DESKRIPSI LOKASI

DESKRIPSI LOKASI

A. Harian Kompas

1. Sejarah Harian Kompas

Pada tahun 1960-an Petrus Kanisius Ojong (1920-1980) dan Jakob Oetama sering bertemu dalam gerakan asimilasi. Kedua-duanya punya latar belakang guru, dan punya minat dalam bidang sejarah. PK. Ojong adalah Pemimpin Redaksi Star Weekly, sedangkan Jakob Oetama Pemimpin redaksi majalah Penabur. Mereka berbincang-bincang bahwa pada waktu itu pembaca Indonesia terkucil karena tidak ada majalah luar negeri yang diperkenankan masuk. Keadaan seperti itu tentunya tidak sehat. Muncul ide membuat majalah untuk menerobos isolasi itu.

Intisari adalah awal dari kerjasama PK. Ojong dengan Jakob Oetama. Untuk memperoleh ijin terbit bagi majalah Intisari. PK. Ojong dan Jakob Oetama pergi ke gedung kodam (Komando Daerah Militer) di jalan Perwira, Jakarta. Jakob Oetama masih ingat, dia masuk sendirian, sementara PK. Ojong menunggu di dalam mobil Opel Caravan-nya yang diparkir jauh-jauh. Jakob mendapat kesan dari mantan Pemimpin Redaksi Star Weekly yang lebih tua 12 tahun itu sebagai orang yang cermat dan tidak setengah-setengah. “semua disiapkan dan dilaksanakan dengan teliti”.

Majalah Intisari terbit 7 Agustus 1963 dengan 22 artikel, tiras pertama 10.000 eksemplar habis terjual, hitam putih dan telanjang, tidak dibalut kulit

Oetama menjadi pemimpin redaksinya. Nama PK. Ojong dan Adi Subrata tidak tercantum sebagai pengasuh. Mereka menulis seakan-akan penulis luar. Penulis- penulis luar diantaranya Nugroho Notosusanto (orang Jakarta di London), Soe Hok Djin (Beberapa hari di Ubud), Soe Hok Gie (Pengalaman lucu pelukis Nashar), Kapten dr. Ben Mboi menceritakan pengalamannya diterjunkan dalam hidup bergerilya di belantara Irian Barat dalam rangka Trikora, Tan Liang Tie wartawan olahraga sejak Star Weekly menulis Zapotek atlet pelari dari Cekoslowakia yang diserahkan melatih atlet Indonesia menghadapi Ganefo (Games of the New Emerging Forces). Nama-nama lain, diantaranya; Mohamad Ali, Siswadhi, Ajib Rosidi dan Rijono Pratikno.

Menjelang tahun 1965 suhu politik di Indonesia memanas ketika Partai Komunis Indonesia (PKI) melakukan kegiatan sepihak, bahkan menyuarakan perlunya dibentuk angkatan kelima untuk menghadapi alat-alat keamanan negara yang sah, ABRI. Dengan dalih landreform PKI melakukan penyerobotan tanah milik negara. Aksi serupa ini dilukiskan oleh “Harian Rakyat” yang merupakan surat kabar milik PKI sebagai adil dan patriotik.

Suatu hari di awal tahun 1965, Letjen Ahmad Yani (1922-1965) selaku Menteri/Panglima TNI-AD, menelepon dan mengutarakan keinginananya kepada rekannya sekabinet, Drs. Frans Seda, untuk menerbitkan surat kabar yang berimbang, kredibel, dan independen. Frans Seda menanggapi ide itu, kemudian mengemukakan keinginan itu kepada Ignatius Josef Kasimo (1900-1986) yang

(P.K Ojong) (1902-1980) dan Jakob Oetama yang memimpin majalah Intisari.

Terbitan surat kabar tersebut awalnya diberi nama “Bentara Rakyat”, penggunaan nama tersebut sesuai dengan badan usaha yang membawahinya, yakni yayasan Bentara Rakyat. Yayasan ini terdiri dari perwakilan elemen hierarkis dari Majelis Agung Wali Gereja Indonesia (MAWI), Partai Katolik Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Pemuda Katolik dan Wanita Katolik. Pemilihan nama Bentara Rakyat dimaksudkan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa pembela rakyat yang sebenarnya bukanlah PKI, juga sengaja untuk menandingi keberadaan surat kabar PKI, yaitu Harian Rakyat yang merupakan harian terbesar di tahun 1960-an, dengan kemiripan identitas ini, diharapkan akan mampu memasuki segmen pasar Harian Rakyat.

Dalam keperluan dinas Frans Seda sebagai Menteri Perkebunan (1964- 1966) manghadap Presiden di Istana Merdeka. Rencana penerbitan surat kabar Bentara Rakyat diajukan kepada Presiden RI saat itu, Ir.Soekarno. Kemudian Soekarno mengganti namanya dengan Kompas, pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan atau hutan rimba... , alasan penggunaan nama itu karena Kompas hendak digunakan sebagai media pencari fakta dari segala penjuru. Meskipun sudah mengantongi restu dari Presiden Soekarno, berkat Mgr. Soegijapranoto, dan bantuan pimpinan Angkatan Darat, Kompas tidak segera terbit karena proses ijin terbit mengalami kesulitan. PKI dan kakitangannya “menguasai” aparatur, khususnya Departemen Penerangan pusat dan daerah. PKI

tahap rintangan dapat diatasi, pusat memberi ijin prinsip namun harus dikonfirmasikan ke Daerah Militer V Jaya, Panglima Militer Jakarta saat itu, Letnan Kolonel Dachja, menyaratkan Kompas memperoleh 3000 tanda tangan pelanggannya. Kemudian Frans Seda mempunyai inisiatif, tokoh-tokoh Katolik pergi ke Flores yang mayoritas penduduknya beragama Katolik untuk mengumpulkan tanda tangan anggota partai, guru, dan anggota koperasi Kopra Primer di Kabupaten Ende Lio, Kabupaten Sikka, dan Kabupaten Flores Timur. Dalam waktu singkat daftar 3.000 pelanggan lengkap dengan alamat dan tanda tangan terkumpul. Bagian perijinan Puskodam V Jaya menyerahkan dan mengeluarkan ijin terbit. Pers PKI yang melihat kehadiran “Kompas” bereaksi keras, bahkan mulai menghasut masyarakat dengan mengartikan “Kompas” sebagai “Komando Pastor”.

Kompas terbit sebagai buah pertarungan politik antara kekuatan organisasi politik berbasis ideologi komunis melawan kelompok yang tidak berpijak pada ideologi tersebut, termasuk Partai Katolik. Salah satu upaya Partai Katolik saat itu adalah menerbitkan surat kabar yang mampu menyuarakan kepentingan partai dan dapat meng-counter wacana ideologi komunis yang dilakukan oleh surat kabar underbow Partai Komunis Indonesia (PKI).

Akhirnya pada Minggu, 2 Juni 1965, sekitar tengah malam jalan Kramat Raya yang sudah sepi. Pertunjukan bioskop Rivoli juga telah berakhir, dan penonton beberapa jam lalu berhamburan pulang. Tinggal beberapa becak yang masih mangkal di malam yang dingin itu. Tidak jauh dari situ kegiatan percetakan

berkumpul mengelilingi mesin cetak Duplex. PK. Ojong (alm), Jakob Oetama serta beberapa wartawan: Theodorus Purba (alm), Tinon Prabawa (alm), Tan Soe Sing (Indra Gunawan), Eduard Liem (Edward Linggar), Roestam Affandi, Djoni Lambangdjaja, August Parengkuan, dan Harthanto (alm). Mereka nampak tidak sabar dan was-was, diantara mereka sebentar-sebentar melihat arlojinya mirip sebuah penantian lahirnya bayi pertama. Wartawatinya, Erka Muchsin (alm) dan Thress Susilastuti menanti penuh harap di rumah. Disudut lain, duduk di kursi menghadap meja korektor adalah Kang Hok Dji, Kang Tiauw Liang, Dimyati, Marjono, dan Petrus Hutabarat. Ketika koran pertama Kompas muncul dari mesin cetak tepuk tangan menyambutnya. Diiringi kilatan lampu kilat dari kamera Sudardja (wartawan foto majalah Penabur), suasana suasana menjadi berubah,. Kemudian tepat 28 Juni 1965, Kompas terbit dengan motto “ Amanat Hati Nurani Rakyat”. Dalam operasionalisasinya, Kompas diwakili oleh P.K Ojong sebagai pimpinan umum dan Jacob Oetama sebagai pemimpin redaksi, ditambah beberapa redaksi dan wartawan dari majalah Intisari. Harian Kompas secara resmi menjadi salah satu surat kabar yang terbit secara teratur, dimana di halaman pertama pojok kiri atas tertulis nama: Pemimpin Redaksi Drs Jakob Oetama, Staf Redaksi : Drs. J. Adisubrata, Lie Hwat Nio SH, Marcel Beding, Th. Susilastuti, Tan Soei Sing, J. Lambangdjaja, Tan Tik Hong, Ponis Purba, Tinon Prabawa, Eduard Liem.

