan tidak bekerja.

Latar

What, Who, How

Singkatan, Leksikon:

responden, profil, model

Kal1. Par4

Cukup tajamnya perbedaan persepsi publik tampak jika melihat

alasan

mereka

mengenukakan opininya.

persepsi publik

Kal2. Par4

Alasan paling banyak bagi responden yang menyetujui model penetapan Sultan sebagai

historis, dan tradisi yang selama ini sudah berjalan.

Latar

How, Who

Leksikon:

responden, model, historis,

tradisi, Singkatan

Kal3. Par4

Diperingkat

berikutnya

adalah opini responden

Latar

How, Who

Leksikon:

opini,

Sultan di mata mereka. Idiom: pribadi

positif

Kal4. Par4

Sementara itu, responden yang

bahwa alasan utamanya adalah

Who, How Koherensi Pembeda

Leksikon:

responden,

model, Idiom:

sistem

demokrasi, Singkatan

Kal5. Par4

Meski menyatakan soal

transparansi, akuntabilitas pemerintahan,

Who, How

Leksikon: soal,

sistem,

responden, transparansi,

akuntabilitas

Kal1. Par5

Hingga tahun 2010, RUU Keistimewaan Yogyakarta belum juga rampung.

Kal2. Par5

tahun, sejak 2002, ketika muncul

usul

untuk

membuat undang–undang ini pertama kali.

Leksikon: usul, Idiom:

pertama kali

Kal3. Par5

Setelah sempat berada di tangan DPR pada tahun 2008

pemerintah, RUU ini belum

Latar

When, Who, How

Singkatan, Idiom: titik

temu temu

menjadi ganjalan utama pembahasan RUU adalah soal jabatan gubernur DIY.

Latar

What

Singkatan, Idiom:

ganjalan utama

Kal5. Par5

Bagi sebagian besar publik DIY, jabatan gubernur yang otomatis dijabat Sultan merupakan sebuah simbol status yang sudah diterima sebagai ”kebenaran”.

Latar

Who, What,

How

Leksikon:

publik, otomatis,

simbol, status, Pengandaian

Kal6. Par5

diundangkannya UU Nomor

22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah dan UU nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan

Daerah, semakin nyata

perlunya

sinkronisasi

mekanisme demokrasi di seluruh provinsi.

Latar

Who, What

Detail, Koherensi Pembeda

Leksikon: sisi, pasca, nyata, sinkronisasi,

Idiom:

mekanisme demokrasi

Kal1. Par6

wacana yang berkembang tampak bahwa demokrasi yang dipahami sebagian

wacana, demokrasi, publik,

paradigma, primordial,

Kal2. Par6

diberikan responden DIY, tampak

hayatnya, suatu hal yang

paling menjadi sorotan

keistimewaan DIY.

Latar

What, Who, How

Leksikon:

responden, publik, sorotan,

diskursus, soal, Singkatan

Kal3. Par6

tentang masih layak atau

tidak sistem

penetapan

kepala daerah di Yogyakarta disebut sebagai demokrasi, sebanyak

masih layak.

Latar

What, Who, How

Leksikon:

layak, sistem, demokrasi, responden

Kal4. Par6

Sebaliknya,

responden

nasional cukup bimbang menilai sistem tersebut layak disebut demokrasi, dengan proporsi hampir berimbang 47,5

persen

(layak) dan 43,4 (tidak layak).

Parafrase

What, Who, How

Koherensi Pembeda,

Detail

Leksikon:

responden, bimbang, sistem, layak,

demokrasi,

proporsi

Kal1. Par7

Terhadap adanya usulan agar Sultan tidak perlu

Latar

What, Who, How

Leksikon: parardhya, Leksikon: parardhya,

Jurusan

Ilmu

Pemerintahan Universitas Gadjah mada (JIP UGM), responden DIY pun tak lebih banyak yang menolak.

Kal2. Par7

Lebih dari 50 persen

responden

menyatakan

ketidaksetujuannya apabila Sultan dan Paku Alam hanya menduduki jabatan sebagai parardhya.

Parafrase Who, How

Leksikon: responden,

parardhya

Kal3. Par7

Parardhya

adalah satu

kesatuan lembaga yang berfungsi sebagai simbol, pelindung dan

penjaga

budaya, serta pengayom dan pemersatu masyarakat Daerah

Who, What

Kal1. Par8

Meski memiliki hak dan wewenang khusus, posisi parardhya memang tidak strategis seperti gubernur.

