KASUS – KASUS PENYAJIAN KEMBALI

4.7. KASUS – KASUS PENYAJIAN KEMBALI

Berdasarkan penelitian selama lima tahun sejak tahun pelaporan 2004 sampai dengan 2008 peneliti memperoleh sebanyak 13 perusahaan yang melakukan penyajian kembali karena adanya kesalahan mendasar, Perusahaan – perusahaan tersebut adalah sebagai berikut :

Nama Perusahaan

Tahun Pelaporan

Permasalahan

PT. Panin Sekuritas Tbk.

Konsolidasi anak perusahaan

PT. Pakuwon Jati Tbk.

Kesalahan penyajian hutang bunga

PT. Surya Semesta Internusa Tbk.

Beban keuangan yang tidak dibukukan

PT. Tira Austenite Tbk.

Belum direalisasinya laba yang seharusnya telah direalisasi atas penjualan

antar perusahaan

dalam

Grup

PT. Jaka Inti Realtindo Tbk.

Kesalahan pencatatan atas pembebanan biaya bunga pinjaman tahun 2005

PT Wahana Ottomitra Multiartha

Kesalahan mendasar Tbk.

atas

transaksi pembiayaan bersama, penerusan

pinjaman dan pengambilalihan piutang

Nama Perusahaan

Tahun Pelaporan

Permasalahan

PT. Indonesia Prima Property

Kesalahan penyajian Tbk.

atas pengelompokan aktiva,

reklasifikasi hutang pada pihak yang

mempunyai hubungan

istimewa pada tahun 2005 dan perhitungan ulang atas imbalan

kerja karyawan.

PT. Indoexchange Tbk

Kesalahan perhitungan aktiva pajak tangguhan

PT Duta Kirana Finance Tbk

Perusahaan tidak membukukan

aktiva pajak tangguhan

PT Mitra Rajasa Tbk

Perusahaan belum memperhitungkan kewajiban

pajak tangguhan

atas kenaikan nilai wajar aset

yang teridentifikasi sehubungan

dengan akuisisi saham SSI

Nama Perusahaan

Tahun Pelaporan

Permasalahan

PT Nipress Tbk

Perusahaan menghitung kembali kewajiban

imbalan pasca kerja untuk seluruh karyawan tetap Perusahaan sejumlah 370 Karyawan dengan menggunakan aktuaris independen dan pajak tangguhan.

PT Reliance Securities Tbk

Perusahaan mengklasifikasikan portofolio efek berupa saham PT Kawasan Industri Jababeka Tbk sebagai efek untuk diperdagangkan, seharusnya

efek tersebut diklasifikasikan sebagai efek yang tersedia untuk dijual.

PT Tempo Inti Media Tbk

Kesalahan penyajian akun Penyisihan Retur Penjualan

yang disajikan sebelumnya sebagai

Penyisihan Retur

Penjualan Konsinyasi.

4.7.1. PT Panin Sekuritas Tbk.

4.7.1.1 Informasi umum PT Panin Sekuritas Tbk.

PT Panin Sekuritas Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan Akta No. 369 tanggal

27 Juli 1989 juncto Akta No. 59 tanggal 4 September 1989. Sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi Perantara Perdagangan Efek, Penjamin Emisi Efek dan Manajer Investasi/Penasihat Investasi. Perusahaan telah mendapat ijin usaha sebagai Perantara Pedagang Efek, Penjamin Emisi Efek dan Manajer Investasi dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) masing-masing dengan Surat Keputusannya No. Kep-205/PM/1992, No. Kep-206/PM/1992 tertanggal 14 April 1992 dan No. Kep-01/PM/MI/1997 tertanggal 31 Januari 1997. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan berkantor pusat di Gedung Bursa Efek Jakarta - Menara II, Lt. 17 Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190, Indonesia. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial sejak 14 September 1989.

4.7.1.2 Analisa Kasus Penyajian Kembali Laporan Keuangan.

Berdasarkan PSAK No. 4 mengenai Laporan Keuangan Konsolidasi menyatakan bahwa suatu perusahaan yang memiliki 50% saham atau kurang dan berhak suara pada perusahaan anak, wajib menyusun laporan keuangan konsolidasian apabila dapat dibuktikan bahwa pengendalian tetap ada, utnuk periode perbandingan yang diungkapkan harus dimasukkan dalam laporan keuangan konsolidasian seolah – olah perusahaan anak tersebut telah dikonsolidasikan sejak permulaan periode yang disajikan. Perusahaan memiliki pengendalian atas manajemen perusahaan anak, sehingga Perusahaan wajib menyusun laporan keuangan konsolidasian dan untuk tujuan perbandingan laporan keuangan konsolidasian untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2004 disajikan kembali.

