Deskripsi Hasil Penelitian Tahun 2008

4.6. Deskripsi Hasil Penelitian Tahun 2008

Berdasarkan hasil penelitian pada tahun buku 2008 kami memperoleh sampel data sebanyak 16 perusahaan yang melakukan penyajian kembali pada laporan keuangannya, dari 16 perusahaan tersebut terdapat 7 perusahaan melakukan penyajian kembali karena adanya perubahan kebijakan perusahaan yang dilakukan 4 perusahaan melakukan penyajian kembali karena perubahan standar pelaporan dan peraturan Bank Indonesia dan 5 perusahaan melakukan penyajian kembali karena adanya kesalahan penyajian laporan keuangan.

4.6.1. Klasifikasi Penyajian Kembali.

Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian dapat disimpulkan pada tahun 2008 terdapat tiga faktor penyebab penyajian kembali laporan keuangan pada tahun pelaporan 2008 yaitu perubahan kebijakan perusahaan, perubahan standar pelaporan dan peraturan dan kesalahan penyajian laporan keuangan. Berikut adalah nama perusahaan – perusahaan, kantor akuntan publik yang mengaudit dan faktor penyebab penyajian laporan keuangan pada tahun 2008 :

Perubahan Kebijakan

No Nama Perusahaan Kantor Akuntan Publik

1 PT Pelita Sejahtera Abadi Tbk KAP Ngurah Arya & Rekan

2 PT Bank Windu Kentjana KAP Mulyamin Sensi Suryanto International Tbk

3 PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk KAP Aryanto Amir Jusuf & Mawar

4 PT Indonesia Air Transport Tbk. KAP Kosasih & Nurdiyaman

5 PT Tembaga Mulia Semanan Tbk KAP Purwantono Sarwoko & Sandjaja

6 PT Perusahaan Gas Negara Tbk KAP Purwantono Sarwoko & Sandjaja

No Nama Perusahaan Kantor Akuntan Publik

7 PT SAT Nusapesada Tbk KAP Johan Malonda Astika & Rekan

Perubahan Standar Akuntansi dan Peraturan No

Nama Perusahaan Kantor Akuntan Publik

1 PT Bank International Indonesia KAP Haryanto Sahari & Rekan Tbk

2 PT Wahana Ottomitra Multiartha KAP Purwantono Sarwoko & Sandjaja Tbk

3 PT Hexindo Adiperkasa Tbk. KAP Purwantono Sarwoko & Sandjaja

4 PT Triwira Insanlestari Tbk KAP Budman Soedarno & Rekan

Kesalahan penyajian

No Nama Perusahaan Kantor Akuntan Publik

1 PT Duta Kirana Finance Tbk KAP Junaedi, Chairul, Labib, Subyakto & Rekan

2 PT Mitra Rajasa Tbk KAP Johan Malonda Astika & Rekan

3 PT Nipress Tbk KAP Darmenta & Tjahjo

4 PT Reliance Securities Tbk KAP Drs Wirawan & Rekan

5 PT Tempo Inti Media Tbk KAP Drs Bernardi & Rekan

4.6.2. Pengungkapan Penyajian Kembali

Untuk mengkaji secara jelas, peneliti melakukan pengungkapan penyajian kembali laporan keuangan untuk tahun 2008 dengan tetap mengklasifikasikannya sesuai dengan faktor penyebab penyajian kembali laporan keuangan yang terjadi pada tahun 2008 yaitu perubahan kebijakan perusahaan, perubahan pernyataan standar akuntansi keuangan dan kesalahan penyajian laporan keuangan.

4.6.2.1. Perubahan Kebijakan Akuntansi 4.6.2.1.1. PT Pelita Sejahtera Abadi Tbk.

Penyajian kembali laporan keuangan pada tahun 2007 karena perusahan telah merubah metode akuntansi untuk pajak penghasilan dari metode hutang pajak ke metode pajak tangguhan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 46 mengenai ”Akuntansi Pajak Penghasilan” dan karenanya laporan keuangan tahun 2008 telah disajikan kembali untuk penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 46 ”Akuntansi Pajak Penghasilan”.

4.6.2.1.2. PT Bank Windu Kentjana International Tbk.

PT Bank Windu Kentjana International Tbk dan PT Bank Windu Kentjana telah melakukan penggabungan usaha pada tanggal 8 Januari 2008. Perusahaan bertindak sebagai perusahaan yang menerima penggabungan dan PT Bank Windu Kentjana dibubarkan secara hukum. Laporan keuangan atas kedua perusahaan tersebut digabungkan menggunakan metode penyatuan kepemilikan. Sehubungan dengan penggabungan usaha tersebut, laporan keuangan tahun 2007 telah disajikan kembali seolah – olah penggabungan usaha telah terjadi sejak permulaan periode laporan keuangan yang disajikan.