Latar

Who, What

Leksikon: parardhya,

strategis

Kal2. Apalagi, sebagai parardhya,

Latar

Who,

Koherensi Leksikon:

Alam

cenderung

”diarahkan” , antara lain memberikan

persetujuan

pemilihan kepala daerah (dengan hak veto) dan pengawasan

Idiom: hak

politis, hak veto

Pengandaian

Keselarasan

Sub Judul

Huruf di cetak tebal

Kal1. Par9

Dalam pidato menyikapi perkembangan sikap publik terkait RUU Keistimewaan DIY,

penting Sultan dan Paku Alam

dalam

konteks

kepemimpinan DIY.

Parafrase

What, Who, How

Singkatan, Leksikon:

konteks

Kal2. Par9

Meski demikian,

diajukan pemerintah ke DPR secara subtantif tidak beranjak dari posisi hukum semula, yakni menempatkan Sultan–Paku Alam sebagai parardhya dan gubernur dipilih langsung.

Latar

What, What,

How

Koherensi Penjelas

Leksikon: subtantif,

parardhya, Singkatan

Kal3. Par9

Amanat konstitusi dan perundangan

turunannya

menjadi dalil hukum tata negara

yang

menurut

pemerintah harus dijalankan secara konsisten

Latar

What, How, Who

Koherensi Penjelas

Idiom:

Amanat

konstitusi, Leksikon: dalil,

konsisten ‘’Amanat konstitusi dan

perundangan turunannya mejadi dalil hukum tata negara yang menurut pemerintah

Kal1. Par10

Di sisi lain, posisi sikap publik, khususnya warga DIY, tampaknya tidak akan banyak beranjak dari sikap meminta model penetapan gubernur.

Latar

What, Who, How

Koherensi Pembeda

Idiom: sisi

lain, Leksikon: posisi, publik

Kal2. Par10

antara sebagian besar publik DIY dan pemerintah tentu merupakan potensi bencana politik

bagi

kestabilan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Latar

What, Who, How

Koherensi Penjelas

Leksikon: Posisi, diametral,

potensi

Singkatan

Kal3. Par10

Terlebih, di luar berbagai aspek keistimewaan yang sudah disepakati pemerintah

Latar

What,

Who, How,

Koherensi Penjelas, Kata ganti

Leksikon: aspek, Idiom:

identitas identitas

gubernur

bergerak menjadi wacana soal identitas primordial daerah

bagi

orang

Yogyakarta – kalau tidak bisa bisa disebut ”harga diri”.

Pengandaian

Kal4. Par10

Berkaca dari keberatan sebagian

kawulo

Yogyakarta saat Sultan berniat maju ke pertarungan pemilihan presiden pada pemilu sebelumnya, rakyat Yogyakarta

kebanyakan

lebih suka menempatkan Sultan

gubernur, atau apa pun istilah politik modern untuk itu.

Latar

Who, How

Leksikon:

menempatkan

, Penggunaan tanda petik untuk memperjelas, Idiom: apa pun,

Kal5. Par10

Jabatan presiden atau wakil presiden, meski tingkatnya nasional,

politik warga Yogyakarta.

Kal6. Par10

Meski demikian, manuver

politik Sultan dalam kancah politik nasional dipandang responden bisa juga yang

Koherensi Penjelas

Idiom: Meski demikian, Leksikon:

manuver, manuver,

polemik

Kal1. Par11

Dalam konteks demikian, apalagi didukung

demokrasi di DIY, sulit untuk

mengharapkan

mundurnya stand position publik DIY.

publik, Idiom:

sistem

demokrasi, stand position, Singkatan

Kal2. Par11

Bagaimanapun, bagi publik DIY, esensi demokrasi seperti

selaras dan tak pernah bermasalah selama ini.

Latar

Who, How

Leksikon:

esensi, pluralisme, akuntabilitas

Kal3. Par11

keterkejutan politik ketika sebuah keistimewaan yang delapan tahun lalu hendak dicarikan payung hukum pelindungnya, kini justru berbuah ”bencana kecil” bagi paradigma warga DIY memandang rajanya.