Akun – akun pada laporan keuangan 31 Desember 2004 yang mengalami perubahan adalah sebagai berikut:

Disajikan kembali

Disajikan kembali

Kas dan Setara kas – Pihak hubungan Istimewa

2.390.892.811 Portofolio Efek – Diperdagangkan – Pihak Hubungan Istimewa

Penyertaan Saham – Pihak Hubungan Istimewa 659.993.732

KEWAJIBAN

Kewajiban Pajak Tangguhan

HAK MINORITAS

EKUITAS

Saldo Laba – Belum Ditentukan Penggunaannya

Disajikan kembali

Disajikan kembali

Rp

Rp

PENDAPATAN USAHA

Keuntungan atas perdagangan efek yang belum direalisasi

BEBAN USAHA

Umum dan Administrasi

PENDAPATAN (BEBAN) LAIN - LAIN

Lain – lain – Bersih

MANFAAT (BEBAN) PAJAK PENGHASILAN

Pajak Tangguhan

HAK MINORITAS ATAS LABA BERSIH PERUSAHAAN ANAK YANG DIKONSOLIDASI

Perubahan jumlah aktiva, kewajiban, ekuitas dan laba bersih pada laporan keuangan 31 Desember 2004 adalah sebagai berikut:

Disajikan kembali

Disajikan kembali

Rp

Rp

Jumlah Aktiva

300.690.021.651 Jumlah Kewajiban

175.903.184.592 Jumlah Ekuitas

124.099.904.807 Laba Bersih

Berdasarkan informasi yang berasal dari laporan keuangan yang disajikan kembali dapat dianalisa bahwa terjadi peningkatan terhadap pendapatan usaha yang berasal dari keuntungan atas perdagangan efek yang belum direalisasi, termasuk peningkatan terhadap beban umum dan administrasi dan pajak tangguhan yang berasal dari anak perusahaan yang dikonsolidasi, pada neraca konsolidasi dijabarkan pula hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan yang dikonsolidasi. Dari semua koreksi yang dilakukan atas penyajian kembali tersebut aktiva perusahaan meningkat sebesar 0,22% dari sebelum disajikan dengan kontribusi koreksi terhadap laba bersih sebesar Rp 19.207.448 atau 0,078%.

Dari pergerakan data penyajian kembali memang secara besarnya jumlah, angka penyajian kembali tidak material tetapi secara kualitas informasi sangat material ini dapat dilihat dimana dalam penyertaan PT Panin Sekuritas Tbk hanya memiliki persentase kepemilikan 0,5% terhadap PT Kustodian Sentral Efek Indonesia, 0,5% terhadap PT Bursa Efek Surabaya dan 0,4% terhadap PT Bursa Efek Jakarta, tetapi karena perusahaan memiliki kendali dan pengaruh yang signifikan maka laporan keuangan perusahaan harus dikonsolidasi dan disajikan kembali seperti yang terjadi pada kasus ini. Dari catataan atas laporan keuangan perusahaan, diketahui bahwa Penyertaan saham pada PT Bursa Efek Jakarta (BEJ), PT Bursa Efek Surabaya (BES) dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dilakukan hanya merupakan salah satu persyaratan sebagai Anggota Bursa.

Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa sesuai dengan PSAK No. 4 mengenai Laporan Keuangan Konsolidasi menyatakan bahwa suatu perusahaan yang memiliki 50% saham atau kurang dan berhak suara pada perusahaan anak, wajib menyusun laporan keuangan konsolidasian apabila dapat dibuktikan bahwa pengendalian tetap ada, sehingga dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa standar melihat substansi dari transaksi yang sesungguhnya terjadi tidak hanya dari bentuk transaksi itu sendiri.

4.7.2. PT Pakuwon Jati Tbk.

4.7.2.1 Informasi umum PT Pakuwon Jati Tbk.

PT Pakuwon Jati Tbk. (Perusahaan) didirikan berdasarkan akta No. 281 tanggal 20 September 1982 dari Kartini Muljadi S.H., notaris di Jakarta. Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, runag lingkup kegiatan Perusahaan bergerak dalam bidang pengusahaan (1) pusat perbelanjaan yang dikenal dengan nama Plasa Tunjungan, (2) Pusat Perkantoran Mandiri Tower, (3) hotel bintang lima Sheraton Surabaya Hotel dan Towers, serta (4) real estate Perumahan Laguna Indah dan Kawasan Industri (belum beroperasi), semuanya berlokasi di Surabaya. Perusahaan mulai melakukan kegiatan usaha pada bulan Mei 1986. Perusahaan berkantor pusat di Mandiri Tower Lt 8 Jl Basuki Rachmad No. 8 –

12, Surabaya – Indonesia.

4.7.2.2 Analisa Kasus Penyajian Kembali Laporan Keuangan.

Pada tahun 2005, perusahaan telah menyajikan kembali laporan keuangan konsolidasi tahun 2004 dan 2003 dan melakukan reklasifikasi akun sehubungan dengan hal – hal sebagai berikut :

1. Perusahaan sebelumnya mencatat hutang bunga atas pinjaman jangka panjang yang telah jatuh tempo sampai dengan 31 Desember 2002. Pada tahun 2005, perusahaan telah menyajikan kembali laporan keuangan konsolidasi tahun 2004 dan 2003 dengan menghitung dan membukukan hutang bunga pinjaman tahun 2004 dan 2003 masing – masing sebesar Rp 49.296.138 ribu dan Rp 40.400548 ribu. Atas hutang bunga tahun 2003 telah mengakibatkan penyesuaian kerugian kurs mata uang asing sebesar Rp 3.937.443 ribu pada tahun 2004. Penyesuaian – penyesuaian tersebut 1. Perusahaan sebelumnya mencatat hutang bunga atas pinjaman jangka panjang yang telah jatuh tempo sampai dengan 31 Desember 2002. Pada tahun 2005, perusahaan telah menyajikan kembali laporan keuangan konsolidasi tahun 2004 dan 2003 dengan menghitung dan membukukan hutang bunga pinjaman tahun 2004 dan 2003 masing – masing sebesar Rp 49.296.138 ribu dan Rp 40.400548 ribu. Atas hutang bunga tahun 2003 telah mengakibatkan penyesuaian kerugian kurs mata uang asing sebesar Rp 3.937.443 ribu pada tahun 2004. Penyesuaian – penyesuaian tersebut

2. Merubah penyajian neraca konsolidasi tahun 2004 dan 2003 dengan menggunakan metode ”classified” agar lebih mencerminkan sifat usahanya.

