Media dan Isu Keistimewaan DIY

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Disusun Oleh : D.PANDU YOGA BANGSAWAN

D 1209020

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Menjadi Katholik yang sejati. Dimana ada kebenaran disitu akan tubuh damai sejahtera, dan akibat

kebenaran ialah ketenangan dan ketentraman untuk selama-lamanya. Yesaya, 3 : 17 Ilmu tak akan habis hingga kita mati, karena ilmu yang abadi adalah

ilmu yang berarti. Hidup ibarat roda yang berputar, kadang di atas kadang di bawah, saat

kita berada di bawah, janganlah menyerah untuk berjuang sampai di atas kembali. Namun bila kita sudah berada di atas jangan sombong dan lupa perjuangan yang kita hadapi hingga sampai di atas.

Masa depan adalah tujuan dan masa lalu adalah jalan, raihlah tujuanmu dengan penuh harapan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini, Penulis banyak sekali mendapatkan bantuan, dorongan, motivasi dari banyak pihak, oleh karena hal itu Penulis ingin mengucapkan terima kasih, dan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain:

1. Tuhan Yesus Kristus sang pelindungku, Puji Tuhan atas segala Berkah, Kasih, dan Karunianya dalam hidup Penulis, Thanks God.

2. Bunda Maria, Bunda Penolong Abadi, Puji Syukur atas segala Penyertaan, Pengantaraan, dan Curahan Kasih Karunia dalam doa Novena Tiga Salam Maria.

3. Kedua Orang Tua Penulis, Papa Andreas Puji Hesti Sasmito dan Mama Anastasia Herly Hastuti, atas segala dukungan, motivasi, doa, kasih sayang, dan cinta yang diberikan kepada Penulis selama ini.

4. Saudara-saudaraku tersayang, mas Dheny, mbak Dini, dhek Fitri, dan dhek Rima. Terima kasih untuk semua dukungan, motivasi, dan kasih sayang kalian semua, I Love You All.

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas berkah dan karunianya sehingga skripsi ini dapat Penulis selesaikan dengan baik dan lancar. Proses penulisan skripsi ini banyak memberikan arti kepada Penulis, karena dengan skripsi ini Penulis dapat mempunyai kesempatan belajar dalam berbagai hal dari banyak pihak,

Skripsi dengan judul Media dan Isu Keistimewaan DIY (Analisis

Framing Terhadap Berita Keistimewaan DIY pada Harian Kompas dan

Koran Tempo periode Desember 2010 - Januari 2011) ini merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh gelar sarjana sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian untuk Skripsi ini bermula dari ketertarikan Penulis terhadap isu mengenai Keistimewaan Yogyakarta terkait RUU Keistimewaan DIY yang berhembus kencang di kalangan masyarakat, dan banyak diliput oleh media massa. RUU Keistimewaan DIY ini sendiri terdapat lima pasal yakni parardhya, kultur/adat, kepemilikan dan pengelolaan tanah, tata ruang, keuangan, dan prosedur pemilihan kepala daerah. Hanya pasal prosedur pemilihan kepala daerah saja yang sampai sekarang belum disepakati, karena masih menjadi perdebatan dalam mekanisme pengangkatan kepala daerah Yogyakarta, apakah Sultan ditetapkan secara otomatis sebagai Gubernur DIY atau dipilih melalui pemilukada.

Menyadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan, bimbingan dan saran-saran yang sangat berarti dari beberapa pihak, maka hambatan tersebut dapat Penulis atasi, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati Penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Drs. Pawito. Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Alexius Ibnu Muridjal, M.Si, selaku Pembimbing Skripsi I yang telah memberikan dukungan dan kemudahan dalam penulisan skripsi hingga selesai, semoga Tuhan Yesus Kristus memberikan balasan berkah yang melimpah kepada beliau beserta keluarga.

4. Drs. Widyantoro, M.Si, selaku Pembimbing Skripsi II yang telah memberikan masukan dan saran demi perbaikan skripsi.

5. Drs. Surisno Satrijo Utomo, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu bersedia meluangkan waktu untuk konsultasi, serta memberi pengarahan dan bantuan kepada Penulis selama menempuh perkuliahan.

6. Bapak, Ibu Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang berkenan memberikan ilmu dan pengetahuannya.

7. Bapak Thomas Pudjo Widijanto, selaku Kepala Perwakilan Kompas DIY, yang telah memberikan ijin bagi Penulis untuk melakukan penelitian di Kantor Perwakilan Kompas DIY, serta membantu memberikan informasi dan data yang Penulis perlukan.

8. Bapak Phillipus SMS Parera, selaku Kepala Tempo Biro Jawa Tengah- Yogyakarta, yang telah memberikan ijin bagi Penulis untuk melakukan penelitian di Kantor Tempo Biro Jawa Tengah –Yogyakarta, serta membantu memberikan informasi dan data yang Penulis perlukan.

9. Saudara Aloysius B Kurniawan, selaku wartawan Kompas yang telah membantu memberikan informasi dan data yang Penulis perlukan.

10. Saudari Pito Agustin Rudiana, selaku wartawan Tempo yang telah membantu memberikan informasi dan data yang Penulis perlukan.

11. Teman-teman jurusan Ilmu Komunikasi-Transfer kelas B, yang tidak bisa Penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas pertemanan dan jalinan silaturahmi yang indah selama ini.

12. Kepada seluruh petugas birokrasi kampus yang telah membantu.

telah banyak membantu selama proses penulisan skripsi ini berlangsung. Penulis menyadari akan kurang sempurnanya skripsi ini, namun Penulis

berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai pihak.

Surakarta, Januari 2012

D.Pandu Yoga Bangsawan

1. Analisis Teks Berita dengan Tema Usul Referendum ....................... 204

2. Analisis Teks Berita dengan Tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah ......................................................... 225

3. Analisis Teks Berita dengan Tema Survei Mengenai Keistimewaan Yogyakarta ....................................................................................... 244

4. Analisis Teks Berita dengan Tema Sikap Setgab Terkait RUU Keistimewaan DIY ........................................................................... 272

5. Analisis Teks Berita dengan Tema Mundurnya GBPH Prabukusumo dari Partai Demokrat Terkait Isu Keistimewaan DIY 278

C. Matriks Analisis Frame Berita ............................................................... 285

D. Kebijakan Redaksional Harian Kompas dan Koran Tempo .................... 289

BAB IV : PENUTUP

A. KESIMPULAN ..................................................................................... 296

B. SARAN ................................................................................................. 299

Daftar Pustaka Lampiran

Halaman

Tabel 1.

