Deskripsi Hasil Penelitian Tahun 2005

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian Tahun 2005

Berdasarkan hasil penelitian pada tahun buku 2005 kami memperoleh sampel data sebanyak 37 perusahaan yang melakukan penyajian kembali pada laporan keuangannya, dari 37 perusahaan tersebut 4 perusahaan melakukan penyajian kembali karena adanya perubahan kebijakan perusahaan yang dilakukan 4 perusahaan melakukan penyajian kembali karena kesalahan penyajian laporan keuangan sehingga berdasarkan Pernyataaan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 mengenai Laba Atau Rugi Untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi maka perusahaan harus menerapkan penyajian kembali secara restropektif seolah – olah kebijakan tersebut telah dilakukan pada tahun – tahun buku sebelumnya, sedangkan 29 perusahaan lainnya melakukan penyajian kembali atas laporan keuangannya dikarenakan perubahan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 24 mengenai Imbalan Kerja (Revisi 2004) yang berlaku efektif untuk laporan keuangan yang mencangkup periode yang dimulai pada atau setelah 1 Juli 2004 (Penerapan lebih dini dianjurkan)

4.3.1. Klasifikasi Penyajian Kembali.

Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian dapat disimpulkan pada tahun 2005 terdapat tiga faktor penyebab penyajian kembali laporan keuangan pada tahun pelaporan 2005 yaitu perubahan kebijakan perusahaan, perubahan atas Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 24 mengenai Imbalan Kerja dan Kesalahan penyajian laporan keuangan. Berikut adalah nama perusahaan – perusahaan, kantor akuntan publik yang mengaudit dan faktor penyebab penyajian laporan keuangan pada tahun 2005 :

Perubahan Kebijakan

No Nama Perusahaan Kantor Akuntan Publik

1 PT. Energi Mega Persada Tbk. KAP Jimmy Budhi & Rekan

2 PT. Bank Artha Graha KAP Arifin, Halid & Rekan Internasional Tbk.

No Nama Perusahaan Kantor Akuntan Publik

3 PT. International Nickel Indonesia KAP Haryanto Sahari & Rekan Tbk.

4 PT. Bank Mega Tbk. KAP Prasetio, Sarwoko & Sandjaja

Kesalahan Mendasar

No Nama Perusahaan Kantor Akuntan Publik

1 PT. Panin Sekuritas Tbk. KAP Aryanto Amir Jusuf & Mawar

2 PT. Pakuwon Jati Tbk. KAP Osman Ramli Satrio & Rekan

3 PT. Surya Semesta Internusa Tbk. KAP Osman Ramli Satrio & Rekan

4 PT. Tira Austenite Tbk. KAP Prasetio, Sarwoko & Sandjaja

Perubahan atas Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 24

No Nama Perusahaan Kantor Akuntan Publik

1 PT. Abdi Bansa Tbk. KAP Aria & Jonnardi

2 PT. AKR Corporindo Tbk. KAP Osman Ramli Satrio & Rekan

3 PT. Global Financindo Tbk. KAP Rasin, Ichwan & Rekan

4 PT. Arpeni Pratama Ocean Line KAP Prasetio, Sarwoko & Sandjaja Tbk.

No Nama Perusahaan Kantor Akuntan Publik

5 PT. Asuransi Jasa Tania Tbk. KAP Dr Soegeng, Junaedi, Chairul & Rekan

6 PT. Bayu Buana Tbk. KAP Aryanto Amir Jusuf & Mawar

7 PT. Bank Negara Indonesia Tbk. KAP Haryanto Sahari & Rekan

8 PT. Bintang Mitra Semestaraya KAP Junarto Tjahjadi Tbk.

9 PT. Bakrie Telecom Tbk. KAP Jimmy Budhi & Rekan

10 PT. Ciptojaya Kontrindoreksa Tbk. KAP Junarto Tjahjadi

11 PT. Danasupra Erapacific Tbk. KAP Johan Malonda Astika & Rekan

12 PT. Enseval Putera Megatrading KAP Aryanto Amir Jusuf & Mawar Tbk.

13 PT. Excelcomindo Pratama Tbk. KAP Haryanto Sahari & Rekan

14 PT Fast Food Indonesia Tbk KAP Prasetio, Sarwoko & Sandjaja

15 PT. Indosat Tbk. KAP Prasetio, Sarwoko & Sandjaja

16 PT. Jakarta Setiabudi Internasional KAP Prasetio, Sarwoko & Sandjaja Tbk.

17 PT. Kridaperdana Indahgraha Tbk. KAP Aryanto Amir Jusuf & Mawar

18 PT. Lautan Luas Tbk. KAP Prasetio, Sarwoko & Sandjaja

19 PT. Mulialand Tbk KAP Osman Ramli Satrio & Rekan

20 PT. Multipolar Corporation Tbk. KAP Aryanto Amir Jusuf & Mawar

21 PT Matahari Putra Prima Tbk. KAP Prasetio, Sarwoko & Sandjaja

No Nama Perusahaan Kantor Akuntan Publik

22 PT. Maskapai

KAP Aryanto Amir Jusuf & Mawar Indonesia Tbk.

