KEBIJAKAN REDAKSIONAL HARIAN KOMPAS DAN KORAN TEMPO

D. KEBIJAKAN REDAKSIONAL HARIAN KOMPAS DAN KORAN TEMPO

Dari hasil pembedahan teks berita di Harian Kompas dan Koran Tempo mengenai isu seputar keistimewaan DIY di atas, Peneliti akan mencoba mencocokkannya dengan melihat seperti apa kebijakan keredaksionalan yang dipakai oleh kedua media massa tersebut, yang diperoleh melalui in depth interview. Peneliti mengambil dua orang dari masing-masing media, yaitu di pihak Kompas ada Kepala Perwakilan Kompas Yogyakarta yang merangkap wartawan; Pak Thomas Pudjo Widijanto, dan reporter Kompas; Aloysius B Kurniawan. Sedangkan di pihak Koran Tempo ada Pak Phillipus SMS Parera

Agustin Rudiana selaku reporter Koran Tempo. Penilaian terhadap isu seputar keistimewaan DIY. Wartawan Kompas menilai isu seputar keistimewaan DIY sebagai isu yang menarik, seperti yang terlihat pada kutipan wawancara dengan Pak Thomas Pudjo Widijanto pada Senin,

7 November 2011 berikut ini: E... sebagai wartawan mungkin memang isu menarik ya... terutama isu

menarik dan e... bagi masyarakat DIY, keistimewaan DIY itu memang terletak pada Sultan dan wakilnya... dan Paku Alam gitu... jadi... makanya... dan itu sudah kayak menyejarah gitu lho bagi masyarakat, jadi saya itu tidak pernah yang namanya punya Gubernur itu orang luar gitu, kita punya gubernur itu selalu Sultan gitu, sehingga ketika ini digoncang, ya masyarakat goncang... dan itu sebagian besar. Oke... katakan enam puluh persen aja tergoncang oleh isu-isu ini... dan kami sebagai wartawan di samping punya penilaian menarik, juga ingin memberikan benar-benar e... pemahaman kepada masyarakat luas bagaimana sebenarnya seharusnya DIY ini dipimpin, apakah penetapan, apakah e... itu pemilihan.

Pada faktor yang menjadi pertimbangan Harian Kompas dan Koran Tempo mengangkat isu keistimewaan DIY menjadi berita. Harian Kompas dan Koran Tempo memiliki persamaan pandangan dalam memandang bentuk demokrasi yang terjadi pada isu keistimewaan DIY yang mengacu pada RUUK DIY, tampak dari kutipan hasil wawancara berikut:

E... Kompas juga harus mendudukkan masalah propinsi ini, itu sesuai dengan kondisinya gitu... jadi kalau toh memang e... kita selalu ingin mengangkat bahwa e... kalau mau penetapan misalnya, kami juga memberikan kesempatan... menulis, atau e... kita menulis memang penetapan... tapi ada pihak yang pro pemilihan... ya kita mengangkat pemilihan begitu, jadi e... isu ini adalah isu bagaimana misalnya membangun demokrasi, membangun demokrasi itu apakah harus pemilihan... ini banyak di... di kasus RUUK sendiri memunculkan banyak pelajaran, salah satunya memang membangun demokrasi itu... yang kedua adalah bagaimana sejarah memberikan warna pada penetapan pemerintahan itu akan terlihat gitu tentang RUUK. (Thomas Pudjo Widijanto; Senin, 7 November 2011)

Kalau RUUK ini sebenarnya awalnya baik-baik saja ya, tidak ada masalah ya, kemudian ketika muncul soal mekanisme pengisisan jabatan itu yang kemudian ceritanya menjadi ribet, menjadi persoalan karena ternyata ada perbedaan pandangan yang ternyata itu sangat prinsipil, saya sih melihatnya Kalau RUUK ini sebenarnya awalnya baik-baik saja ya, tidak ada masalah ya, kemudian ketika muncul soal mekanisme pengisisan jabatan itu yang kemudian ceritanya menjadi ribet, menjadi persoalan karena ternyata ada perbedaan pandangan yang ternyata itu sangat prinsipil, saya sih melihatnya