Latar, Penutup

What, How, Who

Nominalisasi , Koherensi Penjelas

Leksikon: keterkejutan, paradigma, Idiom: payung

hukum

Pengandaian

Sumber : Berita 3, tema Survei Keistimewaan Yogyakarta

ketiga, harian Kompas mengangkat judul Publik Cenderung Terima Keistimewaan. Dari unsur sintaksis, lewat judul yang dipilih, tampak bahwa Kompas ingin mengemukakan hasil temuannya mengenai sikap publik terhadap status keistimewaan DIY yang diperoleh dari jajak pendapat yang dilakukan sendiri oleh pihak Kompas, hal tersebut diperjelas pula dengan kickers yang menyebutkan tentang itu. Dalam lead berita ini sendiri Kompas mencoba menuangkan bahwasannya memang sikap publik terpecah menjadi dua, namun mayoritas publik cenderung menerima status istimewa yang disandang DIY, meskipun sistem monarki yang dipermasalahkan dalam kasus keistimewaan DIY ini menjadi sebuah polemik. Berikut bunyi lead tersebut:

Polemik sistem monarki dalam sistem pemerintahan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tampak memecah sikap masyarakat. Meski terpisah cukup diametral, secara umum opini publik cenderung menerima kesepakatan sifat kekhususan yang dimiliki oleh provinsi DIY. (Lihat

Tabel 12, Kalimat 1 dan 2. Paragraf 1)

Kompas juga memberikan subjudul yang berbunyi Keselarasan, dimana subjudul ini mencoba mengayomi pemaparan Kompas yang mengutarakan bahwasannya esensi demokrasi bagi publik DIY, seperti penghormatan pluralisme, HAM, akuntabilisme berjalan selaras dengan tujuan kesejahteraan, dan selama ini tidak

pernah menimbulkan masalah. Disini tampak Kompas hendak menggambarkan bahwa publik DIY akan tetap tidak beranjak dari sikap meminta model penetapan Gubernur, sebab itu sudah menjadi stand position publik DIY, istilah stand position yang digunakan Kompas ini jelas menggambarkan kebulatan keinginan dari publik DIY yang mengangap Sultan dipilih itu sudah pernah menimbulkan masalah. Disini tampak Kompas hendak menggambarkan bahwa publik DIY akan tetap tidak beranjak dari sikap meminta model penetapan Gubernur, sebab itu sudah menjadi stand position publik DIY, istilah stand position yang digunakan Kompas ini jelas menggambarkan kebulatan keinginan dari publik DIY yang mengangap Sultan dipilih itu sudah

Dari unsur Skrip, unsur pembentuk berita dalam berita ini tidak secara lengkap memenuhi unsur 5W+1H karena hanya terdiri dari 4 unsur, yakni : Who, What, When, dan How saja, sedangkan unsur Where dan Why tidak disebutkan dalam berita ini, untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut: Warga DIY/responden DIY, responden nasional, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Sultan dan Paku Alam ( Who), jajak pendapat Kompas (What), 1–3 Desember 2010 (When), Lebih dari tiga perempat responden yang tinggal di DIY (88,6 pesen) memilih penetapan Sultan sebagai gubernur ketimbang melalui jalur pemilihan kepala daerah (pilkada) sementara pilihan responden nasional (sebagian besar di luar DIY) hampir berimbang, antara yang menginginkan penetapan Sultan (49,4 persen) dan pemilihan (45,5 persen) (How).

Dari unsur Tematik, tema yang diambil oleh Kompas dalam berita ini antara lain: pertama, mengenai hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh Kompas kepada responden DIY dan responden nasional berkaitan dengan sifat istimewa yang menjadi kekhususan DIY dan mekanisme pengangkatan gubernur DIY, kedua , mengenai keselarasan esensi demokrasi dengan tujuan kesejahteraan, dimana penetapan gubernur bergerak menjadi wacana soal identitas primordial daerah bagi warga Yogyakarta yang tercermin dari penolakan terhadap usulan Dari unsur Tematik, tema yang diambil oleh Kompas dalam berita ini antara lain: pertama, mengenai hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh Kompas kepada responden DIY dan responden nasional berkaitan dengan sifat istimewa yang menjadi kekhususan DIY dan mekanisme pengangkatan gubernur DIY, kedua , mengenai keselarasan esensi demokrasi dengan tujuan kesejahteraan, dimana penetapan gubernur bergerak menjadi wacana soal identitas primordial daerah bagi warga Yogyakarta yang tercermin dari penolakan terhadap usulan