3. Mengoffset aktiva real estat (aktiva lain – lain) yang diserahkan dalam penyelesaian hutang obligasi. Keuntungan penyelesaian hutang obligasi tersebut ditangguhkan dan dicatat sebagi hutang lain – lain.

4. Reklasifikasi penyajian akun keuntungan penghapusan bunga dan denda obligasi tahun 2004 dan keuntungan penyelesaian pinjaman jangka pendek dan wesel bayar tahun 2003 dari penghasilan (beban) lain – lain menjadi keuntungan pos luar biasa.

5. Penyesuaian saldo laba awal tahun 2003 atas pajak penghasilan final dari pendapatan diterima dimuka.

6. Anak Perusahaan (RJLM) menyajikan kembali laporan keuangan tahun 2004 dengan menggunakan mata uang Rupiah sebagai mata uang pelaporan.

7. Perusahaan juga melakukan penyesuaian dan penambahan pengungkapan dalam laporan arus kas konsolidasi dan catatan atas laporan keuangan konsolidasi tahun 2004 dan 2003.

Dari kasus diatas atas PT Pakuwon Jati Tbk terjadi kesalahan mendasar atas pencatatan hutang bunga pinjaman jangka panjang yang telah jatuh tempo sampai dengan

31 Desember 2002, sehingga perusahaan harus melakukan penyajian kembali terhadap laporan keuangan untuk tahun – tahun yang berakhir 2004 dan 2003 dengan melakukan koreksi signifikan atas akun hutang bunga pinjaman dan penyesuaian kerugian kurs mata uang asing, penyesuaian tersebut dilakukan agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Penyajian kembali terhadap laporan keuangan yang terjadi pada tahun – tahun tersebut juga dilakukan atas kesalahan lainnya.

Atas kesalahan – kesalahan tersebut diatas disimpulkan bahwa tidaklah menjamin bahwa laporan keuangan yang diaudit oleh kantor akuntan besar dapat bebas dari kesalahan penyajian yang dikarenakan kesalahan mendasar, dari analisa dan pencarian data atas kesalahan penyajian tersebut kami tidak mendapatkan informasi yang memadai atas sanksi atau denda yang terkait atas kesalahan tersebut. Auditor bertanggung jawab atas opini audit yang diberikan berdasarkan audit yang dilakukan sesuai dengan standar auditing dan akuntansi yang berlaku dan meyakini bahwa prosedur audit yang dilakukan cukup untuk menyatakan pendapatnya, tetapi jika kesalahan tersebut tidak dapat dideteksi maka informasi yang disajikan dapat menyesatkan.

4.7.3. PT Surya Semesta Internusa Tbk.

4.7.3.1 Informasi umum PT Surya Semesta Internusa Tbk.

PT Surya Semesta Internusa Tbk (”Perusahaan”) didirikan berdasarkan akta No 37 tanggal 15 Juni 1971 dari Ny. Umi Sutamto,S.H., notaris di Jakarta, dengan nama PT Multi Investment Ltd. Perusahaan beralamat di Jl HR Rasuna Said Kav X-0, Kuningan, Jakarta. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1971. Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, runga lingkup kegiatan Perushaan terutama adalah berusaha dalam bidang industri, perdagangan, pembangunan, pertanian, pertambangan dan jasa, etrmasuk mendirikan perusahaan dibidang perindustrian bahan bangunan, real estat, kawasan industri, pengelolaan gedung dan lain – lain.

4.7.3.2 Analisa Kasus Penyajian Kembali Laporan Keuangan.

Atas pinjaman dari Commonwealth Development Corporation, anak perusahaan (SCS) tidak membukukan beban keuangan sejak tahun 2003. Hal ini tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, Beban keuangan yang tidak dibukukan pada tahun 2004 dan 2003 masing – masing sebesar Rp 20.325.792.573 dan Rp 27.378.981.158. Perusahaan dan anak perusahaan tersebut telah menerbitkan kembali laporan keuangan konsolidasi tahun 2004 dengan membukukan beban keuangan anak perusahan tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Perusahaan dan anak perusahaan telah menerbitkan kembali laporan keuangan konsolidasi tahun 2004 dengan membukukan beban keuangan anak perusahaan tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Berikut disajikan akun – akun tahun 2004 sesudah dan sebelum disajikan kembali :

Disajikan kembali

Disajikan kembali

Rp

Rp

Biaya yang masih harus dibayar

(117.716.662.609) Beban bunga

(165.421.436.340)

(44.549.387.711) Rugi bersih

(64.875.180.284)

(64.756.495.451) Defisit awal tahun 2004

(85.082.288.024)

(121.955.201.673) Laba per saham Termasuk pos luar biasa

(149.334.182.831)

(88) Tidak termasuk pos luar biasa

Atas kesalahan penyajian tersebut terdapat kesalahan yang signifikan yang menyebabkan perubahan komposisi rugi tahun 2004 sebesar 31% dari saldo sebelum disajikan kembali, kesalahan tersebut karena kesalahan beban keuangan yang tidak dibukukan dan hal tersebut merupakan kesalahan mendasar atas penyajian laporan keuangan.