4.6.2.1.3. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.

Pada tahun 2008, Perusahaan melakukan restrukturisasi atas grup usahanya dengan mengakuisisi 3 (tiga) perusahaan yang masih tergabung dalam pengendalian yang sama. Perusahaan melakukan akuisisi saham PT Poly Meditra Indonesia (PMI), PT Bumiraya Investindo (BRI) dan PT Patra Power Nusantara (PPN). Sehubungan dengan akuisisi tersebut dan sesuai dengan Peryataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 38 ”Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali”, laporan keuangan konsolidasi tahun 2007 telah disajikan kembali untuk menggambarkan seolah – olah perusahaan – perusahaan tersebut telag bergabung sejak permulaan periode yang disajikan.

4.6.2.1.4. PT Indonesia Air Transport Tbk.

Mulai 1 Januari 2008, Perusahaan menerapkan Pernyataan Standar Akutansi Keuangan No 102 mengenai “Akuntansi Murabah”. Sebagaimana disyaratkan dalam PSAK, laporan keuangan untuk tahun 2007 telah disajikan kembali untuk menunjukan dampak perubahan akuntansi terhadap periode sebelumnya.

4.6.2.1.5. PT Tembaga Mulia Semanan Tbk.

Berdasarkan berita acara Rapat Umum pemegang Saham Luar Biasa yang diaktakan Notaris Ny. Poerbaningsih Adi Warsito, S.H., No. 60, tanggal 17 Juni 2008, pemegang saham perusahaan, menyetujui penjualan sebagian asat dari divisi perakitan kabel eletronik kepada PT Totoku Indonesia. Penjualan ini konsisten dengan startegi jangka panjang Perushaan untuk fokus pada kegiatan utamanya.

Berdasarkan Perjanjian Pengalihan Usaha (Business Transfer Agreement) tanggal

20 Juni 2008, Perusahaan mengalihkan seluruh usaha perakitan kabel elektonik (Usaha yang Dialihkan) dan PT Totoku Indonesia (TTI) membeli seluruh usaha yang dialihkan efektif pada tanggal 1 Juli 2008. Harga pengalihan adalah US$ 215.000 untuk nilai usaha dan menggunakan harga pasar untuk aset tetap dan nilai buku untuk persediaan. Seluruh hak dan kewajiban setelah tanggal pengalihan akan dialihkan dari Perusahaan ke TTI dan TTI akan memperkerjakan seleuruh karyawan tetap dan karyawan kontrak yang ingin bergabung dengan TTI. Dari pengalihan usaha ini, Perusahaan memperoleh keuntungan 20 Juni 2008, Perusahaan mengalihkan seluruh usaha perakitan kabel elektonik (Usaha yang Dialihkan) dan PT Totoku Indonesia (TTI) membeli seluruh usaha yang dialihkan efektif pada tanggal 1 Juli 2008. Harga pengalihan adalah US$ 215.000 untuk nilai usaha dan menggunakan harga pasar untuk aset tetap dan nilai buku untuk persediaan. Seluruh hak dan kewajiban setelah tanggal pengalihan akan dialihkan dari Perusahaan ke TTI dan TTI akan memperkerjakan seleuruh karyawan tetap dan karyawan kontrak yang ingin bergabung dengan TTI. Dari pengalihan usaha ini, Perusahaan memperoleh keuntungan

Sehubungan dengan pengalihan usaha tersebut di atas, laporan keuangan tahun 2007 telah disajikan kembali untuk mencerminkan aktiva bersih dan hasil operasi dari divisi perakitan kabel eletronik sebagai operasi dalam penghentian sesuai dengan PSAK No

58 (Revisi 2003). Operasi dalam Penghentian.

4.6.2.1.6. PT Perusahaan Gas Negara Tbk.

Pada tahun 2003, Trangasindo, Anak Perusahaan, mengubah metode penyusutan mesin dan peralatan dari metode saldo menurun berganda menjadi metode garis lurus. Untuk tujuan konsolidasi, dilakukan penyesuaian atas laporan keuangan Transgasindo untuk menyajikan kebijakan penyusutannya yang sama dengan kebijakan penyusutan pada laporan keuangan konsolidasi.