Dari unsur retoris, terdapat unsur grafis yang berisikan semua temuan Kompas dari hasil jajak pendapat yang dilakukannya, mulai dari petanyaan yang diajukan Kompas maupun persentase dari jawaban-jawaban pertanyaan tersebut. Jadi secara keseluruhan berita ini dapat diketegorikan sebagai opini media atau lebih tepatnya adalah analisis yang dilakukan oleh Kompas melalui lembaga Litbang, seperti yang dikatakan oleh Bapak Thomas Pudjo Widijanto selaku Kepala Perwakilan Kompas Yogyakarta merangkap reporter senior dalam wawancara beliau dengan Penulis, berikut adalah kutipan pernyatan beliau:

Jadi itu termasuk kedalam opini... opini kita, jadi analisis istilahnya, analisis kita terhadap RUUK. Jadi itu memang tulisan wartawan ya... analisa wartawan, jadi kan kita punya rubrik politik yang khusus, feature politik dan opini politik di halaman politik gitu. Jadi itu memang rubriknya desk politik, di halaman empat juga menyediakan, wartawan bisa tulis di halaman empat, tapi kadang-kadang karena itu milik umum, ya biarlah untuk umum, kita di halaman politik saja lah. Dan saya kira itu liputan... ya tho... data, analisa, sampai pada analisa itu pasti emosi kita masuk. Itu bisa dikategorikan berita bisa, bisa...!. Dan itu mungkin jurnalis modern kayaknya harusnya begitu ya!, Dia ada... ada semacam dengan keintelektualan dia, dia bisa memberikan sesuatu kepada masyarakat soal setuju-tidak setuju, soal lain. Tapi bahwa si wartawan punya visi untuk membangun sesuatu, untuk membentuk publik opini... Iya! (Lihat Lampiran).

Sehingga dapat dilihat disini, bahwa semua yang ditampilkan dalam berita ini adalah hasil temuan Kompas melalui survei telepon dengan mengambil 705 responden nasional dan 409 responden DIY, yang dilaporkan Kompas dengan cara bercerita (feature) dengan maksud agar paparan fakta disini terlihat menarik dan membentuk opini publik. Hasil analisis dengan membagi elemen berita Sehingga dapat dilihat disini, bahwa semua yang ditampilkan dalam berita ini adalah hasil temuan Kompas melalui survei telepon dengan mengambil 705 responden nasional dan 409 responden DIY, yang dilaporkan Kompas dengan cara bercerita (feature) dengan maksud agar paparan fakta disini terlihat menarik dan membentuk opini publik. Hasil analisis dengan membagi elemen berita

3. Analisis Teks Berita dengan Tema Sikap Setgab Terkait RUU Keistimewaan DIY

Elemen struktur berita pilihan di harian Kompas mengenai Sikap Setgab terkait RUU Keistimewaan DIY adalah berita berjudul Setgab Terpecah soal Yogyakarta yang terbit pada edisi Sabtu, 11 Desember 2010.

Tabel 13. Analisis Berita dengan Judul Setgab Terpecah soal Yogyakarta

Harian KOMPAS (Sabtu, 11 Desember 2010)

Kal. Par

Tematik Retoris

Who, What

Huruf dicetak tebal, Disertai

grafis berisi kutipan langsung dari perwakilan partai koalisi, Leksikon: Terpecah,

soal

Konsep Gubernur Utama

Leksikon: Konsep,

Ditolak

Kal1. JAKARTA,

Koherensi Leksikon:

Sekretariat Gabungan Partai Politik Pendukung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ternyata

Undang–Undang Keistimewaan Yogyakarta.

What

Kal1. Par2

Hal itu terungkap dalam pernyataan

terpisah di Jakarta, Jumat (10/12).

Latar

Who, How,

Where,

When

Koherensi Penjelas

Idiom: Hal itu

Kal2. Par1

Kamis malam, pemimpin enam parpol Setgab bertemu di kantor Setgab di Jalan Diponegoro 43 Jakarta.

Latar

When,

Who, Where

Koherensi Penjelas

Kal3. Par1

Keenam parpol itu adalah Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Amanat Nasional, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Kebangkitan Bangsa.

Latar

Who

Koherensi Penjelas

Kal4. Par1

Ketua Harian Setgab yang juga Ketua Umum Partai Aburizal Bakrie dan Menteri

Latar

Who, What

Koherensi Penjelas

Fauzi juga hadir (Kompas, 10/12).