Aspirasi penetapan oleh masyarakat Yogyakarta terkait RUUK DIY oleh kedua perwakilan media dianggap juga merupakan salah satu bentuk demokrasi. Seperti

yang dikatakan Sudi Silalahi 61 , penerapan nilai-nilai universal demokrasi juga

telah memfasilitasi kebebasan sipil yang makin meningkat di beberapa tahun terakhir. Meningkatnya kinerja kebebasan sipil itu, nampak dari makin membaiknya jaminan terhadap kebebasan berpendapat, kebebasan dari rasa takut, kebebasan berusaha, dan kebebasan berkumpul dan berserikat. Meningkatnya kualitas kebebasan sipil juga ditunjukkan dengan makin majunya keleluasaan informasi dan komunikasi publik. Keleluasaan akses informasi dan kebebasan jalur komunikasi di Indonesia telah ikut menyemai benih penyuburan demokrasi di berbagai ranah pembangunan dengan semakin menguatnya nilai-nilai demokrasi sebagai sendi utama penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara yang ikut pula memberikan penguatan bagi dinamika budaya nasional.

Kemudian, faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan di ruang pemberitaan. Pada harian Kompas cara menentukan ukuran dalam memandang suatu peristiwa menjadi berita, seperti apa ciri-ciri berita yang baik, dan seperti apa kriteria kelayakan berita ternyata dipengaruhi oleh level rutinitas media, hal tersebut tampak dari hasil kutipan wawancara berikut:

61 . Sudi Silalahi, Jurnal Sekretaris Negara RI, NEGARAWAN; Demokrasi Untuk Pembangunan, 61 . Sudi Silalahi, Jurnal Sekretaris Negara RI, NEGARAWAN; Demokrasi Untuk Pembangunan,

Hal serupa juga dilakukan di Koran Tempo, ada pengaruh dari rutinitas media dalam menentukan berita, seperti yang terlihat dari petikan hasil wawancara berikut: Ada dua jenis... ya... dua jenis berita yang sehari-hari kita geluti. Berita yang

direncanakan dan berita yang tidak direncanakan, berita yang direncanakan itu biasanya follow up ya... atau bisa juga in depth. Kita mendengar informasi kita coba gali, nah... untuk follow up, berita-berita yang direncanakan ini in depth, tulisan panjang atau apapun itu, itu biasanya e... wartawan itu ditugasi, kita bikin rapat, dalam rapat redaksi kita fokuskan, kita menulis seperti ini, angelnya seperti ini, biasanya kalau bisa ini...ini... ini..., tentang ini, dan ini kemudian kita tugaskan si A kesini,si B kesini, wawancara ini, reportase ini. Nah, tapi ada juga berita yang tidak by penugasan, jadi hari ini misalnya pagi-pagi setiap wartawan sudah dibagi bit... kita bilang bit... tempat liputan. Kita bagi wartawan A tugasnya di kantor gubernur misalnya, setiap hari dia akan kesana setiap pagi, nanti apa yang terjadi... bitnya disana, tiap hari dia akan disana. Nah, yang akan ditulis adalah apa yang dia temukan disana pada hari itu, ada apa-ada apa dia akan menulis itu. Nah, tapi tidak berarti apa yang dia dapat disana bisa dia tulis begitu saja, nanti kan dia kasih kabar ni... dia telpon atau sms atau kirim email, atau apapun itu. Mas atau mbak... hari ini di kantor gubernur ada berita ini, begini... begini... begini..., nanti redaktur akan menilai, o... ini berita bagus, nanti akan dibalas... Oke...!, tapi kamu tambahin sumber ini... Jadi begitu, tetap ada pengarahan karena memang... tapi memang pengarahan pada kasus yang kedua, pengarahan itu fungsinya untuk memperdalam berita, untuk membuat berita itu menjadi komprehensif, ya... obyektif, (Phillipus SMS Parera; Jumat, 29 Juli 2011 & Selasa, 2 Agustus 2011) direncanakan dan berita yang tidak direncanakan, berita yang direncanakan itu biasanya follow up ya... atau bisa juga in depth. Kita mendengar informasi kita coba gali, nah... untuk follow up, berita-berita yang direncanakan ini in depth, tulisan panjang atau apapun itu, itu biasanya e... wartawan itu ditugasi, kita bikin rapat, dalam rapat redaksi kita fokuskan, kita menulis seperti ini, angelnya seperti ini, biasanya kalau bisa ini...ini... ini..., tentang ini, dan ini kemudian kita tugaskan si A kesini,si B kesini, wawancara ini, reportase ini. Nah, tapi ada juga berita yang tidak by penugasan, jadi hari ini misalnya pagi-pagi setiap wartawan sudah dibagi bit... kita bilang bit... tempat liputan. Kita bagi wartawan A tugasnya di kantor gubernur misalnya, setiap hari dia akan kesana setiap pagi, nanti apa yang terjadi... bitnya disana, tiap hari dia akan disana. Nah, yang akan ditulis adalah apa yang dia temukan disana pada hari itu, ada apa-ada apa dia akan menulis itu. Nah, tapi tidak berarti apa yang dia dapat disana bisa dia tulis begitu saja, nanti kan dia kasih kabar ni... dia telpon atau sms atau kirim email, atau apapun itu. Mas atau mbak... hari ini di kantor gubernur ada berita ini, begini... begini... begini..., nanti redaktur akan menilai, o... ini berita bagus, nanti akan dibalas... Oke...!, tapi kamu tambahin sumber ini... Jadi begitu, tetap ada pengarahan karena memang... tapi memang pengarahan pada kasus yang kedua, pengarahan itu fungsinya untuk memperdalam berita, untuk membuat berita itu menjadi komprehensif, ya... obyektif, (Phillipus SMS Parera; Jumat, 29 Juli 2011 & Selasa, 2 Agustus 2011)