Pada awal terbit, Kompas belum memiliki kantor sendiri, melainkan masih menumpang di kantor redaksi Intisari yang berkantor di percetakan PT. Kinta, Jl. Pintu Besar 86-88, Jakarta. Dalam perkembangannya, setelah sebulan Pada awal terbit, Kompas belum memiliki kantor sendiri, melainkan masih menumpang di kantor redaksi Intisari yang berkantor di percetakan PT. Kinta, Jl. Pintu Besar 86-88, Jakarta. Dalam perkembangannya, setelah sebulan

Format harian Kompas pertama kali tampak sangat sederhana, hanya dengan empat halaman. Berita utama pada saat itu berjudul “KAA II Ditunda Empat Bulan”, sementara kata perkenalan Pojok Kompas di kanan bawah berbunyi, “Mari ikat hati, mulai hari ini dengan Mang Usil”. Pada halaman pertama pojok kiri atas tertulis nama staf redaksi. Edisi pertama Kompas memuat

11 berita luar negeri dan 7 berita dalam negeri di halaman pertama. Istilah tajuk rencana belum ada, tetapi di halaman 2 ada “Lahirnya Kompas” sebagai tajuk harian ini. Di halaman 3 berisi antara lain 3 artikel, yaitu berita luar negeri, ulasan mengenai penyakit ayan dengan Rr. Kompas. Halaman 4 berisi antara lain berita dan artikel, yakni 2 berita luar negeri dan satu berita dalam negeri. Di halaman ini juga tercatat ada 2 berita olahraga satu diantaranya tentang PSSI ke Pyongyang.

Berselang tiga bulan setelah terbit, Kompas dilarang terbit beserta surat kabar lain, sehari setelah peristiwa 30 September 1945. Hanya harian “Angkatan Bersenjata”, “Berita Yudha”, kantor berita “Antara”, dan “Pemberitaan Angkatan Bersenjata” yang diijinkan terbit oleh Pelaksana Penguasa Perang Daerah (Pepelrada). Baru pada tanggal 6 Oktober 1965 Kompas diijinkan untuk terbit kembali. Setelah pembredelan, oplag Kompas mengalami kenaikan, yaitu menjadi Berselang tiga bulan setelah terbit, Kompas dilarang terbit beserta surat kabar lain, sehari setelah peristiwa 30 September 1945. Hanya harian “Angkatan Bersenjata”, “Berita Yudha”, kantor berita “Antara”, dan “Pemberitaan Angkatan Bersenjata” yang diijinkan terbit oleh Pelaksana Penguasa Perang Daerah (Pepelrada). Baru pada tanggal 6 Oktober 1965 Kompas diijinkan untuk terbit kembali. Setelah pembredelan, oplag Kompas mengalami kenaikan, yaitu menjadi

Seiring berjalannya waktu, karen alasan visi harian Kompas yang terbuka, maka Kompas mulai mengambil sikap sosio politiknya dengan berpihak pada perjuangan sosialisme demokrat golongan profesional dan secara perlahan-

lahan melepaskan diri dari Partai Katolik (kemudian muncul dasar humanisme transendental Kompas). P.K. Ojong dan Jacob Oetama lebih cenderung mendukung kelompok teknokrat dan sayap Partai Sosialis Indonesia.

Pada tanggal 26 Juni 1967 oplag Kompas 30.650 eksemplar. Tepat setahun kemudian, tanggal 16 Juni 1968 menjadi 44.400. ini berarti penambahan tiap bulan rata-rata 1.146 eksemplar. Pada tanggal 26 Juni 1969 (ketika harian Kompas membuka stand di jakarta fair) oplagnya meningkat menjadi 63.747 eksemplar. Tepat 26 Juni 1970 batas 80.000 telah dilewati, tepatnya oplag Kompas telah menjadi 80.412 eksemplar. Dari jumlah itu, kira-kira 31.000 beredar di Jakarta saja. Ini berarti hampir 40%, selebihnya (60%) tersebar di luar Jakarta, di seluruh Nusantara. Pola ini, menandakan bahwa Kompas menjadi harian nasional dan bukan harian lokal atau koran daerah.

cetak sendiri setelah permohonana kredit ke Bank Pemerintah dikabulkan, dan berdirilah Percetakan Gramedia yang beralamat di Jl. Palmerah Selatan, Jakarta. Dimana percetakan Gramedia juga menerbitkan majalah anak-anak Bobo. Secara bertahap kegiatan redaksional Kompas mulai bisa disatukan di kompleks Palmerah, Jakarta Pusat, walaupun kegiatan administrasinya masih dilakukan di gedung Perintis, Jakarta Barat. Pada tahun yang sama pula Kompas membentuk PT. Transito Asri Media, anak perusahaan yang mendistribusikan buku-buku import dan lokal pada jaringan toko buku yang dimiliki sendiri.

Ketika peristiwa Malari tahun 1974, terjadi pembredelan pada beberapa pers yang dinilai Konfrontatif terhadap pemerintah. Pada peristiwa tersebut, harian Kompas terhindar dari pembredelan massal tersebut karena Kompas memiliki sikap moderat.

Kompas lalu memulai terobosan guna meningkatkan kepercayaan pada relasi, pemasangan iklan, pembaca, dan pelanggan, dengan melakukan pendataan, yang di audit oleh akuntan public Drs. Utomo dan Mulia. Tujuan menyewa akuntan publik adalah untuk menggaet pasar iklan, dan juga dipakai untuk mengembangkan sirkulasi dan isinya. Selain itu, strategi pemasaran akan dapat ditangani dengan lebih matang, efektif, dan efisien. Kemudian pada tahun 1978, Kompas resmi menjadi anggota Audit Beauraas of Circulation, di Sidney, Australia. Lembaga internasional ini dibentuk bersama oleh penerbit, pemasang iklan dan biro iklan untuk menyiarkan angka sirkulasi anggotanya sesuai fakta di lapangan. Sampai sekarang Kompas adalah harian satu-satunya di Indonesia yang

Kompas di mata persuratkabaran nasional dan internasional. Namun pada pertengahan tahun 1978, Kompas tidak dapat meghindarkan diri dari pembredelan karena berita seputar penolakan berbagai pihak terhadap pencalonan kembali Soeharto sebagai Presiden periode 1978-1983. Selain Kompas, enam surat kabar lain juga mengalami nasib serupa, diantaranya adalah Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesian Times, Sinar Pagi, dan Pos Sore.

Setelah beberapa bulan tidak terbit, pada bulan September 1978 harian Kompas diperbolehkan untuk terbit kembali. Kompas pun terbit dengan format baru, yaitu terbit 7 kali dalam seminggu, dengan diterbitkannya Kompas edisi

minggu. Dimana pada saat itu surat kabar pada umumnya terbit 6 kali dalam seminggu, hari minggu libur. Kompas pun berkembang menjadi koran dengan gaya bahasa yang halus, melakukan kritik secara implisist atau secara tidak langsung. Akibat dari gaya tersebut, sejumlah kalangan menjuluki harian Kompas sebagai koran moderat. Hal tersebut justru menjadi keunggulan Kompas dibandingkan dengan harian-harian lainnya. Ben Anderson kemudian juga menjuluki Kompas sebagai “New Order Newspaper Par Excellence” karena meskipun dalam pengawasan yang ketat, Kompas tetap mampu bertahan dan sekaligus juga menyampaikan kritik terhadap pemerintah meskipun dengan gaya bahasa yang halus.