Gambaran Umum Nilai Berita ................................................. 18

Tabel 2.

Perbedaan antara Paradigma Positivis dan Konstruksionis ....... 35

Tabel 3.

Struktur Perangkat Analisis Berita Model Pan Kosicki ............ 54

Tabel 4.

Rincian Oplag Harian Kompas untuk Wilayah Jawa Tengah dan DIY .................................................................................. 76

Tabel 5. Berita Seputar Isu Keistimewaan Yogyakarta Pada Harian

Kompas Edisi Desember 2010 – Januari 2011 ........................ 103

Tabel 6.

Pengelompokan Berita Seputar Isu Keistimewaan Yogyakarta pada harian Kompas edisi Desember 2010 – Januari 2011 ke dalam Tema Pokok sesuai Kategori Masalah ........................... 108

Tabel 7.

Analisis Berita dengan Judul Pemerintah Usul Gubernur Dipilih ..................................................................................... 110

Tabel 8.

Analisis Berita dengan Judul Keistimewaan Versi Pemerintah. 127

Tabel 9.

Analisis Berita dengan Judul Sultan Hanya Dijadikan Simbol.. 137

Tabel 10. Analisis Berita dengan Judul Lebih Suka Penetapan ................ 147

Tabel 11. Analisis Berita dengan Judul Survei Menjadi Acuan

Kemendagri ............................................................................. 159

Tabel 12. Analisis Berita dengan Judul Publik Cenderung Terima

Keistimewaan .......................................................................... 169

Tabel 13. Analisis Berita dengan Judul Setgab Terpecah soal

Yogyakarta .............................................................................. 184

Pada Koran TEMPO Edisi Desember 2010 – Januari 2011 ... 193

Tabel 15. Pengelompokan Berita Seputar Isu Keistimewaan Yogyakarta

Pada Koran TEMPOEdisi Desember 2010 – Januari 2011 ke dalam Tema Pokok sesuai Kategori Masalah ........................... 202

Tabel 16. Analisis Berita dengan Judul Yogyakarta Gulirkan

Referendum ............................................................................. 204

Tabel 17. Analisis Berita dengan Judul Pemerintah Berhati-hati Sikapi

Isu Referendum ...................................................................... 210

Tabel 18. Analisis Berita dengan Judul Silakan Yogya Gelar

Referendum ............................................................................. 216

Tabel 19. Analisis Berita dengan Judul USULAN PEMERINTAH

TETAP GUBERNUR YOGYA DIPILIH ................................ 226

Tabel 20. Analisis Berita dengan Judul SULTAN DIJADIKAN

GUBERNUR UTAMA ............................................................ 230

Tabel 21. Analisis Berita dengan Judul Pemerintah Ngotot Gubernur

Yogya Harus Dipilih ................................................................ 236

Tabel 22. Analisis Berita dengan Judul “71 Persen Warga Ingin

Pemilihan”............................................................................... 244

Tabel 23. Analisis Berita dengan Judul Keraton Yogya Curiga Survei

Direkayasa............................................................................... 249

Tabel 24. Analisis Berita dengan Judul Survei Tandingan Disebar .......... 255

Penetapan Sultan ..................................................................... 261

Tabel 26. Analisis Berita dengan Judul Sama-sama Survei, Hasil

Berkesebalikan ........................................................................ 267

Tabel 27. Analisis Berita dengan Judul Setgab Koalisi Bentuk Tim

Melobi Sultan .......................................................................... 273

Tabel 28. Analisis Berita dengan Judul Pangeran Yogya Tinggalkan

Demokrat ................................................................................ 278

Matrik Analisis Frame Berita .................................................................. 285

A. Harian Kompas

1. Surat Bukti Penelitian dari Kompas

2. Lembar Berita Harian Kompas yang Dianalisis Berdasarkan Tema

3. Daftar Pertanyaan (in depth interview)

B. Koran Tempo

1. Surat Bukti Penelitian dari Tempo

2. Lembar Berita Koran Tempo yang Dianalisis Berdasarkan Tema

3. Daftar Pertanyaan (in depth interview)

D.Pandu Yoga Bangsawan, D1209020, Media dan Isu Keistimewaan

DIY (Analisis Framing Terhadap Berita Keistimewaan DIY pada Harian

Kompas dan Koran Tempo periode Desember 2010 - Januari 2011). Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2012.

Isu seputar keistimewaan DIY menjadi perhatian media yang sangat luas sehingga menarik bagi Penulis untuk mengadakan penelitian, terutama pada harian Kompas dan Koran Tempo. Dilihat dari pandangan media, Isu Keistimewaan DIY mempunyai nilai berita yang tinggi karena memenuhi beberapa unsur kelayakan berita, antara lain penting, besaran, dekat, manusiawi, ketenaran, juga konflik /kontroversi.

Penelitian ini bertujuan untuk : a).Mengetahui data tentang penilaian harian Kompas dan Koran Tempo terhadap isu Keistimewaan propinsi Yogyakarta dalam pemberitaan yang dilakukan keduanya pada periode Desember 2010 – Januari 2011. b).Mengetahui data tentang framing (pembingkaian) harian Kompas dan Koran Tempo pada pemberitaan seputar isu Keistimewaan Yogyakarta terkait RUUK Yogyakarta. c).Mengetahui penerapan standar kebenaran, matrik obyektifitas, dan batasan-batasan serta unsur-unsur lainnya, yang digunakan oleh wartawan harian Kompas dan Koran Tempo dalam mengolah dan menyuguhkan berita.