4.7.4. PT Tira Austenite Tbk.

4.7.4.1 Informasi umum PT Tira Austenite Tbk.

PT Tira Austenite Tbk (”Perusahaan”) didirikan berdasarkan akta notaris J.N. Siregar,S.H. No. 29 tanggal 8 April 1974. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasae Perusahaan, runag lingkup kegiatan Perusahaan meliputi perdagangan dan pabrikasi untuk barang – barang konsumsi dan barang – barang teknik, serta pembuatan dan pengolahan bahan – bahan yang berasal dari hasil perkebunan, pertambangan dan bahan kimia lainnya. Kegiatan Perusahaan yang aktif saat ini adalah perdagangan dan pabrikasi untuk barang – barang teknik. Perusahaan berkedudukan di Kawasan Industri Pulogadung, Jl Pulo Ayang R.1 Jakarta.

4.7.4.2 Analisa Kasus Penyajian Kembali Laporan Keuangan.

Grup melakukan penyesuaian atas belum direalisasinya laba yang seharusnya telah direalisasi atas penjualan antar perusahaan dalam Grup, aktiva pajak tangguhan, hak minoritas atas aktiva bersih anak perusahaan dan kekurangan pengakuan hutang usaha yang berhubungan dengan tahun 2004 dan tahun – tahun sebelumnya. Laporan keuangan konsolidasi tahun 2004 yang disajikan untuk keperluan komparatif telah disajikan kembali. Jumlah penyesuaian yang berhubungan dengan setiap tahun dimasukan dalam perhitungan laba atau rugi bersih tahun yang bersangkutan. Jumlah penyesuaian yang berhubungan dengan tahun – tahun sebelum tahun yang tercakup dalam informasi komparatif, disesuaikan pada saldo laba awal tahun 2004. Pengaruh penyajian kembali tersebut adalah sebagai berikut :

Disajikan kembali

Disajikan kembali

43.360.913.791 Aktiva pajak tangguhan

3.935.479.120 Jumlah aktiva

180.602.204.177 Hutang usaha

21.763.244.637 Jumlah kewajiban

105.365.014.955 Hak minoritas atas aktiva bersih anak perusahaan

4.228.253.210 Saldo laba

2.715.274.551 Jumlah ekuitas

71.008.936.012 Taksiran pajak penghasilan

Disajikan kembali

Disajikan kembali

Rp

Rp

749.252.176 Laba bersih

Hak minoritas atas rugi bersih anak perusahaan

4.7.5. PT Jaka Inti Realtindo Tbk.

4.7.5.1 Informasi umum PT Jaka Inti Realtindo Tbk.

PT Jaka Inti Realtindo Tbk (”Perusahaan”) didirikan pada tanggal 3 Februari 1993 dengan nama PT Jaka Artha Graha, berdasarkan Akta Notaris Lieke Lianadevi Tukgali,S.H., No. 26. Sesuai dengan anggaran dasar Perusahaan bergerak dalam bidang real estat, pengembangan dan kontrktor yang membangun perumahan beserta fasilitasnya dalam strata menengah ke bawah. Kantor Perusahaan berlokasi di Gedung SMR Lt 9 Jl Yos Sudarso Kav 89, Jakarta 14350.

4.7.5.2 Analisa Kasus Penyajian Kembali Laporan Keuangan.

Laporan keuangan konsolidasi Perusahaan dan Anak perusahaan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2005, telah disajikan kembali sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi keuangan (PSAK) No. 25, ”Laba atau Rugi Besih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi”, sehubungan dengan perhitungan atas pembebanan biaya bunga pinjaman tahun 2005 yang diperoleh dari PT Bank Aspac dan PT Bank Sahid Gajah Perkasa (Bank Beku operas) sebesar Rp 273.550.726 untuk tahun 2005 yang dicatat sebagai beban bunga pada tahun 2005 dan sebesar Rp 820.652.177 yang dicatat sebagai koreksi atas saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya pada awal tahun 2004.

Penyajian kembali laporan keuangan konsolidasi tahun 2005 dilakukan karena sejak tahun 2001, Perusahaan tidak menghitung beban bunga atas pinjaman tersebut. Hal ini disebabkan, pada saat itu, Perusahaan sedang dalam proses restrukturisasi dan Perusahaan mengganggap tidak ada dasar perhitungan tingkat bunga yang wajar atas pinjaman tersebut. Penyajian kembali tersebut dilakukan untuk memberikan penjelasan yang lebih informatif Penyajian kembali laporan keuangan konsolidasi tahun 2005 dilakukan karena sejak tahun 2001, Perusahaan tidak menghitung beban bunga atas pinjaman tersebut. Hal ini disebabkan, pada saat itu, Perusahaan sedang dalam proses restrukturisasi dan Perusahaan mengganggap tidak ada dasar perhitungan tingkat bunga yang wajar atas pinjaman tersebut. Penyajian kembali tersebut dilakukan untuk memberikan penjelasan yang lebih informatif

Pengaruh penyajian kembali tersebut adalah sebagai berikut:

Disajikan kembali

Disajikan kembali

Rp

Rp

Biaya masih harus dibayar

5.633.823.967 Hutang pajak

2.148.501.595 Jumlah kewajiban

17.839.296.174 Hak minoritas atas aktiva bersih Anak perusahaan

784.657.380 Jumlah ekuitas

141.220.097.468 Saldo laba – belum ditentukan Penggunaannya awal tahun

4.339.480.547 Pendapatan (beban) – lain – lain

895.901.879 Laba sebelum manfaat (beban) Pajak penghasilan

1.046.548.867 Manfaat (beban) pajak penghasilan

4.789.200 Pengaruh penyajian kembali tersebut adalah sebagai berikut:

Disajikan kembali

Disajikan kembali

Rp

Rp

Laba bersih

1.043.159.212 Laba bersih per saham dasar

4.7.6. PT. Wahana Ottomitra Multiartha Tbk.

4.7.6.1 Informasi umum PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk.

PT Wahana Ottomotra Multiartha Tbk (”Perusahaan”) didirikan di Republik Indonesia dengan nama PT Jakarta – Tokyo Leasing berdasarkan akta No. 179 tanggal 23 Maret 1982 dan kemudian diubah dengan Akta Perubahan Naskah Pendirian No 96 tanggal

15 Desember 1982, berdasarkan pasal 3 anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan dalam bidang lembaga pembiayaan yang meliputi sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen dan kartu kredit. Perusahaan mulai menfokuskan kegiatannya pada pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor dua sejak tahun 1997.

4.7.6.2 Analisa Kasus Penyajian Kembali laporan keuangan.

Laporan keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal – tanggal 31 Desember 2005 dan 2004 telah disajikan kembali atas jumlah yang dilaporkan sebelumnya untuk transaksi pembiayaan bersama, penerusan pinjaman dan pengambilalihan piutang dimana Perusahaan menanggung risiko kredit pada portofolio pembiayaan konsumen tersebut sesuai dengan Buletin Teknis No. 2, “Akuntansi untuk Pembiayaan Bersama atas Fasilitas Kredit” yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia pada bulan Oktober 2006. Akun – kaun yang terpengaruh dengan penyajian kembali ini adalah sebagai berikut :

Disajikan kembali

Disajikan kembali

Rp

Rp

Piutang pembiayaan konsumen – bersih 1.320.217.182.564 2.565.830.784.864 Jumlah aktiva

1.574.525.273.480 2.820.138.875.780 Hutang bank

- Biaya masih harus dibayar

35.866.464.923 Hutang lain – lain

68.164.720.542 1.342.380.071.605 Jumlah kewajiban

959.599.125.956 2.205.212.728.256 Pendapatan pembiayaan konsumen – bersih

815.284.850.561 Jumlah pendapatan

922.417.476.465 Beban pinjaman

312.132.717.687 Jumlah beban

Disajikan kembali

Disajikan kembali

Rp

Rp

Piutang pembiayaan konsumen – bersih 774.965.582.106 2.428.208.086.450 Jumlah aktiva

976.816.474.494 2.630.058.978.838 Hutang bank

13.391.780.641 Biaya masih harus dibayar

30.871.698.062 Hutang lain – lain

58.557.788.280 1.799.589.238.428 Jumlah kewajiban

526.903.687.007 2.180.146.191.351 Pendapatan pembiayaan konsumen – bersih

692.690.116.472 Jumlah pendapatan

751.290.251.074 Beban pinjaman

323.473.963.484 Jumlah beban

4.7.7. PT Indonesia Prima Property Tbk.

4.7.7.1 Informasi umum PT Indonesia Prima Property Tbk.

PT Indonesia Prima Property Tbk (”Perusahaan”) didirikan dalam rangka Undang – undang penanaman modal dalam negeri No. 6 tahun 1998 jo Undang – Undang No 12 tahun 1970 berdasarkan akta No. 31 tanggal 23 April 1983 dari Sastra Kosasih,S.H., Notaris di Surabaya. Ruang lingkup kegiatan Perusahaan dan anak perusahaan terutama meliputi bidang persewaan perkantoran, puast perbelanjaan (mal), apartemen dan hotel, pembangunan perumahan, hotel, apartemen beserta segala fasilitasnya. Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan kantor pusat beralamat di Wisma Sudirman Lt 11 Jl Jenderal Sudirman Kav 34, Jakarta.

4.7.7.2 Analisa Kasus Penyajian Kembali laporan keuangan.

Perusahaan dan anak perusahaan telah menyajikan kembali laporan keuangan konsolidasi tahun 2005. Penyajian kembali tersebut dilakukan atas hal – hal sebagai berikut:

1. Pada tahun 2006 dan 2005, penghasilan usaha utama Perusahaan secara konsolidasi bukan berasal dari aktivitas pengembangan real estat oleh karena itu Perusahaan menyajikan kembali neraca konsolidasi tahun 2005 dengan pengelompokan aktiva menjadi lancar dan tidak lancar untuk menyesuaikan dengan penyajian tahun 2006.

2. Pada tahun 2006, Perusahaan dan anak perusahaan melakukan perhitungan ulang imbalan kerja karyawan sesuai dengan PSAK No 24 (revisi 2004) dan panduan implementasi No 1 tentang PSAK No 24 (Revisi 2004). Atas perhitungan tersebut Perusahaan dan ank perusahaan melakukan penyesuaian secara retroaktif, oleh karenanya angka – angka komparatif tahun 2005 telah disajikan kembali.