Kal1. Par2

Seusai pertemuan kamis malam, anggota Dewan Pembina Partai Demokrat yang juga Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Syarifuddin

Hasan

mengatakan, ada tiga hal yang

dibahas

dalam

pertemuan itu.

Parafrase

What, When,

Who

Koherensi Penjelas, Kalimat tak langsung

Kal2. Par2

Pertama,

Setgab

menghormati keistimewaan

Yogyakarta dan aspirasi

warga Yogyakarta.

Koheensi Penjelas,

Kalimat tak langsung

Leksikon:

aspirasi

Kal3. Par2

Kedua, sesuai konstitusi, setiap kepala daerah dan kepala pemerintahan dipilih secara demokratis.

Koherensi Penjelas, Kalimat tak langsung

Leksikon: konstitusi,

demokratis

Kal4. Par2

Ketiga, komunikasi dengan rakyat Yogyakarta harus ditingkatkan.

Koherensi Penjelas, Kalimat tak langsung

Leksikon:

komunikasi

Kal1. Par3

Menurut Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat

Parafrase

Who, Where,

Koherensi Pembeda,

Leksikon:

posisi,

Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat, Partai Demokrat akan mendukung

keputusan

pemerintah terkait RUU Keistimewaan Yogyakarta, termasuk jika diputuskan pengisian posisi gubernur dan

tak langsung

Label jabatan, Singkatan

Kal2. Par3

Meski demikian, Partai Demokrat juga akan tetap

Koherensi Penjelas, Kalimat

tak langsung

Leksikon: mengindahkan, tuntutan, Idiom:

Meski demikian

Kal1. Par4

Namun, anggota Setgab yang lain bersikap berbeda.

Koherensi Pembeda

Singkatan

Kal2. Par4

Sekjen PKS, mengatakan, partainya menyesuaikan diri dengan keinginan warga Yogyakarta

yang

menginginkan penetapan.

Koherensi Pembeda,

Kalimat

tak langsung

Label jabatan

Kal3. Par4

Sekretaris Fraksi PPP M Romahurmuziy menyatakan,

Koherensi Pembeda,

Label jabatan Label jabatan

Kal4. Par5

Golkar, menurut Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso,

akan

mempertahankan keistimewaan Yogyakarta.

Koherensi Pembeda,

Kalimat tak langsung

Label jabatan

Kal1. Par6

Dua parpol, PAN dan PKB, masih menunggu RUU Keistimewaan Yogyakarta diserahkan kepada DPR.

Koherensi Pembeda

Idiom: masih menunggu,

diserahkan kepada

Kal2. Par6

Teguh Juwarno dan Ketua Fraksi PKB Marwah Jafar.

Latar

Who, What

Koherensi Penjelas

Jabatan

Kal3. Par6

Hingga kemarin, DPR belum menerima draf RUU Keistimewaan Yogyakarta.

Latar

When,

Who, How, What

Koherensi Penjelas

Idiom: Hingga

kemarin

Kal1. Par7.

Gerindra, menurut Wakil Ketua

Fraksi

Gerindra

Ahmad Muzani, mendukung penetapan.

Parafrase

Who, How, What

Koherensi Pembeda,

Kalimat tak langsung

Idiom:

Sementara itu

Kal2. Par7

Partai Hanura juga senada.

Koherensi Pembeda

Leksikon:

senada

Kal3. Menurut Wakil ketua Fraksi Parafrase

Who,

Koherensi Jabatan Koherensi Jabatan

Kal1. Par8

Bahkan, sekjen PDIP–Tjahjo Kumolo

sejarah Negara Kesatuan RI.

Parafrase

Who, What,

How

Koherensi Pembeda,

Kalimat

tak langsung

Leksikon:

menyatu

Kal2. Par8

”Kami

mendukung

penetapan. Namun, Sultan Hamengku Buwono X juga harus memosisikan diri sebagai gubernur dan Sultan untuk semua masyarakat Yogyakarta, ”katanya seraya menyatakan

bahwa

fungsionaris PDI–P telah bertemu Sultan.

Kutipan

How, What,

Who

Koherensi Penjelas, Kalimat langsung, Kata ganti

orang

Leksikon: memosisikan,

fungsionaris

Kal1. Par9

mendelegitimasi kekuasaan Sultan.