Penelitian ini bersifat diskriptif kualitatif, yaitu sekedar mengungkapkan fakta yang terjadi di lapangan. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik

dokumentasi dan wawancara. Validitas data menggunakan teknik tringanggulasi sumber. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis framing Pan Kosicki, dengan empat struktur pisau analisis yang lengkap, yaitu struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: (1) harian Kompas dalam mengemas realitas peristiwa seputar keistimewaan DIY pada edisi Desember 2010- Januari 2011 cenderung menonjolkan realitas opini publik melalui jajak pendapat lembaga litbang Kompas, (2) wartawan harian Kompas punya visi untuk membentuk sesuatu, yaitu membentuk opini publik, (3) Harian Kompas menerapkan follow-up dalam membingkai berita keistimewaan DIY terkait polemik RUUK DIY dengan menampilkan feature melalui cara berkisah tertentu, (4) unsur yang paling menonjol dalam berita keistimewaan DIY adalah unsur retoris. (5) Koran Tempo dalam mengemas realitas peristiwa seputar keistimewaan DIY pada edisi Desember 2010 - Januari 2011 cenderung berimbang, hal tersebut ditunjukkan dengan memberikan porsi sama besar antara pandangan pihak pemerintah dengan pihak masyarakat DIY,(6) Koran Tempo

Keistimewaan DIY, (8) Unsur yang paling menonjol dari analisis framing Pan Kosicki pada berita seputar Keistimewaan DIY di Koran Tempo edisi Desember 2010-Januari 2011 adalah unsur retoris. (9) Wartawan harian Kompas dan Koran Tempo dalam menerapkan standart kebenaran, matrik obyektifitas, dan batasan- batasan serta unsur-unsur lainnya, dalam mengolah dan menyuguhkan berita dipengaruhi oleh rutinitas media, yakni pada prosedur pengambilan keputusan di ruang pemberitaan.

Adapun yang menjadi saran Penulis adalah: Bagi Pengelola Media: (1) Pengelola media diharapkan sebisa mungkin selalu menerapkan prinsip berita berimbang dalam pemberitaannya, melalui coverboth side bahkan cover all side. (2) Dalam melakukan peliputan sebagai bentuk pengawalan media terhadap suatu isu, diusahakan agar media tidak hanya menjadi/dijadikan corong oleh pihak- pihak tertentu yang memanfaatkannya untuk kepentingan mereka. Bagi Pemerintah Pusat, DPR, dan pihak Keraton Yogyakarta: (1) Sebaiknya Pemerintah Pusat dan DPR segera menetapkan peraturan perundang-undangan yang memberikan kepastian hukum, terhadap keberadaan Yogyakarta sebagai daerah istimewa, dengan memperhatikan aspirasi dari masyarakat Yogyakarta melalui DPRD dan pihak kraton Yogyakarta. (2) Setelah ada penetapan peraturan perundang-undangan bagi status keistimewaan DIY yang nantinya dapat diterima oleh semua pihak termasuk Kraton Yogyakarta dan pemerintah DIY, diharapkan peran dan fungsi pemerintahan dapat dilaksanakan dengan baik. Bagi peneliti selanjutnya: (1) Berita seputar Keistimewaan DIY ini merupakan berita besar yang masih bisa memunculkan isu-isu baru dalam perkembangannya, karena sampai saat ini masih belum ada ujung pangkal penyelesaiannya sehingga masih dapat dilakukan penelitian, misalnya dalam hal sistem pemerintahan, kebudayaan, dan keagrariaan. (2) Peneliti lain yang hendak melakukan penelitian lanjutan terhadap berita seputar isu keistimewaan DIY di koran nasional, bisa mencoba menggunakan teori agenda setting, untuk melihat seperti apa akibat dari pemberitaan tersebut bagi tokoh-tokoh yang diberitakan, bagi tokoh DIY seperti apa, bagi Pemerintah seperti apa, bagi DPR seperti apa, juga bagi rakyat Yogyakarta sendiri seperti apa.

D.Pandu Yoga Bangsawan, D1209020, Mass Media and Issues

Privileges DIY (Framing Analysis of News Privileges DIY at Kompas daily

and Koran Tempo period December 2010- Januari 2011), Skripsi, Department of Communication, Faculty of Social and Politic Science, Sebelas March University, Surakarta, January, 2012.

DIY issues surrounding privilege to be a very widespread media attention so attractive to authors to conduct research, mainly on the Kompas daily and Koran Tempo. Seen from the view of media, Issues privileges DIY has high news value because it meets some of the elements of news worthiness, among other significanse, magnitude, proximity, human interest, prominance, also conflict / controversy.

This study aims to: a).Knowing about assement data Kompas daily and Koran Tempo on issues in the news privileges Yogyakarta province that carried out both in the period December 2010 – January 2011. b).Knowing the data on the framing Kompas daily and Koran Tempo on the news around issues previleges Yogyakarta related RUUK Yogyakarta. 3). Knowing the application of standards of truth, objectivity matrix, and restrictions as well as other element, which are used by the journalist Kompas daily and Koran Tempo in processing and presenting the news.

This was a descriptive qualitative, that is merely expresses the fact that occur in the field. Data collection techniques using the techniques of

documentation and interviews. The validity of the data using techniques trianggulasi source. The research method used is the method of framing the analysis of Pan Kosicki, with four-blade structure a compete analysis, the syntactic structure, the structure of the script, thematic structure, and rhetorical structure.

Based on these results, it can be concluded that: (1) Kompas daily in reality of the surrounding the Priviliges DIY on the December 2010 – Janury 2011 tended to accentuate the reality of public opinnion through polls Litbang Kompas, (2) Kompas daily journalist had the vision to create something, which is shaping public opinion, (3) Kompas daily follow-up to apply in framing news privilege DIY relate RUUK DIY polemics by displaying certain features via recounts how. (4) The most prominent element in the privilege DIY news is the element of rhetorical. (5) Koran Tempo in reality resemble the events surrounding the privilige of DIY on the December 2010 – January 2011 tend to be balanced, it is shown to offer the same great between the views of the government with the DIY community, (6) Koran Tempo provides more servings on the proposed referendum, (7) Koran Tempo implement follow- up in news framing privilege

Tempo in the edition December 2010 - Januari 2011 is the element of rhetorical. (9) Kompas daily journalist and Koran Tempo journalist in applying the standard of truth, matrix objectivity, and restrictions as well as other elements, in processing and presenting the news influenced by the routine media, namely the decision-making procedures in the news room.