dalam membuat berita. Dalam hasil penelitian Artini 62 , dikatakan bahwa self

censorship merupakan bentuk proses seleksi atau sensor diri secara intelektual dalam diri wartawan ketika dia dihadapkan pada pilihan untuk semua pihak, bahwa pentingnya konsep self censorship dan tanggung jawab media dalam kegiatan redaksi. Pada tingkat organisasi atau masyarakat, terlebih lagi media masa, self censorship atau sensor diri adalah tindakan pengawasan yang dilakukan sendiri terutama dalam memenuhi berbagai kepentingan, yakni masyarakat dan pasar. Tindakan self censorship tidak hanya untuk menghadapi isu-isu sensitif, tapi juga dalam proses seleksi atau editing di media, kreatifitas iklan, yang disebut juga soft censorship. Secara internal, media terus melakukan self censorship ini seperti pemilihan judul atau headline berita di surat kabar sebagai proses editing.

Faktor ekstra media. Sumber berita juga memberi pengaruh dalam bagaimana bentuk pemberitaan nantinya, sumber berita ini dapat dilihat dalam pemilihan narasumber. pertimbangan harian Kompas dalam memilih narasumber menurut wartawan sebagai berikut:

Ada korelasi antara keintelektualan dia dengan kasus yang dihadapi. E... karena itu penting bagi sebuah berita, kita tidak hanya mengandalkan atau menunggu peristiwa itu, tapi juga menarik akademisi sebagai narasumber, untuk ikut memikirkan ini. Dan itu juga harus ada korelasi antara si pakar dan peristiwa kasusnya begitu, misalnya peristiwa keistime waan menghadirkan dari pakar hukum, dengan pakar politik, dengan negarawan, dengan budayawan, dengan masyarakat Jogja sendiri. Itu penting menurut kita, seluas mungkin berita itu, sejelas mungkin berita itu, itu penting bagi pemberitaan. (Thomas Pudjo Widijanto; Senin, 7 November 2011)

62 . Artini, EXPOSURE: Journal of Advance Communication, Self Censorship dan Tanggung

Pranowo... saya pernah wawancara, Ketuanya panja RUUK si Chairuman Harahap pernah, yang jelas ya dua anggota panja RUUK itu pernah. Terus temen-temen aktivis keistimewaan Jogjakarta juga penah ada,macam-macam lah, masyarakat awam ada juga. (Aloysius B Kurniawan; Rabu, 3 Agustus 2011)

Sedangkan menurut wartawan Koran Tempo pertimbangan yang diambil dalam memilih narasumber adalah sebagai berikut: Peristiwa atau berita, kejadian, isu yang kita beritakan, yang berkembang di

masyarakat itu memiliki begitu banyak fakta ya..., ada yang murni peristiwa gitu lho! tapi setelah fakta, setelah kejadian itu ada yang namanya diskursus... ya. Ada pertanyaan misalnya e... yang sekarang sedang orang debat itu adalah apakah gubernur itu harus dipilih atau ditetapkan misalnya... nah, ketika kita menulis soal itu sebenarnya kita sedang menulis soal bagaimana politikus dan semua masyarakat Jogja, dan semua orang yang terlibat di dalam itu membuat pilihan. Jadi kita bicara soal diskusi... soal diskusi yang bukan cuma politik tetapi juga publik, nah untuk kasus semacam ini, kita penting untuk menghadirkan semua view... semua sudut pandang yang berkaitan dengan kasus ini, sehingga kita perlu bicara dengan banyak orang, mendengarkan banyak orang gitu lho, (Phillipus SMS Parera; Jumat, 29 Juli 2011 & Selasa, 2 Agustus 2011)

