Deskripsi Hasil Penelitian Tahun 2007

4.5. Deskripsi Hasil Penelitian Tahun 2007

Berdasarkan hasil penelitian pada tahun buku 2007 kami memperoleh sampel data sebanyak 7 perusahaan yang melakukan penyajian kembali pada laporan keuangannya, dari

7 perusahaan tersebut terdapat 6 perusahaan melakukan penyajian kembali karena adanya perubahan kebijakan perusahaan yang dilakukan dan 1 perusahaan melakukan penyajian kembali karena kesalahan penyajian laporan keuangan sehingga berdasarkan Pernyataaan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 mengenai Laba Atau Rugi Untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi maka perusahaan harus menerapkan penyajian kembali secara restropektif seolah – olah kebijakan tersebut telah dilakukan pada tahun – tahun buku sebelumnya.

4.5.1. Klasifikasi Penyajian Kembali.

Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian dapat disimpulkan pada tahun 2007 terdapat dua faktor penyebab penyajian kembali laporan keuangan pada tahun pelaporan 2007 yaitu perubahan kebijakan perusahaan dan kesalahan penyajian laporan keuangan. Berikut adalah nama perusahaan – perusahaan, kantor akuntan publik yang mengaudit dan faktor penyebab penyajian laporan keuangan pada tahun 2007 :

Perubahan Kebijakan No

Nama Perusahaan Kantor Akuntan Publik

1 PT. Bank Capital Indonesia Tbk. KAP Tanubrata Sutanto & Rekan

2 PT. Ciputra Property Tbk. KAP Purwantono, Sarwoko & Sandjaja

3 PT. Elnusa Tbk. KAP Purwantono, Sarwoko & Sandjaja

4 PT. Perdana Gapuraprima Tbk. KAP Doli, Bambang, Sudarmadji &

Rekan

No Nama Perusahaan Kantor Akuntan Publik

5 PT. Jaya Konstruksi Manggala KAP Aryanto Amir Jusuf & Mawar Pratama Tbk.

6 PT. Lippo E-Net Tbk. KAP Aryanto Amir Jusuf & Mawar

Kesalahan penyajian

No Nama Perusahaan Kantor Akuntan Publik

1 PT. Indoexchange Tbk. KAP Hendrawinata Gani & Hidayat

4.5.2. Pengungkapan Penyajian Kembali

Untuk mengkaji secara jelas, peneliti melakukan pengungkapan penyajian kembali laporan keuangan untuk tahun 2007 dengan tetap mengklasifikasikannya sesuai dengan faktor penyebab penyajian kembali laporan keuangan yang terjadi pada tahun 2007 yaitu perubahan kebijakan perusahaan dan kesalahan penyajian laporan keuangan.

4.5.2.1. Perubahan Kebijakan Akuntansi 4.5.2.1.1. PT. Bank Capital Indonesia Tbk.

Kerugian berulang atau kerugian besar yang diderita suatu perusahaan bisa menyebabkan timbulnya saldo laba negated atau deficit. Perusahaan yang dalam kondisi deficit mungkin akan mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan operasional dan dalam pendanaan operasinya. Para kreditur dan investor mungkin memandang perusahaan semacam ini memiliki risiko yang tinggi sehingga cenderung menghindarinya. Hal – hal semacam ini bisa mendorong perusahaan ke arah kebangkrutan, meskipun mungkin dari segi prospek bisnis, perusahaan masih memiliki peluang untuk hidup dan berkembang pada masa mendatang.

Untuk memperoleh awal yang baik (fresh start) dengan neraca yang menunjukan nilai sekarang dan tanpa dibebani dengan deficit, pemegang saham setuju untuk melakukan kuasi-reorganisasi pada tanggal 18 Desember 2006 dan Bank telah melaksanakan kuasi- reorganisasi pada tanggal 31 Maret 2007 dengan berdasarkan PSAK No.51 (Revisi 2003) “Akuntansi Kuasi-Reorganisasi” yang telah disetujui oleh rapat pemegang saham luar biasa yang didokumentasikan dalam akta notaries Eliwaty Tjitra, S.H. No 68 tanggal 9 Mei 2007 yang disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. W7-07583 HT.01.04-TH.2007 tanggal 9 Juli 2007.

Kuasi-reorganisasi dilakukan dengan metode reorganisasi akuntansi (accounting reorganization method) . Dalam metode ini aktiva dan kewajiban dinilai kembali sebesar nilai wajarnya. Saldo laba negatif (defisit) dieliminasi ke akun – akun ekuitas dengan urutan prioritas sebagai berikut:

1. Cadangan umum;

2. Cadangan khusus;

3. Selisih penilaian aktiva dan kewajiban (termasuk di dalamnya selisih revaluasi aktiva tetap) dan selisih penilaian yang sejenisnya (misalnya selisih penilaian efek tersedia

selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi dan pendapatan komprehensif lain);

untuk

dijual,

4. Tambahan modal disetor dan yang sejenisnya (misalnya selisih kurs setoran modal);

5. Modal saham.

4.5.2.1.2. PT. Ciputra Property Tbk.

Pada tahun 2007, PT Ciputra Development Tbk. (CD), pemegang saham pengendali Perusahaan, melakukan restrukturisasi dalam kelompok perusahaan Ciputra, dimana Perusahaan menjadi perusahaan induk usaha property komersial Grup.