Suggestion the author is: For Media Manager: (1) Media managers is expected as far as possible always apply the principle of balanced news in preaching, through coverboth side even cover all sides. (2) In conducting media coverage as a form of guard against an issue, the media tried to be not only be/become the mouthpiece by certain parties who use it for their interest. For the Central Government, Parliament, and the Sultan Palace: (1) Central Government and Parliament should immediately establish regulations which provide legal certainty, the existence of Yogyakarta as special regions, taking into account the aspirations of the people of Yogyakarta through parliament and the palace of Yogyakarta. (2) Once there is legislation setting for the privilege satus of DIY that can later be accepted by all parties including the Sultan Palace and government DIY, expected roles an functions of government can be implemented properly. For further research: News of DIY privilege this is great news that still could raise new issues in its development, because until now there is still no end of the base so that the solution can still be done the research, for example in terms of system administration, culture, and agrarian. (2) Other researchers who want to conduct research on DIY news surrounding the issues of privilege in nation newspapers, could try to use the theory of agenda setting, ro see what the result of the reports for the figures are reported, for DIY figures as to what, for the Government as to what, for the Parliament as to what, as well as for themselves as to what the people of Yogyakarta.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari 33 propinsi dengan dua diantaranya merupakan daerah istimewa, yakni propinsi DI Yogyakarta dan DI Aceh, juga satu daerah khusus ibukota negara yaitu DKI Jakarta. Dengan menganut sejarah penunjukan status ketiga propinsi tersebut, tentu ketiganya memiliki latar belakang yang berbeda dengan propinsi-propinsi lain di Indonesia.

Terutama DI Yogyakarta, statusnya sebagai Daerah Istimewa itu merujuk pada runutan sejarah berdirinya propinsi ini, baik sebelum maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Sebelum Indonesia merdeka, Yogyakarta sudah mempunyai tradisi pemerintahan karena Yogyakarta adalah Kasultanan, termasuk di dalamnya terdapat juga Kadipaten Pakualaman. Daerah yang mempunyai asal-usul dengan pemerintahannya sendiri seperti ini pada zaman penjajahan Hindia Belanda disebut Zelfbesturende Landschappen, sedangkan pada zaman kemerdekaan disebut dengan nama Daerah Swapraja.

Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri sejak 1755 didirikan oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I. Kadipaten Pakualaman, berdiri sejak 1813, didirikan oleh Pangeran Notokusumo, (saudara Sultan Hamengku Buwono II ) kemudian bergelar Adipati Paku Alam I.

Pakualaman, sebagai kerajaan dengan hak mengatur rumah tangga sendiri. Semua itu dinyatakan dalam kontrak politik. Terakhir kontrak politik Kasultanan tercantum dalam Staatsblad 1941 No 47 dan kontrak politik Pakualaman dalam Staatsblaad 1941 Nomor 577.

Pada saat Proklamasi Kemerdekaan RI, Sri Sultan Hamengku Buwono

IX dan Sri Paku Alam VIII mengetok kawat kepada Presiden RI, menyatakan bahwa Daerah Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman menjadi bagian wilayah Negara Republik Indonesia, serta bergabung menjadi satu mewujudkan satu kesatuan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. Pegangan hukumnya adalah:

1. Piagam kedudukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 19 Agustus 1945 dari Presiden RI.

2. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Amanat Sri Paku Alam VIII tertanggal 5 September 1945 (yang dibuat sendiri-sendiri secara terpisah).

3. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal

30 Oktober 1945 (yang dibuat bersama dalam satu naskah).

Namun, beberapa waktu yang lalu Presiden RI ke-enam sendirilah yang kemudian melontarkan statement yang memunculkan polemik tentang Keistimewaan DIY. Ya, Keistimewaan Yogyakarta dipertanyakan!. Pada Jumat,

26 November 2010 lalu, saat membuka rapat kabinet terbatas di kantornya,

sejarah dan keistimewaan DIY. Keistimewaan DIY itu sendiri berkaitan dengan sejarah dari aspek-aspek lain yang harus diperlakukan secara khusus sebagaimana pula yang diatur dalam Undang-Undang Dasar. Maka itu harus diperhatikan aspek Indonesia adalah negara hukum dan negara demokrasi. Kemudian SBY melanjutkan dengan mengatakan: “Nilai-nilai demokrasi tidak boleh diabaikan, oleh karena itu, tidak boleh ada sistem monarki yang bertabrakan dengan konstitusi maupun nilai-nilai demokrasi ”. Pernyataan pada bagian inilah yang mungkin menuai kontroversi dari masyarakat, khususnya masyarakat Yogyakarta.

Pernyataan SBY yang kemudian memunculkan polemik tersebut, mengacu pada munculnya Undang - Undang No. 32/2004, yang salah satu isinya menetapkan bahwa Kepala Daerah ditetapkan melalui pemilihan umum atau yang biasa disebut dengan istilah pemilukada. Semula pemerintah berniat mengantisipasi keberadaan Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa, dengan aturan

yang tersendiri, namun Rancangan Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta itu hingga kini tidak jelas nasibnya. Pembahasan Rancangan Undang-Undang ini menjadi deadlock, padahal masalahnya hanya menyangkut satu pasal saja yakni pasal jabatan Gubernur, dalam hal ini pemerintah maunya Gubernur dipilih langsung oleh rakyat.

Akhirnya permasalahan status Keistimewaan Yogyakarta yang disulut oleh SBY ini menjadi sebuah wacana nasional masyarakat Indonesia, yang tentu saja tidak luput dari sorotan media, setelah pro dan kontra Rancangan Undang- Undang Keistimewaan (RUUK) Yogyakarta mengerucut pada satu tema, yakni Akhirnya permasalahan status Keistimewaan Yogyakarta yang disulut oleh SBY ini menjadi sebuah wacana nasional masyarakat Indonesia, yang tentu saja tidak luput dari sorotan media, setelah pro dan kontra Rancangan Undang- Undang Keistimewaan (RUUK) Yogyakarta mengerucut pada satu tema, yakni

Permasalahan RUU Keistimewaan Yogyakarta ini pun, beberapa waktu yang lalu sempat memicu DPRD Yogyakarta untuk ikut angkat bicara. Menurut DPRD Yogyakarta, dengan dasar pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945, DPRD DIY menghendaki agar kedudukan sebagai Daerah Istimewa untuk Daerah Tingkat I tetap lestari, dengan mengingat sejarah pembentukan dan perkembangan Pemerintahan Daerahnya yang sepatutnya dihormati.

Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 itu menyatakan bahwa ”Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang, dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem Pemerintahan Negara dan hak- hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat Istimewa”.

Sebagai Daerah Otonom setingkat Propinsi, DIY memang dibentuk dengan Undang-Undang No.3 tahun 1950, sesuai dengan maksud pasal 18 UUD 1945 tersebut. Disebutkan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta adalah meliputi bekas Daerah/Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman.

Semakin lama masalah ini berkembang menjadi isu yang hangat diperbincangkan di tingkat nasional, Isu ini banyak diendus oleh berbagai media

waktu, mulai dari kemunculannya. Media menyajikan berita seputar Isu Keistimewaan DIY yang menyangkut polemik RUU Keistimewaan Yogyakarta ini, sebagai headline media, salah satu diantaranya adalah harian Kompas dan Koran Tempo. Karena, dilihat dari pandangan media, isu ini dinilai mempunyai nilai berita yang menarik untuk diikuti perkembangannya tahapan demi tahapan. Dimana kejadian atau peristiwa yang dianggap mempunyai nilai berita (news value) adalah yang mengandung satu atau beberapa unsur kelayakan berita. Unsur-unsur nilai berita itu antara lain; significance (penting), magnitude (besaran), timesliness (waktu dan aktualitas), proximity (dekat), prominance (ketenaran),

pula dengan

conflict/controversy (konflik/kontroversi), serta unusual (sesuatu yang tidak

biasa). 1 Jika ditemui salah satu dari unsur diatas, maka telah dapat menjadikan suatu kejadian/peristiwa sebagai nilai berita. Sedangkan apabila ditemukan lebih dari satu unsur, maka kejadian tersebut semakin bertambah tinggi nilai beritanya. Karena itu, usaha untuk mendapatkan berita besar adalah mencari kejadian yang memiliki sebanyak mungkin unsur-unsur tersebut.

Jika dilihat dari unsur kelayakan berita, berita Keistimewaan Yogyakarta merupakan sesuatu yang significance (penting) bagi khalayak, karena banyak menyita perhatian masyarakat dan menimbulkan penilaian banyak orang, magnitude (besaran) sebab menyangkut nasib propinsi Yogyakarta sendiri sebagai

sehingga menjadikan berita ini berita besar dengan cakupan nasional. Unsur lainnya adalah proximity (dekat), hal ini dapat dilihat dari kedekatan hati antara Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai raja Yogyakarta dengan rakyatnya, yang notabene dinilai sangat setia kepada rajanya. Kemudian unsur human interest (manusiawi), sebab melibatkan gerakan manusia dari pihak-pihak yang memiliki perbedaan pandangan, seperti dapat dilihat dari munculnya gerakan masa warga Yogyakarta pendukung penetapan, mereka bersama-sama bersatu dalam bentuk: paguyuban Lurah dan Pamong Desa Ing Sedya Memetri Asrining Yogyakarta (Ismaya), Paguyuban Dukuh se-DIY Semarsembogo, Paguyuban Kepala Desa dan Perangkat Desa se-DIY, Gerakan Semesta Rakyat Jogja (Gentaraja), Gerakan Rakyat Mataram (Geram), Kawulo Ngayogyakarta Hadiningrat, Forum Komunikasi Seniman Tradisi se-DIY, Parade Nusantara, maupun dalam bentuk demonstrasi sebagai wujud interaksi penggambaran kesamaan tekat.

Selain itu juga ada unsur prominance (ketenaran), dikarenakan ada sesuatu yang membuat masyarakat luar Yogyakarta sendiri pun begitu mengagumi kota ini, dan sampai–sampai menganggapnya sebagai rumah kedua, misalnya saja para pelajar dari luar kota yang sedang menuntut ilmu di kota ini, sehingga menjadikan DIY terkenal / tenar dengan sebutan kota pelajar.

Unsur selanjutnya yang menarik dan penting dalam kasus ini adalah adanya conflict/controversy (konflik/kontroversi), yakni antara pihak Pemerintah Unsur selanjutnya yang menarik dan penting dalam kasus ini adalah adanya conflict/controversy (konflik/kontroversi), yakni antara pihak Pemerintah

kontradiksi, dan kontroversi adalah sesuatu yang paling bernilai berita. Sebuah konflik dan kontroversi bagaimana pun membutuhkan pemberitaan media, begitu juga konflik yang terjadi dalam masalah status Keistimewaan Yogyakarta yang mengacu pada RUUK Yogyakarta. Khalayak juga sangat tergantung kepada pemberitaan media guna mengetahui perkembangan konflik dan kontroversi. Dalam hal ini media berperan sebagai penyampai opini dan vokasi tentang kontroversi dan isu, serta memberitahu khalayak tentang perkembangan masalah dari waktu ke waktu yang membawanya kepada posisi yang strategis dalam konflik. Dalam titik ini media tidak hanya dapat mempengaruhi opini masyarakat tetapi juga pihak-pihak yang terlibat dalam konflik itu sendiri.