Pada tanggal 1 Mei 1980, P.K. Ojong yang merupakan salah satu pendiri Kompas sekaligus pimpinan umum Kompas meninggal dunia. Kepemimpinan Pada tanggal 1 Mei 1980, P.K. Ojong yang merupakan salah satu pendiri Kompas sekaligus pimpinan umum Kompas meninggal dunia. Kepemimpinan

Oplag Kompas selalu meningkat dari tahun ke tahun, dan dapat dikatakan semakin berkembang pesat. Tiras dan sirkulasi Kompas setiap tahun juga mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan Kompas telah memiliki sistem

percetakan yang canggih sehingga dapat menjangkau setiap daerah. Pada edisi perdananya, Kompas hanya menerbitkan 4.800 eksemplar, pada tahun 1986 sebesar 600.000 eksemplar selama sebulan, dan tahun 1990, kwartal pertama oplag Kompas sudah mencapai 526.611 eksemplar perhari. Menurut The Audit Beaureas of Circulation. Distribusi Kompas terbanyak berada di DKI Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek), yaitu sekitar 246.004 eksemplar, kemudian wilayah Sumatera sebanyak 64.852 eksemplar, Jawa Barat sebanyak 61.272 eksemplar. Jawa Tengah sebanyak 48.584 eksemplar, Indonesia Timur sebanyak 36.880 eksemplar. Kalimantan sebanyak 17.910 eksemplar, Jawa Timur 16.518 eksemplar, dan eceran di luar Jakarta sebanyak 31.591 eksemplar. Sekarang rata-rata 50.000 eksemplar (Senin-Jumat), sekitar 600.000 di hari Sabtu- Minggu. Oplag terbesar dicapai pada waktu ulang tahun Bung Karno ke 100 tahun dengan oplag 750.000 eksemplar dalam edisi khusus.

Visi surat kabar merupakan ujung pangkal dalam menentukan kebijakan editorial guna menentukan peristiwa yang dianggap penting oleh suatu surat kabar. Visi merupakan seuntai nilai dasar sekaligus diperkaya dan disajikan oleh wartawan melalui pemberitaannya dan pergumulannya dengan realitas, serta pemikiran yang mereka olah menjadi bahan berita, laporan, maupun komentar. Setiap media memiliki pandangan atau visi mengenai isu, polemik, dan permasalahan yang sedang berkembang di masyarakat. Visi tersebut yang akan membedakan isi, susunan, dan bentuk pemberitaan antara satu media dengan media lainnya.

Moto “Amanat Hati Nurani Rakyat” di bawah logo Kompas, menggambarkan visi dan misi bagi disuarakannya hati nurani rakyat. Kompas ingin berkembang sebagai institusi pers yang mengedepankan keterbukaan, meninggalkan pengkotakan latar belakang suku, agama, ras, dan golongan. Ingin berkembang sebagai “Indonesia mini”, karena Kompas adalah lembaga yang terbuka, kolektif. Ingin ikut serta dalam upaya mencerdaskan bangsa. Kompas ingin menempatkan kemanusiaan sebagai nilai tertinggi, mengarahkan fokus perhatian dan tujuan pada nilai-nilai yang transenden atau mengatasi kepentingan kelompok. Rumusan bakunya adalah “humanisme transcendental“. “Kata Hati Mata Hati”, pepatah yang kemudian ditemukan, menegaskan semangat empathy dan compassion Kompas.

Sejak semula, terutama perintis surat kabar ini berpendapat, visi kemasyarakatan koran haruslah terbuka. Visi dan sikap itu selain sesuai dengan Sejak semula, terutama perintis surat kabar ini berpendapat, visi kemasyarakatan koran haruslah terbuka. Visi dan sikap itu selain sesuai dengan

Visi Kompas :

“Menjadi Institusi yang Memberikan Pencerahan bagi Perkembangan Masyarakat Indonesia yang Demokratis dan Bermartabat, Serta Menjunjung Tinggi Asas dan Nilai Kemanusiaan.”

Dalam kiprahnya dalam industri pers “Visi Kompas” berpartisipasi membangun masyarakat indonesia baru berdasarkan Pancasila melalui prinsip humanisme transcenental (persatuan dalam perbedaan) dengan menghormati individu dan masyarakat adil dan makmur. Secara lebih spesifik bisa diuraikan sebagai berikut:

a. Kompas adalah lembaga pers yang bersifat umum dan terbuka.

b. Kompas tidak melibatkan diri dalam kelompok-kelompok tertentu baik politik, agama, sosial, atau golongan, ekonomi.

c. Kompas secara aktif membuka dialog dan berinteraksi positif dengan segala kelompok.

d. Kompas adalah koran nasional yang berusaha mewujudkan aspirasi dan cita-cita bangsa.

e. Kompas bersifat luas dan bebas dalam pandangan yang dikembangkan tetapi selalu memperhatikan kontens struktur kemasyarakatan dan pemerintahan yang menjadi lingkungan.

segala kompleksitasnya, cobaan dan permasalahannya, aspirasi dan hasratnya, keagungan dan kehinaannya, adalah faktor yang ingin ditempatkan secara sentral dalam visi Kompas. Oleh karena itu, manusia dan kemanusiaan senantiasa diusahakan menjadi nafas pemberitaan dan komentarnya. Disamping itu, Kompas juga berusaha senantiasa peka akan nasib manusia dan semestinya berpegang juga pada ungkapan klasik dalam jurnalistik, menghibur yang papa mengingatkan yang mapan.

Misi Kompas :

Setiap media memiliki misi tersendiri dalam nafas pemberitaannya, selain untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentunya. Misi Kompas adalah :

“Mengantisipasi dan Meespon Dinamika Masyarakat Secara Profesional, Sekaligus Memberi Arah Perubahan (Trend Setter) Dengan Menyediakan dan Menyebarluaskan Informasi Terpercaya.”

Kompas berperan serta ikut mencerdaskan bangsa, menjadi nomor satu dalam semua usaha diantara usaha-usaha lain yang sejenis dalam kelas yang sama. Hal tersebut dicapai melalui etika usaha bersih dengan melakukan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan lain. Hal ini dijabarkan dalam 5 sasaran operasional:

a. Kompas memberikan informasi yang berkualitas dengan ciri: cepat, cermat, utuh, dan selalu mengandung makna.

dikembangkan untuk mewujudkan aspirasi dan selera terhormat yang dicerminkan dalam gaya kompak, komunikatif dan kaya nuansa kehidupan dan kemanusiaan.

c. Kualitas informasi dan bobot jurnalistik dicapai melalui upaya intelektual yang penuh empati dengan pendekatan rasional, memahami jalan pikiran dan argumentasi pihak lain, selalu berusaha mendudukan persoalan dengan penuh pertimbangan tetapi tetap kritis dan teguh pada prinsip.

d. Berusaha

menyebarkan

informasi

seluas-luasnya dengan

meningkatkan tiras.

e. Untuk dapat merealisasikan visi dan misi Kompas harus memperoleh keuntungan dari usaha. Namun keuntungan yang dicari bukan sekedar demi keuntungan itu sendiri tetapi menunjang kehidupan layak bagi karyawan dan pengembangan usaha sehingga mampu melaksanakan tanggung jawab sosialnya sebagai perusahaan.

3. Nilai-nilai Dasar Kompas

a. Menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan

harkat dan martabat

b. Mengutanakan watak baik

c. Profesionalisme

d. Semangat kerja tim d. Semangat kerja tim

f. Tanggung jawab sosial

g. Selanjutnya, kita bertingkah laku mengikuti nilai-nilai tersebut, dengan begitu kita akan memberikan jasa yang memuaskan bagi pelanggan

4. Penyajian Halaman dan Rubrikasi

Penyajian halaman Kompas edisi cetak mengalami suatu perubahan semenjak dilakukan kebijakan penutupan biro daerah dan diganti sebutannya dengan menjadi perwakilan Kompas di daerah, yang diikuti dengan dihapuskannya lembar edisi daerah mulai Senin, 3 Januari 2011. Dimana sebelum dilakukan penghentian penerbitan lembar edisi daerah tersebut, jumlah halaman harian Kompas edisi setak mencapai 46 halaman, & kini setelah dihapuskannya lembar edisi daerah jumlahnya menjadi 38 halaman.