Reasuransi

23 PT. Ristia Bintang Mahkotasejati KAP Junarto Tjahjadi Tbk.

24 PT. Roda Panggon Harapan Tbk. KAP Junarto Tjahjadi

25 PT. Surya Citra Media Tbk. KAP Prasetio, Sarwoko & Sandjaja

26 PT. Samudera Indonesia Tbk. KAP Prasetio, Sarwoko & Sandjaja

27 PT. Sugi Samapersada Tbk. KAP Johan Malonda Astika & Rekan

28 PT. Telekomunikasi Indonesia KAP Siddharta Siddharta & Widjaja Tbk.

29 PT. Tempo Inti Media Tbk. KAP Drs Bernardi & Rekan

4.3.2. Pengungkapan Penyajian Kembali

Untuk mengkaji secara jelas, peneliti melakukan pengungkapan penyajian kembali laporan keuangan untuk tahun 2005 dengan tetap mengklasifikasikannya sesuai dengan faktor penyebab penyajian kembali laporan keuangan yang terjadi pada tahun 2005 yaitu perubahan kebijakan perusahaan, kesalahan penyajian laporan keuangan dan perubahan pernyataan standar akuntansi keuangan No. 24 (revisi 2004) mengenai imbalan pasti dan No 38 (revisi 2004) mengenai Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali.

4.3.2.1. Perubahan Kebijakan Akuntansi 4.3.2.1.1. PT. Energi Mega Persada Tbk.

Perusahaan melakukan beberapa kali akuisisi anak perusahaan, dimana yang terakhir dilakukan adalah akuisisi PT Tunas Harapan Perkasa yang telah berlaku efektif sejak tanggal 25 Januari 2006. Akuisisi ini merupakan transaksi dengan pihak sepengendali dan sesuai dengan PSAK No. 38 Perusahaan menyajikan kembali laporan keuangan konsolidasi untuk tahun – tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2005, 2004 dan 2003. Dampak penyajian kembali atas ekuitas anak perusahaan disajikan sebagai ”Proforma Ekuitas dari Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali”.

4.3.2.1.2. PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk.

Berdasarkan akta penggabungan yang diaktakan pada tanggal 14 April 2005 serta addendum akta penggabungan tanggal 2 Mei 2005 PT Bank Artha Graha menggabungkan diri kedalam PT Bank Inter-Pacific, Tbk. Dengan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa untuk melakukan penggabungan usaha.

Penggabungan usaha ini dilakukan dengan menggunakan metode penyatuan kepentingan (pooling of interest method), sesuai dengan PSAK No. 22 ”Akuntansi Penggabungan Usaha” dan PSAK No. 38 ”Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali”. Penggabungan usaha tesebut menjadi effektif sejak tanggal persetujuan perubahan anggaran dasar perusahaan oleh Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. C.16863.HT.01.04.TH.2005 tanggal 17 Juni 2005 dan perubahan tersebut telah terdaftar pada daftar perusahaan di Departemen Perindustrian dan Perdagangan dengan No. 782/RUB.09.03/VII/2005 tanggal 11 Juli 2005. atas peristiwa tersebut laporan keuangan perusahaan melakukan penyajian kembali laporan keuangan konsolidasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2004 untuk tujuan perbandingan.

4.3.2.1.3. PT. International Nickel Indonesia Tbk.

Di tahun 2005, Perusahaan mengubah kebijakan akuntansi untuk depresiasi Aktiva Tetap menjadi metode garis lurus selama usia ekonomis aktiva tetap, periode Kontrak Karya atau usia tambang, mana yang lebih dulu. Sebelumnya, Perusahaan menggunakan metode unit produksi yaitu menyusutkan nilai buku aktiva tetap dan estimasi biaya perolehan Aktiva Tetap dimasa datang sebesar perbandingan antara produksi bijih/mineral dengan cadangan bijih/mineral terbukti dan terduga yang akan ditambang dimas depan.