3. Sejak tahun 2003, saham Perusahaan yang dimiliki PT Gajah Tunggal Mulia (GTM) tinggal sebesar 18,46% sehingga sejak tahun 2003 perusahaan – perusahaan yang dimiliki keterkaitan dengan GTM bukan merupakan pihak yang memiliki hubungan istimewa. Oleh karena itu akun selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali pada tahun 2005 yang berasal dari transaksi Perusahaan dan Anak Perusahaan juga melakukan reklaisfikasi hutang pada pihak yang mempunyai hubungan istimewa pada tahun 2005 menjadi biaya yang masih harus dibayar sebesar Rp 45.753.096 dan ke hutang lain – lain sebesar Rp 63.460.362.861.

Berikut disajikan akun – akun dalam laporan keuangan konsolidasi tahun 2005 sesudah dan sebelum penyajian kembali dan reklasifikasi :

Disajikan kembali

Disajikan kembali

Rp

Rp

Aktiva pajak tangguhan

5.684.412.821 Jumalh aktiva

754.758.889.582 Biaya yang masih harus dibayar

61.036.752.118 Hutang lain – lain jangka panjang

- Hutang pihak yang hubungan istimewa

109.213.459.007 Kewajiban pajak tangguhan

- Kewajiban imbalan kerja karyawan

21.188.117.452 Jumlah kewajiban

535.957.432.489 Hak minoritas atas aktiva bersih anak perusahaan

7.309.759.803 Jumalh ekuitas

211.491.697.290 Jumlah kewajiban dan ekuitas

754.758.889.582 Beban pokok penjualan dan beban langsung

95.154.932.202 Beban usaha

50.542.900.434 Beban pajak

(11.064.700.735) Hak minoritas atas rugi bersih anak perusahaan

51.183.328 Rugi bersih

(23.851.885.127) Saldo deficit Awal tahun

(544.518.987.819) Akhir tahun

4.7.8. PT. Indoexchange Tbk.

4.7.8.1 Informasi umum PT Indoexchange Tbk.

PT Indoexchange Tbk (”Perusahaan”) didirikan di Jakarta berdasarkan akta notaris Rahmah Arie Sutarjo, S.H. No 78 tanggal 19 September 1991. Perusahaan memulai kegiatan komersialnya pada bulan februari 1996 dalam bidang pnyediaan jasa informasi dan berita keuangan melalui portal internet. Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, maksud dan tujuan Perusahaan adalah bergerak dalam bidang jasa konsultasi manajemen bisnis dan informasi serta konsultasi teknologi internet. Perusahaan berkedudukan di gedung World Trade Center Lt 12 Jl Jenderal Sudirman Kav 29-31, Jakarta 12920.

4.7.8.2 Analisa Kasus Penyajian Kembali Laporan Keuangan.

Manajemen Perusahaan telah menyajikan kembali laporan keuangan konsolidasi untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2006 karena penyesuaian atas saldo aktiva pajak tangguhan. Kesalahan perhitungan aktiva pajak tangguhan atas rugi fiskal kumulatif sebesar Rp 2.232.750.593 dan Rp 210.489.201, sebagai akibatnya saldo aktiva pajak tangguhan pada tanggal 31 Desember 2006 adalah sebesar Rp 4.098.783.712.

Disajikan kembali

Disajikan kembali

Rp

Rp

Neraca Aktiva pajak tangguhan

4.098.783.712 Akumulasi defisit

Laporan Laba Rugi Penghasilan (Beban) Pajak Tangguhan

(44.902.662) Rugi Bersih

Laporan Perubahan Ekuitas Akumulasi defisit per 31 Desember 2005

34.122.671.857 Akumulasi defisit per 31 Desember 2006

Berdasarkan informasi yang peneliti terima kesalahan perhitungan aktiva pajak tangguhan pada tahun 2006 karena perusahaan turut memperhitungkan aktiva pajak tangguhan dari anak perusahaan yang gagal operasi dan kemungkinan atas peristiwa tersebut aktiva pajak tangguhan atas kerugian tersebut tidak akan terealisasi di masa mendatang sehingga untuk mencerminkan keadaan yang sesungguhnya maka perhitungan aktiva pajak tangguhan dilakukan kembali dan mengkoreksi aktiva pajak tangguhan yang telah disajikan pada tahun 2006 dan perusahaan melakukan penyajian kembali atas saldo tersebut.

4.7.9. PT Duta Kirana Finance Tbk.

4.7.9.1 Informasi umum PT Duta Kirana Finance Tbk.

PT Duta Kirana Finance Tbk (”Perusahaan”) didirikan tanggal 22 Februari 1995 berdasarkan akta notaris No. 36 dari Ny. Toety Juniarto,S.H. Perusahasan telah memperoleh ijin usaha dari Menteri Keuangan (CFM Surat Keputusan No. 415/KMK/117/1995 tertanggal 5 September 1995) sebagai Lembaga Pembiayaan yang bergerak dalam bidang sewa guna usaha dan anjak piutang. Perusahaan beralamat di Menara Standard Chartered Lt 18 Zona F, Jalan Prof Dr Satrio No. 164, Jakarta 12930, dan mulai melakukan kegiatan usahanya secara komersial sejak tahun 1997.

4.7.9.2 Analisa Kasus Penyajian Kembali Laporan Keuangan.

Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan atas laporan keuangan, Perusahaan tidak membukukan aktiva pajak tangguhan, sehubungan dengan itu, untuk kepentingan perbandingan, maka beberapa saldo akun tahun 2007 disajikan kembali.