Parafrase

Who, What,

How

Koherensi Penjelas, Kalimat

tak langsung

Leksikon:

mendelegitimasi

Kal2. Par9

Ia menengarai, ada faktor tertentu yang mendorong pemerintah

gubernur dipilih langsung

Koherensi Penjelas, Kalimat

tak langsung,

Leksikon:

menggulirkan

, wacana, Singkatan , wacana, Singkatan

Par10

Soal gubernur utama, kata Gamawan Fauzi, hanya istilah

yang

diusulkan

pemerintah untuk Sultan yang mempunyai beberapa kewenangan

Koherensi Pembeda,

kalimat tak langsung

Kal2. Par10

“Apa istilah yang cocok, coba

tawarkan

kepada

kami,” katanya.

Kutipan

What

Koherensi Penjelas, Kalimat langsung, Kata ganti

orang

Kal1. Par11

”Kami menyebutkan dengan gubernur utama atau nama lain, dengan mempunyai sejumlah

kewenangan,

seperti memberikan arahan tentang APBD, perda harus mendapat persetujuan Sultan sebagai gubernur utama. Belum lagi ada kewenangan hak–hak protokol seperti inspektur

bupati/walikota.

Ditambah lagi hak– hak istimewa Sultan berdasarkan tradisi,”ujarnya.

Kutipan

Who, What,

How

Koherensi Penjelas, Kalimat langsung, kata ganti

orang, Kata ganti tak tentu

Leksikon: protokol,

tradisi

Kal1. Par12

Menyangkut

posisi

gubernur, kata Gamawan Fauzi, kewenangannya di luar milik gubernur utama.

Koherensi Penjelas, Kalimat tak langsung

Leksikon:

posisi

Kal2. Par12

”Gubernur seperti umumnya kemudian

dikurangi

kewenangan –kewenangan

Sultan,” ungkap Mendagri.

Kalimat langsung, Koherensi

Penjelas, Kata ganti tak tentu

Kal1. Par13

Namun, sejumlah elemen masyarakat DIY menolak konsep gubernur utama.

Latar

Who, How, What

Koherensi Pembeda

Leksikon: elemen, konsep,

Singkatan Kal2.

Par13

”Gubernur cukup satu saja, yang

sesuai aspirasi warga,” kata Wakil Ketua DPRD DIY Janu Ismadi.

Kutipan

How, What,

Who

Kalimat langsung, Koherensi

Penjelas

Leksikon: mekanisme, aspirasi, Label jabatan

Kal1. Par14

Sementara itu, Paguyuban Lurah

Se–Kabupaten

Gunung Kidul (Semar) yang beranggotakan 3.015 lurah mengibarkan 15.000 bendera lambang

Who, How, What

Detail, Koherensi Pembeda

Singkatan

Kal2. Ketua paguyuban Semar Parafrase,

Who,

Koherensi Label jabatan,

Wonosari,

Suparno

mengatakan, bendera putih merupakan tanda berkabung karena status Yogyakarta terkatung–katung.

How

Kalimat tak langsung

pengandaian

Sumber : Berita 1, tema Sikap Setgab terkait RUU Keistimewaan DIY Pada tema Sikap Setgab terkait RUU Keistimewaan DIY, harian Kompas mengangkat judul Setgab Terpecah soal Yogyakarta. Dari unsur sintaksis, judul berita yang dipilih Kompas ini nampak terlihat bahwa Kompas ingin menyampaikan fakta di lapangan, dengan mengemas berita melalui sudut pandang dari para parpol anggota setgab, dimana Kompas ingin menunjukkan temuannya bahwa ada diametral atau perbedaan pandangan dan sikap dari parpol anggota setgap tersebut tentang DIY, yang coba diperjelas Kompas dengan pemilihan leksikon: terpecah yang artinya terbagi atau terbelah. Hal itu diperkuat pula dengan pemilihan kickers yang berbunyi Konsep Gubernur Utama Ditolak, kickers ini menggunakan leksikon: konsep untuk menegaskan bahwa status Sultan ditempatkan sebagai gubernur utama masih sebatas rancangan pemerintah, sedangkan leksikon: ditolak dipakai untuk mengungkapkan bahwa hal tersebut mendapat pertentangan dan ketidaksetujuan dari beberapa parpol anggota Setgab. Selain itu, dalam lead yang merupakan rangkuman inti berita, Kompas berusaha menarik perhatian pembacanya dengan lebih detail menyebutkan bahwa ada enam parpol yang berbeda pandangan dengan pemerintah. Berikut bunyi lead tersebut:

Gabungan Partai Politik Pendukung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ternyata terpecah menyikapi Rancangan Undang–Undang Keistimewaan Yogyakarta.(Lihat Tabel 13, Kalimat 1.Paragraf 1)

Dalam tubuh berita sendiri, Kompas memberikan kutipan pendapat dari masing- masing perwakilan keenam partai anggota setgab tersebut, baik melalui kutipan langsung maupun dengan menggunakan parafrase.