Kebijakan penghentian penerbitan lembar edisi daerah ini dapat dikatakan sebagai gerakan sirkuler, untuk memperkuat posisi Kompas yang sejak awal dirancang dan dikembangkan sebagai koran nasional tanpa lembar daerah dan isian khusus, yang proses pelaksanaannya tidak selalu linier dari waktu ke waktu. “Wajah dan rupa Kompas menjadi satu di mana-mana, dan dimana-mana menjadi satu”. Begitu bunyi penjelasan dari Pimpinan Redaksi Kompas, Rikard Bagun, yang dikutip dari halaman 1 Harian Kompas cetak edisi 3 Januari 2011.

a. Halaman Utama Merupakan halaman muka surat kabar, berisi berita-berita utama, atau headline, kolom topik, dan terkadang halaman paling bawah terdapat feature.

b. Halaman Politik dan Hukum Merupakan halaman yang memuat berita-berita yang menyangkut persoalan politik dan hukum, yang biasanya menjadi agenda nasional Indonesia.

c. Halaman Opini (Opinion Page) Merupakan halaman yang berisi opini, baik dari redaksi (tajuk rencana) maupun pembaca.

d. Rubrik Internasional Merupakan halaman yang memuat berita-berita atau peristiwa dari luar negeri.

e. Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Merupakan halaman yang berisi berita atau peristiwa yang berkaitan dengan dunia pendidikan dan kebudayaan Indonesia.

f. Rubrik Lingkungan dan Kesehatan Merupakan halaman yang berisi ulasan maupun berita yang berkaitan dengan dunia kesehatan, lingkungan, dan alam.

Merupakan halaman yang berisi ulasan maupun artikel yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

h. Rubrik Umum Merupakan halaman yang berisi lanjutan berita-berita atau artikel yang terpotong-potong dari halaman sebelumnya.

i. Rubrik Sosok Merupakan halaman yang berisi gambaran pribadi, biodata, dan prestasi seorang tokoh yang dianggap berpengaruh, membawa perubahan, dan memberikan inspirasi di bidangnya.

j. Rubrik Ekonomi Merupakan halaman yang memuat ulasan, berita, artikel seputar dunia bisnis, keuangan, perbankan, valas, dll. Pada lembar halaman ini, mulai disajikan terpisah dengan lembar halaman utama.

k. Rubrik Nusantara Merupakan halaman yang berisi berita-berita mengenai kejadian dari seluruh pelosok negeri.

l. Metropolitan Merupakan halaman yang berisi berita-berita khusus mengenai kejadian yang terjadi di ibukota Jakarta.

m. Olahraga Merupakan halaman yang berisi berita olahraga dari berbagai macam- macam cabang olahraga, baik dari dalam maupun dari luar negeri.

Merupakan halaman yang berisikan tulisan atau ulasan seputar tokoh- tokoh dari berbagai dunia. Biasanya dari tokoh yang memiliki prestasi maupun dari kalangan pekerja hiburan / selebritis.

o. Klasika (Klasifikasi Iklan) dan Karier Merupakan halaman tambahan yang berisi iklan komersial dan info lowongan pekerjaan, yang biasanya hanya terbit pada edisi-edisi khusus seperti edisi akhir pekan (Sabtu-Minggu).

5. Struktur Organisasi Perusahaan

Setiap organisasi selalu memiliki struktur keorganisasian guna membedakan tugas dan tanggung jawab antara satu orang dengan orang yang lain sesuai bidangnya. Begitu pula dengan Kompas yang merupakan organisasi pers, juga memiliki sruktur organisasi untuk memudahkan komando pelaksanaan kerja dan pembagian tugas. Kemampuan managerial sangat dituntut di masing-masing bidang guna bekerja secara efektif dan efisien, dengan harapan fungsi dan peranannya dapat berjalan secara optimal

Susunan organisasi surat kabar harian Kompas adalah sebagai berikut:

a. Pendiri : P.K Ojong (1920-1980)

Jacob Oetama

b. Pimpinan Umum

: Jacob Oetama

c. Wakil Pimpinan Umum : Agung Adiprasetyo, St. Sularto

d. Pimpinan Redaksi/ Penanggung Jawab : Rikard Bagun

Mihardja

f. Redaktur Senior

: Ninok Leksono

g. Redaktur Pelaksana : Budiman Tanuredjo

h. Wakil Redaktur Pelaksana : Andi Suruji, James Luhulima

i. Sekretaris Redaksi : Retno Bintarti, M. Nasir

6. Kebijakan Redaksional

Dalam proses pembentukan berita pada suatu media massa, kebijakan redaksional merupakan pedoman dalam menentukan patut tidaknya suatu kejadian diangkat oleh surat kabar untuk menjadi bahan berita. Kebijakan redaksi Kompas harus sesuai dengan visi dan misi yang menjunjung nilai demokrasi dan kemanusiaan. Ungkapan jurnalistik yang digunakan Kompas adalah “Liput dua belah pihak, dengan pihak lain jangan-jangan masih ada kemungkinan lain (balance / cover both sice, cover all side)”. Dengan ungkapan tersebut, pemberitaan yang dimuat tetap menjunjung tinggi demokrasi, kemanusiaan, dan asas praduga tak bersalah. Kompas tidak membuat kebijakan presentase volume atau isi yang akan dimuat, baik politik, ekonomi, dan berita lainnya. Jadi, yang aktual dan bermanfaat bagi pembacanya itulah yang dimuat.

Secara kongkret, kebijakan redaksional di Kompas adalah sebagai berikut:

a. Kompas merupakan media yang tidak berpihak pada suatu golongan, partai, mapun agama tertentu.

pribadi.

c. Tidak membenarkan bagi wartawannya untuk mencari keuntungan pribadi.

d. Menggunakan sistem check and recheck dalam proses pemberitaannya.

e. Menghargai hal-hal yang bersifat off-the record.

f. Menghormati hak jawab, baik dalam bentuk berita maupun surat pembaca.

g. Tidak ada kebijaksanaan prosentase volume atau isi yang akan dimuat, baik politik, ekonomi, dan berita lain. Kompas akan memuat berita atau komentar dengan pertimbangan mana yang dirasa aktual, dapat dijadikan proses pemikiran dan pemahaman pembaca seperti yang dirasakan serta dicoba untuk dikembangkan oleh wartawan.

h. Kompas tidak akan memuat hal-hal yang berbau SARA.

7. Oplag, Sirkulasi, dan Profil Pembaca Kompas

Harian Kompas adalah surat kabar nasional yang memiliki oplag tertinggi di Indonesia. Bahkan pada tahun 2008 saja diperkirakan pembaca surat kabar ini mencapai 2,25 juta orang di seluruh Indonesia. Rincian oplag harian Kompas untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY dapat dilihat dalam data berikut ini:

Note:

Perhitungan jumlah pembaca Kompas berdasarkan Survei Pembaca Kompas yang dilakukan Litbang Kompas pada tahun 2009, yang menyebutkan 1 koran Kompas di baca sekitar 4 orang.

Oplag/paid, berdasarkan data Sirkulasi data Sirkulasi Kompas per Desember 2009.