4.6.2.1.7. PT SAT Nusapesada Tbk.

Pada tanggal 7 Juli 2008, Perusahaan melakukan akuisisi hak kepemilikan Sat Nusa (Putian) Electronics Co. Ltd (SNE) sejumlah 100% dari Sat Nusa International Ltd., sehingga akibat dari penerapan metode penyatuan kepemilikan, Laporan Keuangan Konsolidasi Perusahaan tahun 2007 telah disajikan kembali untuk menggambarkan SME telah menjadi bagian dari Perusahaan sejak permulaan periode Laporan Keuangan Konsolidasi Perusahaan.

4.6.2.2. Perubahan Standar Akuntansi dan Peraturan. 4.6.2.2.1. PT Bank International Indonesia Tbk.

Dalam rangka mematuhi Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/6/PBI/2006 mengenai Penerapan Manajemen Pengendalian terhadap Perusahaan Anak, PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOM) telah melakukan migrasi system teknologi informasi ke system baru. Pada saat proses migrasi, manajemen WOM dan Bak menemukan dua hal yang berdampak terhadap laporan keuangan konsolidasi Bank untuk tahun berjalan dan tahun – tahun sebelumnya yaitu sebagai berikut :

1. Metode pengakuan pendapatan bunga Sistem lama mencatat pendapatan bunga dengan metode monthly accrual, bukan

dengan metode daily accrual, akibatnya pendapatan bunga menjadi lebih besar dibandingkan dengan yang seharusnya dicatat pada akhir bulan maupun akhir tahun apabila pencatatan dilakukan secara daily accrual. Namun total pendapatan bunga selama periode pinjaman sidah benar. Dengan system baru, pencatatan pengakuan piutang pendapatan bunga dapat dilakukan secara daily accrual. Oleh karenanya, manajemen WOM memutuskan untuk mengubah metode pencatatn pengakuan piutang pendapatan bunga dari monthly accrual menjadi daily accrual.

2. Rekonsiliasi data nasabah Joint Financing antara Bank dan WOM Selama proses rekonsiliasi pada tahun 2008, Bank dan WOM menemukan adanya

perbedaan jumlah rekening dan kolektibilitas debitur yang berasal dari pembiayaan yang diberikan pada tahun sebelum 2008.

Oleh karena dampak dari hal – hal tersebut diatas signifikan, manajemen Bank telah memutuskan untuk melakukan penyajian kembali laporan keuangan konsolidasi untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2007 dan 2006.

4.6.2.2.2. PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk.

Dalam rangka proses mirroring untuk memenuhi peraturan Bank Indonesia No. 8/6/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 mengenai penerapan manajemen risiko secara konsolidasi bagi bank yang melakukan pengendalian terhadap anak perusahaan, pada tahun 2008, Perusahaan sebagai anak perusahaan PT Bank International Indonesia Tbk melakukan proses migrasi teknologi informasi dari system lama yang berdiri sendiri menjadi system terkoneksi dengan kantor pusat. Sistem lama menghitung akrual bulanan (monthly accrual) bukan akrual harian (daily accrual). Oleh karenanya, manajemen Perusahaan memutuskan untuk mengubah metode pencatatan pengakuan piutang pendapatan bunga dari monthly accrual menjadi daily accrual dan menyajikan kembali laporan keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007.

4.6.2.2.3. PT Hexindo Adiperkasa Tbk.

Pada tahun 2005 dan 2006, Perusahaan mengadakan perjanjian sewa dengan PT Kaltim Prima Coal (KPC) untuk menyewakan 14 unit alat berat yang dibeli melalui hutang kepada Mitsubishi Corporation, Jepang. Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi No 30 mengenai AKuntansi Sewa Guna Usaha transaksi tersebut tidak memenuhi krteria sebagai sewa pembiayaan sehingga transaksi tersebut diklasifikasikan sebagai transaksi sewa menyewa biasa (operating lease).

Akan tetapi dengan diimplementasikannya PSAK No 30 (Revisi 2007), “Sewa”, yang memperhatikan substansi dari transaksi sewa dengan KPC, Perusahaan mengklasifikasikan transaksi tersebut sebagai transaksi sewa pembiayan. Oleh karenanya, Perusahaan telah menyajikan kembali laporan keuangan tahun 2007 sehubungan dengan perubahan kebijakan akuntansi tersebut.

4.6.2.2.4. PT Triwira Insanlestari Tbk.

Pada tahun 2008, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8,”Penentuan Apakah Suatu Perjanjian Mengandung Suatu Sewa dan Pembahasan Lebih Lanjut Ketentuan Transisi PSAK No. 30 (Revisi 2007)”. Interpretasi tersebut memberikan pedoman untuk menentukan apakah suatu perjanjian adalah perjanjian sewa atau perjanjian yang mengandung suatu sewa sehingga harus diperlakukan sesuai dengan PSAK No. 30 (Revisi 2007). Interpretasi tersebut juga mengklarifikasi bahwa jika penerapan PSAK No.

