Gambaran Lokasi Penelitian
A. Gambaran Lokasi Penelitian
Balai Kiyu merupakan dusun yang terletak di Desa Hinas Kiri, Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan. Dusun Balai Kiyu terdiri dari dua balai (rumah adat) yaitu Balai Kiyu dan
Balai Haraan. 83 Wilayah Balai Kiyu memiliki luas 8.546,47 Ha (delapan ribu lima ratus empat puluh enam koma empat puluh tujuh hektar) dan terletak di Daerah
Aliran Sungai Alai. 84
Balai Kiyu berbatasan dengan Desa Juhu di utara, dengan Balai Batu Perahu (Desa Atiran) di sebelah barat, Desa Hinas Kanan di sebelah selatan dan
83 Hasil wawancara dengan Bapak Norsewan (Sekretaris Desa Hinas Kiri) pada tanggal 7 Mei 2016 dan hasil wawancara dengan Bapak Makurban (Kepala Adat Balai Kiyu) pada tanggal 6 Mei
84 Badan Registrasi Wilayah Adat, Peta Wilayah Adat Balai Kiyu, www.brwa.or.id , diakses pada
17 Mei 2016.
berbatasan dengan Balai Kayang (Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan). 85 Batas-batas wilayah adat Balai Kiyu dapat dilihat dalam peta yang
termuat dalam Gambar 1. berikut:
Gambar 1. Peta Wilayah Adat Balai Kiyu
Masyarakat Hukum Adat Balai Kiyu terdiri atas 64 (enam puluh empat) umbun (keluarga). Umbun yang dimaksudkan disini adalah keluarga inti yang umumnya terdiri atas suami, istri dan anak. Mayoritas Masyarakat Hukum Adat Balai Kiyu merupakan masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari berladang (bahuma) , dengan menanam padi, jagung dan singkong.
85 Hasil wawancara dengan Bapak Norsewan (Sekretaris Desa Hinas Kiri), pada tanggal 7 Mei 2016 dan hasil wawancara dengan Bapak Suliman pada tanggal 7 Mei 2016.
Hasil dari tanaman-tanaman tersebut sepenuhnya diperuntukkan untuk konsumsi sehari-hari. Selain itu, mereka juga menanam tanaman-tanaman keras yaitu karet, mahoni dan kayu jati untuk mendapatkan tambahan penghasilan yang
umumnya digunakan untuk membiayai pendidikan dari anak-anak mereka. 86
Masyarakat Hukum Adat Balai Kiyu memiliki lembaga adat yang terstruktur dan telah digunakan secara turun-temurun. 87 Struktur pemerintahan
adat Balai Kiyu dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini:
Gambar 2.
Struktur Lembaga Adat Balai Kiyu 88
86 Hasil wawancara dengan Bapak Majuh (Masyarakat Hukum Adat Balai Kiyu / Pelaku Perkawinan turun tangga, naik tangga ) pada tanggal 4 Mei 2016.
87 Hasil wawancara dengan Bapak Makurban (Kepala Adat Balai Kiyu) pada tanggal 6 Mei 2016.
88 Gambar struktur lembaga adat Balai Kiyu dikutip dari Departemen Hukum Adat FH UGM & Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, op.cit, hlm. 21
Kepala Adat merupakan jabatan tertinggi sekaligus pemimpin bagi seluruh Masyarakat Hukum Adat Balai Kiyu. Kepala Adat dipilih oleh seluruh anggota masyarakat melalui musyawarah. Kepala Adat merupakan seseorang yang memiliki jiwa pemimpin dan teladan bagi seluruh masyarakat yang dipimpinnya. Kepala Adat juga bertanggung jawab menyelesaikan masalah terkait persoalan- persoalan adat yang terdapat di masyarakat. Pihak-pihak pengambil keputusan atau disebut dengan Hakim Adat terdiri dari Kepala Adat, Penghulu dan Tokoh
Adat/Tetua Adat. 89
Kepala Adat membawahi 3 pengurus yaitu Pangirak, Kepala Balai dan Mantir (Sekretaris Adat). Pengurus-pengurus adat tersebut memiliki tugas dan fungsi masing-masing. Pangirak merupakan orang yang dipercaya Kepala Adat
untuk membantu urusan sosial kemasyarakatan. 90 Pangirak membawahi Kepala Padang dan Penghulu . Pangirak juga merupakan petugas yang dipercaya oleh
Pembakal (Kepala Desa) Hinas Kiri untuk mengontrol keadaan wilayah Balai Kiyu yang merupakan bagian dari Desa Hinas Kiri. 91
Kepala Padang merupakan penanggungjawab sekaligus penjaga wilayah adat Balai Kiyu. Kepala Padang berkewajiban mengetahui batas-batas wilayah
89 Hasil wawancara dengan Bapak Makurban (Kepala Adat Balai Kiyu) pada tanggal 6 Mei 2016.
90 Urusan sosial kemasyarakatan yang diurusi oleh Pangirak adalah memberikan saran dan nasehatnya dalam persoalan-persoalan di masyarakat, seperti perselisihan yang terjadi di wilayah
Balai Kiyu harus diselesaikan melalui Pangirak sebelum dibawa kepada Kepala Adat atau Pembakal (Kepala Desa).