Sumber : Pusat Dokumentasi dan Redaksi Kantor Perwakilan Kompas Yogyakarta

Secara umum, penyebaran harian Kompas di Indonesia cukup merata. Akan tetapi target pemasaran utama tetap berada di Pulau Jawa, terutama Jakarta yang merupakan Ibukota Negara. Untuk rincian perkembangan oplag Harian Secara umum, penyebaran harian Kompas di Indonesia cukup merata. Akan tetapi target pemasaran utama tetap berada di Pulau Jawa, terutama Jakarta yang merupakan Ibukota Negara. Untuk rincian perkembangan oplag Harian

Sumber : Pusat Dokumentasi dan Redaksi Kantor Perwakilan Kompas Yogyakarta

Sedangkan segmentasi pembaca harian Kompas dapat dilihat berdasarkan empat kategori, yakni dari jenis kelamin, segi penghasilan / strata ekonomi sosial (SES), segi pendidikan, serta dari segi usianya. Lihat pada grafik berikut:

Sumber : Pusat Dokumentasi dan Redaksi Kantor Perwakilan Kompas Yogyakarta

Dari keempat diagram tersebut diatas tampak bahwa pembaca harian Kompas sebagian adalah lulusan sarjana yang memiliki intelektualitas cukup tinggi. Sedangkan rata-rata tertinggi pembaca Kompas didominasi oleh pembaca yang penghasilannya tinggi, yakni di atas 3,5 juta rupiah untuk wilayah Yogyakarta, dan Rp 1.250.001,- s/d Rp 1.750.000,- untuk wilayah Jawa Tengah. Sementara itu, sebagian besar pembaca Kompas merupakan pekerja kantoran dengan level tinggi/eksekutif. Jadi, kesimpulannya pembaca harian Kompas lebih didominasi oleh kalangan mengengah ke atas yang memiliki pekerjaan mapan namun dengan jumlah penghasilan yang cukup tinggi, disertai tataran intelektual yang tinggi pula.

Dalam melakukan kerja harian dan proses koordinasi redaksional, Kompas menempati kantor pusat di lokasi yang strategis di Jakarta yang merupakan Ibukota Negara. Juga menempati lokasi strategis di Daerah Istimewa Yogyakarta, dimana wartawan Kompas perwakilan Yogyakarta berkantor, dan merupakan tempat Penulis melakukan penelitian. Berikut adalah alamat lengkap kantor Kompas:

a. Kantor Redaksi

Jl. Palmerah Selatan 26-28, Jakarta 10270 Telepon : (021) 534 7710, 534 7720, 534 7730, 530 20 Fax : (021) 548 6085 / 548 3581 Email : kompas@kompas.com Alamat Surat : P.O. BOX 4612, Jakarta, 12046.

b. Kantor Perwakilan Kompas Yogyakarta

Jl. Suroto No. 2A, Yogyakarta 55224 Telepon : (0274) 563600

B. Koran Tempo

1. Sejarah Koran Tempo

Pada tahun 1971, sejumlah wartawan muda sepakat untuk mendirikan majalah berita Mingguan Tempo. Dia antaranya adalah Goenawan Mohamad, Fikri Jufri, Bur Rasuanto, Christianto Wibisono, Yusril Djalinus, dan putu Wijaya. Maka pada 6 Maret 1971 dari salah satu blog gedung di Jl. Senen Raya

Yayasan Jaya Raya sebagai penerbitnya yang merupakan milik dari pengusaha Ciputra.

Dengan kepengurusan awal adalah Goenawan Mohamad sebagai Ketua Dewan Redaksi, dan Blur Rusuanto sebagai Wakil Ketua, dengan dibantu Usamah, Fikri Jufri, Cristianto Wibisono, Toeti Kakiailatu, Harjoko Trisnadi, Lukman Setiawan, Syu’bah Asa, Zen Umar Purba, Putu Wijaya, Isman Sawitri, Salim Said, dan lainnya. Juga satu orang kepercayaan dari Yayasan Jaya Raya sebagai pengelola Tempo, yaitu Eric Samolia.

Edisi perdana majalah mingguan ini terbit pada April 1971 dengan berita utama mengenai cedera parah yang dialami Minarni, pemain badminton andalan Indonesia di Asean Games Bangkok, thailand. Edisi perdana Tempo ini laku sekitar 10.000 eksemplar, disusul edisi keduanya yang laku sekitar 15.000 eksemplar. Progres penjualan oplag ini menepis keraguan Zainal Abidin, bagian

sirkulasi Tempo, yang menganggap majalah ini tidak akan laku. Tren positif penjualan Tempo terus berlanjut dengan peningkatan oplag yang meningkat pesat hingga mencapai sekitar 100.000 eksemplar pada tahun ke-10 terbitnya majalah mingguan ini.

Adapun beberapa alasan yang melatar belakangi penggunaan nama Tempo sebagai nama Majalah Berita Mingguan tersebut, yakni:

a. Pertama, nama “Tempo” singkat dan bersahaja, enak diucapkan oleh lidah Indonesia dari segala jurusan.

merangsang.

c. Ketiga, nama “Tempo” bukan simbol suatu golongan.

d. Dan Keempat, arti dari kata “Tempo” sederhana saja, yaitu: WAKTU, sebuah pengertian yang dengan segala variasinya lazim dipergunakan oleh banyak penerbitan jurnalistik di seluruh dunia. Tempo sempat dianggap meniru majalah TIME, karena sampulnya yang

memang mirip TIME dengan bentuk segi empat berwarna merah membentuk bingkai di sisinya. Tempo pun menjawab dengan kalimat “Tempo meniru TIME? Benar Tempo meniru waktu, selalu tepat, selalu baru”, yang

diiklankan Tempo pada terbitan 26 Juni 1971, guna menanggapi surat pembaca yang berkesimpulan bahwa Tempo telah meniru TIME. TIME pun sempat menggugat Tempo melalui pengacara Widjojo, namun persoalan ini dapat diselesaikan dengan damai.

Seiring perjalanan terjadi dualisme kepemimpinan di tubuh Tempo, antara Goenawan Mohamad dengan Blur Rusuanto. Keduanya memiliki perbedaan ide dasar. Goenawan berkeinginan agar Tempo bergaya tulis feature (bercerita), sedangkan Blur cenderung ke News. Keduanya pun sering berbeda paham dan saling bertolak pendapat. Puncaknya terjadi pada saat Blur menumpahkan air kopi ke arah Goenawan. Tindakan tersebut dianggap kelewatan oleh Goenawan, hingga dia meminta Eric Samola untuk memutuskan, apakah Goenawan sendiri yang keluar atau Blur yang keluar. Akhirnya Blur yang mengundurkan diri dari Tempo.

dibredel oleh Departemen Penerangan malalui surat yang dikeluarkan oleh Ali Moertopo (Menteri Penerangan). Karena Tempo dianggap telah melanggar kode etik pers. Ide pembredelan itu sendiri datang dari persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang saat itu dipimpin oleh wartawan harian Pos Kota. Pembredelan tersebut terjadi diduga karena peliputan yang dilakukan Tempo saat kampanye partai Golkar di lapangan Banteng, Jakarta, yang berakhir rusuh. Presiden Soeharto, yang notabene adalah motor partai Golkar tidak suka dengan berita tersebut.

Baru pada tanggal 7 Juni 1982, pembredelan terhadap Tempo dicabut setelah Goenawan Mohamad membubuhkan tanda tangan di secarik kertas yang berisikan permintaan maaf Tempo, dan kesediaan untuk dibina oleh pemerintah. Waktu itu, Goenawan Mohamad memang tidak punya pilihan lain.

Prahara kembali berguncang di tubuh Tempo pada tanggal 13 juli 1987. Sebanyak 31 wartawan ramai-ramai keluar (eksodus). Alasannya adalah karena kesejahteraan dan pola menajemen yang tidak transparan. Mereka yang keluar diantaranya adalah Syu’ba Asa, Edy Herwanto, Saur Hutabarat, Marah Sakti Siregar, dan Achmad Luqman. Mereka kemudian mendirikan majalah editor, yang menjadi saingan Tempo. Goenawan Mohamad sangat sedih dengan kejadian tersebut. Selanjutnya, pembenahan manajemen pun dilakukan dan kesejahteraan karyawan juga diperhatikan. Konflik dianggap sebagai momentum untuk membenahi kekurangan. Goenawan mangatakan, “Yang bagus bukanlah

dengan tak terlalu sulit disempurnakan, diperbaiki”. Pada 1990, eksodus kembali terjadi, sebanyak 20 wartawan spontan keluar. Ada yang mendirikan majalah baru bernama Prospek, yang dimodali oleh pengusaha Sutrisno Bachir, ada pula yang bergabung ke harian Berita Buana. Alasan utama eksodus kali ini ada dua, yaitu: Pertama, tawaran kesejahteraan dan jenjang karir yang menggiurkan di tempat lain. Kedua,beredarnya isu kristenisasi di tubuh Tempo. Khusus Kristenisasi, isu agama ini membuat tubuh Tempo menjadi tidak sehat.