Dalam kasus Keistimewaan Yogyakarta ini, media dianggap memiliki kekuatan tertentu, yang tentu saja mampu mempengaruhi situasi konflik. Kekuatan media ini muncul melalui proses pembingkaian (framing), teknik pengemasan fakta, penggambaran fakta, pemilihan sudut pandang (angel), penambahan foto, gambar, dan lain-lain. Dengan demikian sebetulnya media mempunyai potensi sebagai peredam atau pendorong konflik. Media bisa juga memperjelas atau mengeleminirnya, dengan menekankan bagian tertentu, menonjolkan aspek tertentu, dan membesarkan cara bercerita tertentu dari suatu Dalam kasus Keistimewaan Yogyakarta ini, media dianggap memiliki kekuatan tertentu, yang tentu saja mampu mempengaruhi situasi konflik. Kekuatan media ini muncul melalui proses pembingkaian (framing), teknik pengemasan fakta, penggambaran fakta, pemilihan sudut pandang (angel), penambahan foto, gambar, dan lain-lain. Dengan demikian sebetulnya media mempunyai potensi sebagai peredam atau pendorong konflik. Media bisa juga memperjelas atau mengeleminirnya, dengan menekankan bagian tertentu, menonjolkan aspek tertentu, dan membesarkan cara bercerita tertentu dari suatu

Media massa dilihat sebagai forum bertemunya pihak-pihak dengan kepentingan, latar belakang dan sudut pandang yang berbeda. Setiap pihak berusaha menonjolkan baris penafsiran klaim, argumentasi masing-masing yang berkaitan dengan yang diberitakan atau diwacanakan.

Berita mengenai Keistimewaan Yogyakarta sangat menarik untuk diteliti, karena Peneliti ingin melihat bangaimana sikap media di dalam memposisikan dirinya dalam pemberitaan seputar masalah ini, khususnya pada harian Kompas

dan Koran Tempo. Apakah media bersifat netral dengan mewadahi berbagai wacana yang berkembang atau justru memiliki kecenderungan tertentu. Tentu setiap media memiliki ideologi yang berbeda satu sama lain, sehingga dalam menyusun fakta realita yang berkembang menjadi berita akan berbeda pula hasilnya antara satu media dengan media yang lain. Namun dalam hal ini Peneliti tidak bertujuan membandingkan pemberitaan mengenai polemik RUU Keistimewaan Yogyakarta antara harian Kompas dengan Koran Tempo, tetapi melihat bagaimana media mengkonstruksikan realitas peristiwa atau membingkai (mem-frame) berita sesuai dengan penerapan standar kebenaran, matrik obyektifitas, dan batasan-batasan serta unsur-unsur lainnya.

Oleh karena itu untuk melihat hal ini Peneliti memilih menggunakan metode analisis framing. Salah satu prinsip analisis framing adalah wartawan

serta unsur-unsur lainnya dalam mengolah dan menyuguhkan berita. Analisis ini mengungkapkan bahwa wacana yang dihasilkan media massa memiliki peran yang sangat strategis dalam menentukan apa yang penting bagi khalayak pembaca publik dan berbagai persoalan dan isu yang berkembang dalam wacana publik. Hal lain yang penting dalam pendekatan framing adalah, bahwa analisanya sampai pada tataran untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Hal ini yang tidak diketemukan dalam metode analisis jenis lainnya, seperti analisis isi, analisis wacana, agenda setting, dan semiotik.

Model Analisis framing yang dipilih adalah model analisis framing Pan Kosicki, yang diperkenalkan oleh Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Alasan mengapa menggunakan model Pan Kosicki dalam penelitian ini adalah karena model ini dinilai tepat untuk dipakai membedah pembingkaian realitas oleh media melalui isi berita/teks media. Model ini juga merupakan salah satu alternatif yang baik dalam menganalisis teks media disamping analisis isi kuantitatif, karena memiliki empat struktur pisau analisis yang lengkap, yaitu struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris.

Sedangkan alasan pemilihan persoalan mengenai isu seputar Keistimewaan Yogyakarta terkait RUUK Yogyakarta, adalah karena wacana ini sedang ”booming” di berbagai media di Indonesia baik media cetak maupun media elektronik, lokal maupun nasional, dimana hingga saat ini belum diketahui ujung penyelesaiannya, mengingat sifatnya yang sangat sensitif, dikarenakan Sedangkan alasan pemilihan persoalan mengenai isu seputar Keistimewaan Yogyakarta terkait RUUK Yogyakarta, adalah karena wacana ini sedang ”booming” di berbagai media di Indonesia baik media cetak maupun media elektronik, lokal maupun nasional, dimana hingga saat ini belum diketahui ujung penyelesaiannya, mengingat sifatnya yang sangat sensitif, dikarenakan

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah berguna untuk mempermudah dalam pelaksanan penelitian. Agar dapat memberikan gambaran yang jelas sehingga dapat tercapai sasaran dan tujuan yang dipilih. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Seperti apa pemberitaan yang dilakukan harian Kompas dan Koran Tempo pada periode Desember 2010 – Januari 2011 sebagai bentuk penilaian ( variabel independent ) terhadap isu Keistimewaan propinsi Yogyakarta ( variabel dependent ) ?

2. Seperti apa harian Kompas dan Koran Tempo mengkonstruksikan realitas peristiwa atau membingkai (mem-frame) isu Keistimewaan Yogyakarta berkaitan dengan RUUK Yogyakarta dalam pemberitaannya?

3. Seperti apa penerapan standar kebenaran, matrik obyektifitas, dan batasan-batasan serta unsur-unsur lainnya, yang digunakan oleh wartawan 3. Seperti apa penerapan standar kebenaran, matrik obyektifitas, dan batasan-batasan serta unsur-unsur lainnya, yang digunakan oleh wartawan

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui data tentang penilaian harian Kompas dan Koran Tempo terhadap isu Keistimewaan propinsi Yogyakarta dalam pemberitaan yang dilakukan keduanya pada periode Desember 2010 – Januari 2011.

2. Untuk mengetahui data tentang framing (pembingkaian) harian Kompas dan Koran Tempo pada pemberitaan seputar isu Keistimewaan Yogyakarta terkait RUUK Yogyakarta.

3. Untuk mengetahui penerapan standar kebenaran, matrik obyektifitas, dan batasan-batasan serta unsur-unsur lainnya, yang digunakan oleh wartawan harian Kompas dan Koran Tempo dalam mengolah dan menyuguhkan berita.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Praktis

Bagi Peneliti

o Diharapkan dapat memberi gambaran, bagaimana cara suatu media dalam mengkonstruksikan realitas peristiwa atau

membingkai (mem-frame) suatu peristiwa ke dalam bentuk berita.

berpengaruh dalam proses framing/rekonstruksi realitas peristiwa. Bagi Mahasiswa, Dosen, dan Akademisi Ilmu Komunikasi

o Diharapkan dapat menjadi referensi, bahan perbandingan, dan bahan pembelajaran dalam penelitian kasus serupa di waktu

mendatang. Bagi Praktisi Media Massa

o Diharapkan dapat menjadi penilaian terhadap penerapan standar kebenaran, matrik obyektifitas, dan batasan-batasan serta unsur-

unsur lainnya, yang digunakan oleh wartawan dalam mengolah dan menyuguhkan berita.