Unsur skrip, dalam berita ini hanya ada empat unsur 5W +1H yang dipenuhi oleh Kompas, yaitu: Who , What , When , Where , dan How , sedangkan unsur Why tidak ditemui dalam berita ini. Unsur pembentuk berita didominasi oleh unsur Who dan What.

Unsur tematik, terdapat satu tema yang dipilih Kompas untuk diangkat dalam berita ini, yaitu perpecahan pendapat anggota setgab menjadi dua, antara suara yang pro penetapan dengan yang pro pemilihan.

Unsur retoris, dalam menonjolkan pemberitaannya Kompas memilih menggunakan grafis berupa kutipan pendapat dari perwakilan masing-masing partai anggota setgab dalam bentuk tabel yang diberi judul Suara dari Senayan, dengan sisipan logo Pemprop DIY.

Dari paparan tersebut diatas, dapat dilihat bahwa Kompas dalam berita ini menggunakan dominasi sudut pandang /angel pemberitaan dari anggota setgab, dengan menonjolkan pendapat para anggota setgab sebagai narasumber mayoritas, tetapi tetap coba disertai pula oleh Kompas dengan beberapa koherensi, berupa: koherensi penjelas; dari paparan pendapat Mendagri Gamawan Fauzi, koherensi pembeda; dari pendapat Ketua DPRD DIY, Janu Ismadi, serta

Paguyuban Semar. Hal tersebut menandakan bahwa Kompas tetap mencoba mengcover pihak-pihak yang punya kompetensi, bukan hanya pihak yang pro tetapi pihak yang kontra pun juga coba dicover. Hasil analisis dengan membagi elemen berita berdasarkan struktur penyusunnya ini serupa dengan penelitian yang

pernah ada tentang kampanye cawali dan cawawali dalam pilkada Solo. 55

Dokumen yang terkait

Kajian Serapan dan Penetrasi Beton Normal dengan Bahan Tambah Metakaolin dan Serat Galvalum AZ 150

0 0 85

Dionisius S. Situmorang,Victor G. Simanjuntak, AndikaTriansyah Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FKIP Untan Pontianak Email :dionisiussahalatuagmail.com Abstract - HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU PENJA

0 0 8

KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SUNGAI AMBAWANG Yulita Yeremia, Laurensius Salem dan Deden Ramdani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Untan Pontianak Email: www.yeremiayuitagmail.com Abstract - KECEPATAN

0 0 8

EKSISTENSI KESENIAN TANJIDOR DI KOTA PONTIANAK Imam Azhari, Ismunandar, Chiristianly Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik FKIP Untan Pontianak Email: hidrakhairunnisa4gmail.com Abstract - EKSISTENSI KESENIAN TANJIDOR DI KOTA PONTIANAK

0 2 13

1 ORIENTASI KARIR PADA PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 SUNGAI RAYA Yessiana Yolanda Saputri, Purwanti, Abas Yusuf Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak Email: yolandayessianagmail.com Abstract - ORIENTASI KARIR PADA PESERTA DIDIK DI SMA

0 0 9

Nina Afriyani, Luhur Wicaksono , Sri Lestari Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak Email: ninaafriyani5gmail.com Abstract - PENGGUNAAN FACEBOOK DALAM KEGIATAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA HARUNIYAH PONTIAN

0 1 8

Pengaruh Ownership Structure dan Corporate Governance Terhadap Financial Performance Perbankan di Bursa Efek Indonesia

0 0 49

WACANA PEDULI LINGKUNGAN dan MAJALAH REMAJA

0 1 212

Analisis stilistika dan nilai pendidikan pantun melayu pontianak karya Abd. Rachman Abror

1 4 176

Menggunakan Alat Bantu Pengambilan Keputusan ber-KB bagi Klien dan Penyedia Layanan

0 1 194