Tak berhenti di situ saja, pada tanggal 21 Juni 1994 Tempo kembali mengalami pembredelan bersama saudara tirinya, Editor, dan majalah yang sedang berkembang, Detik. Kali ini penyebabnya adalah berita Tempo terkait pembelian pesawat tempur eks Jerman Timur oleh BJ Habibie. Berita tersebut tidak menyenangkan para pejabat militer karena merasa otoritasnya dilangkahi.

Namun, diduga penyebab dasarnya adalah karena Presiden Soeharto tidak suka Tempo dari dulu, dan berita BJ Habibie hanyalah alasan pembenaran semata.

Kalau dulu syarat terbit kembali sangat mudah, yakni hanya dengan bertanda tangan di secarik kertas. Kali ini sangat sulit, karena keluarga Presiden Soeharto yang diwakili Hasyim Djojohadikusumo, Adik Prabowo Subianto, dalam penjelasannya kepada Eric Samola di sebuah pertemuan di hotel memberikan syarat bahwa berita Tempo harus diketahui oleh mereka (keluarga Presiden Soeharto), pemimpin redaksi harus ditentukan oleh mereka, dan mereka bisa membeli saham Tempo.

bersepakat untuk menolaknya. Mereka rela Tempo tidak pernah terbit lagi, ini adalah persoalan integritas diri, alasannya. Pembredelan ketiga media tersebut di atas menyulut pelbagai demonstrasi massa. Salah satunya, demonstrasi berdarah pada tanggal 27 Juni 1994 oleh para aktivis, mahasiswa, dan buruh. Di tubuh PWI sendiri juga terjadi demonstrasi. Sebagian wartawan seperti Ahmad Taufik, Dita Indah Sari, dan yang lainnya sepakat untuk mendirikan Aliansi Jurnalis Independent (AJI). Mereka menuduh PWI berdiri di bawah ketiak pemerintah.

Walaupun dibredel, Tempo punya cara sendiri untuk tetap eksis dan menyapa pembacanya. Pada 1996, Tempon meluncurkan majalah digital pertama di Indonesia, Tempo Interaktif, melalui situs www.tempo.co.id. Karena beredar di dunia maya, majalah ini lolos dari jangkauan pembredelan. Meskipun Tempo tetap eksis, sebagian wartawannya tidak tahan hidup tanpa penghasilan yang jelas. Mereka pun keluar, diantaranya adalah Lukman Setiawan, Mahtoem Mastoem, Harjoko Trisnadi, Herry Komar, Amran Nasution, dan Agus Basri. Mereka kemudian mendirikan majalah Gatra yang dimodali Bob Hasan, pengusaha dan orang kepercayaan Presiden Soeharto. Sebagian yang lain bergabung di Majalah Forum dan Tabloid Kontan.

Jatuhnya Presiden Soeharto pada reformasi 21 mei 1998 dan naiknya BJ Habibie sebagai Presiden memberi angin segar bagi masa depan Tempo. Ya, benar saja, BJ Habibie mencabut pembredelan Tempo dan mengizinkannya untuk terbit kembali. Gayung bersambut, awak Tempo bergerak. Sekitar 40 orang berkumpul di Teater Utan Kayu untuk memikirkan Tempo yang baru. Hasilnya,

edisi perdana pasca pembredelan terbit pada Selasa, 6 Oktober 1998. “Kami makin sadar: ada sesuatu yang lebih berharga ketimbang nafkah dan kepuasan profesional, yakni kemerdekaan dan harga diri,” tulis editorial perdana Tempo pasca di bredel. Perkembangan Tempo pasca pembredelan sangat progres. Oplag mencapai sekitar 60 ribu eksemplar tip kal terbit, mengalahkan majalah pesaing: Gatra, Forum, Panji Masyarakat, dan Gamma. Begitu pula dari sisi iklan, Tempo meraih 41% porsi iklan dibandingkan para pesaingnya tersebut. Perentase tersebut meningkat pada tahun 2000 menjadi 50% dan pada tahun 2005 menjadi 70%.

Perkembangan yang luar biasa tersebut membuat manajemen menerbitkan Tempo dalam edisi Inggris bernama Tempo Magazine pada 12 September 2000. Edisi Inggris ini terbit tiap minggu, dua hari setelah edisi Indonesia terbit. Oplagnya lumayan, laku sekira 7 ribu eksemplar di edisi perdananya. Intinya, Tempo kini bisa dibeli di luar negeri dan dibaca oleh orang asing.

Pada 2 April 2001, ketika umur Tempo menginjak 30 tahun, diterbitkanlah Koran Tempo. Kehadiran Koran Tempo bertujuan untuk mengembalikan prinsip-prinsip jurnalistik harian yang terabaikan, yakni: cepat, lugas, tajam, dan ringkas. Nama Tempo sengaja digunakan pada Koran Tempo untuk meraih pangsa pasar. Koran Tempo berusaha meraih pembaca yang masih terbuka lebar, bersaing dengan Kompas, Republika, dan Media Indonesia.

bawah Kompas. Dengan adanya majalah Tempo, Koran Tempo, dan Tempo Interaktif, manajemen Tempo kemudian mendirikan Tempo News Room (TNR), kantor berita yang berfungsi sebagai pusat berita ketiga media tersebut. Fungsinya adalah untuk penghematan sumber daya manusia. Diharapkan, melalui TNR, satu orang wartawan bisa memberikan kontribusi berita untuk tiga media sekaligus.

Keberadaan TNR ditentang sebagian wartawan. Mereka merasa dirugikan secara hitungan gaji karena berita mereka dimuat di tiga media sementara gaji mereka hanya satu kali. Mereka berpikir seharusnya mereka digaji

tiga kali. Masalah ini masih menjadi perdebatan di pihak manajemen Tempo. Setelah Koran Tempo sukses di pasaran, Tempo juga mencoba menembus bisnis televisi dengan mendirikan TEMPO TV, kerja sama dengan kantor berita radio KBR68H. Semangat TEMPO TV adalah ingin menampilkan tayangan televisi yang berkualitas dan mencarahkan, “sebab informasi bukan hanya data yang masuk, tetapi juga data yang membuat kita tercerahkan,” kata Goenawan Mohamad. Kini, TEMPO TV telah memberikan kontribusi program di sekitar 27 TV lokal di seluruh Indonesia.

Pada 8 Maret 2003, terjadi penyerangan oleh para pengunjuk rasa di kantor Tempo. Mereka semua berdemonstrasi untuk mendukung Tommy Winata. Penyebabnya adalah berita Tempo mengenai proposal renovasi pasar Tanah Abang senilai Rp 53 miliar oleh Tommy Winata, pengusaha terkenal, sebelum pasar itu terbakar. Para pengunjuk rasa itu merusak kantor Tempo. Wartawan

dan perutnya dijotos. Tempo kembali mengalami masalah, kali ini datang dari umat Katolik yang mengecam sampul Tempo edisi 10 Februari 2008 yang bergambarkan mantan Presiden Soeharto (almarhum) bersama anak-anaknya di meja makan. Gambar tersebut dinilai melecehkan simbol kudus umat kristiani, khususnya Katolik di Indonesia. Gambar sampul berjudul Setelah Dia Pergi tersebut, mirip format lukisan perjamuan terakhir Yesus pada murid-muridnya, yaitu The Last Super , karya Leonardo Da Vinci. Sejumlah perwakilan organisasi Katolik tingkat nasional mendatangi kantor Tempo di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat. Mereka menilai lukisan sakral itu telah dianalogikan Tempo dengan keluarga mantan penguasa orde baru, yang di mata masyarakt berlumuran kasus KKN. Umat katolik meminta klarifikasi dan pernyatan maaf dari penanggung jawab Tempo. Mereka juga ingin memastikan kejadian seperti ini tak akan terulang, bukan hanya untuk umat Katolik, tapi bagi umat beragama lainnya di Indonesia. Dimintanya pula agar edisi majalah itu ditarik dari peredaran. Sesuai tuntutan perwakilan umat Katolik,. Tempo pun meminta maaf melalui Koran Tempo, Tempo Interaktif, dan Majalah Tempo.