Bagi Masyarakat

o Diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran, guna mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang wartawan ketika

menyeleksi isu dan menulis berita. o Dapat mengetahui bentuk pemberitaan yang dimuat dalam harian

Kompas dan Koran Tempo mengenai isu Keistimewaan propinsi Yogyakarta.

b. Manfaat Teoritis Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumbang pemikiran dalam penyempurnaan konsep dan teori analisis framing media, dalam penggunaanya pada kasus serupa di masa mendatang.

Untuk menunjang perumusan masalah dan mempermudah penyampaian teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini, maka sebelumnya akan dijelaskan beberapa poin-poin yang didapat dari sumber berupa textbook, hasil penelitian, dan sebagainya, yang mendukung pembahasan dan mendukung pembuatan instrumen. Adapun penyusunannya adalah sebagai berikut :

a. Isu dan Opini Publik

Isu diuraikan sebagai topik yang terbentuk di sekitar masyarakat. Isu bisa pula didefinisikan sebagai perbedaan pendapat diantara kelompok-kelompok berdasarkan kesenjangan dalam fakta, nilai, atau kejadian. Definisi lainnya dari

Isu adalah perbedaan pandangan antara dua atau lebih pihak terhadap alokasi sumberdaya, termasuk alam, finansial, politik, atau simbolik. 3

Isu yang sifatnya pribadi biasanya mencakup ketidaksetujuan yang muncul di masyarakat. Isu dapat pula diperdebatkan oleh masyarakat, dicakup oleh media massa, dan disampaikan oleh pemerintah.

Isu tidaklah statis melainkan dinamis, ia tergantung pada besarnya perhatian yang diterima selang waktu tertentu. Isu akan tumbuh sejak munculnya sampai kepada kematangan yang prosesnya bisa memakan waktu lama. Meskipun demikian, yang harus diperhatikan dari suatu isu adalah terciptanya ketidakpastian.

Isu yang bergulir di kalangan khalayak ramai dapat menimbulkan suatu opini publik. Opini adalah pendapat atau pandangan tentang sesuatu. Karena itu, Isu yang bergulir di kalangan khalayak ramai dapat menimbulkan suatu opini publik. Opini adalah pendapat atau pandangan tentang sesuatu. Karena itu,

perbedaan 4 . V.O. Key, Jr. mendefinisikan opini publik sebagai berikut: ”the combined person opinions of adult toward issues of relevance to government”. Menurut pendapat V.O Key, Jr. opini publik dipandang sebagai gabungan pendapat pribadi dari orang-orang dewasa terhadap isu-isu yang relevan dengan

pemerintah 5 . Ada beberapa macam definisi mengenai opini publik, dilihat dari

beberapa tinjauan ilmu, antara lain 6 :

1. Ditinjau dari ilmu sosiologi, menurut William G Sumer, opini publik diartikan sebagai kekuatan yang ada dalam masyarakat. Disini kekuatan berasal dari norma atau mitos yang berada di masyarakat dan bukan dari pendapat perorangan. Definisi ini menjelaskan bahwa jika suatu pendapat dianut oleh banyak orang, maka dapat diasumsikan bahwa pendapat itu benar.

2. Ditinjau dari ilmu komunikasi, menurut Bernard Berelson, opini publik diartikan sebagai pertukaran informasi yang membentuk sikap, menentukan isu dalam masyarakat, dan dinyatakan secara terbuka. Opini publik sebagai komunikasi mengenai soal-soal tertentu yang jika dibawakan dalam bentuk atau cara tertentu kepada orang tertentu akan membawa efek tertentu pula.

3. Ditinjau dari ilmu Psikologi, menurut Leonard W. Doob, opini publik diartikan sebagai hasil dari sikap sekumpulan orang yang memperlihatkan reaksi yang sama terhadap rangsangan yang sama dari luar.

4 . Aceng Abdullah, PRESS RELATION; Kiat berhubungan dengan media massa, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001

5 V.O. Key, Jr., ”PublicOpinion and American Democracy”, New York: Knopf, 1967, page. 14 dalam Erikson, Robert S. Luttbeg, Norman R; Tedin, Kent L. Pendapat umum- Amerika, (New

York: John Wiley & Son, 1980), Hal: 2-3

6 . http://www.elib.unikom.ac.id/files/disk1/387/jbptunikompp-gdl-mellymauli-19326-5-babixo-k.

publik, tahapan itu antara lain 7 :

1. Muncul isu yang dirasakan sangat relevan bagi kehidupan orang

banyak.

2. Isu tersebut relatif baru hingga memunculkan kekaburan standar

penilaian atau standar ganda.

3. Ada opinion leaders (tokoh pembentuk opini) yang juga tertarik

dengan isu tersebut, seperti politisi atau akademisi.

4. Mendapat perhatian pers hingga informasi dan reaksi terhadap isu

tersebut diketahui khalayak. Isu seputar keistimewaan DIY yang dibahas dalam penelitian ini

merupakan suatu isu penting yang dapat menimbulkan beraneka macam opini publik.

b. Berita

1. Pengertian Berita

a. Berita adalah fakta, opini, pesan, informasi yang mengandung nilai-nilai yang diumumkan, diinformasikan, yang menarik perhatian sejumlah orang. Unsur-unsur yang terpenting dari berita adalah “dikomunikasikan” dan “menarik perhatian sejumlah orang” karena merupakan sesuatu yang “baru” bagi mereka. Jadi sekalipun ada fakta, opini, dan nilai, tapi fakta tersebut belum dikomunikasikan belum dapat disebut berita. Sebaliknya, jika sesudah dikomunikasikan namun tidak menarik publik atau