Disajikan kembali

Disajikan kembali

Rp

Rp

Manfaat (Beban) pajak tangguhan

Aktiva pajak tangguhan

Saldo laba

4.7.10. PT Mitra Rajasa Tbk.

4.7.10.1 Informasi umum PT Mitra Rajasa Tbk.

PT Mitra Rajasa Tbk (”Perusahaan”) didirikan berdasarkan akta No. 285 tanggal 24 April 1979 dari Notaris Ridwan Suselo,S.H. Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, maksud dan tujuan Perusahaan adalah menjalankan usaha dalam bidang pengangkutan darat, perdagangan, jasa, pembangunan, pertambangan dan perindustrian. Perusahaan berdomisili di Jalan A.M. Sangaji No. 12 Jakarta.

4.7.10.2 Analisa Kasus Penyajian Kembali Laporan Keuangan.

Perusahaan melakukan penyesuaian atas Laporan Keuangan Konsolidasi per dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007 berkaitan dengan penerapan PSAK No. 46 Mengenai Akuntansi Pajak Penghasilan dimana Perusahaan belum memperhitungkan kewajiban pajak tangguhan atas kenaikan nilai wajar aset yang teridentifikasi sehubungan dengan akuisisi saham SSI. Ringkasan Neraca Konsolidasi dan Laporan Laba Rugi sebagai berikut :

Disajikan kembali

Disajikan kembali

Rp

Rp

Neraca Konsolidasi Goodwill – Bersih

273.378.540.903 Kewajiban Pajak Tangguhan

65.106.412.958 Saldo Rugi

Laporan Laba Rugi Konsolidasi Amortisasi goodwill – bersih

4.633.106.709 Beban pajak tangguhan

521.284.584 Laba bersih

Laba bersih per saham dasar

33.73 33.05 Laba bersih per saham dilusian

Dengan belum diterapkannya PSAK No 46 mengenai Akuntansi Pajak Penghasilan laporan keuangan perusahaan belum mencerminkan laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum sehingga atas koreksi tersebut membuat perubahan terhadap laba bersih perusahaan yang lebih kecil setelah penerapan PSAK No 46 tersebut.

4.7.11. PT Nipress Tbk.

4.7.11.1 Informasi umum PT Nipress Tbk.

PT Nipress Tbk (”Perusahaan”) didirikan dalam rangka Undang – Undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968 yang telah diubah dengan Undang – Undang No. 12 tahun 1970 berdasarkan akta no. 295 tanggal 24 April 1975 dari Ridwan Suselo,S.H., Notaris di Jakarta. Seseuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi bidang usaha industri accu lengkap untuk segala keperluan dan usaha – usaha lainnya. Perusahaan dan pabrik berdomisili di Jl Narogong Raya Km. 26 Cileeungsi, Bogor, Jawa Barat. Perusahaan mulai berproduksi secara komersial sejak tahun 1975. hasil produksi Perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri, termasuk Eropa, Asia, Timur Tengah, Afrika dan Amerika Serikat.

4.7.11.2 Analisa Kasus Penyajian Kembali Laporan Keuangan.

Pada tahun 2008, Manajemen Perusahaan memutuskan untuk menghitung kembali kewajiban imbalan pasca kerja untuk seluruh karyawan tetap Perusahaan sejumlah 370 Karyawan dengan menggunakan aktuaris independen dan pajak tangguhan. Perhitungan tersebut berdampak pada penyesuaian defisit pada awal tahun perbandingan laporan keuangan dengan rincian sebagai berikut :

Rp

Imbalan pasca kerja (4.971.540.564) Manfaat pajak tangguhan

Penyesuaian defisit – bersih (2.719.555.993)

Ikhtisar informasi keuangan yang relevan untuk tahun yang berakhir pada tanggal

31 Desember 2007, sebelumd an sesudah penyajian kembali adalah sebagai berikut :

Disajikan kembali

Disajikan kembali

Rp

Rp

Aset pajak tangguhan

2.098.252.680 Kewajiban imbalan pasca kerja

9.074.096.647 Kewajiban pajak tangguhan

91.299.156.037 Beban usaha

21.414.852.900 Beban pajak penghasilan

(2.255.232.372) Laba bersih

5.084.512.970 Laba bersih per saham - dasar

Kondisi yang terjadi pada PT Nipress Tbk sama dengan kondisi yang terjadi pada PT Mitra Rajasa Tbk karena belum diterapkannya pernyataan standar akuntansi yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan – perusahaan sehingga informasi yang disajikan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, pada kasus PT Nipress Tbk, Perusahaan belum menerapkan PSAK No 24 mengenai Imbalan Pasca Kerja sehingga perusahaan harus melakukan penyajian kembali laporan keuangan untuk tahun 2007 dengan koreksi negatif terhadap laba bersih sebesar Rp 1.309.434.423. Penerapan standar yang berlaku umum seharusnya dilakukan secara cepat sesuai dengan yang disyaratkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yang menerbitkan standar akuntansi yang berlaku umum sehingga informasi yang diberikan berimbang dan tidak menyesatkan bagi pengguna laporan keuangan untuk mengambil keputusan strategis.