30 (Revisi 2007) tidak retrospektif, saldo yang terkait dengan transaksi sewa pembiayaan yang sudah ada sebelumnya dianggap telah ditentukan secara tepat oleh lessor. Sehubungan dengan sewa operasi yang sudah ada sebelumnya, entitas diharuskan mengevaluasi sewa tersebut untuk menentukan apakah sewa tersebut harus diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan menurut PSAK No. 30 (Revisi 2007). Jika suatu sewa operasi yang sudah ada sebelumnya adalah suatu sewa pembiayaan menurut PSAK No. 30 (Revisi 2007), entitas diperbolehkan untuk menerapkan PSAK No. 30 (Revisi 2007) secara retrospektif atau prospektif. Lessee yang memilih penerapan retrospektif harus menerapkan seolah-olah kebijakan akuntansi baru berdasarkan PSAK (Revisi 2007) sudah berlaku terhadap semua pinjaman. Lessee yang memilih penerapan retrospektif harus menerapkan seolah-olah kebijakan akuntansi baru berdasarkan PSAK No. 30 (Revisi 2007) ini berlaku sejak awal periode sajian, terhadap semua perjanjian yang telah ada pada awal periode sajian.

Pada saat penerapan PSAK revisi ini, Perusahaan memilih untuk menerapkannya secara prospektif seluruh perjanjian yang ada pada awal periode sajian, dievaluasi oleh Perusahaan untuk menentukan klasifikasi perjanjian-perjanjian tersebut berdasarkan PSAK revisi ini. Jika memenuhi kriteria sebagai sewa pembiayaan, dan jika Perusahaan bertindak sebagai lessee, maka Perusahaan akan mengakui aset dan kewajiban sewa pembiayaan berdasarkan kondisi yang ada pada awal periode sajian.

4.6.2.3. Kesalahan Mendasar. 4.6.2.3.1. PT Duta Kirana Finance Tbk.

Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan atas laporan keuangan, Perusahaan tidak membukukan aktiva pajak tangguhan, sehubungan dengan itu, untuk kepentingan perbandingan, maka beberapa saldo akun tahun 2007 disajikan kembali.

4.6.2.3.2. PT Mitra Rajasa Tbk.

Perusahaan melakukan penyesuaian atas Laporan Keuangan Konsolidasi per dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007 berkaitan dengan penerpan PSAK No. 46 Mengenai Akuntansi Pajak Penghasilan dimana Perusahaan belum memperhitungkan kewajiban pajak tangguhan atas kenaikan nilai wajar aset yang teridentifikasi sehubungan dengan akuisisi saham SSI.

4.6.2.3.3. PT Nipress Tbk.

Pada tahun 2008, Manajemen Perusahaan memutuskan untuk menghitung kembali kewajiban imbalan pasca kerja untuk seluruh karyawan tetap Perusahaan sejumlah 370 Karyawan dengan menggunakan aktuaris independen dan pajak tangguhan. Perhitungan tersebut berdampak pada penyesuaian defisit pada awal tahun perbandingan laporan keuangan.

4.6.2.3.4. PT Reliance Securities Tbk.

Dalam laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya, Perusahaan mengklasifikasikan portofolio efek berupa saham PT Kawasan Industri Jababeka Tbk sebagai efek untuk diperdagangkan, seharusnya efek tersebut diklasifikasikan sebagai efek yang tersedia untuk dijual. Selain itu, Perusahaan belum mencatat Saldo Laba yang Telah Ditentukan Penggunaannya. Sesuai dengan PSAK No. 25 “Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi”, hal tersebut merupakan kesalahan mendasar. Untuk tujuan perbandingan, Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2007 disajikan kembali.

4.6.2.3.5. PT Tempo Inti Media Tbk.

Pada tahun 2008, manajemen Perseroan memutuskan untuk melakukan penyajian kembali atas laporan keuangan konsolidasian tahun 2007 sehubungan dengan rekomendasi dari lembaga pengawas perusahaan publik. Penyajian kembali tersebut menyangkut adanya kesalahan penyajian akun Penyisihan Retur Penjualan yang disajikan sebelumnya sebagai Penyisihan Retur Penjualan Konsinyasi. Penyajian kembali tesebut dimaksudkan untuk menghindari salah penafsiran terhadap laporan keuangan.