Perusahaan berkeyakinan metode garis lurus dapat lebih mencerminkan kegiatan bisnis Perusahaan karena metode ini mempertimbangkan hak untuk menambang berdasarkan Kontrak Karya. Kontrak Karya ini akan berakhir pada tahun 2025. Penerapan kebijkan ini sejalan dengan kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh induk Perusahaan, Inco limited, dan dengan praktik umum industri industri pertambangan.

Perusahaan juga mengubah kebijakan akuntansi untuk pelepasan aktiva tetap dengan mengakui laba/rugi karena pelepasan aktiva tetap di Laporan Rugi Laba. Sebelumnya, selisih nilai perolehan dari pelepasan/penjualan Aktiva Tetap (jika ada), dibebankan ke akumulasi depresiasi dengan tidak mengakui adanya laba/rugi dalam pelepasan aktiva tetap dalam Laporan Laba Rugi.

Perusahaan juga mengadopsi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.

24 (revisi 2004) mengenai Imbalan Kerja. Sehubungan dengan hal yang disebutkan diatas Perusahaan melakukan penyajian kembali atas laporan keuangan tahun 2004.

4.3.2.1.4. PT. Bank Mega Tbk.

Pada tahun 2004, PT Mega Capital Indonesia (MCI), Anak perusahaan, menerbitkan saham baru sebesar Rp 20.000 untuk 40.000.000 saham, Bank tidak mengambil haknya atas penerbitan saham baru tersebut sehingga pemilikan Bank atas MCI turun dari 99.05% menjadi 63.03%. Saham baru tersebut diambil seleuruhnya oleh PT Para Global Investindo (PGI), pemegang saham pendiri utama Bank. Dilusi pemilikan tersebut dibukukan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 38 tentang ”Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali” dimana rugi atas dilusi tersebut sebesar

Rp 950 dicatat sebagai ”Selisih Transaksi Entitas Sepengendali” sebagai bagian dari ekuitas.

Pada tanggal 18 Mei 2005, Bank mengadakan perjanjian jual beli saham dengan PGI untuk menjual 69.334.500 saham atau 63,03% pemilikan Bank pada MCI dengan harga sebesar Rp 48.500. Selisih antara harga jual dengan aktiva bersih Anak perusahaan sejumlah Rp 4.523 dibukukan sebagai bagian akun ”Selisih Transaksi Entitas Sepengndali” Transaksi tersebut telah memperoleh persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang diselenggarakan pada tanggal 10 Maret 2005 dan telah diaktakan dengan akta notaris Imas Fatimah,S.H., No. 22 pada tanggal yang sama.

Transaksi diatas dilakukan dengan entitas sepengendali sehingga dicatat sesuai dengan PSAK No. 38 tentang ”Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali”. Dengan demikian transakisi tersebut seolah – olah telah dilakukan sejak awal periode penyajian laporan keuangan. Dengan demikian akun – akun MCI yang dikonsolidasi dalam neraca konsolidasi Bank tahun 2004 dikeluarkan dan nilai aktiva bersihnya dicatat dalam akun ”Proforma Modal yang Timbul dari Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali”. Demikian pula dengan akun – akun MCI yang dikonsolidasi ke dalam laporan laba rugi konsolidasi Bank tahun 2004 dikeluarkan dan dicatat dalam akun ”Efek Penyesuaian Proforma”.

Laporan keuangan tahun 2004 telah disajikan kembali untuk mencerminkan posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas akibat dari penjualan pemilikan Bank pada MCI.

4.3.2.2. Perubahan Standar Akuntansi dan Peraturan.

Pada tanggal 2 Juni 2004, Ikatan Akuntan Indonesia telah mengeluarkan PSAK No.

24 (Revisi 2004) mengenai imbalan kerja. Sesuai dengan ketentuan dalam pernyataan tersebut, perusahaan memberlakukan penerapan awal PSAK No. 24 (revisi 2004) sebagai perubahan kebijakan akuntansi yang diterapkan retrospektif. Dengan demikian, laporan keuangan perusahaan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2003 telah disajikan kembali agar dapat diperbandingkan. (untuk penyajian kembali masing – masing laporan keuangan dapat dilihat pada lampiran ini). Dari hasil penelitian ada beberapa perusahaan yang belum menerapkan PSAK No. 24 pada tahun 2004 dan melakukan penyajian kembali laporan keuangannya pada tahun 2005 untuk mengaplikasikan perubahan standar akuntansi yang telah direvisi dan atas perubahan tersebut perusahaan melakukan penyajian kembali.