Pada bulan Februari, Maret dan April 2007, Perusahaan mengakuisisi 66,67% kepemilikan saham PT Buanasarana Sejati Indah (BSSI), 39,90% kepemilikan saham PT Ciputra Adigraha (CAG), 70% kepemilikan saham PT Citradimensi Serasi (CDS), 99,10% kepemilikan saham PT Ciputra Sentra (CSN), 70,00% kepemilikan saham PT Dimensi Serasi (DS), 70,00% kepemilikan saham PT Kharismasaka Pratama (KP) dan 26,11% kepemilikan saham PT Subursejahtera Agungabadi (SSAA) dari CD.

4.5.2.1.3. PT. Elnusa Tbk.

Efektif pada tanggal 31 Oktober 2007, Perusahaan melakukan penggabungan usaha dengan beberapa Anak perusahaan, yaitu PT EWS Oilfield Services, PT Elnusa Geosains, PT Elnusa Drilling Services dan PT Sinarriau Drilindo, dimana Perusahaan sebagai perusahaan penerus kegiatan usaha. Disamping itu, PT Sigma Cipta Utama, PT Elnusa Telematika dan PT Elnusa Rentrakom, semuanya Anak perusahaan, juga melakukan penggabungan usaha dimana PT Sigma Cipta Utama sebagai perusahaan penerus kegiatan usaha. Seluruh transaksi penggabungan usaha tersebut merupakan transaksi restrukturisai entitas sepengendali, dan oleh karenanya dihitung dengan menggunakan metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest method) sesuai dengan PSAK No. 38 (Revisi 2004). Hal ini mengakibatkan laporan keuangan konsolidasi pada tanggal dan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2006 telah disajikan kembali untuk mencerminkan pengaruh retroaktif transaksi tersebut seolah – olah telah terjadi pada awal tahun 2006.

4.5.2.1.4. PT. Perdana Gapuraprima Tbk.

Pada bulan Juni 2007, Perusahaan mengakuisisi 97,10% dan 82,40% kepemilikan saham masing – masing pada PT Sumber Daya Nusaphala (SDN) dan PT Dinamika Karya Utama (DKU). Transaksi ini dicatat sesuai dengan PSAK No. 38 (Revisi 2004) tentang ”Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali”. Oleh karena itu, Perusahaan menggunakan metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest) dan menyajikan kembali laporan keuangan tahun 2006, seolah – olah Perusahaan telah mengakuisisi SDN dan DKU sejak awal tahun 2006.

4.5.2.1.5. PT. Jaya Kontruksi Manggala Pratama Tbk.

Pada tahun 2007 terjadi restrukturisasi entitas sepengendali dimana Perusahaan mengakuisisi kepemilikan di JTI, JBI, JDC dan PT Jaya Teknik Indonesia pada bulan Maret dan Juli 2007. Perusahaan telah mencatat transaksi-transaksi tersebut dengan menggunakan metode penyatuak kepemilikan (pooling of interest) sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi keuangan (PSAK) No. 38 (Revisi 2004) tentang ”Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali”. Oleh karena itu, Perusahaan menyajikan kembali laporan keuangan yang berakhir pada 31 Desember 2006 untuk menggambarkan posisi keuangan dan hasil operasi semua perusahaan secara retrospektif sesuai dengan PSAK No.

4.5.2.1.6. PT. Lippo E-Net Tbk.

Perusahaan dan PT Samiaji Dutaperkasa, perusahaan anak, memiliki investasi saham pada PT Lippo Karawaci Tbk (LK) masing – masing sebanyak 266.440.672 saham dan 11.140.800 saham. Pada laporan keuangan konsolidasian untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2007, investasi saham LK tersebut masing – masing dikelompokan sebagai saham untuk diperdagangkan sebanyak 134.656.472 saham dan sebagai saham yang tersedia untuk dijual sebanyak 142.925.000 saham. Pada 26 Desember 2007, LK melakukan pemecahan nilai nominal saham tersebut, jumlah investasi saham LK yang dimiliki oleh perusahaan dan perusahaan anak meningkat menjadi sebanyak 336.641.180 saham untuk saham yang diperdagangkan dan sebanyak 357.312.500 saham untuk saham yang tersedia untuk dijual. Atas perubahan jumlah investasi saham LK tersebut, Perusahaan Perusahaan dan PT Samiaji Dutaperkasa, perusahaan anak, memiliki investasi saham pada PT Lippo Karawaci Tbk (LK) masing – masing sebanyak 266.440.672 saham dan 11.140.800 saham. Pada laporan keuangan konsolidasian untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2007, investasi saham LK tersebut masing – masing dikelompokan sebagai saham untuk diperdagangkan sebanyak 134.656.472 saham dan sebagai saham yang tersedia untuk dijual sebanyak 142.925.000 saham. Pada 26 Desember 2007, LK melakukan pemecahan nilai nominal saham tersebut, jumlah investasi saham LK yang dimiliki oleh perusahaan dan perusahaan anak meningkat menjadi sebanyak 336.641.180 saham untuk saham yang diperdagangkan dan sebanyak 357.312.500 saham untuk saham yang tersedia untuk dijual. Atas perubahan jumlah investasi saham LK tersebut, Perusahaan

4.5.2.2. Kesalahan Mendasar. 4.5.2.2.1. PT. Indoexchange Tbk.

Manajemen Perusahaan telah menyajikan kembali laporan keuangan konsolidasi untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2006 karena penyesuaian atas saldo aktiva pajak tangguhan. Kesalahan perhitungan aktiva pajak tangguhan atas rugi fiscal kumulatif sebesar Rp 2.232.750.593 dan Rp 210.489.201, sebagai akibatnya saldo aktiva pajak tangguhan pada tanggal 31 Desember 2006 adalah sebesar Rp 4.098.783.712.