E... pertimbangannya adalah yang lebih... e... pertama adalah yang lebih capable ya... dia paham soal persoalan itu, kemudian yang kedua jelas dia adalah pihak-pihak yang punya kepentingan, jadinya tidak hanya persoalan pendukung penetapan atau pemilihan, tetapi juga pihak-pihak yang artinya memang selama ini mungkin merasa diuntungkan atau dirugikan dengan sistem kepemimpinan selama ini, model pemerintahan DIY selama ini begitu. Kemudian juga e... apa... keahliannya mungkin dia punya pandangan-pandangan sendiri soal keistimewaan, dan itu dari pakar-pakar,lebih cenderung begitu, dan juga yang beliau mengolah... misalnya kalau dari DPR RI... misalnya, beliau adalah yang mempunyai pengetahuan dan terlibat dalam proses pembahasannya, seperti itu. (Pito Agustin Rudiana; Selasa, 2 Agustus 2011)

Dalam berita keistimewaan DIY ini, pihak-pihak tertentu bisa menggunakan media untuk menyampaikan apa yang menjadi pandangan mereka dan itu dapat

mengakibatkan terbentuknya opini publik. Dalam penelitian Budiono 63 , salah satu

temuannya menghasilkan kesimpulan bahwa pihak pro penetapan memobilisasi

63 . Budiono, Jurnal Penelitian Komunikasi dan Informasi, Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informasi (BPPKI), Sidang Rakyat Yogyakarta: Memobilisasi Aspirasi 63 . Budiono, Jurnal Penelitian Komunikasi dan Informasi, Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informasi (BPPKI), Sidang Rakyat Yogyakarta: Memobilisasi Aspirasi

politik. 64

64 . Sulistiani DN, Paradigma; Jurnal Masalah Sosial, Politik, dan Kebijakan, Pelaku Media dalam

Dokumen yang terkait

Kajian Serapan dan Penetrasi Beton Normal dengan Bahan Tambah Metakaolin dan Serat Galvalum AZ 150

0 0 85

Dionisius S. Situmorang,Victor G. Simanjuntak, AndikaTriansyah Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FKIP Untan Pontianak Email :dionisiussahalatuagmail.com Abstract - HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU PENJA

0 0 8

KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SUNGAI AMBAWANG Yulita Yeremia, Laurensius Salem dan Deden Ramdani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Untan Pontianak Email: www.yeremiayuitagmail.com Abstract - KECEPATAN

0 0 8

EKSISTENSI KESENIAN TANJIDOR DI KOTA PONTIANAK Imam Azhari, Ismunandar, Chiristianly Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik FKIP Untan Pontianak Email: hidrakhairunnisa4gmail.com Abstract - EKSISTENSI KESENIAN TANJIDOR DI KOTA PONTIANAK

0 2 13

1 ORIENTASI KARIR PADA PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 SUNGAI RAYA Yessiana Yolanda Saputri, Purwanti, Abas Yusuf Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak Email: yolandayessianagmail.com Abstract - ORIENTASI KARIR PADA PESERTA DIDIK DI SMA

0 0 9

Nina Afriyani, Luhur Wicaksono , Sri Lestari Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak Email: ninaafriyani5gmail.com Abstract - PENGGUNAAN FACEBOOK DALAM KEGIATAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA HARUNIYAH PONTIAN

0 1 8

Pengaruh Ownership Structure dan Corporate Governance Terhadap Financial Performance Perbankan di Bursa Efek Indonesia

0 0 49

WACANA PEDULI LINGKUNGAN dan MAJALAH REMAJA

0 1 212

Analisis stilistika dan nilai pendidikan pantun melayu pontianak karya Abd. Rachman Abror

1 4 176

Menggunakan Alat Bantu Pengambilan Keputusan ber-KB bagi Klien dan Penyedia Layanan

0 1 194