Pada tahun 2005 berdasarkan hasil penelitian diperoleh tidak hanya penyajian kembali yang disebabkan oleh belum diterapkannya PSAK No. 24 pada tahun 2004 tetapi juga penerapan PSAK No. 38 mengenai ”Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali”. Berdasarkan sampel diperoleh bahwa PT Global Financindo Tbk melakukan penyajian kembali atas penerapan PSAK No 24 atas ”Imbalan Kerja” dan PSAK No 38 atas ”Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali”.

Pada catatan atas laporan keuangan PT Global Financindo Tbk diinformasikan efektif tanggal 1 Januari 2005, Perusahaan menerapkan PSAK No. 38 (Revisi 2004) ”Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali” secara restropektif. PSAK ini mengharuskan realisasi selisih restrukturisasi dibukukan ke laba rugi jika kondisi di PSAK terpenuhi. Laporan keuangan konsolidasi untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2004, telah disajikan kembali dengan pengakuan secara restropektif atas selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali sebesar Rp 53.338.995.366,00 yang diakui dari akuisisi saham PT Bank Nusa Internasional. Pada tanggal 31 Desember 2005 dan 2004, Perusahaan dan Perusahaan afiliasi diatas sudah tidak mempunyai substansi sepengendali dan investasi terkait pada Perusahaan tersebut telah dilepaskan. Oleh karena itu, berdasarkan PSAK No. 38 (Revisi 2004), saldo ”Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali” yang disajikan pada bagian ekuitas pada neraca konsolidasi dan Pada catatan atas laporan keuangan PT Global Financindo Tbk diinformasikan efektif tanggal 1 Januari 2005, Perusahaan menerapkan PSAK No. 38 (Revisi 2004) ”Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali” secara restropektif. PSAK ini mengharuskan realisasi selisih restrukturisasi dibukukan ke laba rugi jika kondisi di PSAK terpenuhi. Laporan keuangan konsolidasi untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2004, telah disajikan kembali dengan pengakuan secara restropektif atas selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali sebesar Rp 53.338.995.366,00 yang diakui dari akuisisi saham PT Bank Nusa Internasional. Pada tanggal 31 Desember 2005 dan 2004, Perusahaan dan Perusahaan afiliasi diatas sudah tidak mempunyai substansi sepengendali dan investasi terkait pada Perusahaan tersebut telah dilepaskan. Oleh karena itu, berdasarkan PSAK No. 38 (Revisi 2004), saldo ”Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali” yang disajikan pada bagian ekuitas pada neraca konsolidasi dan

4.3.2.3. Kesalahan Mendasar. 4.3.2.3.1. PT Panin Sekuritas Tbk.

Perusahaan memiliki pengendalian atas manajemen anak, sehingga Perusahaan wajib menyusun laporan keuangan konsolidasian. Untuk tujuan perbandingan, laporan keuangan konsolidasian untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2004 telah disajikan kembali.

4.3.2.3.2. PT Pakuwon Jati Tbk.

Pada tahun 2005, perusahaan telah menyajikan kembali laporan keuangan konsolidasi tahun 2004 dan 2003 dan melakukan reklasifikasi akun sehubungan dengan hal – hal tersebut.

4.3.2.3.3. PT Surya Semesta Internusa Tbk.

Atas pinjaman dari Commonwealth Development Corporation, anak perusahaan tidak membukukan beban keuangan sejak tahun 2003. Hal ini tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, Beban keuangan yang tidak dibukukan pada tahun 2004 dan 2003 masing – masing sebesar Rp 20.325.792.573 dan Rp 27.378.981.158. Perusahaan dan anak perusahaan tersebut telah menerbitkan kembali laporan keuangan konsolidasi tahun 2004 dengan membukukan beban keuangan anak perusahan tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

4.3.2.3.4. PT Tira Austenite Tbk.

Grup melakukan penyesuaian atas belum direalisasinya laba yang seharusnya telah direalisasi atas penjualan antar perusahaan dalam Grup, aktiva pajak tangguhan, hak minoritas atas aktiva bersih anak perusahaan dan kekurangan pengakuan hutang usaha yang berhubungan dengan tahun 2004 dan tahun – tahun sebelumnya. Laporan keuangan konsolidasi tahun 2004 yang disajikan untuk keperluan komparatif telah disajikan kembali. Jumlah penyesuaian yang berhubungan dengan setiap tahun dimasukan dalam perhitungan laba atau rugi bersih tahun yang bersangkutan. Jumlah penyesuaian yang berhubungan dengan tahun – tahun sebelum tahun yang tercakup dalam informasi komparatif, disesuaikan pada saldo laba awal tahun 2004.