91 Saat ini Pangirak dibantu oleh Wakil Pangirak. Wakil Pangirak bertugas untuk menggantikan Pangirak ketika tidak dapat hadir pada musyawarah adat atau pertemuan warga. Pada kondisi saat
ini, keberadaan Wakil Pangirak diperlukan karena usia dari Pangirak yang saat ini sudah mencapai 92 tahun sehingga dibutuhkan wakil untuk membantu kinerja Pangirak - Hasil wawancara dengan Bapak Maribut (Balian Adat Balai Kiyu/Pemuka Agama Balai Kiyu sekaligus sebagai Pangirak) dan Bapak Kardi (Wakil Pangirak) pada tanggal 4 Mei 2016.
termasuk sejarah dari setiap lahan yang berada di wilayah Balai Kiyu. Kepala Padang juga memiliki tugas sebagai saksi apabila terjadi sengketa batas tanah antar umbun (keluarga).
Kepala Padang baru tidak ditunjuk oleh Pangirak, jabatan ini hanya dapat diisi oleh orang yang dipercaya dan ditunjuk oleh Kepala 92 Padang sebelumnya.
Bapak Suliman menambahkan bahwa Kepala Padang sebelumnya menunjuk dirinya karena dianggap sudah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
batas-batas tanah yang terdapat di wilayah Balai Kiyu. 93
Jabatan di bawah Pangirak lainnya adalah Penghulu. Penghulu merupakan jabatan yang ditugaskan untuk memimpin upacara perkawinan adat. P enghulu dipilih oleh masyarakat dari orang-orang yang memiliki sifat arif dan bijaksana sekaligus memiliki pengetahuan tentang ilmu Kaharingan ( Mangaji ) yang
cukup 94 . Hal ini dikarenakan Penghulu memiliki wewenang untuk menyetujui perceraian dan menentukan besaran uang jujur (mahar) dalam hukum perkawinan
adat. Dalam sengketa perkawinan dan perkara kejahatan, Penghulu ikut mengambil keputusan bilamana tidak dapat mencapai mufakat. 95
92 Orang yang dipercayai disini tidak hanya sebatas keluarga atau kerabat dari Kepala Padang sebelumnya, akan tetapi orang lain yang memiliki pengetahuan cukup dan memiliki sifat bijaksana
sehingga dapat diangkat sebagai Kepala Padang.
93 Hasil wawancara dengan Bapak Suliman (Kepala Padang Balai Kiyu) pada tanggal 7 Mei 2016.
94 Selain menjadi Penghulu Adat, Bapak Suhaderi juga merupakan Gurujaya (Pimpinan dari Balian / Pemuka Agama pada kepercayaan Kaharingan) yang memiliki pengetahuan dan
kemampuan untuk Mangaji ajaran Kaharingan yang cukup dalam. Mangaji merupakan proses yang dilakukan untuk memahami dan mendalami ajaran-ajaran yang terdapat dalam Kaharingan.
95 Perkara Kejahatan yang dimaksud adalah seperti mencuri, memsuki tanah orang lain tanpa izin ketika berburu dan melakukan pembunuhan. Dalam sidang adat atas perkara kejahatan, Penghulu
menjadi hakim bersama Kepala Adat dan satu tokoh Masyarakat Hukum Adat Balai Kiyu - Hasil
Jabatan lain yang kedudukannya berada dibawah Kepala Adat adalah Mantir. Mantir merupakan sekretaris adat yang bertanggungjawab untuk melakukan pencatatan pelaksanaan hasil keputusan pengurus adat. Mantir merupakan jabatan yang baru diadakan pada tahun 2000 berdasarkan kesepakatan para pemangku adat dan Masyarakat Hukum Adat Balai Kiyu karena adanya usul yang disampaikan oleh Masyarakat Hukum Adat Balai Kiyu mengenai pencatatan
perkawinan dan pencatatan musyawarah adat. 96
Hal ini bertujuan agar seluruh pelaksanaan perkawinan yang menggunakan hukum perkawinan adat Balai Kiyu dapat dicatatkan dan diketahui oleh seluruh Masyarakat Hukum Adat Balai Kiyu serta seluruh masyarakat sekitar wilayah
Balai Kiyu. 97 Begitu juga dengan catatan hasil musyawarah adat, Mantir akan menyampaikan catatan hasil musyawarah adat kepada seluruh Masyarakat Hukum
Adat Balai Kiyu.
Adapun Kepala Balai merupakan jabatan yang pengisiannya ditunjuk oleh Kepala Adat. Tugas keseharian Kepala Balai adalah membersihkan Balai dan memberikan rekomendasi kepada Kepala Adat untuk memberikan persetujuan bagi pihak luar Masyarakat Hukum Adat Balai Kiyu yang ingin menggunakan
Balai Adat. 98
wawancara dengan Bapak Suhaderi (Penghulu Adat dan Gurujaya Balai Kiyu) pada tanggal 7 Mei 2016.
96 Hasil wawancara dengan Bapak Rusmin (Mantir Adat Balai Kiyu) pada tanggal 4 Mei 2016. 97 Hasil diskusi dengan perwakilan Masyarakat Hukum Adat Balai Kiyu yang dilaksanakan pada
tanggal 12 Mei 2016. 98 Hasil wawancara dengan Bapak Zakarsi (Kepala Balai) pada tanggal 6 Mei 2016.
Selain pemangku adat, Masyarakat Hukum Adat Balai Kiyu juga memiliki Balian (Pemuka Agama dalam Kepercayaan Kaharingan) sebagai orang-orang terpilih yang memiliki pengetahuan terkait kepercayaan Kaharingan sekaligus memiliki kemampuan Mangaji yang baik. Balian dalam agama Islam dipandang
layaknya seorang 99 Ustadz . Balian memiliki tingkatan kemampuan Mangaji yang berbeda-beda, sehingga Balian yang memiliki kemampuan untuk Mangaji yang
paling baik dan paling tinggi disebut sebagai Gurujaya (Pimpinan dari para Balian) .