4.7.12. PT Reliance Securities Tbk.

4.7.12.1 Informasi umum PT Reliance Securities Tbk.

Perusahaan didirikan pada tanggal 22 Februari 1993 dengan nama PT Istethmar Finas Securities berdasarkan akta pendirian No. 86 tanggal 22 Februari 1993, Pada tanggal

28 Maret 2003, nama Perusahaan berubah menjadi PT Reliance Securities sesuai dengan Akta No. 1, tanggal 7 Maret 2003, dibuat dihadapan Marina Soewana,S.H., Notaris di Jakarta. Berdasarkan pasal 3 Akta Pendirian Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah sebagai perantara perdagang efek dan penjamin emisi efek, perusahaan berkantor pusat di Jl Pluit Kencana No. 15A, Jakarta Utara 14450 dan memiliki kantor perwakilan di Jakarta, Surabaya, Malang, Bandung, Jogjakarta dan Semarang.

4.7.12.2 Analisa Kasus Penyajian Kembali Laporan Keuangan.

Dalam laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya, Perusahaan mengklasifikasikan portofolio efek berupa saham PT Kawasan Industri Jababeka Tbk sebagai efek untuk diperdagangkan, seharusnya efek tersebut diklasifikasikan sebagai efek yang tersedia untuk dijual. Selain itu, Perusahaan belum mencatat Saldo Laba yang Telah Ditentukan Penggunaannya. Sesuai dengan PSAK No. 25 “Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi”, hal tersebut merupakan kesalahan mendasar. Untuk tujuan perbandingan, Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2007 disajikan kembali.

Beberapa akun dalam laporan Keuangan tahun 2007 telah direklasifikasi agar sesuai dengan penyajian Laporan keuangan tahun 2008. Ikhtisar akun – akun sebelum dan sesudah penyajian kembali dan reklasifikasi adalah sebagai berikut :

Disajikan kembali

Disajikan kembali

Rp

Rp

Portofolio efek – pihak hubungan istimewa

75.755.791.835 Portofolio efek – pihak ketiga

109.500.000 Rekening nasabah (kredit) – hubungan istimewa

- Rekening nasabah (kredit) – pihak ketiga

24.417.358.936 Hutang lain – lain – pihak hubungan istimewa

4.022.936.129 Keuntungan yang belum direalisasi atas efek yang tersedia untuk dijual

Disajikan kembali

Disajikan kembali

Rp

Rp

Saldo laba yang sudah ditentukan penggunaannya

100.000.000 Saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya

(7.102.940.684) Keuntungan (kerugian) atas perdagangan efek yang berlum direalisasi

954.426.898 Beban pemasaran

6.320.378.764 Pendapatan (beban) lain – lain

(241.188.638) Laba per saham

Atas kesalahan mendasar tersebut laba per saham Perusahaan turun lebih dari 50% dari sebelum disajikan kembali, melihat informasi diatas sangatlah jelas kesalahan tersebut sangat signifikan dan pastinya telah berdampak tidak baik bagi para penggunanya pada tahun sebelum disajikan kembali.

4.7.13. PT Tempo Inti Media Tbk.

4.7.13.1 Informasi umum PT Tempo Inti Media Tbk.

PT Tempo Inti Media Tbk (Perseroan), yang dahulu bernama PT Arsa Raya Perdana, berkedudukan di Jakarta. Perseroan didirikan berdasarkan Akta No. 77 tanggal 27 Agustus 1996 yang dibuat di hadapan Sulaimansjah, Sarjana Hukum (SH), notaris di Jakarta. Perseoran memulai kegiatan usahanya secara komersial pada bulan Oktober 1998. Berdasarkan Akta No 17 tanggal 15 April 2004 yang dibuat di hadapan Fathiah Helmi,S.H. notaris di Jakarta, Perseroan menghibahkan jasa penerbitan majalah Tempo edisi bahasa Indonesia kepada PT Tempo Inti Media Harian (Anak Perusahaan). Sejak saat itu, Perseroan hanya menerbitkan majalah Tempo edisi bahasa Inggris dan Tempo Interaktif.

4.7.13.2 Analias Kasus Penyajian Kembali Laporan Keuangan.

Pada tahun 2008, manajemen Perseroan memutuskan untuk melakukan penyajian kembali atas laporan keuangan konsolidasian tahun 2007 sehubungan dengan rekomendasi dari lembaga pengawas perusahaan publik. Penyajian kembali tersebut menyangkut adanya kesalahan penyajian akun Penyisihan Retur Penjualan yang disajikan sebelumnya sebagai Penyisihan Retur Penjualan Konsinyasi. Penyajian kembali tesebut dimaksudkan untuk menghindari salah penafsiran terhadap laporan keuangan.

Ikhtisar akun – akun tahun 2007 sebelum dan sesudah disajikan kembali adalah sebagai berikut :

Disajikan kembali

Disajikan kembali

Rp

Rp

- Penyisihan retur penjualan

Penyisihan retur penjualan konsinyasi

Dari informasi penyajian kembali laporan keuangan diatas disimpulkan bahwa tidak semua kesalahan mendasar yang timbul menimbulkan kerugian signifikan, jika kesalahan tersebut terkait dengan penyajian atas klasikasi yang berbeda maka tidak ada pengaruh atas kesalahan penyajian tersebut terhadap informasi yang diberikan secara signifikan, tetapi untuk memberikan informasi yang tidak menyesatkan kesalahan penyajian tersebut harus tetap disajikan kembali.