Pada Juni 2010, Tempo kembali mendapatkan protes berkaitan dengan grafik yang digunakan dalam sampul edisi Juni-Juli 2010, sampul tersebut berjudul Rekening Gendut Perwira Polisi yang menggambarkan seorang polisi sedang menggiring celengan babi. Edisi tersebut menceritakan beberapa jenderal polisi yang memiliki rekening berisi uang milyaran rupiah. Polri memprotes Pada Juni 2010, Tempo kembali mendapatkan protes berkaitan dengan grafik yang digunakan dalam sampul edisi Juni-Juli 2010, sampul tersebut berjudul Rekening Gendut Perwira Polisi yang menggambarkan seorang polisi sedang menggiring celengan babi. Edisi tersebut menceritakan beberapa jenderal polisi yang memiliki rekening berisi uang milyaran rupiah. Polri memprotes

Dan pada 2 April 2011 lalu, Tempo genap berumur 40 Tahun. Di umur itu, Tempo telah menjadi media besar, berdiri sejajar dengan Kompas, Media Nusantara Citra (MNC), Jawa Pos Group, dan Media Group. Tempo punya majalah, punya koran, punya televisi, punya koran digital, dan punya kantor berita, Tempo punya segalanya. Tumbuh sebuah harapan, semoga Tempo bisa menjadi teladan dan contoh ditengah kemerosotan kualitas informasi dan tayangan media, untuk media-media yang mementingkan kualitas bukan komersialisasi, bukan iklan. Sebab, sebagaimana kata Goenawan Mohamad: “Informasi bukan

hanya data yang masuk, tetapi juga data yang membuat kita tercerahkan”.

2. Visi dan Misi Koran Tempo

Visi surat kabar merupakan nilai dasar yang dihayati bersama oleh para wartawan yang bekerja pada suatu media cetak/surat kabar. Visi Koran Tempo adalah “Menjadi acuan dalam proses meningkatkan kebebasan rakyat untuk berpikir dan mengutarakan pendapat, serta membangun suatu masyarakat yang menghargai kecerdasan dan perbedaan pendapat”.

a. Menyumbangkan kepada masyarakat suatu produk multimedia yang menampung dan menyalurkan secara adil suara yang berbeda-beda.

b. Sebuah produk multimedia yang mandiri, bebas dari tekanan kekuasaan modal dan politik.

c. Terus menerus meningkatkan apresiasi terhadap ide-ide, bahasa, dan tampilan visual yang baik.

d. Sebuah karya yang bermutu tinggi dan bepegang pada kode etik.

e. Menjadi tempat kerja yang mencerminkan Indonesia yang beragam sesuai kemajuan jaman.

f. Sebuah proses kerja yang menghargai kemitraan dari semua sektor.

g. Menjadi lahan yang subur bagi kegiatan-kegiatan untuk memperkaya khasanah artistik dan intelektual.

3. Penyajian Halaman dan Rubrikasi

Berikut ini adalah penyajian rubrikasi pada Koran Tempo berdasarkan pembagian halamannya:

a. Halaman Utama Merupakan halaman muka surat kabar, berisi berita-berita utama atau headline. Yang disertai grafis ataupun foto untuk mempertegas berita dan berfungsi sebagai gambaran konstruksi peristiwa/reka kejadian.

Merupakan halaman yang berisi opini/pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomena, atau kontroversial yang berkembang di masyarakat.

c. Rubrik Berita Utama Merupakan halaman yang berisi berita utama bagian dalam / headline dalam.

d. Rubrik Nasional Merupakan halaman yang berisi berita atau peristiwa yang dibahas dalam skala nasional

e. Rubrik Nusa Merupakan halaman yang berisi berita-berita mengenai kejadian dari seluruh pelosok negeri.

f. Halaman Pendapat Merupakan halaman yang berisi opini, baik dari redaksi (tajuk rencana), akademisi, para ahli, maupun pembaca.

g. Rubrik Ilmu dan Teknologi Merupakan halaman yang berisi ulasan maupun artikel yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

h. Rubrik Internasional Merupakan halaman yang memuat berita-berita atau peristiwa dari luar negeri

Merupakan halaman yang berisi berita-berita atau peristiwa yang berkaitan dengan kesenian.

j. Rubrik Olahraga Merupakan halaman yang berisi berita olahraga dari bermacam-macam cabang olahraga, baik dari dalam maupun dari luar negeri.

k. Rubrik Bisnis (Finansial dan Industri) Merupakan halaman yang memuat ulasan, berita, dan artikel seputar dunia bisnis, keuangan, perbankan, valas, industri, dll. Pada halaman ini, mulai disajikan terpisah dengan halaman utama.

l. Rubrik Metro Merupakan halaman yang berisi berita-berita khusus mengenai kejadian yang terjadi di ibukota Jakarta.

m. Rubrik Gaya Hidup Merupakan halaman yang berisi informasi mengenai tren dan hobi yang menjadi gaya hidup masyarakat.

n. Halaman Advertisement Merupakan halaman yang berisikan iklan komersial. o. Rubrik Jawa Tengah & Yogyakarta, Rubrik Makasar (Edisi Daerah)

Merupakan halaman yang memuat berita maupun tulisan-tulisan yang berhubungan dengan daerah Jawa Tengah & Yogyakarta, juga Makasar. Mulai dari berita ekonomi, politik daerah, maupun kebudayaan.

Merupakan halaman yang berisi informasi khusus, semisal: Perkakas (memuat informasi mengenai perkembangan gadged dan harganya), Kabar Ramadan (memuat informasi dan berita seputar bulan ramadan).

4. Desain atau Layout Koran Tempo

a. Koran Tempo memanfaatkan grafis secara maksimal dalam penyajiannya (“graphic-heavy”)

b. Desain yang rapi dan dinamis, dengan simbolik, ada unsur humor.

c. Pemilihan dalam penggunaan foto-foto berita yang berbicara.

5. Bobot Berita

Berikut ini adalah prosentase bobot berita pada Koran Tempo berdasarkan pada penyajian halaman dan rubrikasi:

Headlines 10% Ekonomi & Bisnis 30% Politik 20% Olahraga 10% Berita Metro 10% Berita Daerah 5% Gaya Hidup 5% Ilmu dan Teknologi 5% International 5%

Sebagai salah satu bentuk organisasi pers, Tempo memiliki struktur keorganisasian yang akan memudahkan pelaksanaan kerja sesuai dengan bidang masing-masing. Kemampuan manajerial dituntut dalam kinerja di setiap masing- masing bidang agar bisa tercipta efisiensi dan efektifitas kerja sesuai dengan keinginan dan harapan.

Susunan organisasi Koran Tempo adalah sebagai berikut:

a. Pendiri Perusahan : Goenawan Mohamad, Fikri Jufri, Bur Rasuanto, Christianto Wibisono, Yusri Djalinus, dan

Putu Wijaya.

b. Direktur Utama : Bambang Harymurti

c. Direktur : Herry Hernawan, Toriq Hadad

d. Sekretaris Korporat : Rustam F. Mandayun

e. Pimpinan Redaksi / Penanggung Jawab : Gendur Sudarsono

f. Wakil Pimpinan Redaksi : Daru Priyambodo

g. Redaktur Senior : Goenawan Mohamad

h. PJ. Redaktur Eksekutif : M. Taufiqurohman

i. Redaktur Utama : Yos Rizal Suriaji, Tulus

Wijanarko

j. Sekretaris Redaksi : Dyah Irawati Hapsari

Sumber: Company Profile PT. Tempo Inti Media

8. Bagan Struktur Organisasi SDM di bagian Redaksional Koran Tempo

Sumber : Company Profile PT. Tempo Inti Media

RED KREATIF

RED BAHASA

RED HAL

RED SEN

RED FOTO

RED DESAIN RED CETAK

PERISET FOTOGRAFER

DESAINER ILUSTRATOR

REPORTER STAF PROD

Kebijakan redaksional merupakan penjabaran dari beberapa kaidah filosofis, serta visi dan misi surat kabar yang bersangkutan. Kebijakan redaksional juga menjadi pedoman dan ukuran dalam menentukan kejadian macam apa atau isu mana, yang oleh surat kabar tersebut patut diangkat serta dipilih untuk menjadi bahan berita maupun bahan komentar. Kebijakan redaksional juga menjadi suatu bentuk tanggung jawab surat kabar dalam pemberitaannya.