7 . http://www.fikom-jurnalistik.blogspot.com/2011/03/proses-pembentukan-opini-publik-proses.

pun belum dapat disebut sebagai berita. 8

b. Berita itu adalah sesuatu yang nyata (news is real). Wartawan adalah pencari fakta. Fakta yang dilengkapi dengan benar akan sama dengan kebenaran itu sendiri. Rem Rieder, editor American Journalism Review, mengatakan: Fakta adalah fakta, fiksi adalah fiksi. Jika ingin mengarang fiksi tulislah novel. Berita adalah juga peristiwa yang segar, yang baru saja terjadi, plus dan minus. Dari peristiwa itu, berita merentang sedikit ke masa lampau dan masa datang. Tekanan pada unsur waktu ini perlu sebab masyarakat sadar akan sifat sementara dari suatu keadaan. Keadaan selalu berubah dan konsumen berita ingin informasi yang paling kini. Perkembangan berita pagi ini mungkin sudah meninggalkan

“fakta” yang ditulis semalam. 9

c. Mark Fishman memberikan definisi berita sebagai berikut: News is neither a reflection nor a distortion of reality because either of these characterization implies that news can record what is out there. News story, if they reflect anything, reflect the practice of the workers in the organizations that produce news. Some time ago Walter Gieber (1964) made the point that news is what

newspapermen make it. 10

Mark Fisherman memandang berita bukanlah refleksi atau distorsi dari realitas yang seakan berada di luar sana. Titik perhatian tentu saja bukan apakah berita merefleksikan realitas, apakah berita distorsi atas realitas, maupun apakah berita sesuai dengan kenyataan ataukah bias terhadap kenyataan yang digambarkannya. Karena tidak ada realitas dalam arti riil yang berada di luar diri wartawan. Kalaulah berita itu merefleksikan sesuatu maka refleksi

8 Maria Assumpta Rumanti, "Dasar-dasar public relation, teori dan praktik", Grasindo, Jakarta, 2002, hal. 130

9 Lih. rem Rieder, "Old Value for New Landscape", dalam American Journalism Review, Nov, 1999. dalam Luwi Ishwara, "Jurnalisme Dasar:Skeptis itulah ciri khas jurnalisme, hanya dengan

bersikap skeptis, sebuah media dapat hidup ", Seri Jurnalistik KOMPAS, Jakarta, 2011, hal: 76

10 Pamela J. Shoemaker and Stephen D. Reese. Mediating the message: theoties of influences on 10 Pamela J. Shoemaker and Stephen D. Reese. Mediating the message: theoties of influences on

2. Nilai Berita Jurnalisme adalah bercerita dengan suatu tujuan. Dalam cerita atau berita itu tersirat pesan yang ingin disampaikan wartawan kepada pembacanya, dan ada tema yang diangkat dari suatu peristiwa. Dalam berita ada karakteristik intrisik yang dikenal sebagai nilai berita (news value). Menurut Shoemaker dan Reese,

Nilai berita adalah elemen yang ditujukan kepada khalayak 11 . Nilai berita

merupakan prosedur standar peristiwa apa yang bisa disebarkan kepada khalayak. Sehingga suatu peristiwa tidak bisa langsung disebarkan kepada khalayak sebagai berita, ia harus disaring untuk diproses secara profesional oleh wartawan dengan memilih peristiwa yang tidak biasa terjadi di sekitar khalayak. Jadi, Nilai berita adalah produk dari konstruksi wartawan, ia menjadi ukuran yang berguna, atau

yang biasa diterapkan, untuk menentukan kelayakan berita (newsworthy). Nilai berita yang berasal dari news value bisa diketahui dari “pesan” yang dikandung oleh suatu berita. Pesan tersebut berisi nilai-nilai; dalam arti bahwa suatu peristiwa ataupun pernyatan seseorang tidak mungkin menjadi berita jika tidak

memiliki nilai berita. Nilai-nilai berita setidaknya dapat berupa 12 :

1. Informasi

2. Klarifikasi

11 Luwi Ishwara, "Jurnalisme Dasar: Skeptis itulah ciri khas jurnalisme, hanya dengan bersikap

skeptis, sebuah media dapat hidup ", Seri Jurnalistik KOMPAS, Jakarta, 2011, hal. 77

Dokumen yang terkait

Kajian Serapan dan Penetrasi Beton Normal dengan Bahan Tambah Metakaolin dan Serat Galvalum AZ 150

0 0 85

Dionisius S. Situmorang,Victor G. Simanjuntak, AndikaTriansyah Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FKIP Untan Pontianak Email :dionisiussahalatuagmail.com Abstract - HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU PENJA

0 0 8

KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SUNGAI AMBAWANG Yulita Yeremia, Laurensius Salem dan Deden Ramdani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Untan Pontianak Email: www.yeremiayuitagmail.com Abstract - KECEPATAN

0 0 8

EKSISTENSI KESENIAN TANJIDOR DI KOTA PONTIANAK Imam Azhari, Ismunandar, Chiristianly Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik FKIP Untan Pontianak Email: hidrakhairunnisa4gmail.com Abstract - EKSISTENSI KESENIAN TANJIDOR DI KOTA PONTIANAK

0 2 13

1 ORIENTASI KARIR PADA PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 SUNGAI RAYA Yessiana Yolanda Saputri, Purwanti, Abas Yusuf Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak Email: yolandayessianagmail.com Abstract - ORIENTASI KARIR PADA PESERTA DIDIK DI SMA

0 0 9

Nina Afriyani, Luhur Wicaksono , Sri Lestari Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak Email: ninaafriyani5gmail.com Abstract - PENGGUNAAN FACEBOOK DALAM KEGIATAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA HARUNIYAH PONTIAN

0 1 8

Pengaruh Ownership Structure dan Corporate Governance Terhadap Financial Performance Perbankan di Bursa Efek Indonesia

0 0 49

WACANA PEDULI LINGKUNGAN dan MAJALAH REMAJA

0 1 212

Analisis stilistika dan nilai pendidikan pantun melayu pontianak karya Abd. Rachman Abror

1 4 176

Menggunakan Alat Bantu Pengambilan Keputusan ber-KB bagi Klien dan Penyedia Layanan

0 1 194