Lebih jelasnya, kebijakan redaksional di Koran Tempo terangkum dalam beberapa pernyataan berikut ini:

a. Koran Tempo merupakan harian umum yang secara independen diterbitkan dan memberi porsi besar pada politik dan ekonomi.

b. Koran Tempo menghadirkan informasi dengan jernih, akurat, jujur, berimbang, dan tidak bombastis.

c. Koran Tempo ingin mengembalikan prinsip jurnalisme surat kabar harian, yakni: cepat, lugas, dan ringkas.

d. Penyajian koran Tempo berorientasi pada kebutuhan pembaca beragam.

10. Proses Pembuatan Berita pada Koran Tempo

Suatu peristiwa yang berkembang di masyarakat dapat menjadi sebuah berita dengan melalui beberapa tahapan yang panjang dalam proses redaksional. Berikut ini adalah proses redaksional dalam pembuatan berita pada Koran Tempo:

Sumber: Company Profile PT. Tempo Inti Media

11. Outline Proses Distribusi Koran Tempo

Proses pendistribusian koran Tempo pasca produksi, untuk pembaca di wilayah DKI Jakarta maupun bagi pembaca di propinsi lain di seluruh Indonesia:

12. Oplag, Sirkulasi, dan Profil Pembaca Koran Tempo

Koran Tempo terbit 7 kali dalam seminggu dan menyajikan 56 halaman, dengan oplag 240.000 eksemplar, dimana sejak berubah menjadi format compact, sirkulasi meningkat 20% dan 34% pembaca. Koran Tempo dilengkapi dengan

Timur dan Jawa Tengah (pencetakan jarak jauh). Pada tahun 2009 pun terbit Koran Tempo Makassar dengan 40 halaman dan memiliki oplag sebesar 30.000 eksemplar.

Persentase distribusi Koran Tempo tediri dari: Distribusi Jakarta & sekitarnya 60,19%, Jawa Tengah dan Yogyakarta 16,21%, Jawa Barat & Banten 12,9% 6,08% Sulawesi, Sumatera 2,7%, dan wilayah lainnya 1,8%. Sedangkan persentase untuk distribusi Koran Tempo Makassar adalah Makassar (70%), Maros (10%), Pangkep, (10%) Gowa (10%), dan Takalar (5%).

Profil pembaca sendiri dapat dibagi ke dalam dua kategori, kategori pertama adalah dilihat dari segi demografi, yaitu terdiri dari jenis kelamin, umur, sosial ekonomi. Sedangkan untuk kategori kedua berdasarkan pada segi psikografi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

a. Segi Demografi

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa semua media didominasi oleh para pembaca pria

Kisaran usia rata-rata pembaca Tempo (semua media) adalah 20-50 tahun, kecuali

TEMPO bahasa Inggris, usia dominan pembaca lebih dari 50 tahun.

Kisaran usia rata-rata pembaca Tempo (semua media) adalah 20-50 tahun, kecuali

TEMPO bahasa Inggris, usia dominan pembaca lebih dari 50 tahun.

TIRELESS WORKER: Apakah kelompok yang melihat pekerjaan sebagai jenjang karir sehingga berusaha untuk mencapai puncak, meskipun kadang-kadang untuk mencapainya harus mengesampingkan kepentingan mereka sendiri atau keluarga.

TRENDSETTER: Apakah kelompok yang mengikuti model / gaya terbaru. Secara aktif mencari informasi, mengikuti perkembangan teknologi dan selalu tertarik untuk mencoba hal-hal baru dalam hidup. Hal ini juga tertarik pada hiburan / Hangout / pariwisata.

SOCIALLY AWARE: Ini adalah kelompok yang didirikan prioritas ekonomi dan sosial dalam kehidupan selalu merupakan keseimbangan dengan masyarakat / lingkungan. Dalam tindakannya selalu memperhitungkan manfaat / dampak terhadap lingkungan mulai dari hak yang sama, polusi, dll

TRADITIONAL FAMILY LIFE: Adalah kelompok yang sangat menjaga norma- norma / nama keluarga, menempatkan dia sebagai kepala keluarga dan perempuan berpartisipasi dalam urusan domestik keluarga. Kelompok ini juga setia pada pasangan mereka.

Dalam melakukan kerja harian dan proses koordinasi redaksional, Koran Tempo menempati kantor pusat di lokasi yang strategis di Jakarta, yang merupakan Ibukota Negara. Selain itu juga menempati lokasi strategis di Daerah Istimewa Yogyakarta, dimana wartawan Tempo biro Yogyakarta berkantor, dan merupakan tempat dimana Penulis melakukan penelitian. Berikut adalah alamat lengkap kantor Tempo:

a. Kantor Redaksi MBM & Divisi Pendukung

Gedung Tempo, Jl. Proklamasi No. 72, Jakarta 10320 Telepon : (021) 3916160, Fax : (021) 3921947

b. Divisi Sirkulasi dan Percetakan

PT. Temprint Jl. Palmerah Barat No. 8 Jakarta Barat 12210 Telepon : (021) 5360409, Fax : (021) 5349569

c. Redaksi Tempo dan Iklan

Ruko Kebayoran Centre, blok A 11 – 15 Jl. Kebayoran Baru, Mayestik, Jakarta 12240 Telepon : (021) 7255625, Fax : 725 5645, 725 5650 Email : koran@tempo.co.id

d. Kantor Tempo Biro Yogyakarta

Jl. Kolonel Sugiono No.47, Keparakan Mergangsan, Yogyakarta 55152 Telepon Redaksi : (0274) 380862, 380363, 380864 Fax : (0274) 380865

Dokumen yang terkait

Kajian Serapan dan Penetrasi Beton Normal dengan Bahan Tambah Metakaolin dan Serat Galvalum AZ 150

0 0 85

Dionisius S. Situmorang,Victor G. Simanjuntak, AndikaTriansyah Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FKIP Untan Pontianak Email :dionisiussahalatuagmail.com Abstract - HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU PENJA

0 0 8

KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SUNGAI AMBAWANG Yulita Yeremia, Laurensius Salem dan Deden Ramdani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Untan Pontianak Email: www.yeremiayuitagmail.com Abstract - KECEPATAN

0 0 8

EKSISTENSI KESENIAN TANJIDOR DI KOTA PONTIANAK Imam Azhari, Ismunandar, Chiristianly Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik FKIP Untan Pontianak Email: hidrakhairunnisa4gmail.com Abstract - EKSISTENSI KESENIAN TANJIDOR DI KOTA PONTIANAK

0 2 13

1 ORIENTASI KARIR PADA PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 SUNGAI RAYA Yessiana Yolanda Saputri, Purwanti, Abas Yusuf Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak Email: yolandayessianagmail.com Abstract - ORIENTASI KARIR PADA PESERTA DIDIK DI SMA

0 0 9

Nina Afriyani, Luhur Wicaksono , Sri Lestari Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak Email: ninaafriyani5gmail.com Abstract - PENGGUNAAN FACEBOOK DALAM KEGIATAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA HARUNIYAH PONTIAN

0 1 8

Pengaruh Ownership Structure dan Corporate Governance Terhadap Financial Performance Perbankan di Bursa Efek Indonesia

0 0 49

WACANA PEDULI LINGKUNGAN dan MAJALAH REMAJA

0 1 212

Analisis stilistika dan nilai pendidikan pantun melayu pontianak karya Abd. Rachman Abror

1 4 176

Menggunakan Alat Bantu Pengambilan Keputusan ber-KB bagi Klien dan Penyedia Layanan

0 1 194